Desember 29, 2011

Loving You



{IF : Sesuatu laah pokoknya, msh mencari arah cerita ya frens. Bisa romantis, cerita sedh, komedi atau tragedi. }







Hari yang dinantikan tiba juga...


Masumi kembali dari masa pendidikannya di luar negeri. Setelah 2 tahun lamanya pria tampan itu menimba ilmu di negeri orang, kini saatnya kembali menjalani aktifitasnya sebagai direktur muda perusahaan Daito.


Dan hari pertama itu rencananya diisi dengan akan diadakannya jamuan oleh Eisuke untuk mengundang para relasi dan pegawai Daito untuk menyambut hangat kepulangannya. Termasuk dengan semua artis yang bernaung dibawah bendera Daito tentunya.


Sedari siang, beberapa pegawai tampak sibuk untuk perjamuan yang akan dilaksanakan nanti malam di aula Daito. Begitupun Eisuke sudah sangat mengatur agar perjamuan itu dapat berjalan dengan lancar dan sempurna untuk putra tirinya tersebut.


Dan tentunya sudah menjadi buah bibir bahwa perjamuan itu pula akan diungkapkan siapa wanita yang akan menjadi calon pendamping Masumi Hayami oleh Eisuke. Karena itulah semua artis dan para gadis sangat antusias menghadiri perjamuan tersebut. Tak terkecuali dengan Maya dan para sahabatnya.


Kala itu memang Maya sudah mulai merasakan getaran kerinduannya pada pria tampan itu. Namun sayang Masumi keburu melanjutkan pendidikannya jauh dari Jepang. Sehingga getaran itu pun berhenti dengan jarak yang memisahkan mereka. Begitupun Masumi memang terlalu mengagumi gadis mungil dengan julukan seribu topeng itu. Tapi perasaan keduanya masih menjadi tabir rahasia di antara mereka. 


Selain itu kepergian Masumi ke luar negeri adalah untuk menghindari perjodohannya dengan keluarga Takamiya. Sejak itulah Eisuke menyerahkan sepenuhnya kepada Masumi mengenai calon pendamping hidupnya.


Itu membuat Masumi sangat bahagia. Namun tentunya calon itu haruslah sesuai dengan kriteria sang ayah. Jika tidak pastilah tidak akan mendapat restu darinya.


Dan hari itu Masumi menjalani hari pertamanya di kantor Daito...


Ruangan Masumi...


"Pak Masumi, apa tidak sebaiknya anda beristirahat saja di rumah?" tanya Mizuki memberi usul.


Masumi menatap Mizuki tajam...


"Apa aku harus tidur saja? Sementara banyak tugas menumpuk begini, Mizuki?" balas Masumi balik bertanya.


"Besok masih ada kesempatan bukan? Karena nanti malam ada perjamuan, pasti anda akan sangat merasa letih" terang Mizuki memaksa.


"Tenang saja Mizuki. Kau seperti tidak mengenalku saja!" kata Masumi sambil sedikit meledek Mizuki.


Mizuki hanya bisa mengiyakan kemauan atasannya itu. Kemudian dia bergegas hendak meninggalkan ruangan Masumi. Namun Masumi menanyakan sesuatu yang membuat Mizuki terkejut...


"Apa dia baik-baik saja?" 


Mizuki membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Masumi dengan mata yang terbelalak...


"Maksud anda siapa pak Masumi?" tanya Mizuki polos.


Masumi balas menatap dingin ke arah Mizuki. Dia berharap sekretarisnya itu tahu siapa yang dia maksud!


"Apa kau sengaja meledekku dengan pertanyaanmu itu?" tanya Masumi tajam.


Mizuki pun baru tersadar bahwa 'dia' yang ditanyakan oleh atasannya itu adalah gadis mungil Maya Kitajima!


"Oooh...iitu, gadis itu baik-baik saja. Apa anda tidak pernah menghubunginya selama di luar negeri?" Mizuki ingin tahu.


Masumi memutarkan kursi kerjanya menghadap jendela. Sepertinya pria tampan itu sedikit melamun...


