Juli 26, 2011

When You Come Back -part 3-






Maya sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Tampak dia sendiri sedang asyik memilih beberapa pakaian untuk kesehariannya dan tentunya untuk Rai juga bu Naimura.


Seperti diketahui bahwa saat kembali dari Amerika, maya sama sekali tidak membawa banyak pakaian. Apalagi besok dia harus mulai bergabung kembali dengan Daito untuk syuting teater dan lainnya.


Sementara Maya asyik memilih pakaian, ponselnya berbunyi berkali-kali. Namun Maya tak dapat mendengarnya karena bising.


Padahal yang menelepon adalah Eisuke. Dia ingin memberitahukan bahwa Masumi saat ini sudah mengetahui kepulangan Maya. Dan lebih mendesak lagi adalah, saat ini Masumi sedang memaksa Mizuki untuk memberi tahu tempat tinggal Maya.


Eisuke segera meminta anak buahnya untuk mencari Maya di seluruh Tokyo secepatnya.


Hingga seorang dari mereka menemukan Maya dan memberitahukan untuk segera menghubungi Eisuke.


"APA?!" sahut Maya terkejut ketika berbicara dengan Eisuke via ponselnya.


"Lalu bagaimana ayah? Jika Masumi tahu tempat tinggalku, maka dia akan curiga dengan Rai?" ujar Maya cemas.


Akhirnya Eisuke mengusulkan untuk mengajak Rai tinggal sementara di kediamannya.


Namun Maya dengan cepat menolaknya. Eisuke berusaha keras meyakinkan Maya untuk mau menerima usulannya.


Dengan berat hati akhirnya Maya menuruti usul Eisuke dengan syarat setiap malamnya, Rai harus bertemu dengannya di apartemen dan setidaknya 2 hari sekali bisa bersamanya di apartemennya.


Begitupun bu Naimura harus tinggal mengikuti Rai. Karena hanya bu Naimuralah yang sudah mengenal Rai sejak bayi.


Eisuke pun menyetujuinya...


*****

Hari sudah mulai siang, sementara mobil yang membawa Masumi dan Mizuki tampak berputar-putar keliling Tokyo. Masumi semakin geram dengan sikap Mizuki yang membawanya tanpa tujuan.

"Mizuki, jangan sampai aku bertindak kasar padamu" ancam Masumi kaku.

Wajahnya terlihat cemberut dan marah...
Namun Mizuki mencoba tenang agar bisa mengulur waktu, dengan begitu pria itu jenuh dan menyuruhnya kembali ke kantor.

"Iya pak, terus terang saya pun tidak diberitahu dimana Maya sekarang tinggal. Maafkan saya pak Masumi" jelas Mizuki sedikit gugup.

Dia tahu Masumi bukanlah orang bodoh yang bisa dia permainkan. Bisa-bisa dia yang ketiban kesalahan nanti karena membohonginya.

Sudah hampir 2 jam mobil itu berputar-putar tanpa tujuan. Masumi benar-benar sudah emosi. Sekali lagi dia mencengkram tangan Mizuki dengan kuat dan mengancamnya...

"Awas kau Mizuki, aku peringatkan sekali lagi! Katakan atau kau akan ku...." ancam Masumi terputus ketika ponsel Mizuki berbunyi.

Masumi langsung melepaskan cengkramannya. Mizuki pun langsung menghela nafasnya lega.

"Huuuuh..." desis Mizuki.

Masumi masih menatapnya dingin...
Sementara Mizuki meraih ponsel dari sakunya...

"Halo...Mizuki di sini..." sapa Mizuki ramah.

Terdengar suara Maya yang menghubunginya...

"Ah Mizuki, maafkan aku membuatmu begini. Baiklah bawa saja Masumi kembali ke kantornya. Aku akan menuju ke sana. Tapi tolong katakan kepadanya...." pinta Maya dari sebrang sana, tapi ponsel itu segera di rebut oleh Masumi.

"HALO...." sapa Masumi kesal.

Mendengar suara Masumi, Maya terdiam...

DEG!DEG!DEG!

Jantungnya langsung berdebar kencang. Maya mencoba menenangkan dirinya. Suara Masumi masih terus terdengar untuk mengetahui siapa yang menghubungi Mizuki.

