Mei 29, 2011

Cinta di DAITO





Perusahaan Daito memang sangat ditakuti dan disegani karena sepak terjangnya di dunia teater khususnya. Banyak aktris dan aktor yang dilambungkan oleh Daito. Semua adalah orang-orang yang sangat berbakat dan berkantong tebal tentunya. Namun tidak dengan aku, gadis kecil dari Yokohama yang sangat mencintai akting dan berharap di Tokyo ini bisa mengekspresikan segala kecintaanku tersebut. Sejak bergabung dengan teater Bu Mayuko, aku mulai diperhitungkan oleh dunia akting. Dan tentunya oleh perusahaan Daito, yang dipimpin oleh seorang lelaki berwajah tampan dan sangat kejam katanya. Mendengarnya saja aku sudah takut dan tentunya harus menghindar jauh-jauh. Namun ternyata semuanya tidak seperti yang kuharapkan, sejak mulai berakting bersama Sensei Mayuko, aku selalu mendapat masalah. Perusahaan Daito dan sutradara Onodera selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan teater Mayuko. Itu membuatku semakin membenci lelaki tampan gila kerja itu. Apalagi dia telah menyebabkan aku kehilangan ibu tercintaku. Dan masih banyak lagi hal penyebab rasa benciku padanya. Terlepas dari itu 'lelaki' itu pula ternyata dialah yang selalu memberikan ku kemudahan dan menyemangatiku dalam mencapai kesuksesan aktingku.


Dan tanpa sadar aku telah sedikit memikirkannya. Tapi saat ini bukan sedikit lagi, melainkan perasaan itu semakin besar menggelembung seperti hendak pecah dan menebarkan aroma cinta dan kebahagiaan. Hingga akhirnya kesempatan itu tiba dengan cepat menghampiriku. Sejenak aku terbaring melamunkan apa yang telah kualami selama di Tokyo, khususnya di Daito.


Kisah ini berawal ketika hubungan kami mulai terbuka, namun masih samar-samar. Karena sejak 'kencan Astoria' itu sekitar 1 tahun lalu, kami tidak pernah memproklamirkan cinta sama sekali. Yang ada hanya saling diam dan pandangan dalam setiap kali bertemu. Entah apa dan mengapa 'lelaki tampan' itu seperti menjauhiku, apakah karena seseorang seperti 'Nona Shiori'? Padahal yang aku dengar, pertunangan itu telah dibatalkan oleh Pak Masumi sendiri. Itu membuatku lega, namun sampai saat ini aku merasa terombang ambing. Sampai kapan aku begini? Sementara ada seseorang yang sangat memperhatikanku seperti Koji di sampingku. Dilema apa ini?


*****


Hari ini cukup cerah, seperti biasa aku dan Rei berangkat untuk latihan di studio Kids. Akhirnya kami pun tiba di gedung itu. Tiba-tiba nona Mizuki menghampiriku...


"Nona Maya....bisa ikut aku sebentar? Ada yang ingin kubicarakan" pintanya yang mengejutkanku dan Rei.


"Oh..nona Mizuki, baik" ucapku sambil melambaikan tangan pada Rei, yang langsung pamit untuk segera ke studio.


Kami pun berjalan bersama, aku mengikutinya sambil bertanya-tanya: ada apa ini? Apa yang ingin dibicarakannya ya? Pikirku tanpa memperhatikanku kemana nona Mizuki membawaku. Tiba-tiba kami sudah berdiri tepat di depan ruangan Pak Masumi. Seketika aku hendak pergi, namun tangan Mizuki begitu kuat dan membawaku masuk ke ruangan 'lelaki tampan' itu.


Brraakk....


"Nona Maya sudah disini pak!" ujarnya sambil membungkukkan badan dan berlalu keluar ruangan itu.




Seketika badanku rasanya dingin dan pipiku panas merona. Aku hanya bisa menunduk, namun aku tau bahwa pak Masumi sedang berdiri melihat ke arah jendela. Dan itu membuatku kikuk sendiri, aku harus bagaimana? Apa yang harus kukatakan?


TIBA-TIBA..............


"Duduklah....mungil!" ucapnya sambil membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arahku.


Tanpa menjawabnya, aku berjalan ke arah sofa mewah berwarna khaki itu. Akupun duduk sambil meremas-remas jari-jari tanganku. Jantungku rasanya berdetak kencang. Aku tak bisa menahannya. Bagaimana ini? Tapi itu sedikit sirna karena dia mulai membuka pembicaraan.


"Maya...maaf membuatmu gugup, dan maaf membuatmu menunggu terlalu lama untuk mendengarkan ini" katanya lagi.
Aku mencoba mencerna apa yang dimaksud olehnya. Namun aku tak menemukan jawabannya sehingga membuatku bertanya.


"Pak Masumi.....saya tidak mengerti mengapa anda meminta maaf kepadaku? Aa..aaku rasa tidak ada kesalahan apapun" ucapku sedikit gugup.


"Mungil.....apa kau masih ingat dengan ucapanku sepulang berlayar di kapal itu setahun yang lalu?" dia bertanya sambil menatapku sendu.


"Iiiya pak Masumi, aku pasti ingat setiap ucapan anda saat itu" kataku menjelaskan yang membuatnya sedikit terkejut.


"Aku mohon padamu Maya, tolong lupakan semuanya. Lupakan apapun yang terjadi kala itu. Karena aku tidak ingin menyusahkanmu nantinya dan akupun tak ingin susah karenamu" tegasnya yang kemudian membuat sesuatu seperti menghempaskan tubuhku.


"Apa....maksud anda...pak Masumi?" tanpa terasa air mataku menetes di kedua pipiku yang memerah. Dan itu pasti membuatnya sedih, aku tau itu!


"Mungil.....maafkan aku! Maafkan aku!" katanya sambil menghampiriku dan berusaha menepuk pundakku. Namun entah darimana datangnya kekuatanku untuk menepisnya. Aku pun beranjak hendak berlari meninggalkan ruangan tersebut.


BRAAAKK!!!


Aku berlari secepat mungkin, aku tak tahu lagi apa yang ada di depanku, mungkin semua mata  memandangku. Aku lihat Mizuki berusaha mengejarku. Namun akhirnya tidak ada seorangpun yang mengejarku. Aku berjalan gontai di sepanjang jalanan kota Tokyo. Hingga aku tiba di depan taman di dekat apartemenku, tempat biasa aku menyendiri.


*****


Tiga bulan setelah kejadian itu...............


Seperti biasa pagi-pagi aku berangkat untuk latihan, namun kali ini Koji yang menjemputku. Kamipun pergi bersama setiap pagi ke tempat latihan. Koji selalu ada untukku, dia terlalu baik. Berapa kali aku sudah menyakiti hatinya, namun ia slalu saja bersikap baik dan setia kepadaku.
Hari ini ada pertemuan seluruh pemain, sutradara dengan sponsor drama kami.Jadi kami harus berkumpul di aula untuk temu membicarakan jalannya drama nanti. Tentunya ada Pak Masumi sebagai direktur dari perusahaan Daito.
Huuuuffh....pertemuan itu membuatku gugup, namun entah mengapa seperti ada silet yang menyayatku pabila mendengar namanya, apalagi bertatap muka dengannya. Aku selalu menghindari pertemuan dengannya.


"Koji....kau duluan saja, aku ingin ke toilet sebentar" ucapku tanpa melihat Koji dan berlalu menjauh dari pintu Aula tersebut.


"Maya" panggil Koji, namun aku terlanjur berlari dan memasuki sebuah lorong untuk menghindarinya.


Ahhh.....aku selamat pikirku, entah berapa lama aku duduk termenung di dekat toilet itu. Sampai seseorang mengejutkanku.


"Maya!" tegurnya membangunkanku dari lamunan.


"Ahhh...Rei, kau rupanya" jawabku lega.


"Maya...mengapa kau disini? Apa temu sponsornya sudah selesai? Tadi sepertinya masih berlangsung tuh..." ucapnya penuh tanya.


"Rei....aaku..."ujarku namun sebelum kuselesai bicara, Rei sudah meneruskan kata-kataku.


"Pak Masumi.....iya kan? Maya...sampai kapan kau seperti ini? Hidup terus berjalan sobatku. Lupakan dia, lihat sekelilingmu!" tegasnya dengan nada sedikit sebal karena kelemahanku.


Sebelum ini semuanya telah kuceritakan pada Rei, karena Rei lah aku masih bisa datang ke gedung dan latihan. Berkat dukungannyalah aku bisa bertahan. Dia benar-benar sahabat sekaligus kakak bagiku.


"Tapi Rei.....aku merasa tak bisa bergerak, kakiku rasanya kaku pabila berhadapan dengannya. Aku merasa sakit Rei, tapi hatiku masih teramat mencintainya. Reeiiii............" ujarku sambil menangis dan menjatuhkan tubuhku ke Rei di depanku.


"Ma...maya.....kau sebegitu sakitnya? Kau menderita sekali Maya. Aku benci hal ini. Lihat saja!" ucapnya sambil kembali mendudukkanku di bangku itu dan berlalu pergi dari toilet.


Dan aku tahu dia akan kemana. Membuatku sedikit berteriak memanggil namanya.


"Reeiiiiiiiiiii..............please jangan lakukan itu! Itu akan membuatku bertambah sakit Reeeiii......kumohon" ucapku sambil terisak.


Dan itu membuatnya menghentikan langkahnya dan berlari kembali ke arahku. Memelukku dan mengusap air mataku.


"Maya....baiklah....ayo kita pulang. Kau butuh istirahat!" ajaknya sambil menuntunku keluar dari toilet dan gedung Daito. Hingga kami sampai di apartemen. Rei memberiku susu coklat panas dan berusaha menenangkan hatiku. Trimakasih Reii......


*****


Hari yang menyakitkan itu telah berlalu, saat ini aku sudah jauh dari-nya. Jauh dari pengagum setiaku, jauh beribu kilometer dari Daito tempat cintaku bersemi, namun tak sempat untuk kutuai. Karena alasan itulah aku berani memutuskan untuk meneruskan pendidikan universitas di Korea. Suatu keputusan yang sulit bagiku, namun itu harus kulakukan.
Dukungan Rei dan Koji saat itu sungguh membuatku paham akan pentingnya pendidikan. Agar aku bisa menjadi aktris yang pandai dalam segala bidang. Koji memutuskan kuliah di Paris, dan kami berjanji akan kembali bertemu di taman Asahi 3 tahun mendatang.




*****


Tak terasa sudah hampir tiba waktunya, pikirku. Bagaimana kabar teman-temanku Tokyo. Begitupula Koji di Paris. Ahh.....aku merindukan saat-saat bersama mereka semua. Sebentar lagi...ya!!


Hari ini adalah hari kepulanganku. Tepat siang itu pesawatku mendarat di Bandara Tokyo. Senang rasanya bisa menginjakkan kaki di negara kelahiranku. Setelah mendapatkan koperku, aku pun beranjak keluar 'pintu kedatangan'. Bergegas ku dorong troli menuju tempat taxi. Tak berapa lama aku telah berada di sebuah taxi dan segera menuju apartemenku. Ah pasti Rei terkejut dengan kepulanganku, karena aku tak memberi kabar pasti padanya tentang ini. Akhirnya tibalah di depan apartemen dan aku pun langsung masuk lift dan akhirnya sampai di depan pintu kamar.


Tiiiing.....Tooong!


Aku tekan bel di samping pintu dan pintupun terbuka. Ah....Rei....
Kami bertatapan dan saling berpelukan. Biasa airmataku pasti mengiringi perasaan haru dan rinduku pada Rei, sobatku.


"MAYA! Kenapa kau tidak memberi kabar yang pasti tentang kepulanganmu ini...haahh?" tanyanya dengan nada kesal.