"Pak Masumi?!" panggil Mizuki semakin penasaran.


"Aaah iya, tentu saja aku pernah menghubunginya. Tapi sepertinya dia tidak senang" jelas Masumi kecewa.


Pak Masumi...


"Apa aku perlu memintanya datang ke ruangan ini?" usul Mizuki.


Sontak saja itu membuat Masumi kaget...


Pria itu memutarkan kembali kursinya...


"APA?!" tanyanya datar.


"Iiiya, maksudku agar anda bisa lebih leluasa mengatakan apa yang ingin anda sampaikan padanya" kata Mizuki.


"Hhhhmmm....baiklah. Kau bawa dia ke hadapanku sekarang juga!" perintah Masumi.


Dengan cepat Mizuki menghilang dari ruangan Masumi. Sekretaris yang satu itu memang sangat mengerti dan bisa diandalkan.


Beberapa menit berlalu...


Mizuki sudah sampai di tempat latihan Daito...


Matanya langsung mengelilingi ruangan itu untuk mencari sosok Maya Kitajima. Namun sayang sosok tersebut tak ada di sana. Kakinya melangkah kembali menjauhi ruangan latihan. Rei melihat hal itu dan mengejar Mizuki.


"Ah nona Mizuki...apa anda mencari Maya?" tanya Rei sambil berlari menghampiri Mizuki.


Mizuki menoleh ke arah Rei...


"Rei...iiya aku memang sedang mencarinya. Apa dia tak berlatih hari ini?" 


"Tentu saja berlatih, tapi..tapi tadi dia bersama Koji harus pergi ke suatu tempat" terang Rei.


Mizuki manggut-manggut mengerti...


"Oh begitu, baiklah...mungkin nanti aku akan kembali" kata Mizuki pamit.


Rei pun membungkukkan punggungnya sedikit...


Keduanya pun kembali ke arah yang berlawanan...




+++++



Hari tlah senja...

Koji mengantar Maya pulang ke apartemennya. Sambil melambaikan tangannya Maya tersenyum memandangi kepergian Koji bersama sepeda motor pria itu.

Maya melangkah masuk ke lobby apartemen. Tiba-tiba langkahnya terhenti oleh panggilan seseorang dari belakangnya. Maya pun menoleh ke arah suara tersebut.

"Pak Masumii..." gumam Maya sedikit kaget.

Masumi tersenyum manis pada gadis mungil di hadapannya...

"Maaf bila aku mengejutkanmu" ucap Masumi pelan.

Maya masih menatap pria tampan di depannya. Beberapa saat suasana menjadi hening tanpa suara. Mereka saling bertatapan...

Kemudian...

Maya melangkah menuju ke taman di samping apartemen tersebut. Masumi mengikutinya tanpa bertanya apapun...

Eeehh...

Lalu Maya duduk di sebuah bangku diikuti Masumi yang duduk di sebelahnya.

"Pak Masumi, maaf aku tidak bisa menemuimu tadi siang" kata Maya tanpa ditanya.

Masumi memandangi Maya sangat dalam. Hatinya begitu merindukan gadis mungil tersebut. Sedangkan Maya tetap menunduk sambil mengayunkan kedua kakinya.

"Aaah tidak apa. Aku mengerti kesibukanmu. Mizuki sudah menceritakannya padaku" jawab Masumi berbohong.

Padahal tadi siang dia sangat murka mendengar Maya sedang bersama Koji ke suatu tempat. Berita dari Mizuki hampir saja membuat seluruh meja kerjanya berantakan.

Huuuuuffht....

"Mungill....."

"Hhhmm...iya" 

"Aku harap kau akan datang malam nanti ke perjamuan itu" kata Masumi sembari terus menatap Maya mesra.

Maya pun balas menatap Masumi...

"Pak Masumii, bolehkah aku bertanya tentang satu hal padamu?" tanya Maya serius.

"Tentu saja boleh, mungil"

Mereka saling menatap lembut...

