Juli 22, 2011

Honey..Honey..I Miss You..-part 8-







Masumi baru saja selesai sarapan bersama sang ayah. Pagi ini begitu cerah. Secerah wajah Eisuke yang sudah mempunyai rencana untuk menyatukan kembali Maya dan Masumi.


"Kita lihat saja nanti!" gumamnya sambil mengelap mulutnya dengan tisu.


Masumi heran dengan gumaman ayahnya. Dengan dahi yang mengernyit, dia bertanya pada Eisuke:


"Ada apa ayah? Apa kau memikirkan sesuatu?" tanya Masumi.


Eisuke hanya menyunggingkan bibirnya dan tersenyum tipis pada Masumi.


"Apa kau sibuk hari ini?" tanya Eisuke ingin tahu.


"Tidak ayah, kebetulan jadwalku kosong" jawab Masumi tak curiga.


"Hhmmm...bagus...." Eisuke semakin senang.


"Baiklah, ayah aku berangkat dulu" ucap Masumi pamit.


"Hhhmmm...iya" sahut Eisuke sambil tersenyum.


Seketika itu juga Eisuke memanggil Asa untuk mempersiapkan semuanya.


"Baik tuan...semua sudah saya persiapkan" kata Asa hormat.


Tak berapa lama, keduanya pun berangkat menuju gedung Daito. Entah apa yang dibawa oleh Asa. Namun yang pasti ada beberapa kantong besar diletakkan di bagasi mobil.


Mobil itu pun melaju...


*****

Maya baru saja selesai mandi...

Telepon berdering beberapa kali...

Maya mengangkatnya...

"Halo..." sapa Maya memulai.

"Maya...kau sudah siap. Aku sudah menuju ke Daito saat ini. Cepatlah!" perintah Eisuke menyambut paginya.

Tuuut...tuuut....

Telepon ditutup!

Itu membuat Maya gelisah setengah mati. Bagaimana dia harus menghadapi Masumi di sana. Maya terlihat mondar-mandir meremas jemarinya cemas.

Tiba-tiba...

Ting...tong...
Bel apartemennya berbunyi...

Maya bergegas membukanya. Tampak Mizuki sudah menjemputnya.

"Kau..." sapa Maya heran.

"Bos besar memintaku menjemputmu, nona Maya" sahut Mizuki sambil bercanda.

Maya menatap Mizuki ragu...

Lalu keduanya pun meninggalkan apartemen Maya dan menuju ke gedung Daito dimana Eisuke sedang menunggu mereka.

Sementara baik Maya dan Masumi sama-sama tidak mengetahui rencana Eisuke hari ini.

Sekitar sepuluh menit, mobil pun sampai diparkiran Daito. Mizuki membukakan pintu Maya. Maya tampak gugup, namun dia berusaha menenangkan dirinya.

Mizuki begitu perhatian kepada Maya. Berulang kali Mizuki menepuk punggung gadis mungil itu untuk sekedar menenangkannya.

*****

Akhirnya kedua wanita itu tiba di depan pintu ruangan Masumi. Maya melirik Mizuki sejenak. Mizuki tahu bahwa gadis di sampingnya saat ini sedang sangat gugup.

Tampak Maya memejamkan matanya berulang kali...

"Masuklah Maya. Tuan Eisuke telah menunggumu" ajak Mizuki sambil mengetuk pintu ruangan itu.

Tok..tok..tok...

"Masuklah..." sahut suara dari dalam ruangan tersebut.

Langkah Maya terasa berat. Waktu begitu sangat lambat berputar. Namun Maya harus tegar dan bisa tenang menghadapinya.

Aku bisa...

Maya pun masuk ditemani Mizuki...

Masumi sedang menerima telepon dan duduk di kursi kerjanya. Melihat siapa yang datang, pria itu langsung menutup teleponnya dan berdiri kaku memandangi Maya dingin.

Tapi Eisuke sudah tahu akan hal itu...

"Ah...kau sudah datang Maya, duduklah..." sapa Eisuke sambil memberi isyarat menyuruh Mizuki mendudukkan Maya yang masih grogi.