"Maaf...maafkan aku Rei....Aku tidak ingin yang lain tau, aku hanya ingin kita bisa menikmatinya dulu bersama tanpa ada gangguan media Rei" ucapku sambil memeluknya kembali.


Rei senang mendengar alasanku, dia segera menyambar jaketnya dan membawaku keluar apartemen. Entah kemana dia akan membawaku. Tapi aku sadar ini harus dirayakan, yaa hanya aku dan para sahabatku tentunya.


*****


Perjuangan hidupku di Tokyo akan di mulai lagi. Aku harus memulai hidup dengan suasana hati yang baru. Walau sulit aku akan mencobanya.


Hari ini ada pertemuan dengan manajemen Daito, mereka ingin bertemu sebelum diadakan Konfrensi Pers denganku. Rei menemaniku untuk datang ke gedung itu. Ada rasa ingin bertemu dengannya, namun aku segera menepisnya. Yaa..aku akan mencoba tidak mengingatnya kembali. Tidak membangkitkan rasa cintaku padanya.


*****


Sementara di kantor Daito, Masumi Hayami telah mendengar akan kepulangan Maya dan pertemuan dengan manajemen Daito tersebut.


"Mizuki...apa semuanya sudah dipersiapkan?" tanyanya pada Mizuki.


"Sudah pak, oiya pak...apa anda akan hadir di pertemuan tersebut?" mizuki balik bertanya, dan itu membuat Boss-nya kesal.


"Apa kau sengaja?Apa maksudmu?" Pak Masumi bertanya kesal.


"Ma..af pak....kalau begitu saya permisi" ucapnya segera keluar ruangan.


Maya....maya....bagaimana perasaanmu setelah bertahun kita tak bertemu? Maafkan aku telah membiarkanmu pergi. Aku sangat merindukanmu. Tapi lampu merah di sekelilingku sepertinya tidak pernah hijau.


*****


Pagi-pagi sekali Maya bangun dan mencoba berolah raga sendirian di sekitar apartemen.


Waah cerah sekali tapi memang agak dingin, sudah lama aku tidak merasakan udara pagi kota ini. Senangnya aku bisa berada disini kembali.
Tiba-tiba Maya ingin menuju taman tempat biasa dia menyendiri bila ada masalah.
Ah...aku ingin ke sana dan harus ke sana, pikirnya sambil berlari menuju taman itu. Dengan semangat dia berlari tanpa memperdulikan ada beberapa orang menatapnya tajam.


Setibanya di Taman...


Maya langsung duduk di sebuah ayunan sambil mengayunkan kakinya. Dia kembali teringat semua yang dilaluinya di taman ini. Betapa banyak kenangan disini, pikirnya.....
Maya terus tenggelam dalam lamunannya, hingga tak sadar seseorang telah memperhatikannya dari tadi.


"Aku tau kau pasti akan datang kesini, Maya" pria itu memastikannya.


Maya sangat kaget dan segera membalikkan tubuhnya mengikuti arah suara itu.


"Ahh...Koji...kau kah itu?" ucap ku sambil berlari dan entah mengapa aku langsung memeluknya. Itu membuat Koji kaget, aku bisa lihat itu dari raut wajahnya.


"Maya...kau baik-baik saja kan? Ada apa Maya? Aku sangat mengkhawatirkanmu!" ujar Koji lembut.


"Koji, aku baik dan sangat senang bisa bertemu denganmu sekarang ini. Ahhh...maafkan aku telah..." ucapku sambil melepaskan pelukanku padanya.


"Tidak...aku senang kau memelukku Maya" katanya membuat pipiku merah.


Lalu kami saling menceritakan pengalaman selama jauh dari Jepang, Koji tidak berubah sedikitpun, dia tetap Koji yang dulu...


Tiba-tiba HPku berbunyi...
Kuangkat dan terdengar suara Rei diseberang sana. Dia mengingatkanku akan pertemuan dengan manajemen Daito jam 10 pagi ini.


"Koji...maaf aku hampir lupa, bahwa hari ini aku ada janji. Tadi Rei meneleponku" kataku sedih karena harus berpisah dengannya.


"Oh..iya aku hampir lupa, kau pasti akan sangat sibuk mulai sekarang. Begitupun aku, nanti pasti kita bertemu lagi" ujarnya sambil memegang tanganku.


"Koji...trimakasih kau datang hari ini" ucapku sebelum berpisah. entah mengapa aku merasa dekat dengannya.


"Maya, ada apa? Apa kau sedang dalam masalah? Apa kau membutuhkanku? Katakan Maya!" tanyanya menggebu-gebu, membuatku sedih dan merasa membutuhkannya.


"Koji...maukah kau menemaniku hari ini? Menjagaku dan menghiburku?" pintaku dalam padanya.


"Maya...aku akan selalu menjagamu tanpa kau pinta, apalagi kau yang memintanya" ujarnya sambil menggandeng tanganku.


Kami pun tiba di depan apartemenku, aku akan dijemputnya untuk menuju ke pertemuan itu.
Tepat jam 9.30, Koji datang menjemputku dan Rei. Dia turun dari sebuah mobil mewah dan mempersilahkan kami naik.


*****


Aku duduk di tengah-tengah antara Rei dan Koji. Aku sudah berjanji dalam hati bahwa aku tidak akan mengingat rasa itu. Aku harus bersikap profesional mulai sekarang. Akhirnya Pak Masumi muncul juga. Dia bersama Mizuki dan yang lainnya. Kami pun saling memberi hormat dan pembicaraanpun dimulai.
Sudah hampir 2jam pertemuan ini membuatku bosan, entah mengapa aku merasa harus segera menyetujui apa-apa saja kesepakatannya. Aku katakan pada Rei untuk segera mengakhiri pertemuan ini. Aku lelah....
Akhirnya pertemuan selesai, Koji menggenggam jemariku. Aku merasa tenang karenanya. Kami pun meninggalkan ruangan tersebut. Aku tau, dia memperhatikanku dari sudut matanya, namun aku berusaha tak ingin meliriknya. Jadi tidak ada pandangan kami yang bertemu. Aku mensyukurinya.


*****


Aku, Rei dan Koji akan makan siang setelah pertemuan itu. Tiba-tiba Mizuki menghampiriku dan ingin berbicara berdua saja denganku.
Akhirnya Rei dan Koji menungguku di sebuah Restoran.


"Nona Mizuki...ada apa? Aku masih ada kegiatan sampai sore" ucapku memulai pembicaraan.


"Maya...Pak Masumi menunggumu di ruangannya" tegasnya sambil menunjuk sebuah pintu di sebelah sana.


"Maaf....aku rasa tidak ada yang harus dibicarakan lagi. Semuanya sudah jelas di pertemuan tadi" jawabku sambil hendak melangkahkan kaki.


Namun Mizuki menarikku dan memaksaku ikut dengannya.
Kamipun tiba di ruangan Pak Masumi. Hatiku tiba-tiba berdebar kencang. Aku sudah berusaha meredam rasa itu. Oh Tuhan....


"Biarkan kami berdua...Mizuki" ujarnya sambil mengunci pintu, lalu memasukkan kunci itu ke dalam jasnya.


"Maaf pak....aku harus pergi" kataku berusaha tegar.
Aku tidak ingin memandangnya, aku merasa lemah, seluruh badanku memanas. Tak terasa airmataku menetes dan segera kuhapus.


"Mungil..." ucapnya lembut.


"Jangan panggil aku dengan sebutan itu pak Masumi. Aku sudah dewasa dan aku bukan Mungil anda! kataku lebih lugas lagi.


Entah apa yang membuatku begitu tegar, aku hanya ingat kata-kata terakhir kami bertemu. Bahwa dia memintaku melupakan semuanya!


"Pak Masumi, semuanya sudah aku lupakan, jadi tolong anda jangan mengingatkannya kembali" pintaku dengan terisak.


"Maya...aku tidak pernah ingin kau benar-benar melupakannya! Aku..." ucapnya lagi, namun segera aku tengahi.


"Maaf pak...saat ini aku sudah mulai melupakan Anda, aku....aku..." ujar ku sambil menahan airmataku mulai deras mengaliri pipiku.


Tiba-tiba dia memelukku erat dan aku membiarkannya. Harum tubuhnya begitu lekat dalam ingatanku. Aku begitu merindukan pelukan ini.


Pak Masumi.....pak Masumi....


Entah berapa lama kami berpelukan, hingga membuat tubuhku lemas dan hampir terjatuh. Dia menyadari itu dan membopongku ke sofanya.
Akupun terbaring di sofa itu, dia memberiku air putih dan meminumkannya.


"Mungiiil....maafkan aku, ternyata aku tak bisa hidup tanpamu" ucapnya lirih.


"Pak Masumi...mengapa anda seperti ini? tanyaku dengan kesal.


Namun nafasnya terasa sangat dekat denganku, bibir itu begitu tak berjarak dengan bibirku. Dan tak lama aku bisa merasakan kehangatan desahan nafasnya. Dia melumatnya beberapa kali, membuatku sedikit terengah-engah bernafas.
Sekian lama aku merasakan kehangatan bibirnya, tiba-tiba aku merasa sesuatu yang berat berada di atas tubuhku. Kami pun tenggelam dalam kerinduan yang teramat dalam. Hingga tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara Handphone-nya.


"Pak Masumi....handphone anda.." ucapku pelan.


“Aah...ya maaf" ujarnya sambil mengeluarkan Hp dari saku jas nya.


Akhirnya pertemuan istimewa kami usai, dia mengantarku sampai di depan apartemen. Tidak banyak hal yang kami bicarakan, entah mengapa aku dan mungkin juga pak Masumi enggan membicarakan tentang perasaan masing-masing.
Akupun turun dari mobil dan dia mengantarku sampai depan pintu kamar.


"Mungil...aku ingin selalu seperti ini! Walau aku tau itu butuh waktu yang lama" katanya lembut.


"Pak Masumi...aku berusaha mengerti keadaan itu dari dulu" jawabku namun tiba-tiba dia menghentikannya.


"Sudah Maya...aku sudah tau itu. Aku lah yang tidak pernah mengerti dirimu Mungil! ucapnya sambil menarik lengan dan memelukku.


Pak Masumi.....Mawar Unguku......


Selang beberapa hari...
Hari ini kami mulai latihan drama terbaru yang akan dipentaskan.
Seperti biasa aku dan Rei berangkat latihan ke studio Kids. Hari-hariku akan dimulai kembali di Daito.Dan saat ini aku merasa lebih bergairah karena hubunganku dan pak Masumi sudah sedikit mencair. Walaupun dia tidak mengatakan apapun. Namun aku merasakan kerinduan yang dalam saat dia memelukku kemarin.
Pak Masumi....pak Masumi...aku benar-benar masih mencintaimu!
Tiba di ruang latihan, aku berusaha membaca skrip yang diberikan pak Kuronuma. Begitupun Koji serius sekali menghayati peran baru yang akan diperankannya. Dia melihat ke arahku dan menghampiriku.


"Kau sudah baikan Maya? Sepertinya kau bahagia hari ini, boleh aku tau karena apa itu?" tanya nya sambil memberiku segelas susu hangat.


"Koji...hari ini aku sudah bisa beradaptasi. Kita kan sudah bertahun-tahun jauh dari Tokyo" jawabku sedikit malu seakan tau bahwa aku bahagia karena Pak Masumi.


"Maya...aku mengenalmu sudah lama, dan aku tau bila kau sedih ataupun bahagia seperti sekarang" ujar Koji lembut.


"Trimakasih Koji...kau selalu baik padaku" balasku menunduk.


"Oh iya...nanti kita makan siang bareng ya!" ucapnya lagi sembari berlatih kembali.


"Baiklah Koji...kita harus merayakan kembalinya kita ke Tokyo" ujarku semangat dan kembali membaca skrip lagi.