"Apa benar...selama di luar negeri...anda...anda...merindukanku?" tanya Maya gemetar.

DEG!!!

Masumi menelan ludahnya tak kentara. Pria tampan itu tak percaya bahwa gadis mungil itu berani menanyakan hal tersebut...

Maya...

Maya masih menatap Masumi. Dan itu membuat Masumi bingung harus menjawab apa...

Masumi pun baru teringat bahwa dirinya memang pernah mengatakan itu tatkala mereka jauh. Dan perkataan itu pula yang membuat Maya menutup teleponnya waktu itu.

"Maya, untuk apa kau tanyakan itu? Aku kira kau sudah mengetahuinya" kata Masumi bingung.

Maya menggeleng dengan bibir yang cemberut...

"Pak Masumi, aku hanya ingin mendengarnya langsung dari anda saat ini" kata Maya mendesak.

TIBA-TIBA!!!

EEEEHHH....Pak Masumiii...

Masumi menggeser perlahan posisi duduknya agar lebih dekat dengan Maya. Maya pun menjadi kikuk karenanya.

"Pak Masumi..."

"Mungiiil, apa kau tidak tahu bahwa aku tidak hanya merindukanmu selama bertahun-tahun ini, tapi juga sangat ingin bisa menjadikanmu sebagai pendamping hidupku" ucap Masumi lembut berbisik di telinga Maya.

Pak Masumii...

Maya terpukau dengan apa yang diucapkan pria tampan di sebelahnya.

Maya menatap Masumi grogi. Gadis mungil itu merasa menyesal menanyakan hal yang membuatnya menjadi grogi sendiri. Pipinya merona seketika. Dia merasa sangat bahagia mendengar ucapan Masumi tersebut. Rasanya seperti mimpi...

Melihat Maya grogi seperti itu, Masumi pun merasa senang. Dalam hatinya yakin bahwa perasaan gadis mungil di sebelahnya pun sama dengan dirinya. Cinta...

Cukup lama mereka saling tatap...

Tatapan yang sangat hangat dan penuh arti...

Menyadari hari telah beranjak gelap, Masumi pun berdiri, yang diikuti oleh Maya.

"Aku tunggu kau malam ini" bisik Masumi di telinga Maya.

Maya tersenyum...

Dan mengangguk...

Kemudian Masumi melangkah pergi meninggalkan apartemen Maya. Maya pun bergegas masuk ke apartemennya untuk segera bersiap ke perjamuan tersebut. 

Oleh sahabatnya Rei, gadis mungil itu didandani agar tampak mempesona malam nanti. Rei sangat bahagia mendengar cerita Maya tentang semua yang dikatakan Masumi senja tadi. Rei pun semakin semangat membuat Maya menjadi cantik seperti bidadari.
Bidadari untuk Masumi Hayami...


+++++



Perjamuan malam itu pun tiba...


Waktu menunjukkan pukul 7.30 malam itu. Tepat jam 8 malam perjamuan itu akan segera dimulai. Terlihat tamu undangan sudah mulai memenuhi aula Daito. 


Begitupula dengan Eisuke, sang punya acara, pria tua itu tampak bersemangat menyambut beberapa tamu yang menghampirinya di sudut aula.


Tampak banyak artis cantik mulai memasang peran agar terlihat oleh Eisuke. Mereka mencari perhatian pria tua itu untuk mendapatkan Masumi. Bukan Eisuke namanya jika dia tidak menikmati kebaikan para gadis cantik tersebut. Dengan percaya dirinya pria tua itu menarik Masumi untuk beramah tamah dengan para gadis tersebut.


Tawa Eisuke menggema di aula besar itu. Diikuti tawa para relasi dan tamu undangan lainnya.


TEEENGG!!!!


Pukul 08.00 malam...


Seorang MC mengambil tempat di podium dan menyapa semuanya untuk membuka perjamuan tersebut.


Beberapa saat berlalu, kini giliran Eisuke memberikan sepatah dua kata dalam perjamuan itu. Diikuti oleh Masumi sebagai putranya.