"Hey apa kau bisu? Ada urusan apa menghubungi Mizuki? Dia sedang sibuk" ujar Masumi marah karena pertanyaan nya tak dijawab.

Dia tidak mengetahui bahwa Maya yang menghubungi Mizuki...

Tuut...tuuut...tuut...
Telepon ditutup...

Masumi langsung melirik ke arah Mizuki dengan tatapan kesal. Dan masih saja dengan muka yang masam sampai Mizuki meminta supir untuk kembali ke gedung Daito.

Masumi tercengang dan hendak marah...

Mizuki mencoba menjelaskan...

"Pak Masumi mohon bersabarlah sedikit. Tadi beliau menghubungiku dan memintaku untuk kembali ke Daito" jelas Mizuki santai.

Masumi semakin marah mendengar penjelasan Mizuki untuk kembali. Karena dia mengira Eisuke lah yang memerintah Mizuki.

"Untuk apa aku bertemu dengannya? Aku bisa bertemu dengannya di rumah, kan! Ada-ada saja orang tua itu. Huuuuhhft...." desis Masumi kesal.

Mizuki hanya melirik takut dan menatap pemandangan di luar jendela mobil itu...

Sementara itu Maya sudah kembali ke apartemennya dan segera berangkat lagi menuju gedung Daito.

Dia benar-benar harus menghadapi ini...

Dia sudah memutuskan kembali ke Daito dan dunia aktingnya. Tentu saja akan bertemu dengan direktur muda itu. 

Aku harus siap menjawab semua pertanyaannya...
Tapi bagaimana bila dia...
Bagaimana aku bisa menatapnya...
Aduuuh...kenapa aku seperti ini?

Demi Rai...
Demi Rai, putraku...
Demi masa depanku bersama Rai...

Sepanjang jalan Maya terlihat berpikir keras. Sementara jantungnya semakin lama semakin kencang.

Bagaimana aku bisa menahannya?
Belum bertemu saja sudah seperti ini?
Aku ingin memeluknya...
Aku sangat merindukannya...

Tapi tidak...tidak...
Aku tidak boleh melakukannya...
Dia sudah punya keluarga dan bahagia...

*****

Sementara di kediaman Hayami...

Eisuke tampak tersenyum-senyum sendiri...

Dia tak bisa membayangkan bagaimana Masumi bila melihat Maya sudah ada di ruangannya. Di sanalah mereka berpisah dan di sana juga mereka akan bertemu kembali.

"Hhmmmm...." gumam Eisuke tersenyum geli.

"Masumi aku ingin kau bahagia mulai sekarang. Buang semua egomu dan kuharap kau Maya juga. Saat ini sudah tidak ada penghalang apapun...." ucap Eisuke menerawang berbicara sendiri di ruang kerjanya.

Sementara Rai sudah tertidur...
Dan Eisuke menyuruh bu Naimura untuk menidurkannya di kamar besar Masumi.

Eisuke pun semakin geli sendiri mengingat bila Masumi kembali ada seorang anak kecil di kamarnya...

"Hahahahaha....ini akan sangat menarik. Anak bodoh itu pasti kaget sekali. Dan wajahnya....hahaha....wajahnya.....pasti lucu sekali....hahahaha...." ujar Eisuke terbahak sendiri.

*****

Mobil Masumi akhirnya tiba di gedung Daito. Dengan wajah dingin Masumi keluar dari mobil, diikuti Mizuki yang terburu-buru mengimbangi langkah atasannya.

Mizuki pun berdebar-debar sendiri. Terlihat dia berkali menyentuh dadanya untuk menenangkan diri.

Mereka tiba di depan ruangan Masumi. Masumi langsung masuk ke ruangannya.

BLAAMM!!!

Masumi membanting pintu itu dengan kuat karena kesal...

"Dasar sekretaris bodoh, berani mempermainkan aku!" gumamnya marah.

Tiba-tiba...

Tok...tok...tok...

Masumi kaget dengan ketukan pintu itu dan semakin kesal mengapa baru sampai sudah ada tamu lagi.

"MASUK..." sahutnya keras.

Sementara Masumi kembali ke kursinya, pintu itu dibuka...

Cekklllekk...

"Selamat siang, pak Masumi..." sapa orang itu sedikit gugup.

Masumi menoleh ke arah suara itu...

Dan...

"Ma....ya...." desisnya tak percaya.