Akhirnya waktu makan siang tiba, Koji menghampiriku dan menarik lenganku. Aku pun merasa resah dengan hal itu. Aku tak ingin ada salah paham pabila kami bertemu dengan pak Masumi.
Kamipun keluar studio dan benar dugaanku, pak Masumi tepat berjalan menuju ke arah kami. Seketika itu juga Koji berhenti dan memandang ke arahku. Sampai pak Masumi dan Mizuki menyapa.


"Ah...mungil, apa kau akan makan siang?" sapanya ramah.


"Iya pak Masumi" ucap Koji mendahuluiku menjawab.


"Baiklah aku pikir itu bagus bila kalian sering melakukannya" kata Masumi sedikit cemburu.


Aku hanya menatapnya dan dia membalas dengan senyuman. Lalu pamit dan berlalu menjauh dari kami.


Koji pun semakin menunjukkan bahwa dia bahagia bisa lunch bersamaku. Dia terus tersenyum hingga kami selesai makan siang. Namun aku masih diam kebingungan dengan sikap pak Masumi tadi. Dia pasti cemburu, namun dia begitu acuh padaku. Huuuh...pak Masumi...kau membuatku bimbang dengan sikapmu...selalu...
Sorepun tiba, pak Kuronuma menghentikan latihan karena dia akan mengantarkan istrinya ke dokter. Akhirnya latihan selesai. Koji dan Maya pulang bersama dengan berjalan kaki. Namun sepanjang jalan Koji banyak diam. Maya pun merasa aneh dengan sikap Koji yang tiba-tiba diam.


"Koji...ada apa denganmu? Bukankah tadi kau bersemangat sekali?" tanya Maya memecah kesunyian.


"Hm...tidak Maya, aku hanya sedikit tak mengerti dengan perasaanku ini" ucap Koji pelan.


"Perasaanmu? Ada apa dengan perasaanmu Koji?" tanya Maya kemudian.
Tiba-tiba Koji menghentikan langkahnya dan menghadapkan wajahnya pada Maya. Maya terkejut dan hanya diam memandang Koji. Merekapun saling pandang beberapa saat. Hingga Maya mengalihkan tatapannya ke arah lain.


"Maya...sebelumnya aku sangat ingin menanyakan hal ini padamu" ucap Koji pelan.


Aku hanya diam dan mulai merasa takut dengan apa yang akan dikatakan Koji nanti.


"Maya...aku sudah berusaha membuang perasaanku padamu. Kukorbankan menjauh darimu ke Paris. Namun ternyata itu hanya sia-sia" ujarnya penuh pengharapan.


"Aku hanya ingin kau tau bahwa rasa yang kumiliki untukmu, tidak akan pernah hilang Maya" ucapnya Koji lagi.


"Koji...aku..aku tak ingin mengecewakanmu” ucap Maya lembut.


“Maya katakan apakah perasaanmu pada pak Masumi masih ada?” Tanya Koji mengejutkan Maya.


“Koji…aku sudah letih seharian latihan, jadi kumohon jangan bicarakan yang tidak-tidak” pinta Maya lesu.


“Tapi Maya…aku dan pak Masumi butuh kepastianmu” ujar Koji membingungkanku.


“Aaapa maksudmu Koji? Aku akan sangat menghargai perasaanmu tentunya. Tapi aku hanya mohon padamu untuk tidak membawa-bawa nama pak Masumi” kata Maya kesal.


“MAYA!” ucap Koji sedikit keras.


“Sudahlah….aku ingin pulang sekarang” kata Maya sambil berjalan melanjutkan langkahnya.


“MAYA…MAYA…MAYA! Dengarkan aku dulu…” ucap Koji sambil berlari mengejar Maya.
Maya hanya diam dan berjalan dengan lebih cepat. Hingga tiba-tiba sebuah mobil berhenti di dekatnya. Dan yang pasti mobil itu kepunyaan lelaki tampan ‘Masumi Hayami’.


Maya langsung berhenti dan hanya bengong melihat Masumi turun dan menghampirinya. Koji pun hanya menatap keduanya. Perlahan dia melangkah mendekati Maya dan Masumi.
Masumi sedikit cemburu karena ternyata Maya dan Koji pulang bersama. Dia tersenyum pada Koji.


“Oh…kalian baru pulang latihan? Ayo aku antarkan kalian” katanya tegas sambil mendorong Koji untuk masuk mobilnya.


Setelah Koji masuk dan duduk di kursi depan bersama supir.
Masumi pun menarik Maya dan mereka duduk di kursi belakang. Terlihat Koji cemburu, dia meremas jemarinya sendiri sambil menggigit bibirnya. Lalu pak Masumi memberitahu supir untuk mengantar Koji terlebih dahulu.
Ternyata Koji menolaknya, karena dia ingin Masumi mengantar Maya terlebih dahulu. Koji merasa curiga nanti Maya dan Masumi akan bisa berduaan. Akhirnya Masumi dengan terpaksa menuruti kemauan Koji.
Sepanjang jalan Masumi terus memandangi Maya yang duduk di sebelahnya. Entah apa yang terjadi Masumi tiba-tiba menggenggam jemari Maya. Maya tampak gugup dan gemetar. Maya takut Koji melihat itu. Dia tak ingin menyakiti hatinya. Maya berusaha menepisnya, namun tangannya terlalu kecil melawan tangan Masumi yang besar.
Ketiga orang itu sedang dalam keresahan, hanya pak supir yang santai dan tetap melajukan mobil dengan tenang.
Akhirnya mobilpun sampai di apartemen Maya. Koji langsung turun dan membukakan pintu Maya. Masumi kalah cepat rupanya, dia hanya mendekati Maya dan…


TIBA-TIBA!!!


Masumi mendaratkan kecupan di kening Maya. Sontak Koji dan Maya kaget. Koji sangat geram dengan tingkah laku Masumi. Sekali lagi dia menahan emosi dengan meremas jemarinya.
Maya pun kaku dan mengucapkan trimakasih kepada keduanya.


“Pak Masumi…trimakasih telah mengantarku” ucap Maya sembari melirik Masumi.


“Dan Koji…trimakasih juga atas hari ini” ucap Maya lagi kepada Koji.
Maya pun membungkukkan badannya dan masuk ke apartemen.




Beberapa saat akhirnya tiba di kediaman Koji. Masumi pun pamit namun sebelum ia beranjak, Koji menahannya dengan ucapan:


“Apa yang anda lakukan tadi?” Tanya Koji nyelidik.


“Ooiya aku hampir lupa mengatakan sesuatu padamu” ujar Masumi mulai panas.


“Aku sudah tau apa yang akan anda katakan, jadi lebih baik tidak usah dibahas” pinta Koji sambil hendak pergi.


Namun Masumi menjelaskan bahwa:


“Koji…apa kau tau perasaan Maya padaku? Dan aku berniat mewujudkannya” kata Masumi bangga.


“Anda keterlaluan pak Masumi. Apakah anda pikir Maya seperti layangan? Anda bolak-balik mengulur perasaanNYA!” bentak Koji kesal.


“Koji…jangan asal bicara. Aku sangat menyukainya, mana mungkin aku seperti yang kau tuduh!” kata Masumi lebih santai.


“Jika seperti itu, mengapa tidak dari dulu anda wujudkan? Mengapa anda membiarkannya pergi ke Negara lain dalam kebimbangan” ucap Koji lagi.


“Bukan…seperti yang kau sangka Koji. Saat itu…” ucapan Masumi terhenti karena Koji tiba-tiba memukul wajahnya.


Pak Masumi tersungkur, pak supir pun turun untuk melerainya. Masumi memandang Koji dan mengusap bibirnya yang sedikit berdarah.


“Jadi aku peringatkan anda, tn Masumi! Jangan pernah menyakiti hati Maya. Karena aku teramat mencintainya” ucap Koji datar.


“Bagus…aku senang ada saingan, jadi ini semakin menarik bukan?” kata Masumi sambil masuk ke mobil dan berlalu dari kediaman Koji.


Koji masih memandang mobil itu hingga hilang dari pandangan. Dia sangat kesal pada Masumi.


Pak Masumi…aku hanya ingin kau bisa bahagiakan gadis itu. Karena aku sadar bahwa gadis itu pun sangat mencintai anda. Aku bahagia bila dia bahagia…pak Masumi…

Keesokan harinya…


Studio penuh dengan para pemain baru yang akan bergabung. Tampak pak Kuronuma sibuk mengatur semuanya. Tak terkecuali Maya dan Koji.
Tiba-tiba Masumi masuk dan berbicara langsung pada pak Kuronuma. Sedang Maya dan Koji hanya terpaku. Lalu terdengar pak Kuronuma memanggil Maya.


“Iya pak” kata Maya menghampiri.


“Ini…pak Masumi meminta ijin padaku untuk bisa mengajakmu bolos latihan hari ini. Apa kau mau?” Tanya pak Kuronuma membuatku malu.


Namun belum sempat aku menjawab. Tangan Masumi langsung menarik dan membawaku meninggalkan studio. Dan yang pasti semua mata memandang kami heran. Apalagi Koji yang protes kepada pak Kuronuma atas ijinnya.


Pak Masumi dan aku naik mobil ke suatu tempat. Aku tidak tau akan dibawa kemana ini. Tapi aku tak bisa berkata apa-apa. Badanku terasa keringat dingin. Jantungku masih sama berdetak kencang seperti saat aku pergi meninggalkan Tokyo.
Begitupun Masumi berpikir pasti Maya akan terkejut dengan keputusannya ini.
Tunggulah mungil…kau akan tau kubawa kemana. Aku tidak mau main-main lagi dengan perasaanku. Cukup sudah aku membiarkanmu sendiri.
Mobilpun memasuki sebuah pekarangan yang cukup luas. Rumah itu begitu besar dan di gerbang tadi tertulis “kediaman Hayami”.
Maya mulai curiga, jangan-jangan ini rumah pak Masumi. Mau apa dia membawaku kesini kalau memang benar. Aduuh aku harus bagaimana?


Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttt….


Mobil berhenti dan Masumi turun lalu membukakan pintu untukku. Maya turun dengan bertanya-tanya dalam hati. Wajahnya terlihat cemas.


“Sudah mungil…ayo kita masuk” ucap Masumi lembut.


“Tapi…iiinni…” Tanya Maya cemas.


Masumi langsung merangkul punggung Maya dan membawanya ke satu ruangan.


“Ayo Maya…seseorang telah menunggumu” kata Masumi senang.


Maya dan Masumi pun masuk. Di depan mereka telah menunggu sang jendral tertinggi itu. Dengan tatapan tajam dia menatap Maya. Maya tampak kaget bahwa orang tua itu adalah ‘Paman Es Krim’ yang pernah beberapa kali ditemuinya.


“Ppaman? Mengapa anda disini?” Tanya Maya polos.
Pertanyaan Maya sontak membuat Masumi geli. Dan membuat wajah Eisuke sedikit merah karena malu.


“Mungil…mengapa kau menyebut Ayahku, paman es krim?” Tanya Masumi sembari tertawa kecil.


Mayapun kaget dengan sebutan Ayah dari Masumi dan terdiam kebingungan. Eisuke lalu mendorong kursi rodanya dan mendekati Maya. Dia menarik lengan Maya.


“Iya Maya…aku paman es krim itu. Dan aku juga adalah ayah dari lelaki yang kau bilang menjengkelkan itu bukan” ucapnya pelan sambil melirik Masumi.


Masumi tampak heran, apa Maya curhat tentang aku pada ayahnya itu. Namun dia senang melihat Eisuke bisa tersenyum dan bersahabat pada Maya.


“Maaf paman, aku benar-benar tak tau jika anda..adalah..” kata Maya kikuk.


“Sudahlah…sekarang aku ingin kau mendengarkan penjelasanku ini” kata Eisuke kebapakan.