Namun mata Masumi sedari tadi sibuk mengelilingi para undangan untuk mencari sosok mungilnya. Wajahnya sedikit khawatir bila gadis mungil itu tak hadir di perjamuan.


Mengapa aku tak melihatnya sedati tadi?
Kemana gadis itu?


Ternyata Maya memang belum tiba di aula Daito, gadis mungil itu masih dalam perjalanannya bersama Rei dan yang lainnya. 


Dan beberapa menit lagi Masumi harus mengumumkan siapa calon pendampingnya kelak. Itu membuat para gadis menjadi gugup dan berdebar...


Eisuke pun berbisik ke telinga Masumi:


"Apa kau yakin, Masumi?"


Masumi mengangguk yakin dengan pilihannya...


"Apa aku mengenalnya?" tanya Eisuke kemudian.


Masumi pun hanya mengangguk...


Eisuke mendesah panjang. Dia pasrah...


Matanya mengikuti kemana arah mata Masumi berkeliling...


"Masumi, apa dia belum hadir di sini?" tanya Eisuke penasaran.


Masumi menoleh ke arahnya dan menggeleng beberapa kali...


Melihat jawaban dari putranya, Eisuke sedikit geram dengan itu...


Anak ini...


Tiba-tiba...


Ponsel Masumi berbunyi...


"Halo..."


"Pak Masumi, nona Maya sudah memasuki Daito. Sebentar lagi akan sampai di aula" kata Mizuki dari tempat yang berbeda.


"Baik"


Masumi menutup ponselnya. Pria tampan itu melangkahkan kakinya menuju pintu utama aula Daito tersebut.


Dalam kepercayaan dirinya yang tinggi, ternyata tak bisa menutupi kegugupannya untuk menyambut Maya Kitajima yang sebentar lagi memasuki aula tersebut.


Semua mata mengikuti kemana arah langkah kaki Masumi. Mereka begitu penasaran siapa yang akan Masumi pilih sebagai pendamping hidupnya. Tentu saja semua gadis yang berada di dekat pintu masuk utama menjadi salah tingkah karenanya. Melihat pria tampan itu terus melangkah mendekati pintu, mereka terlihat merona. Suara-suara berbisik pun terdengar jelas di telinga.


DAN...


Beberapa saat kemudian, Maya dan para sahabatnya pun baru saja tiba di depan pintu masuk utama aula tersebut. Betapa terkejutnya mereka melihat Masumi telah berdiri tepat satu meter dari pintu masuk tersebut.


Maya yang sibuk membetulkan posisi gaunnya pun kaget saat para sahabatnya berhenti  dan menyenggol dirinya. Satu persatu gadis-gadis sahabat Maya itu menepi dan membiarkan Maya berdiri sendiri tepat di hadapan Masumi Hayami.


Dengan senyum manisnya yang membuat semua gadis terpesona, Masumi menyambut Maya sambil menjulurkan tangannya pada gadis mungil itu.


"Oooooohhhhh........" suara para tamu serentak.


DAG...DIG...DUUG...


Maya tak bergeming menyaksikan sambutan dan kejutan dari Masumi. Dengan mata yang berkaca-kaca, gadis itu menggigit bibirnya gugup. Jantungnya berdetak sangat kencang kala itu.


Masumi pun menghampiri Maya perlahan dan sekali lagi pria itu menjulurkan tangannya berharap Maya menyambutnya.


Dengan sangat grogi akhirnya Maya pun membalas senyuman dan juluran tangan Masumi...


Terdengar lagi....


" Ooooooohhhhh........" suara para undangan menyambut hal tersebut.


Tanpa membuang waktu lagi, Masumi pun menggenggam erat jemari mungil Maya dan berkata:


"Dialah gadis pendamping yang sangat aku cintai seumur hidupku"


Mendengar ungkapan dari Masumi, Maya sangat terharu dan terpukau. Begitupun dengan para tamu undangan lain. Mereka pun bertepuk tangan menyambutnya...


PPLOOOK!!!PLOK!!PLOOK!!