Dengan sigap Mizuki menggiring Maya duduk di sofa. Sebelum akhirnya dia undur diri keluar ruangan Masumi.

Bllaam!!

Masumi masih berdiri kaku. Saat ini dia memandang keluar jendela dan mengisap rokoknya. Tangannya tampak terkepal geram.

Sedangkan Maya tertunduk gugup...

Sunyi...

Tiada seorang pun yang mengeluarkan suara...

Eisuke menyadari kebisuan antara putranya dan gadis mungil itu...

Diapun melancarkan rencana selanjutnya...

"Masumi...kemarilah" ajak Eisuke kepada putranya.

Masumi mengacuhkannya. Dia masih saja berdiam diri di kursi kerjanya.

Maya semakin sedih dengan situasi ini. Dia berusaha menahan airmata yang hendak jatuh dari pelupuk matanya.

Dengan bibir yang bergetar, Maya menahan semua perasaan sedihnya.

"MASUMII!!!" teriak Eisuke kesal dengan sikap Masumi.

Masumi pun menoleh dan menatap ayahnya kaku. Dan...

"Ayah, untuk apa ayah melakukannya?" tanya Masumi dingin.

"Dan kau...Maya, untuk apa kau datang ke ruanganku?" tanya Masumi lagi kepada Maya.

Maya masih tertunduk sedih...

"Aku yang menyuruhnya datang!" jawab Eisuke meluruskan curiga Masumi.

"Ayah..." desis Masumi tak mengerti.

"Putraku, akulah yang memaksanya datang. Apa kau pikir dia mau datang begitu saja padamu? Huuuuh...besar sekali kepalamu!" ujar Eisuke kesal.

Masumi menatap tajam pada Maya...

"Kau..." desis Masumi pada Maya.

Maya semakin tertunduk takut...

Perlahan dia berdiri untuk segera meninggalkan ruangan itu. Dia merasa berada di neraka.

"Maaf...paman...aku harus pergi. Aku rasa semuanya sudah...berakhir" ucap Maya pelan.

"Maya..." Eisuke sedih.

Masumi masih menatap gadis itu dingin...

"Jangan...kau tidak boleh pergi! Ini perintahku!" tegas Eisuke pada Maya.

Lalu dia menyuruh Asa untuk mengunci pintu ruangan itu. Dan Asa pun memberikan kunci itu padanya.

Tampak Maya dan Masumi gelisah dengan sikap Eisuke yang benar-benar memaksa.

"Aku menyuruhmu DUDUK, Masumi!" teriak Eisuke kesal.

Karena sudah tersudut, Masumi pun duduk di sofa yang sama dengan Eisuke.

Namun Masumi memalingkan wajahnya dari Maya. Pria itu benar-benar dingin. Menakutkan!!!

"Masumi, aku bertanya kali ini padamu? Dan kau harus menjawabnya jujur" ucap Eisuke.

"Ayah,sudahlah..." tolak Masumi kesal.

Eisuke menghela nafasnya terlebih dahulu sebelum meneruskannya...

"Apa kau masih mau menikahi Maya?" tanya Eisuke tanpa beban.

Masumi langsung tercengang kaget. Begitupun Maya semakin kuat meremas jemari tangannya.

"Ayah..." desis Masumi.

"Paman..." desis Maya bersamaan.

Eisuke bergantian menatap keduanya...

"Masumi...sekarang kau harus membuat keputusan. Jika kau tidak ingin menikahinya lagi, maka aku akan mengirim Maya untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri lagi" terang Eisuke.

Maya pun semakin kaget dengan apa yang ditawarkan Eisuke tadi...

"Apa maksudmu, ayah?" tanya Masumi gugup.

"Yaa...Maya akan memulai hidupnya jauh darimu. Begitupun kau, Masumi. Segera menikahlah dengan gadis yang kau kencani saat ini!" jelas Eisuke kemudian.

"Ayah, cukup. Jangan campuri urusanku lagi!" jawab Masumi lesu.