“Maya…maaf membuatmu menderita atas kejadian yang lalu. Aku sebenarnya sudah tau lama akan perasaanmu dan Masumi. Namun aku begitu memaksakan kehendakku” ujarnya perlahan dengan suara getir.


“Ah…paman…aku tidak pernah mempermasalahkan itu. Karena aku sadar siapa diriku sebenarnya” ucap Maya terharu.


“Aku tau itu….kau gadis yang sangat baik dan tulus. Oleh karena itu aku bertahun-tahun memikirkannya. Aku merasa berdosa memisahkan kalian. Aku ingin Masumi bahagia dengan pilihanku” kata Eisuke sambil terisak.
Matanya berkaca-kaca menatapku. Dia kelihatan sedih sekali dan terus menggenggam tangan Maya. Sebelum melanjutkan pembicaraannya, dia mengusap air matanya dengan sapu tangan. Melihat itu Maya langsung membantunya. Eisuke pun semakin terisak, Masumi mencoba menenangkan dengan menepuk punggung ayahnya dari belakang.


“Maya menikahlah dengan Masumi” ucap Eisuke bahagia.


Maya masih bengong sampai Masumi memanggilnya.


“Mungil…mungill…” panggil Masumi.


Mayapun gemetar. Tubuhnya terasa kaku mendengar ucapan pak Eisuke.


“Mulai sekarang panggil aku ‘Ayah’ ya Maya!”pintanya sambil tersenyum.


Lalu Eisuke menyuruh mempersiapkan semuanya. Dia terlihat semangat sekali. Sedangkan Maya hanya terduduk melihat ayah dan anak itu berdebat sendiri membicarakan pernikahan.
Mungkinkah ini nyata…atau hanya mimpi? Masumi akan menikah denganku? Dan tuan Eisuke menyetujuinya? Aku tak percaya dengan semua ini…mungkinkah…
Maya memberi salam ketika Eisuke akan meninggalkan ruangan tersebut. Maya terduduk lemah, namun Masumi langsung menghampiri dan merangkulnya.


“Mungil…sebentar lagi kau akan menjadi milikku” ucap Masumi lembut sambil mendekatkan wajahnya ke Maya.


“Pak Masumi…jangan seperti ini, nanti ada yang lihat” ucap Maya ketakutan.


Namun Masumi tak memperdulikannya, dia terus saja menciumi Maya hingga Maya bersandar pada sebuah bantalan kursi. Masumi memandangi wajah wanita yang dicintainya. Sambil membelai rambut Maya, Masumi menciumi seluruh wajah kekasihnya itu.


Sementara itu Eisuke melihat mereka dengan bahagia. Dia membiarkan mereka beberapa saat seperti itu. Dia merasa bersalah telah memisahkan mereka.
Masumi…anakku, aku bahagia bila kau bahagia. Aku tenang sekarang…pikir Eisuke..
Sementara Maya dan Masumi tampak bahagia. Akhirnya cinta yang begitu panjang tiba juga di pelaminan. Walau harus bertahun-tahun memendam, semuanya tak akan bisa tenggelam dan berlalu begitu saja. Merekapun tersenyum bahagia menyambut hari esok bersama.





***the end***

Mei 28, 2011

My Weakness is My Strength



Rasanya tak sabar menanti kelanjutan manga ini. Maka aku mencoba berkhayal kelanjutannya. Namun tetap dalam kapasitas 'seandainya'.
Mohon pengertiannya...






Masumi berlari menghampiri dan mendapati Shiori yang tergeletak bersimbah darah dengan pergelangan tangan yang terluka. Semua orang berhambur memanggil ambulan dan Masumi terdiam membeku di tempatnya.


Beberapa saat di RS....


Masumi terlihat mondar-mandir sambil sesekali menghampiri jendela ruangan dimana Shiori sedang diberi pertolongan pertama.


Apa yang kau lakukan Shiori? Mengapa jadi seperti ini, apa yang harus kujelaskan pada keluargamu? Kau sangat keterlaluan Shiori?


Tak berapa lama, tuan Takamiya tiba di RS dan langsung menghampiri Masumi yang tampak kebingungan.


"Tuan Takamiya..." sapa Masumi sambil memberi hormat pada lelaki tua itu.


"Ah Masumi...apa yang terjadi sebenarnya?" tanya kakek Shiori.


Namun sebelum Masumi menjawab pertanyaannya, pintu ruangan itu terbuka dan seorang dokter keluar menghampiri mereka.


"Tuan Takamiya...keadaan cucu anda selamat. Dia akan pulih dalam beberapa saat lagi" ucapnya sambil memberi hormat dan berlalu.


"Syukurlah, trimakasih dokter" kata tuan Takamiya.


Tuan Takamiya pun mengajak Masumi untuk masuk ke ruangan Shiori. Masumi terdiam dan mengikutinya dari belakang. Ada rasa bersalah dalam hatinya.


*****


Shiori tampak pucat terbaring, pergelangan tangannya masih di perban. Begitupun jarum infus menusuk salah satu nadi di pergelangan sebelahnya.
Setelah beberapa menit, tuan Takamiya keluar dan meninggalkan Masumi di dalam ruangan itu.


Masumi terus memandangi wajah tunangannya itu. Ada rasa sedih, ada rasa kesal, semuanya bercampur aduk.


Shiori...bangunlah...sadarlah...
Aku ingin menyelesaikan semuanya lebih cepat. Aku tak ingin membuat siapapun menderita. Baik kau maupun Maya...



Cukup lama Masumi menemani Shiori dalam ketidaksadarannya. Tiba-tiba jari tangan Shiori mulai bergerak. Masumipun menghampiri dan memanggil namanya pelan.


"Shiori...Shiori..." panggil Masumi.


"Mmmm...Mmma..su..mi..kkaauu.." ucapnya lemah sambil perlahan membuka matanya.


"Iya Shiori, ini aku Masumi"
"Apa yang kau rasakan saat ini Shiori" tanya Masumi cemas.


Akhirnya Shiori membuka kedua matanya. Dia menoleh ke arah Masumi dan meminta Masumi mendekat.


"Ya ada apa Shiori? Sebaiknya kau istirahat saja"
"Kita bisa bicarakan semuanya setelah kau sembuh" kata Masumi sambil hendak pergi.


Namun Shiori menahan lengannya...


"Masumi...aku mohon maafkan aku" ucapnya sedih.


"Sudahlah...nanti saja" ucap Masumi lagi sambil melepas perlahan genggaman tangan Shiori.


"Masumi...aku akan tetap mempertahankanmu, kau harus ingat itu!" kata Shiori menegaskan dengan suara yang sangat lemah.


Masumi pun meninggalkan ruang perawatan Shiori. Dia tampak kesal dengan perkataan Shiori barusan. Tampak Masumi mengepalkan tangannya dan berhenti lalu menghantamkan kepalannya pada dinding RS.


"Keterlaluan dia! Bisa-bisanya dalam keadaan seperti itu, dia mengancamku" kata Masumi kesal.


Lalu dia menghubungi Mizuki dan menyuruhnya untuk memantau perkembangan Shiori.


* Di Studio Kids *


Maya terduduk lesu saat mengingat bahwa Koji mengacuhkannya. Dia sadar pasti Koji sangat marah padanya. Dia mencoba menenangkan diri dengan mengingat kembali masa-masa bahagianya bersama Koji. Dia yakin Koji pasti sangat mengerti keadaannya, pikir Maya.


Yaa...aku yakin pasti Koji akan mengerti dengan perasaanku.....
Koji...maafkan aku...



Mayapun keluar studio dan berjalan menuju pintu keluar. Langkahnya terhenti ketika seseorang memanggil namanya.


"Maya.." pria itu memanggilnya.


Maya pun membalikkan badannya. Ternyata pak Kuronuma telah memperhatikan Maya dari tadi. Dia merasa bingung dengan situasi ini. Pak Kuronuma ingin menanyakan langsung pada Maya.


"Ah anda belum pulang pak Kuronuma?, saya kira tinggal saya sendiri di sini" ucap Maya sedikit kaget.


"Maya..bisa kita bicara sebentar?" tanyanya.


"Tentu pak, bagaimana jika kita ngobrolnya sambil minum susu hangat pak? tanya Maya tersenyum.


Merekapun berjalan menuju ke sebuah warung kecil tak begitu jauh dari studio.
Setelah duduk dan memesan minuman hangat, mereka mulai berbicara serius. Maya menceritakan kejadian sebenarnya pada pak Kuronuma. Pak Kuronuma tampak terkejut mendengar penjelasan Maya. Dia hanya bengong dan menggelengkan kepala tak percaya.


"Pak Kuronuma...saya mohon anda untuk merahasiakan masalah ini dari siapapun" ucap Maya sambil membungkuk.


"Maya...aku tidak peduli ada masalah apa antara kau, Koji dan pak Masumi tentunya. Tapi aku berharap masalah ini tidak mengganggu pementasan uji coba kita nanti" ujar Pak Kuronuma putus asa.


"Saya pun tidak tahu akan begini, saya hanya bisa meminta maaf pada anda" kata Maya haru.


"Maya..apa boleh aku memberi saran" tanyanya lagi.


"Saya senang selama ini anda begitu percaya dengan kemampuan saya, oleh sebab itu saya merasa anda harus tau masalah apa antara aku dan Koji" ucap Maya agak terisak.


"Maya...aku hanya ingin tau, apakah perasaanmu pada tuan Masumi benar? Bukankah..bukankah.." ujar Pak Kuronuma bingung.


"Saya juga tak menyadarinya pak. Saya hanya benar-benar merasakan yang tak kurasakan pada pria lain" ucap Maya pelan.


Mereka pun terdiam cukup lama. Mereka berpikir dengan pikirannya masing-masing.
Akhirnya mereka pun pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan yang sama-sama galau.


Maya tiba di apartemen dan Rei telah menantinya. Maya tau pasti Rei sudah mendengar berita mengenai dirinya, pak Masumi dan nona Shiori. Maya merasa tak tau harus menjelaskan dari mana pada sahabatnya itu.


"Rei...aku tau kau pasti ingin menanyakan sesuatu padaku bukan?" tanya Maya.


"Maya...aku hanya ingin kau mengatakan kemana kau dua malam yang lalu? Mengapa kau tak pulang?" tanya Rei tanpa menjawab pertanyaan Maya sebelumnya.


"Oke Rei...aku akan menceritakan semuanya. Asal kau harus janji ini hanya kita yang tau" ujar Maya serius.


Maya pun bercerita pengalaman bermalam di kapal pesiar mewah Astoria dengan semangat. Dan yang membuat Rei terkejut adalah saat Maya menyebut nama pak Masumi. Berarti mereka bermalam bersama di kapal itu, pikir Rei. Maya tak memperdulikan reaksi wajah Rei, dia terus saja menceritakan bagaimana Shiori melihat mereka, sampai akhirnya Koji mengalami kecelakaan itu. Wajah Rei sedikit memelas mendengar peristiwa Koji tersebut. Dia jadi mengerti apa yang dirasakan sobatnya itu. Karena terakhir dia melihat Maya mulai terisak dan menangis.
Rei pun menggenggam jemari Maya.


"Maya...aku sudah paham semuanya. Kau tenang saja pasti semua akan baik-baik saja" ujar Rei menenangkan Maya.


Tapi kemudian dia teringat pak Masumi...


Ah..aku hampir lupa bahwa Maya sangat membenci lelaki itu? Tapi mengapa mereka bisa begitu akrab malam itu ya? Atau jangan-jangan Maya memang menyukainya, begitupun sebaliknya!



Rei menggaruk kepalanya dan ingin menanyakannya langsung pada Maya. Namun dia urungkan niatnya itu karena dia lihat Maya masih shock.