Masumi pun menggiring Maya untuk masuk ke aula dan melintasi di tengah-tengah para tamu...


Semua mata pun terus mengikuti keduanya sampai berdiri tepat di depan sang direktur utama, Eisuke Hayami.


Masumi memberi isyarat kepada Maya untuk sedikit membungkukkan punggungnya bersama-sama kepada sang ayah.


Eisuke memandangi keduanya dalam-dalam...


Kemudian...


"Masumi, aku merestui kalian. Aku yakin kau telah memilih gadis yang sangat terbaik diantara yang terbaik" ucap Eisuke serius.


Masumi dan Maya menatap Eisuke lekat...


"Terimakasih, ayah" kata Masumi gembira.


Ketiganya masih saling menatap hangat...


Begitupun genggaman tangan Masumi terasa semakin erat menggenggam jemari mungil Maya. Maya dapat merasakan itu, betapa pria tampan di sampingnya teramat mencintainya.


TENNNG!!!


Sebuah aba-aba dari MC memecah kesunyian malam itu. Hadirin dipersilahkan untuk bersantai dan menikmati hidangan mewah dari perjamuan...


Suara riuh ceria mulai terdengar di aula. Tapi semua mata para gadis tentu saja masih menatap iri pada Maya Kitajima yang dipilih untuk menjadi pendamping dari Masumi Hayami.


Ada yang turut berbahagia, ada yang mencibir, semuanya membaur tak terkentara malam itu. Secara bergantian satu persatu para tamu mengucapkan ucapan selamat kepada Eisuke, Masumi dan Maya.


Ketiganya tampak sangat lega dan bahagia...


Di tengah-tengah perjamuan, Masumi menarik lembut tangan Maya dan membawanya keluar aula.


"Pak Masumi, kemana anda membawaku? Para tamu masih ingin bersama kita bukan?" tanya Maya pelan.


Masumi hanya tersenyum dan terus membawa Maya hingga di sebuah sudut ruangan...


Masumi berdiri menatap Maya!!


DEG!!!


Pak Masumi...


Eeeehh...


Pria tampan itu memegangi kedua pundak Maya dengan tatapan yang sangat berarti...


Maya merona karenanya. Gadis mungil itu dapat merasakan darahnya berdesir dan....


Mungiiill....


"Pak Masumiiii...."


"Mayaaa...."


Setelah beberapa saat saling tatap mesra, Masumi mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah gadis mungil tersebut...


"Pak Masummiiii.............."


Cuuuuuuuuuuupppppppppppp..........


Masumi pun mengecup bibir mungil Maya...


Untuk pertama Maya merasa sedikit canggung dan kaget dengan apa yang dilakukan pria tampan yang sangat dicintainya tersebut padanya...


Namun rengkuhan jemari Masumi membuatnya begitu merasa nyaman dan dapat menikmati satu persatu kecupan demi kecupan bibir Masumi...








Hingga Maya mulai membalas kecupan itu perlahan...


Masumi pun semakin mengecup sampai melumat habis bibir gadis mungil bernama Maya Kitajima...


Beberapa menit berlalu, mereka masih di sana, melampiaskan segala rasa yang mereka rasakan bersama selama ini...


"Pak Masumiiii...kita harus kembaliiii...." desis Maya tak kuasa...


"Hhhmmm, aku tahuuu sayangg..." balas Masumi.


TIBA-TIBA!!!


Suara ponsel Masumi terdengar menyeruak lumatan bibir keduanya...


Dengan sangat terpaksa, Masumi mengangkatnya!!!


"YA! HALOO!!" nada suara Masumi mengeras kesal.


"Pak, anda dimana? Para tamu mencari!" tanya Mizuki dari dalam aula.


"Baik"


KLIIK!!!


Masumi menatap Maya kembali. Keduanya pun merapikan riasan masing-masing. Maya berusaha membersihkan daerah wajah, terutama bibirnya yang mungkin lipstiknya sudah belepotan.


Setelah merasa rapi dan siap, keduanya memasuki aula kembali...