Wajahnya tampak mulai berpikir keras dengan tawaran sang ayah. Dia tak pernah menyangka ayahnya akan memberi ancaman seperti itu.

Maya masih saja tertunduk. Eisuke pun meminta pendapat Maya...

"Dan kau Maya, apa kau menyetujui tawaranku?" tanya Eisuke santai sambil melirik ke arah Masumi.

Terlihat wajah Masumi begitu ingin tahu jawaban dari gadis di hadapannya tersebut. Namun gengsinya terlalu tinggi untuk mengakuinya.

Maya menjawabnya ragu sambil menunduk...

"Maya, ayo katakan jawabanmu" pinta Eisuke tak sabar.

Masumi menatap Maya dalam...
Menunggu jawaban dari gadis mungil itu...

"Baik paman, aku menerima tawaranmu untuk ke Amerika" jawab Maya polos.

Seketika itu juga Masumi berdiri memandangi gadis itu kaku. Dengan tatapan kesal dia perlahan menghampiri Maya.

Eisuke pun semakin menikmati situasi ini...
Dengan mata yang mengamati, Eisuke terlihat senang dengan reaksi putranya...

Dan kini Masumi tepat berada di depan Maya...

Menatap gadis itu dalam...

"Kau..." desis Masumi.

Maya menganggukkan kepalanya dan berusaha menjauh dari Masumi. Namun langkahnya tersandung oleh kaki-kaki sofa. Tentu saja itu membuat tubuh mungilnya hampir saja jatuh.
Untunglah Masumi menangkapnya dengan cepat. Keduanya sempat bertatapan sangat dekat.

Hingga terdengar tawa dari Eisuke yang senang menyaksikan adegan Maya dan Masumi.

"Hahahahahaha.........." ucapnya sambil menyuruh Asa membawanya pergi keluar dari ruangan putranya.

Blllaaam...

Sementara Maya dan Masumi masih berdiri dan saling tatap. Masumi tersadar tangannya masih menahan tubuh mungil Maya. Maya pun berusaha berdiri tegap dan hendak pergi...

Namun tangan Masumi menahannya...

"Jangan pergi, Mungiill..." cegah Masumi lirih.

Maya berdiri membelakangi pria itu. Langkahnya pun berat. Gadis itu ingin tetap berada di dekat pria yang dia cintai. Sangat ingin...

"Maafkan aku, Masumi...telah menyakitimu..." ucap Maya pelan.

Masumi pun mendekap Maya dari belakang. Dia pun sangat ingin tetap berada di dekat gadis itu.

Airmata keduanya menetes...

Begitu lirih...

"Mungill...maaf bila aku mengabaikanmu..." aku Masumi lembut.

Maya semakin terisak mendengarnya...

Lalu Masumi memutar tubuh Maya agar bisa berhadapan dengannya. Namun Maya merasa malu bila harus bertatapan dengan pria yang pernah dia sia-siakan.

"Tatap aku, Maya..." pinta Masumi sambil menahan dagu Maya untuk tetap menatap dirinya.

Namun Maya malah menunduk malu dan gugup...

"Maya..." desis Masumi.

Pria itu pun memeluk erat tubuh mungil Maya. Memeluknya erat dan sangat erat...

"Mungill..." isak Masumi bahagia.

Begitupun Maya menenggelamkan kepalanya ke dada Masumi yang bidang. Airmata keduanya begitu deras mengalir...

Hari itu benar-benar membawa keduanya dekat kembali...
Walau semuanya belum terlalu jelas terungkap...

Namun hari itu, baik Maya maupun Masumi sangat bahagia bisa berpelukan kembali.

Melepaskan kerinduan yang telah lama terkubur bersama masa lalu yang membuat mereka jauh...
Menumpahkan semua kegelisahan...

Untuk saat ini mereka sangat bahagia...
Bahagia...





***continue to -part 9-***



1 komentar:

  1. semakin dibacva...semakin gak sabar nunggu lanjutannya, entah dah baca berapa kali ya....

    Sampe dah gak bisa berkata2....

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...