*Di Gedung Daito*


Masumi sedang membaca beberapa dokumen. Mizuki masuk dan mengabarkan bahwa Shiori akan pulang dari RS hari ini. Masumi pun menanyakan keadaan terakhir Shiori.


"Lalu...bagaimana keadaannya?" tanya Masumi sedikit cemas.


"Saya dengar Shiori sempat banyak kehilangan darah tapi sudah mendapat donor. Dan sebelum saya kesini, nona Shiori sudah dalam keadaan baikan" ujar Mizuki menjelaskan.


Masumi lega mendengarnya, dia mulai bingung harus bagaimana selanjutnya. Dia teringat ancaman Shiori waktu di RS beberapa hari yang lalu. Mizuki menyadari bos-nya sedang memikirkan sesuatu.


"Pak...apa ada yang harus aku kerjakan lagi?" tanya Mizuki pelan.


"Mmmm...tidak, kau boleh pergi" perintah Masumi.


Mizuki pun memberi hormat dan beranjak hendak pergi. Langkahnya terhenti ketika Masumi mengatakan sesuatu yang harus dilakukannya.


"Mizuki...bisa kau membantuku?" pinta Masumi datar.


Mizuki langsung membalikkan badan dan menganggukkan kepala, tanda bahwa dia akan melaksanakan perintah bos-nya itu.


"Ada apa pak? Saya akan berusaha membantu anda" ucapnya tegas.


Masumi pun mulai menceritakan peristiwa di pelabuhan hingga masalah Koji yang kecelakaan. Tampak Masumi terpukul dengan itu, Mizuki menyadari bahwa bos-nya itu sedang dalam posisi yang serba salah.


"Jadi anda menyuruh saya memantau perkembangan Maya, Koji dan latihan nya pak?" tanya Mizuki memastikan.


"Tidak semuanya Mizuki, aku hanya ingin Maya tetap tenang dan bisa sukses dengan uji coba nanti" kata Masumi.


"Baiklah tuan, kalau begitu saya permisi" Mizuki pun pamit dan meninggalkan ruangan Masumi.


*Di Kediaman Takamiya*


Shiori baru saja kembali dari RS. Dia tampak masih lemah, sehingga seorang pelayannya membopong badannya. Tampak tuan Takamiya begitu cemas melihat keadaan cucu nya tersebut. Namun dia tetap tenang di depan Shiori. Dia tau sebenarnya apa yang dirasakan Shiori.


"Shiori....kau harus istirahat untuk beberapa hari ke depan" ucap tuan Takamiya sambil memanggil seorang pelayan untuk mengingatkan hal itu.


"Kakek...aku bukan anak kecil lagi, sebentar lagi aku akan menikahi Masumi kan!" kata Shiori sedikit merayu kakeknya.


"Sudahlah jangan membuat alasan untuk keluar rumah lagi" ujar tn.Takamiya sambil menepuk bahu Shiori dan berlalu meninggalkan Shiori.


Shiori mulai berpikir apa yang harus dia lakukan. Dia tak ingin kehilangan lelaki yang dicintainya. Apalagi hanya untuk ke pelukan gadis itu, pikirnya.
Dia duduk termenung sambil memandang taman di luar jendela.


Masumi...aku tidak akan pernah menyerahkan kau pada gadis itu. Aku sangat mencintaimu Masumi. Akan kuberikan dan lakukan apapun untuk bisa memilikimu...



Shiori pun masuk ke kamarnya dan menangis tersedu-sedu. Tanpa dia ketahui, kakeknya berdiri di balik pintu kamarnya. Tuan Takamiya sangat sedih dengan keadaan cucu kesayangannya tersebut.


Shiori masih menangis ketika Mizuki datang berkunjung. Mizuki membawa sebuket bunga dari Masumi. Seorang pelayan pun mengantarkannya menuju kamar Shiori.


"Nona...ada tamu untuk anda, nona Mizuki" kata pelayan.


Shiori kaget dan langsung mengusap pipinya yang basah. Dia pun mempersilahkan pelayan membawa Mizuki ke ruangannya.


"Selamat siang nona" sapa Mizuki sambil memberi hormat.


"Duduklah Mizuki" ujar Shiori sambil menuangkan teh di gelas untuk Mizuki.


"Bagaimana kabar anda nona? Tuan Masumi menyuruhku mengantarkan ini. Dia meminta maaf karena belum sempat menjenguk" ucap Mizuki pelan.


Shiori hanya diam dan memandangi buket bunga yang diberikan Mizuki. Dia meraba dan menciumnya. Tak terasa airmatanya menetes. Dan itu membuat Mizuki serba salah.


"Nona Shiori...apa anda baik-baik saja?" tanya Mizuki melepas kebingungannya.


"Trimakasih kau mau menjengukku dan aku senang Masumi masih menanyakan kabarku" ujarnya terisak.


"Nona..." ucap Mizuki tak mengerti perkataan Shiori.


Namun dia hampir lupa dengan apa yang dikatakan Masumi sebelum dia pergi kesini. Berarti Shiori sudah menyadari "penggemar rahasia" Maya.


"Aku..tidak mengerti Mizuki, apakah yang kulakukan salah. Aku hanya tak ingin siapapun mengambil Masumi dariku" ucapnya lirih.


"Maaf nona Shiori saya tidak mengerti maksud anda?" tanya Mizuki pura-pura tidak tau apa-apa.


Shiori memandangi Mizuki dan menggenggam tangan Mizuki. Dan berkata:


"Mizuki...bagaimana bila tunanganmu menyukai gadis lain? Apakah mereka bisa mencampakkanku begitu saja? Apakah harus aku yang mengerti perasaan mereka?" suara Shiori mulai keras.


"HAAHH...JAWAB MIZUKI! Mengapa bukan gadis itu yang pergi? Bukankah dia mencoba menarik perhatian tunanganku?" ucapnya teriak dan terisak.


Aku merasa kasihan, pikir Mizuki. Dia mencoba menenangkan Shiori dan memberinya teh agar berhenti terisak.


"Nona Shiori...minumlah dulu, agar anda bisa lebih tenang" kata Mizuki sambil memberikan teh pada Shiori.


Setelah lama terdiam, Mizukipun akhirnya mohon pamit karena masih ada tugas lain.
Selama di perjalanan Mizuki mulai memikirkan semua yang diucapkan Shiori tadi. Dia mulai merasa kasihan pada Shiori.


Pak Masumi...bagaimana ini? Anda lah orang yang paling bertanggung jawab akan masalah ini! Ada dua orang gadis yang sedang menanti kepastian dari anda? Namun aku melihat nona Shiori begitu rapuh, sehingga aku berpikir dia pasti akan mati bila anda meninggalkannya.



*Sementara di kediaman Hayami*


Tuan Eisuke memanggil Asa, dia menanyakan kabar terakhir Masumi dan Shiori. Asa hanya mengatakan bahwa nona Shiori telah kembali ke kediamannya karena sudah baikan. Eisuke tampak mengernyitkan dahi-nya.


Ketika mereka asyik berbincang, terdengar suara pelayan menyapa Masumi. Ternyata Masumi sudah datang, Eisuke langsung menyuruh Asa memanggil anaknya tersebut untuk menemuinya di ruang keluarga.


Tak berapa lama, Masumi datang menghampiri ayahnya.


"Ayah...kau memanggilku?" tanya Masumi mengawali pembicaraan.


Tuan Eisuke membalikkan kursi rodanya dan menyuruh Masumi duduk. Dia memandangi Masumi. Namun Masumi berusaha tak melihat ayahnya tersebut.


"Masumi...pandang aku!" pinta Eisuke datar.


"Aku sudah tau apa yang akan kau bicarakan" ucap Masumi.


"Kau harus ingat, perusahaan itu, bukan yang lain!" kata Eisuke tegas.


"Ayah tak perlu khawatir soal itu, aku akan selalu mengingatnya" kata Masumi sedikit kesal.


"BAGUS!!!" ucap Eisuke sambil meninggalkan Masumi di ruangan besar itu.


Masumi geram dengan sikap ayahnya, namun dia tak bisa lakukan apa-apa. Masumi pun masuk ke kamarnya dan duduk dalam kegelapan malam di balkon.
Dia terbayang saat Maya memeluknya dan semua pernyataan Maya membuatnya tersenyum sendiri.


Maya...Maya...aku akan menunggumu sampai kapanpun...
Apapun yang terjadi kau juga harus menungguku...Mungil...
Maya...Maya...Mayaku...



Masumi pun tertidur di kursi malas. Ditemani semilir angin malam itu, sepertinya menambah indah mimpinya tentang wanita yang dicintainya. Masumi tampak bahagia.




*Keesokan harinya..*


Maya dan Rei datang ke RS untuk mengunjungi Koji. Tapi ternyata seorang perawat mengatakan bahwa Koji baru saja di perbolehkan pulang dan menjalani perawatan di rumah. Akhirnya Maya dan Rei langsung bergegas ke kediaman Koji.


Kedatangan mereka disambut dingin oleh Koji. Tapi Maya ngotot tetap berada disana sampai Koji mau berbaikan dan mendengarkan penjelasan darinya.


Rei berusaha membujuk Maya pulang.


"Maya...ayo sebaiknya kita pulang" ajak Rei pada Maya.


Namun Maya bersikukuh tetap disana dan menyuruh Rei pulang duluan. Rei menolaknya. Dia hanya meninggalkan Maya berdua dengan Koji di ruang tamu. Sementara Rei menunggu di teras bersama adik perempuan Koji.


Maya mulai membujuk koji...


"Koji...aku mohon bicaralah padaku" ucap Maya memelas.


Koji hanya diam termenung memandang ke luar jendela. Entah apa yang dirasakannya.


"Koji...maafkan aku membuatmu seperti ini. Aku..aku.." kata Maya lagi mulai terisak.


Koji sangat benci melihat wanita yang dicintainya menangis. Dia tak tega melihat Maya merasa bersalah seperti saat ini. Dia pun mulai luluh...


Maya...Maya...maafkan aku juga, ingin rasanya aku memelukmu saat ini. Tapi semua peristiwa itu begitu membuatku shock...



"Koji...apa saat ini kau benar-benar tak ingin aku disini? Baiklah besok usai latihan, aku akan datang lagi" kata Maya sambil berdiri hendak pergi.


TIBA-TIBA...


Koji membalikkan tubuhnya dan berkata:


"Maya...kumohon jangan pergi!" ujarnya pilu.


Maya pun tersenyum dan langsung menghampiri Koji, mereka saling pandang. Namun tatapan Koji mengisyaratkan kerinduan akan wanita yang dicintainya itu. Berbeda dengan Maya yang merindukan kesembuhan teman terbaiknya tersebut.


Koji meminta Maya mendekati kursi rodanya. Maya senang sekali Koji mau berbicara kembali dengannya.


Maya pun membungkukkan badannya dan memegang tangan Koji. Koji tampak kaget. Wajahnya merah dan ia berusaha melawan hasratnya.


Maya...Maya...aku begitu mencintaimu dan aku marah akan perasaanku sendiri...


"Ah..Koji kau harus banyak istirahat, agar kondisimu cepat pulih" kata Maya lembut.


"Maya..maafkan aku membuatmu bingung" balas Koji.


"Sudahlah...aku sangat mengkhawatirkanmu Koji" ucap Maya yang membuat Koji semakin tak kuasa.


Tiba-tiba dia menarik lengan Maya dan menjatuhkan ciuman di bibir Maya. Maya kaget dan berusaha menjauh dari Koji. Namun tangan Koji begitu kuat merengkuhnya.


"Maya..maafkan atas yang baru saja kulakukan" kata Koji malu.


"Koji...aku ingin kau memahami perasaanku" kata Maya datar.


"Maya...apa slama ini kau memikirkan pak Masumi?" tanya Koji sedih.