Para tamu langsung menyalami mereka...


Dan perjamuan itu pun selesai dengan diakhiri acara dansa hingga tengah malam...








the end



Desember 16, 2011

Promise -5-







Rumah Sakit...

Maya masih dalam perawatan intensif di salah satu ruangan. Masumi dan beberapa pelayan menanti dengan setia di ruang tunggu dekat ruangan Maya.


Raut wajah Masumi sungguh sangat menyedihkan. Beribu alasan membuatnya tetap bertahan hingga saat ini. Hati kecilnya tidak bisa berbohong jika terlalu mencintai Maya Kitajima. Perasaan bersalah selalu menghantui gerak langkahnya.


"Mungil" desis Masumi lirih.


Entah apa yang membuat Masumi meraih ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.


"Halo" sebuah suara menyapanya dari sebrang ponselnya.


Mendengar suara itu, Masumi menarik nafasnya dalam. Matanya terpejam untuk menenangkan segala rasa di dalam bathinnya. Gejolak kesedihan dan rasa bersalah terus bangkit dalam benaknya.


Lalu...


"Halo, Hijiri bisa kau menemuiku di RS..." kata Masumi akhirnya.


Pria itu memberikan sebuah alamat kepada Hijiri. Entah apa yang direncanakannya.


KLIK!!


Telepon itu terputus!


Kediaman Naori...


Hijiri tampak terburu-buru menuruni anak tangga. Ayah satu anak itu sepertinya akan menemui Masumi di tempat yang sudah dijanjikan Masumi sebelumnya.


TIBA-TIBA...


"Ayaaaah, mau kemana? Boleh aku ikut bersamamu?" tanya Naori mencegah kepergian Hijiri.


Hijiri berbalik dan memeluk gadis kecil itu erat...


Naori pun sempat heran karenanya...


Ayaaah...


"Naori sayang, ayah hanya akan menemui teman lama sebentar. Ayah janji akan cepat kembali" kata Hijiri lembut pada Naori.


Naori cemberut kesal. Dia sangat ingin terus bersama sang ayah. Naori masih ingin menikmati kebersamaannya bersama Hijiri. Sepertinya gadis kecil itu sedang mengalami masa-masa sensitif. Takut kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya.


"Ayaaaaaah...pleaseeeeee" pinta Naori manja dan mengiba.


Matanya berkaca-kaca menatap Hijiri sendu. Hijiri tak sanggup menatap mata Naori yang seperti itu.


Hentikan nak...
Kau membuatku bimbang...
Mata itu...
Benar-benar matamu, Maya...


Hijiri kembali mendekap Naori erat...


"Baiklah" kata Hijiri menyerah.


Dengan lembut Hijiri mengenggam lengan mungil Naori. Keduanya berjalan menuju mobil. Para pelayan menatap pilu kepada tuan dan nonanya.


Entah mengapa ada sesuatu yang membuat para pelayan itu bersedih melihat kebersamaan keduanya ketika itu.


Blam!!


Hijiri mengemudikan mobilnya. Terus melaju menuju tempat yang sudah disepakatinya bersama Masumi.


Naori yang duduk di sebelahnya tak mengerti apa-apa. Gadis kecil nan polos itu tidak akan pernah tahu bahwa beberapa saat lagi akan bertemu dengan seseorang yang paling berharga dalam kehidupannya.


Seseorang yang seharusnya ada di posisi Hijiri. Hijiri tampak menerawang. Mata pria itu membendung berjuta harapan dan keinginan yang begitu besar dari pertemuannya nanti.


Pak Masumi...apa yang ingin anda katakan? Apa ini menyangkut Maya? Mengapa harus di RS?
Atau jangan-jangan...


Tanpa sadar Hijiri menekan gas mobilnya hingga mobil itu sedikit oleng dan tak seimbang...


Terdengar jeritan dari gadis kecil di sebelahnya!


"AYAAAHH, AWAAASS!!!" 


CCIIIIIIITTTTTTTTTT!!!!