Wajahnya terpelongo dan diam kaku...

Begitupun Maya tampak gugup tak tahu harus bagaimana. Perlahan Masumi berdiri dan menghampirinya. Maya pun perlahan mundur menjauhi Masumi.

Jantungnya masih berdegup kencang. Dia harus bisa mengendalikan semua ini. Dia harus bisa meminta tandatangan pria yang sangat dicintainya itu untuk kegiatannya besok.

Saat ini mereka berdiri berhadapan dengan jarak sekitar 60cm. Baik Maya maupun Masumi terlihat kaku saling tatap.

Maya berusaha memalingkan matanya dari Masumi. Dia tidak ingin Masumi tahu bahwa dia sangat bahagia bisa bertemu kembali dengannya.

"Mungill...benarkah kau kembali?" sapanya lembut.

Maya menunduk dan mencoba menjawab pertanyaan Masumi, namun kata-kata itu tak keluar dari mulutnya.

Masumi memegang kedua bahu Maya. Dan bertanya:

"Apa kau tidak ingin memelukku, Mungiiill?" ucap Masumi memelas.

Deg!

Seketika itu juga wajah Maya merah merona...

Dia sangat ingin melakukannya, namun dia enggan melakukan itu karena masih mengira Masumi sudah bahagia bersama Chiko.

Maya segera tersadar untuk segera meminta surat kontrak itu langsung...

Perlahan Maya melepaskan tangan Masumi dari bahunya. Dan berjalan menuju meja kerja Masumi untuk mengambil lembaran kontraknya.

Masumi merasa diacuhkan, dan dia tidak terima itu!

Maya menyerahkan surat itu dan berkata:

"Maaf Masumi...aku kesini untuk meminta tanda tangan anda" ucap Maya gemetar menahan groginya.

Masumi cemberut karenanya...
Dia tak menghiraukan lembaran yang disodorkan Maya padanya. Dia berlalu duduk di sofa tamunya.

"Huuuuuffttt..." desisnya sambil menghempaskan tubuhnya di sofa itu.

Sementara Maya masih berdiri menatapnya. Menunggu kepastian dan tanda tangannya.

Masumi melirik Maya kesal...

"Duduklah..." pinta Masumi lembut.

Maya pun duduk di sofa depan pria itu. Maya memalingkan wajahnya dari tatapan Masumi.

Masumi masih memandanginya. Dia terlihat putus asa melihat Maya yang menjauhinya.

Mungiiil...
Mengapa kau tidak memelukku?
Kau masih marah?
Apa kau tidak tahu aku sekarang?

Mungiiil...mendekatlah...
Atau aku yang...

Keduanya masih saling diam...

Dengan berat hati, Masumi pun meraih surat kontrak dan menanda tanganinya. Maya tersenyum lega karenanya...

Masumi melirik Maya yang sedang tersenyum bahagia...
Darahnya serasa berdesir kencang ingin segera mendekap wanita mungil itu...

"Maya...kau bahagia?" tanya nya pelan.

Maya menatapnya sekejap dan berdiri meraih surat itu...

Lalu Maya pun membungkuk hormat sebelum pamit...

Masumi memandangi Maya dari sofa itu sedih. Dia tak bisa melakukan seperti yang ada dalam benaknya kepada wanita yang sangat dia rindukan itu.

BLLAAMM...

Pintu tertutup!

Maya pergi!

Dia mengacuhkanku...
Dia berlalu begitu saja?
Apa maksudnya?
Marah?
Masih kesal?
Apa?

Aku yakin tadi pipinya merona...
Karena pertanyaanku?
Mungil...kau menutupinya...
Jangan katakan kau tidak merindukanku...

Kau pasti merindukanku...
Pasti...

Sejak itu Masumi uring-uringan sendiri di ruangannya. Mizuki menjadi sasaran kekesalannya. Bolak-balik dia meminta Mizuki ke ruangannya, namun setelah Mizuki datang, Masumi menyuruhnya untuk keluar lagi.

Hingga malam pun tiba...

Masumi masih di ruangannya. Dia menerawang ke jendela kantornya. Memandangi bintang dari jendela itu dan mendengus sendirian...

Akhirnya Masumi kembali ke kediamannya...

Suasana rumah sudah sangat sepi. Ini sudah sangat larut...
Masumi melirik jam di tangannya...