Wajah Maya langsung merah karena pertanyaan Koji tersebut. Dia hanya menunduk..


"Ya Koji...semuanya terjadi tanpa aku sadari. Perasaan itu entah sejak kapan datangnya" ucap Maya pelan.


Koji jadi gelisah dan bingung...


"Maya...bukankah kau sangat membencinya?" tanya Koji memastikan.


"Sudahlah Koji...jangan membahasnya lagi. Saat ini yang terpenting adalah kesembuhanmu" ujar Maya menenangkan Koji.


"Baiklah...aku mengerti dan aku juga tak ingin melihatmu sedih Maya" ucap Koji.


Maya pun merasa sudah lega, ia berniat akan pamit. Tapi Koji masih memeluknya.


"Koji...aku harus pulang, besok aku akan menjengukmu usai latihan" pinta Maya sedikit ingin melepaskan pelukan Koji.


Namun Koji semakin mengeratkan dekapannya. Dan berkata:


"Maya...benarkah saat ini kesembuhanku adalah hal terpenting bagimu? tanya Koji.


Maya memandang Koji dan matanya penuh tanda tanya pada Koji.


Koji akhirnya menggenggam tangan Maya. Dia menatap Maya tajam beberapa saat. Hingga Maya menggerakkan genggaman Koji ingin pamit.


"Koji...ada apa? Aku harus pergi, tapi mengapa kau tampak gugup dan pucat?" tanya Maya khawatir.


Sementara Koji ingin sekali memeluk kembali gadis itu. Dia sudah tak kuasa menahannya. Dia merasa bahwa pak Masumi mempermainkan Maya. Dan dia tidak rela!


"Maya...bisa kau bantu aku berdiri?" pinta Koji.


Mayapun membantu Koji berdiri dan membawanya bersandar pada sebuah dinding dekat jendela. Maya pun hendak pergi.
Namun tangan Koji begitu cepat menarik Maya kembali ke dalam dekapannya. Sontak Maya kaget dan coba berontak. Tapi tubuhnya begitu lemah.


"Maya..ijinkan aku memelukmu lagi, tapi ini untuk selamanya" pinta Koji lirih.


Maya terpaku pilu mendengarnya...


"Aku...aku sangat mencintaimu Maya" ucap Koji lagi.


Maya benar-benar sedih dengan apa yang dirasakan Koji. Dia ingin Koji bahagia seperti dulu lagi. Dia mulai merasa bersalah kembali atas kecelakaan yang menimpa Koji.


"Koji...cepatlah sembuh untukku" ucap Maya pelan.


Kata-kata Maya membuat Koji senang dan semakin erat merengkuh wanita yang dicintainya tersebut. Koji mulai lepas kendali, penciumannya mulai mencium wangi rambut Maya, telinga dan bibir.


Maya tampak pucat dengan keadaan ini. Dia pun berontak sekuat tenaga dan memanggil Koji perlahan.
Namun Koji begitu larut dengan cintanya pada Maya. Dia menyentuh lembut bibir Maya. Mengecupnya dan melumatnya sekali.


Wajah Maya merona, ia terus menghindari kecupan itu. Namun semakin menghindar, Koji pun semakin bersemangat melakukannya. Akhirnya Maya diam, dia hanya tak ingin membuat Koji lebih menderita lagi.


Cukup lama Koji menciumi Maya. Hingga Koji terengah-engah. Berulang kali Maya berusaha melepaskan pelukan Koji, tapi lelaki itu tak membiarkannya.


Akhirnya Koji perlahan melepas ciumannya pada bibir mungil Maya. Dia tertunduk malu.


"Maya...maafkan aku" ucapnya lembut.


Maya membawa Koji kembali ke kursi rodanya. Kemudian Maya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena Koji.


Dia menatap Koji. Koji balas menatapnya dengan senyuman.


"Koji...aku senang bisa membuatmu tersenyum padaku lagi" ujar Maya lesu.


"Iya..saat ini hanya kau bisa membuatku sembuh dan tersenyum kembali" kata Koji tegas.


Maya kaget dengan pernyataan Koji dan memalingkan wajahnya. Koji menatap Maya tajam. Dalam pikiran Koji, dia tidak akan melepaskan gadis ini pada Masumi.


Dia mengepalkan tangannya karena merasa tak berdaya dengan keadaannya. Dia tak bisa berada di sisi wanita yang dicintainya itu.


Akhirnya Maya pun pamit. Sebelum pergi, Koji mengingatkan Maya untuk selalu menjenguknya. Maya mengerti dan mengiyakan kemauan Koji.
Rei dan Maya kembali ke apartemen. Maya menceritakan apa yang dilakukan Koji padanya. Dan Rei kesal, dia menyarankan Maya untuk tidak datang lagi kesana.








*****bersambung*****

Mei 25, 2011

Sakura di Taman Ueno -part 2- (the end)



Maya sangat terkejut dengan pertanyaan pak Masumi.


Apa arti dari pertanyaan anda pak Masumi? Apakah dia masih mengkhawatirkanku dan masih memikirkanku? Sudah lama sekali aku tak melihat tatapan mata itu. Mata anda mengisyaratkan kepedihan yang dalam pabila memandangku. Pak Masumi.....apakah anda....


Namun Maya tak menjawab pertanyaan Pak Masumi. Akhirnya pak Masumi mengantarkan Maya pulang ke apartemen. Mobil itupun meninggalkan Maya yang masih berdiri dengan pandangan kosong hingga mobil itu hilang dari pandangan. Maya masih terdiam dan berdiri terpaku dalam kebimbangan.


Keesokan harinya....


Setelah sarapan Maya dan Rei berangkat untuk latihan.
Mereka berlatih hingga hampir siang hari. Tidak ada yang berubah, hanya Maya sedikit lesu. Koji, Rei dan pak Kuronuma memerhatikan Maya sedari tadi.


Tiba-tiba....BRAAAAKKKKKK!!!


"Permisi semuanya" terdengar suara seorang wanita dari pintu masuk. Dia Shiori!


Serentak semua mata melihat ke arah suara itu. Dan semuanya terkejut dengan kehadiran Shiori yang mendadak itu. Seketika itu pula seisi ruangan langsung memalingkan muka ke arahku. Aku pun jadi bingung sendiri. Ada apa ini?


"Oh...Nyonya Shiori, silahkan masuk. Suatu kehormatan anda mau berkunjung ke studio ini" kata pak Kuronuma membuka pembicaraan.


Namun Shiori hanya tersenyum tipis dan langsung menghampiriku.


"Kau....memang tidak punya harga diri!" ucapnya dingin.


Koji dan Rei kelihatan geram dengan sikap Shiori, mereka mengepalkan tangan dan hendak menghampirinya. Namun pak Kuronuma menahan mereka.


Sementara aku tidak mengerti apa yang dia maksudkan. Aku hanya menatapnya dengan sedikit mengernyitkan dahiku. Entah mengapa aku merasa lemas, dan tak perduli lagi apa yang akan dia lakukan dan katakan.


*Sementara itu...di ruangan pak Masumi...*


Tok..tok..tok..


"Maaf pak... ada hal penting yang baru saja saya lihat" ucap Mizuki dengan terengah-engah.


"Apa maksudmu Mizuki? Bicara yang jelas!" ujar Masumi datar.


"Anda harus segera ke studio dimana Maya berlatih, tuan. Karena tadi saya melihat Nyonya Shiori menuju ke arah sana" ucap Mizuki dengan cemas.


"APA!" teriak Masumi sambil berlari meninggalkan sekretarisnya itu. Dan otomatis sekretaris setia-nya itu mengikuti boss-nya dari belakang. Mereka berlari secepat mungkin ke arah studio itu.


Namun....


Yang ada hanya pak Kuronuma seorang...


"Dimana....dimana....DIMANA DIA!?" teriak Pak Masumi sambil berputar ke sekeliling studio. Namun dia tak melihat Shiori ataupun Maya.


"Anda terlambat tuan" kata pak Kuronuma dingin.


"Ah..Pak Kuronuma, kemana Maya? Apa yang terjadi?" tanya Masumi lirih.


Mizuki berusaha menenangkan Masumi, namun Masumi masih tampak bingung dan depresi.


"Nyonya anda sudah pulang tadi, jadi sebaiknya anda tidak usah khawatir karena dia baik-baik saja" ucap Pak Kuronuma lagi.


"Aku tidak mencemaskan DIA!" kata Masumi sedikit teriak.


Mizuki mengajak pak Masumi mencari keluar, sembari membungkukkan badan pada pak Kuronuma, Masumi pun mengikuti Mizuki.


*Di lain tempat...*


Koji dan Rei mencari Maya sampai ke apartemen, ke taman tempat Maya biasa datangi. Mereka mencari sampai ke tempat-tempat yang asing. Wajah-wajah khawatir sangat jelas dari mereka.


Maya....dimana kau? Bicaralah pada ku, pulanglah...gumam Rei...


Begitupun dengan Masumi dan Mizuki, mereka mencari hampir ke semua tempat. Namun tidak menemukan apapun.


Hingga matahari tenggelam, lampu-lampupun mulai hidup.


Maya....Maya....Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dilakukan Shiori padamu?
Dimana kau Mungilku? Muncullah...berdirilah di hadapanku. Aku akan memelukmu pasti....Mungil!


Akhirnya Mizuki undur diri karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Tinggallah Masumi yang masih berdiri bersandar pada sebuah tiang lampu trotoar.


Berkali bunyi handphone Masumi terdengar, namun Masumi masih larut dalam kekhawatirannya pada Maya.
Dia yakin pasti Shiori meneleponnya berulang-ulang. Masumi semakin berang dengan keadaan ini.


*Sementara di sisi jalan yang bersebrangan dengan Masumi...*


Maya berjalan dengan perlahan karena badannya terasa lemas, apalagi mengingat apa yang dikatakan Shiori tadi siang padanya.


"Apakah kau tau bahwa Masumi adalah suamiku? Atau kau sudah tidak peduli? HAAAAH..." bentak Shiori.


"Maaf nyonya....anda salah paham. Apa maksud anda datang kemari?" tanya Maya lesu.


"Heeeh....Asal kau tahu, ini adalah studio milik suamiku. Jadi aku berhak mau kemana pun di gedung ini kan?!" ujar Shiori pedas.


"Dengar Maya....aku tidak akan mengampunimu bila sampai Masumi datang menemuimu lagi!"

"Apakah tidak ada pria yang mau denganmu atau memang kau tidak membuat para pria tampan tertarik padamu? HAAAH...!!!" ujarnya sadis.


"Apakah kau sadar Maya, mengapa Masumi memperdulikanmu? Itu hanya karena kasihan dan rasa bersalahnya karena tlah memisahkanmu dengan ibumu!" ucapnya lagi.


Dan aku hanya terdiam tak berdaya, Koji datang mengusap punggungku. Dia pun terpancing emosinya melihat Shiori menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah wajahku.


"Hentikan Nyonya! Apa anda seorang istri Direktur Gedung ini? HAH...aku salah mungkin. Ternyata anda bukan seorang yang anggun sebagai istri dari seorang Direktur" kata Koji tegas.


Shiori pun tambah marah dan tiba-tiba...


PLLAAAAK!!!


Tamparan itu mengenai pipiku, dan aku hanya bisa menangis terisak dan berlari. Aku berlari keluar gedung dan tanpa arah hingga tak seorangpun dapat menemukanku.
Aku tidak tau apa lagi yang terjadi, yang kudengar Rei dan Koji memanggilku dan berusaha mengejarku. Sedangkan pak Kuronuma berteriak memanggil Shiori, mungkin dia memarahi atau menasehati Shiori atau entahlah aku tak dapat mendengarnya lagi.