Dengan cepat gerakan Hijiri menekan pedal rem. Jika tidak,  mungkin mobil itu telah menabrak seorang pejalan kaki.


HAMPIR SAJA!!!


Naori tampak ketakutan! Wajahnya pucat. Gadis kecil itu memandangi sang ayah dalam...


Hijiri memperlambat laju mobilnya dan menepi ke sebelah pinggir jalan.


"Huuuuuufftthhh....." gumam Hijiri sambil menyandarkan tubuhnya di kursi mobil.


"Ayah kenapa?" tanya Naori khawatir.


Gadis kecil itu mengusap kening sang ayah lembut. Matanya gusar menyaksikan kegalauan Hijiri.


Ada apa dengan ayah?


Hijiri menoleh, membalas tatapan Naori yang mengkhawatirkannya. Hijiri tersenyum berusaha menenangkan sang putri.


"Ayah hanya sedikit lelah saja, Naori sayang" kata Hijiri pelan sambil meraih tangan Naori yang ada di keningnya.


Meraih tangan mungil itu dan menepuknya berulang kali...


Aku baik-baik saja, nak...


Keduanya saling pandang lirih...


Setelah agak tenang, Hijiri pun kembali menghidupkan mesin mobilnya. Dengan berdoa pada Tuhan, pria itu berharap bisa membahagiakan gadis kecil di sebelahnya...


Tuhan, ijinkan dia tetap berada di sisiku...
Biarkan dia tetap memanggilku 'ayah'...
Aku takut akan kehilangan segalanya...
Jangan pisahkan aku dan dia kali ini!


Dia anakku, putriku...
Walau bukan darah dagingku...
Tapi dia sangat berharga bagiku...
Aku mohon...Tuhaaaan...


Hijiri terus mengemudikan mobilnya. Dia tahu bahwa sedari tadi, mata Naori terus mengawasinya, memandanginya, karena takut bila Hijiri lengah lagi mengemudikan mobil. Dan Hijiri sangat bahagia karenanya.


Naori...putriku...
Sampai kapanpun, kau tetap putriku!




*****



Parkiran RS...

Hijiri memasuki gerbang dan memarkirkan mobilnya di sebuah sudut tak jauh dari pintu masuk.

Naori yang keheranan dengan tempat yang dikunjunginya. Matanya memandangi sekeliling. Ada keganjalan yang dia rasakan.

Mengapa ayah membawaku ke RS?
Apa ayah sedang sakit saat ini?

Naori menoleh pada Hijiri. Hijiri pun membalas tatapan itu tak mengerti.

"Ada apa Naori?" 

Naori menaikkan alisnya. Bingung dengan pertanyaan yang keluar dari sang ayah...

"Apa? Mengapa ayah yang bertanya seperti itu? Seharusnya aku, yah!" 

Hijiri pun baru menyadari bahwa sedari tadi dirinya tak pernah mengatakan akan membawa Naori kemana.

Hijiri tersenyum malu...

"Oooh...maaf nak, ayah yang salah. Ayah sudah mengatakan padamu bahwa akan menemui teman lama ayah. Dia sedang berada di RS ini. Jadiiii...." Hijiri menghentikan penjelasannya karena Naori terus memandanginya dengan mata curiga.

Dengan lembut, Hijiri membelai rambut gadis kecil itu...

"Oke-oke, Naori tolong jangan tatap ayah seperti itu. Ayah bingung dengan tatapanmu itu, nak!"

Naori menunduk sejenak...

Kemudian...

"Apa aku pernah mengenal teman lama ayah itu?"

DEG!!!

Pertanyaan dari bibir kecil Naori sekilas membuat jantung Hijiri berdegup kencang. 

Naori...

"Ayaaah" gumam Naori heran melihat Hijiri yang bengong dengan pertanyaan darinya tadi.

"Aaah, iyaya...mungkin saja kau mengenalnya Naori" kata Hijiri gugup.

Tiba-tiba...

Gadis kecil menyentuh jemari sang ayah dan menggenggamnya erat. Hijiri menjadi sedikit tenang dibuatnya...