Dengan langkah malas, Masumi menaiki tangga dan masuk ke kamarnya...

Blaam...

Masumi melepas dasi dan jas nya...
Dan melemparkannya ke tempat tidurnya, namun hampir saja dia menutupi seorang anak yang tengah terlelap di ranjangnya...

Masumi terperangah kaget...

"Apa-apaan ini? Mengapa dia ada di ranjangku?" tanya nya heran.

Lalu dia hendak menemui ayahnya dan menanyakan semuanya, namun bathinnya terusik memandangi lelapnya anak kecil itu tertidur.

Perlahan Masumi mendekatinya dan memandangi wajah tampan anak itu.

Masumi membelainya lembut...

"Anak yang tampan.....mengapa kau di sini? Mana keluargamu, kecil?" gumam Masumi sedih.

Dia pun tak tega membangunkan Rai. Perlahan dia mengangkat Rai untuk bergeser di sebelahnya. Lalu Masumi pun tertidur di samping Rai, yang tak lain adalah putranya.

Entah mengapa, di samping bocah kecil itu, matanya bisa merasa damai hingga malam itu dia bisa tidur nyenyak tidak seperti malam-malam sebelumnya.

*****

Sementara itu di apartemen Maya...

Maya masih belum dapat memejamkan matanya. Dia tidak pernah berpisah dari Rai sebelumnya. Selalu tidur di samping putra semata wayangnya itu.

Tak terasa airmata menetesi pipinya. Maya memeluk guling di sampingnya.

Tiba-tiba pikirannya kembali pada Masumi...

Bagaimana siang tadi dia begitu gugup menghadapi pria itu. Dan bagaimana Maya memperhatikan sikap Masumi pun yang sama dengannya. Mereka sama-sama ingin melepaskan kerinduan, namun itu terhalang oleh...

Maya turun dari tempat tidurnya...
Perlahan dia duduk di ruang televisi. Karena merasa jenuh, Maya pun menghidupkan tv di depannya.

Bip...

Maya menekan tombol beberapa siaran, bolak balik namun tidak ada berita yang membuatnya tertarik. Sambil terus mencari saluran tv, Maya membaringkan tubuhnya di sofa tersebut dengan bantal kursi yang menjadi sandarannya.

Hingga Maya mendapatkan siaran yang membuatnya tertarik.
Maya terdiam begitu memperhatikan siapa yang menjadi topik pemberitaan...

'Keluarga Hayami'

Maya tak percaya mendengar semua nya, dia terus saja memandangi televisi itu meski berita telah beralih ke masalah lain.

"Apa? Apa maksudnya? Masumi telah lama ditinggal istri dan anaknya?" gumam Maya bingung.

Berbagai pertanyaan hadir dalam benaknya. Semuanya seolah membludak ingin keluar.

Masumi...
Pasti kesepian...
Mengapa ayah tak mengatakannya?

Masumi...
Maafkan aku tak tahu itu...

Sejenak rasa iba itu muncul. Dia telah bersikap tidak adil padanya siang tadi.

Namun dengan cepat rasa itu dia tepis. Dia tidak akan mengungkit semuanya kembali. 

Sudahlah...
Yang penting saat ini aku harus bisa mengurus diriku sendiri...
Terutama Rai...

Sejenak Maya teringat sikap Eisuke yang bersikeras ingin membawanya pulang dan kembali pada Masumi. Maya pun mulai mengerti semuanya...

Ayah...kau begitu baik...
Masumi kau beruntung memilikinya...
Sedangkan aku...
Tak memiliki siapapun...
Hanya Rai...yang kumiliki...

Dan saat ini aku harus berdiri di depanmu, seolah aku tak mengenalmu...
Bagaimana aku bisa melakukannya?
Setelah aku tahu kesendirianmu?

Bagaimana aku harus bersikap?
Apa aku harus jujur padamu...
Bahwa aku ingin sekali kembali padamu!
Memulai semuanya dari awal kembali?

Dan mengatakan bahwa...
Bahwa ada Rai...
Buah cinta kita...

Dia anak kita...
Masumi...
Bantu aku memberanikan diri...
Untuk meraih kembali...

Cinta mu...
Kasih sayangmu...
Jiwa dan...
Ragamu...

Masumi...




***continue to -part 4-***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Frens, pliz comment in here...