Ibu....apakah yang dikatakan Shiori itu benar bu? Tidak ada pria lain yang tertarik padaku selain pak Masumi? Apakah benar pak Masumi hanya kasihan ibu pergi karena dia? Ibuuuu....aku membutuhkanmu bu! Aku lelah bu, aku ingin pergi menemuimu. Aku bukan seperti Maya yang dulu. Aku anak ibu yang lemah saat ini. Dan semua itu sejak pak Masumi pergi dari kehidupanku....


Maya berjalan menyusuri jalan dengan langkah gontai. Matanya sembab karena sedari tadi airmata terus mengalir dari sudut matanya. Semuanya kejadian tadi terbayang kembali, begitupun bayangan pak Masumi...lelaki yang hingga kini masih teramat dia cintai.
Maya terus melangkah tanpa arah, dia terduduk ketika tiba di tepian pantai.Bayangan pak Masumi hadir kembali dalam pikirannya.


Pak Masumi....pak Masumi....apakah kau tau bahwa selama ini aku begitu tersiksa....
Apa kau merasakan sakit yang kuderita bertahun tanpa kebersamaan kita?


Tanpa Maya sadari, Masumi menemukannya dan saat ini dia hanya berdiri di belakang Maya. Masumi begitu lega bisa menemukan wanita mungil yang sangat dicintainya. Sedangkan Maya masih terisak sambil memanggil nama pak Masumi. Dan itu membuat Masumi akhirnya menangis terharu hingga air matanya menetes mengenai punggung Maya. Maya pun tersadar dan membalikkan tubuhnya dan berusaha berdiri.


"Pak Masumi...." ucapnya pelan. Dia menatap Masumi dengan perasaarn sedih.


"Mungiiill...." sahut Masumi getir.


"Pulanglah pak....anda ppasti membuat keluarga anda khawatir" kata Maya sambil berbalik memandang lautan.


"Tidak Mungil....ijinkan aku menemanimu di saat seperti ini" kata Masumi sambil menjatuhkan badan tegapnya ke pasir yang hangat.


Begitupun Maya terduduk dan menangis terisak. Maya bergumam sesuatu yang membuat Masumi mulai mengerti apa yang telah terjadi di studio tadi siang.


*Di Kediaman Shiori dan Masumi...*


Shiori masih menunggu kepulangan suaminya. Dia telah menyuruh seseorang untuk mencari keberadaan Masumi. Namun belum ada kabar juga. Itu membuatnya mengkhayal bahwa pasti Masumi telah bersama Maya.
Dia berjalan mondar-mandir mengelilingi ruangan yang cukup besar itu. Shiori berhenti memandangi sebuah bingkai berwarna gold yang lumayan besar dengan photo pernikahannya dan Masumi.


Tak terasa airmatanya menetes dan Shiori pun menangis terisak.


Masumi...Masumi dimana kau? Apa yang harus kukatakan bila Takumi menanyakanmu? Pulanglah walau hanya untuk Takumi. Hampir 5 tahun usia pernikahan kita, namun tak sekalipun kau terlihat bahagia. Apakah memang tidak ada ruang untukku? Aku yakin kalau bukan karena Takumi, kau pasti telah meninggalkanku!


*Di pantai....*


Maya nampak sangat kelelahan, dia terus bergumam hingga dia pun tertidur pulas. Tak berapa lama Masumi menyadari bahwa tidak ada lagi gumaman dan isak tangis wanita di sampingnya. Dia memanggil Maya perlahan namun Maya memang telah tertidur. Dia pandangi wajah Maya, sejenak dia teringat Hijiri dan menghubunginya. Tak berapa lama Hijiri tiba dan membawa mereka meninggalkan pantai.


"Hijiri...bisa kau bantu aku? Aku ingin ke sebuah villa tapi kau tau kan ini rahasia?" ucap Masumi.


"Iya tuan....saya sudah memikirkan hal itu" jawab Hijiri kemudian.


Mobilpun melaju dengan kecepatan tinggi ke satu arah yang meninggalkan kota Tokyo.
Hampir satu jam, akhirnya Hijiri menghentikan mobil di depan sebuah villa kecil di tepi pantai.


Hijiri masuk dan mempersiapkan segala sesuatunya. Sedang Masumi menggendong Maya dan meletakkannya di sebuah kamar di villa itu.
Hijiri pun keluar dan menunggu perintah selanjutnya di tempat parkiran.


Masumi memandangi Maya dengan penuh cinta. Perlahan dia membelai rambut wanita yang dicintainya tersebut.


Mungiiil....sudah lama tangan ini tak menyentuhmu. Entahlah aku tak ingat berapa lama pula aku selalu merindukanmu. Sangat merindukanmu....Mungilku....


Masumi pun perlahan mengecup kening Maya. Mencium hidung dan selanjutnya bibir mungil yang sangat dia rindukan.


Ahh....Maya....masih bolehkah aku melakukan ini? Melakukan sesuatu yang bukan milikku lagi? Aku...aku sangat ingin memilikimu....


Dengan penuh rasa rindu Masumi mulai mencium lembut bibir Maya. Dia benar-benar menikmatinya berulang kali. Tanpa sadar dia telah memeluk, merengkuh dan menciumi gadis itu.


Maya pun mulai merasakan kesulitan bernafas. Perlahan dia membuka mata dan mendapati lelaki yang dicintainya itu berada sangat dekat dengannya. Sehingga Maya dapat merasakan desahan nafas dan detak jantung pak Masumi.


"Pak Masumi...." gumamnya lembut.


"Ya..mungil" sahut Masumi pelan dan menenangkan.


"Aku harus pergi" ucap Maya pelan.


Namun wajah Maya terlihat pucat sehingga Masumi menyuruhnya berhenti bicara dan memeluknya.


"Maya...aku sangat merindukanmu" ucap Masumi lembut.


Entah apa yang ada dalam benak Masumi. Biasalah seorang lelaki pasti akan merasakan hal yang sama (hehehe). Tapi yang pasti malam itu mereka benar-benar sedang dilanda kerinduan yang sangat-sangat dalam.
Baik Maya maupun Masumi terbawa oleh keremangan malam yang dibarengi suara deburan ombak di pantai tersebut.


Perlahan Masumi kembali meraba pipi Maya, membelainya dan menciumi bibir mungil Maya hingga leher. Terdengar desahan Maya, yang membuat Masumi semakin terbakar nafsu. Begitupun Maya, seperti tak berdaya dengan apa yang dilakukan mantan kekasihnya itu, yang saat ini telah menjadi suami orang lain.


Masumi mulai melepas satu persatu kancing baju Maya. Hingga akhirnya tak sehelai pakaian pun antara mereka. Malam pun semakin larut beitupun mereka yan semakin lupa dengan status masing-masing. Akhirnya.....


Semalaman bergumul melepas rindu tanpa peduli bahwa di luar sana Hijiri menatap sendu ke arah villa. Dan membuang pandangan jauh ke arah lautan sembari menyembulkan asap rokoknya.


Pak Masumi...biarlah malam ini menjadi  milik anda dan gadis itu. Aku akan memastikan tiada seorangpun yang tau. Aku janji itu! Selama ini aku sangat kasihan padamu....
Pak Masumi....lepaskanlah semuanya malam ini. Biarkan aku menjagamu di sini....


Malampun berlalu, Maya dan Masumi tampak tertidur pulas sambil berpelukan. Dan tentunya tanpa pembatas apapun...


*****
Suara burung berkicau begitu merdu, begitupun sinar mentari menyeruak menyinari hingga ke celah-celah terkecilpun.
Perlahan Maya mulai tersadar, tapi seluruh tubuhnya terasa nyeri. Dia kaget sekali ketika membuat perlahan matanya.


"APA ini? Pak Masumi...anda...kita" ucap Maya pelan.


"Hmm...mungil" gumam Maya sambil merangkul Maya kembali.


Maya mengelak, dan menarik semua selimut. Dia berusaha menutupi  tubuhnya. Dia pun menangis tak percaya sambil menggigit bibir dan menggeleng-gelengkan kepala.


"Pak Masumi...apa yang sudah kita lakukan?" tanya Maya bingung.


Masumi mulai terbangun dan melihat Maya menangis tersedu. Masumi bingung harus bagaimana menjelaskannya. Dia menenangkan Maya.


"Mungiil...aku akan menjelaskannya padamu" kata Masumi.


"Tidak...tidak" ujar Maya sambil menutup wajahnya.


"Maya...tenanglah" ucap Masumi sambil memeluk Maya.


Maya menangis, entah apa yang akan terjadi nanti. Maya merasa dirinya tak bisa merebut dan melukai istri juga anak dari lelaki ini.
Namun Masumi begitu erat merengkuh Maya, mencoba menenangkannya sambil menciumi wajah Maya.


Maya begitu sedih, dia benci pada dirinya sendiri. Semuanya hancur, pikirnya. Tidak akan ada yang tersisa. 


"Pak Masumi...sudahlah hentikan semuanya" ucap Maya pelan.


"Tidak mungiil...aku benar-benar merindukanmu dan menginginkanmu" kata Masumi sambil tetap menciumi Maya.


"Pak...pak...kita tidak boleh seperti ini" ucap Maya tak berdaya.


Karena di lubuk hatinya, dia ingin selalu bersama lelaki itu. Apapun akan dilakukannya. Namun saat ini mereka memang tidak boleh melakukan apapun. Karena ada Shiori dan Takumi.


Mereka melakukannya lagi, hingga matahari tepat berada di atas atap villa mungil tersebut tiba...
Entah apa yang sudah mereka rasakan, namun yang jelas ini mungkin bisa jadi masalah besar di kemudian hari...


*Kediaman Shiori dan Masumi*


Shiori tampak lelah menanti suaminya. Berkali-kali Takumi menanyakan ayahnya. Begitu juga dengan Eisuke yang menelepon Shiori untuk mengatakan yang sebenarnya. Karena dia mendapat kabar atas ketidakpulangan Masumi dari tuan Takamiya.


Shiori hanya diam dan menangis. Dia tidak tega melihat Takumi bersedih. Dia hanya mengatakan bahwa ayahnya pergi untuk urusan bisnis.


"Takumi sayang...papa sedang ada urusan penting, jadi tidak sempat memberitahukanmu" ucap Shiori sedih.


Takumi hanya menganggukkan kepalanya. Dia belum mengerti apa-apa. Shiori memandanginya dengan sedih.


Masumi...beginikah kau rupanya? Hanya beginikah pertahananmu? Aku bodoh sekali mengira akan berjalan mulus jika ada Takumi...
Apa yang harus kulakukan? Masumi...Masumi...pulanglah...


Shiori hanya menangis dan menangis di kamar. Semua pelayan sedih dan mengerti dengan keadaan ini. Karena sebelumnya pun mereka kerap melihat Nyonya dan Tuannya ribut. Sikap dingin dan acuh tak acuh Masumi hanya akan luntur bila di depan Takumi. Sungguh malang anak itu, pikir para pelayan...


*Di pantai*


Maya memaksa Masumi untuk pulang. Maya sudah tidak bisa terus disini. Dia benar-benar tidak memaafkan dirinya kali ini. Dia teringat akan wajah Takumi.


Oh...anak itu, mengapa harus seperti ini. Aku memang pengkhianat. Pak Masumi...bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan selanjutnya? Sia-sia sudah pertahananku selama bertahun-tahun. Semuanya hilang dalam sekejap...


Akhirnya Hijiri mengantarkan Maya kembali ke apartemennya. Tidak ada kata yang terucap dari Masumi. Dia hanya menatap kepergian Maya dengan pilu.


Maafkan aku Mungil...Kau jadi hancur seperti ini. Aku begitu serakah...


Akhirnya Masumi kembali ke rumah. Shiori senang melihat mobil Masumi memasuki gerbang. Dia pun menyambut Masumi di pintu depan. Namun Masumi mengacuhkannya dan langsung menuju kamar. Shiori mengejarnya.


Kini pasangan suami istri itu berada dalam kamar yang sama. Tampak ketegangan antara mereka. Masumi kesal karena Shiori hanya menatapnya tajam.


"Shiori...aku ingin sendiri, kumohon keluarlah" pinta Masumi dingin.


Shiori menangis sambil menatap Masumi. Dia pun meninggalkan Masumi sendiri.


Masumi merasa berdosa sekali, dia merasa jijik dengan dirinya sendiri. Dia menatap photo berbingkai kecil di meja kecil di samping tempat tidurnya. 


Takumi...maafkan papa, nak! Papa tidak ingin kau menderita tapi...


Belum sempat Masumi berpikir lebih jauh, dia pun berlari menuju kamar putranya. Dia masuk dan melihat Takumi sedang tertidur pulas. Wajahnya begitu polos, pikirnya.


Masumi membelai rambut ikal anaknya. Dia mencium kening Takumi. Masumi begitu menyayangi putra semata wayangnya. Dia tidak sanggup mengungkap kebenaran nya pada Takumi.
Masumi mendekap erat anaknya. Dia menangis...


*Di Apartemen Maya*


Rei membukakan pintu. Maya masuk dengan lesu. Maya begitu lusuh, pikir Rei.
Namun Rei membiarkan Maya masuk kamar dan menguncinya. Rei hendak mengetuk pintu, namun dia mendengar suara tangisan Maya.


Rei pun berlalu dan kembali membaca sebuah buku. Tapi tetap saja pikirannya pada sahabatnya tersebut.


Maya...ada apa lagi denganmu? Aku sangat ingin melihatmu tersenyum seperti dulu. Ceria dan bersemangat menjalani hidup ini sobat... Bukan Maya yang seperti sekarang...bukan...


*****
Hari sudah mulai gelap, namun Maya belum keluar kamar juga. Suara tangisannya sudah tak terdengar lagi. Rei mencoba mengetuk untuk mengajak Maya makan malam.


"Maya bangunlah, kita makan bersama" ajak Rei pelan.


Namun tidak ada jawaban dari balik pintu itu. Dia jadi khawatir, dia berusaha mencari kunci cadangan kamar Maya. Rei membuka kamarnya dan ternyata Maya sedang terduduk lemah di sudut kamarnya.


"MAYA!" teriak Rei ketakutan.


Dia mengangkat Maya ke tempat tidur. Memberinya selimut dan membaringkan sobat mungilnya itu.


"Maya...Maya apa yang terjadi? Katakanlah padaku...jangan kau tanggung sendiri seperti ini sobat" ucap Rei sedih.


Maya hanya diam dengan tatapan kosong, namun airmata terus membasahi pipinya. Rei semakin merasa takut dengan keadaan Maya. Rei sangat kebingungan...


"Rei...maaf membuatmu kha...wa...tir.."ucap Maya terbata-bata.


"Tidak Maya, kau harus kuat, lebih kuat dari sebelumnya. Bicaralah padaku sobat, ceritakan apapun yang mengganjal hatimu!" pinta Rei sambil memeluk Maya.


Rei hanya terpaku saat Maya perlahan dan terbata-bata menceritakan peristiwa demi peristiwa yang dialaminya semalaman.


Rei lemas mendengarnya. Dia menarik nafas dan tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Dia pun membiarkan Maya tertidur, perlahan dia keluar kamar dan duduk di balkon. Rei merasa hampa...


Maya...mengapa jadi seperti ini? Tidak boleh sobat...
Maya...bagaimana dia dan kau bisa melakukannya? Tidak...


*Di kediaman Masumi dan Shiori*


Masumi duduk di ruang kerjanya, dia merasa harus mengambil keputusan secepatnya. Dia tidak bisa mengkhianati keduanya.


Shiori...maafkan aku, ini demi kau, aku dan Takumi...


Masumi menghubungi Mizuki. Dia menyuruh Mizuki menghubungi pengacaranya untuk datang ke kantornya besok. Mizuki mengiyakan, walau beribu pertanyaan muncul dalam benaknya.


*****
Setelah sarapan bersama, Masumi mengajak Takumi ke kantornya. Dia ingin bisa lebih dekat dengan putranya. Dan Shiori juga mengijinkannya. Shiori hanya menatap mobil yang membawa suami dan anaknya dengan pilu.


Masumi...mungkin ini yang terbaik. Aku tahu kau menghubungi pengacara keluarga. Aku tidak akan mempertahankanmu lagi...
Ambillah semuanya dariku, bawalah Takumi bersamamu...


Shiori menghapus airmatanya, dia terlihat shock. Wajahnya pucat dan tubuhnya terlihat tambah kurus. Shiori benar-benar terlihat kurang sehat.


*****
Akhirnya Masumi menjelaskan maksudnya kepada pengacara. Sang Pengacara kaget mendengarnya. Namun Masumi menyuruh pengacara itu secepatnya mengurus perceraiannya dengan Shiori. 


"Kau dengar, aku tidak ingin berlarut-larut. Akan lebih banyak yang terluka jika lebih lama lagi" ucapnya datar.


"Baik...baik pak" kata Pengacara gugup.


*****


Sejak saat itu Maya tidak pernah mau latihan dan keluar sedikitpun dari apartemennya. Semua telepon tidak pernah dia angkat. Koji pun tak mau dia temui. Dan Rei hanya bisa memaklumi sahabatnya tersebut.


*Di Kediaman Shiori dan Masumi*


Setelah makan malam, Masumi meminta Shiori untuk ke ruang kerjanya. Shioripun mengikuti kemauan suaminya.


"Shiori...tolong tanda tangani surat-surat ini" pinta Masumi tanpa basa-basi.


Shiori tak tampak kaget, karena dia sudah menduganya. Dia tampak tenang dan perlahan mengambil surat-surat itu lalu membacanya.
Di salah satu surat tersebut, tertulis bahwa hak asuh diserahkan pada keduanya. Shiori terlihat lega, dia pun menatap Masumi hampa.


Masumi pun memandang Shiori tanpa ekspresi. 


Perlahan Shiori menandatangani surat itu. Matanya mulai berkaca-kaca dan airmatanya menetes satu persatu. Dia menarik nafas dan menelan ludahnya.


Masumi pun memalingkan wajahnya. Dia tak ingin melihat Shiori menangis. Dia berkata akan pergi besok dan kembali ke rumah ayahnya. Tanpa menoleh Shiori mengiyakan.


"Iya Masumi...minggu depan akan kuantar Takumi ke rumahmu" kata Shiori tegar. Dan meninggalkan Masumi sendiri di ruang kerjanya.


Keesokan hari...


*Di Kediaman Hayami*


Eisuke sudah tau akan kepulangan anaknya. Dia hanya melihat dari balik tirai, kedatangan mobil Masumi. Dia menghela nafas panjang.


Masumi...lakukan apa yang membuat bahagia sekarang. Aku tidak akan melarangnya lagi. Sudah cukup selama 5 tahun ini kau menderita menjalani dengan Shiori.


Masumi masuk menemui ayahnya. Dia mengucapkan salam dan segera berlalu menuju kamarnya dulu. Dia pandangi seluruh isi ruangan itu, tidak ada yang berubah. Masih seperti dulu, pikirnya.


*****


Semua media mulai mencium kasak-kusuk rumah tangga Masumi dan Shiori. Termasuk Mizuki yang kaget setengah mati dengan perpisahan tersebut. Walau dia sudah menaruh curiga saat Masumi memintanya bertemu pengacara.


Pak Masumi...kenapa harus seperti ini? Mengapa terlalu lama anda mengambil keputusan ini? Bagaimana...


Mizuki terdiam karena Masumi datang dan langsung menanyakan jadwalnya hari itu.


Masumi memeriksa semua dokumen dengan serius. Mizuki berusaha mengerti keadaan bos-nya. Dia tidak ingin bertanya apapun sampai dia dengar sendiri dari mulut Masumi tentang berita itu.


Masumi berhenti memeriksa dokumen, dia tampak berpikir...


"Mizuki...." panggilnya pada Mizuki.


Mizuki dengan cepat menghampiri Masumi. Dan menanyakan apa yang bisa dia lakukan.


"Mizuki...aku tidak ingin membuang waktuku lagi" katanya dingin.


"Pak Masumi...apa maksud anda?" tanya Mizuki bingung.


"Atur jadwalku bertemu Maya" ucap Masumi datar.


"Pak...berarti anda..." tanya Mizuki terpotong.


"Secepatnya...kau mengerti!" perintah Masumi.


Mizuki mengiyakan dan menyiapkan segalanya, menghubungi beberapa tamu untuk menunda pertemuan dengan Masumi. Dan yng lainnya...


Sore itu Masumi bersama Mizuki menuju ke apartemen Maya. Rei sangat terkejut dengan kehadiran mereka. Namun Mizuki secepatnya membawa Rei keluar dari sana dan membiarkan Masumi bersama Maya.


Terdengar pintu tertutup. Masumi langsung mengetuk pintu Maya. Dia memanggil Maya berulang kali. Namun tidak ada jawaban. Dia pun berniat mendobrak pintu itu. Namun tiba-tiba pintu terbuka dan Maya keluar dengan lesu.


"Mungiil..." ucap Masumi sambil merengkuh gadis yang sangat dicintainya.


"Jangan sentuh aku lagi pak Masumi!" ujar Maya lemah.


"Tidak mungil! Mulai sekarang aku akan selalu menyentuhmu dan menuntunmu" kata Masumi terharu.


Maya hanya terpaku dengan ucapan Masumi. Dia tidak tahu dengan apa yang terjadi. Masumi jadi bingung menjelaskannya pada Maya. Dia hanya memeluk Maya, dia menyadari gadis mungil itu sekarang sedang dalam depresi. Dan itu karena dirinya.


"Maya...aku akan menikahimu!" ucap Masumi agak keras agar Maya bisa mendengarnya.


Sontak Maya membelalakkan matanya dan menatap Masumi penuh tanya.


"Apa...apa maksud anda?" tanya Maya bingung.


"Iya sayang, kita akan segera menikah dan melalui hari-hari bersama" kata Masumi lagi.


"Pak Masumi..." Maya tambah bingung.


"Aku sudah berpisah dengan Shiori secara sah. Dan aku ingin secepatnya menikahimu" ujar Masumi menggebu-gebu.


Maya tak percaya dengan apa yang didengarnya. Matanya berkaca-kaca dan menjatuhkan badannya pada Masumi.


"Pak Masumi...bagaimana dengan Takumi? Dia..." ucap Maya, namun terhenti dengan penjelasan Masumi.


"Kami akan mengasuhnya bersama, kau juga boleh mengasuhnya bersamaku. Kau mau kan sayang?" tanya Masumi sambil mengecup kening Maya.


Maya tampak mulai tersadar, airmatanya semakin deras. Dia bahagia dengan perkataan Masumi. Walau ada kegalauan dihatinya tentang Shiori. Tapi cepat-cepat dia menepisnya karena yakin Masumi telah menyelesaikannya dengan baik.


"Maya...maaf harus menunggumu terlalu lama" ucap Masumi lembut.


"Tidak...aku akan selalu menunggumu, pak Masumi" kata Maya tersipu.


"Jangan panggil aku 'pak' lagi mungill" pinta Masumi lembut.


"Iya...ya..aku akan memanggilmu 'sayang'" kata Maya manja.


Masumi pun mendekap Maya dan mereka tampak bahagia. Akhirnya penantian itu berakhir juga. Penantian yang amat melelahkan....


Pak Masumi...sakura di hatiku kini tumbuh kembali...
Akan tumbuh dan bersemi mengalahkan semua helai yang telah gugur dan berterbangan tertiup angin...
Sayangku...kini tidak ada lagi kebisuan dalam hatiku..
Trimakasih...cinta!




*****the end*****