Anak ini...

Hijiri terus menatap Naori lekat-lekat...

Tatapan itu terhenti ketika ponselnya kembali berbunyi...

Dengan cepat Hijiri mengangkatnya!

"Ya, halo" sapa Hijiri datar.

"Apa kau sudah sampai? Masuklah terus dan tunggulah di bangku dekat lift pertama!" suara Masumi memberi perintah dari sebrang ponselnya.

"Tapi, aku bersama..." sayang pembicaraan di ponsel itu terputus dari sana.

Bagaimana ini?

Hijiri belum sempat memberitahukan pada Masumi bahwa saat ini dia membawa Naori. Hijiri takut bila apa yang akan dikatakan Masumi nanti bisa menyakiti Naori.

"Siapa ayah? Apa dia teman lama ayah itu?" tanya Naori mengejutkan Hijiri.

Wajah Hijiri sedikit memutih karena cemas...

Hijiri hendak melangkah turun setelah membuka pintu mobilnya kala tangan Naori menahannya kuat...

"Aku ikut ayah!"

Hijiri menelan ludahnya perlahan. Lalu dengan berat hati kepalanya mengangguk...

Seketika raut wajah Naori sangat gembira. Dengan semangat gadis kecil itu membuka pintu mobil dan membantingnya.

BBLLAAAMM!!!

Syyuuuut!!!

Kemudian dengan tersenyum bahagia pula, gadis kecil itu menggandeng lengan sang ayah yang sedang menutup pintu mobilnya.

Hijiri membalas senyuman itu. Dia tidak ingin mengecewakan putri kesayangannya.

Keduanya pun berjalan masuk menuju lobby. Terus mendekati lift pertama. Terlihat di sana ada beberapa deret bangku besi dari steinless.

Hijiri pun duduk diikuti oleh Naori...

Sambil menunggu Naori berjalan di sekitar tempat itu. Sepertinya gadis kecil itu gembira bisa terus berada bersama sang ayah.

Hijiri melihat jam tangannya beberapa kali. Memandangi ponselnya...

TIBA-TIBA!!!

Pintu lift terbuka!

Sontak mata Hijiri memperhatikan lift tersebut. Dari dalam lift keluar seorang perawat. Hijiri menyandarkan kembali duduknya. Namun ternyata perawat itu menghampirinya!

Eeeh...

"Apa anda tuan Hijiri?" tanyanya ramah.

Hijiri mengangguk lalu "IYA!"

"Mari ikut saya!" ujar perawat itu.

"Apa? Sebentar..." Hijiri kemudian melambaikan tangannya pada Naori yang berada tak terlalu jauh darinya.

Naori pun tampak berlari menghampiri Hijiri...

Lalu keduanya mengikuti perawat itu, menaiki lift kembali...

Sepanjang perjalanan singkat itu Hijiri merasa berada dalam ketakutan luar biasa. Waktu seakan berjalan sangat lambat. Menyeretnya perlahan dalam kegelapan dan kehampaan...

Apa arti semua ini, pak Masumi?


*****


Pintu lift mulai terbuka perlahan...

DEG!!!

Kemana perawat ini akan membawaku?

Tampak raut galau ada di wajah Hijiri. Tangannya semakin erat menggenggam gadis kecil di sebelahnya. 

Mata Hijiri mulai mengelilingi ruangan setelah keluar dari lift tersebut. Kemudian perawat itu mempersilahkan Hijiri untuk masuk ke sebuah ruangan VVIP tepat di depan lift tadi.

Dengan langkah yang ragu Hijiri menatap perawat tersebut. Perawat itu menganggukkan kepalanya dan berkata:

"Seseorang telah menanti anda di dalam. Silahkan masuk, tuan" 

Perawat itu merentangkan tangan kanannya dengan sangat sopan...

Hijiri menoleh ke arah Naori. Dan gadis kecil itu tersenyum untuk meyakinkan ayahnya.

Kaki Hijiri mulai melangkah mendekati pintu ruangan tersebut, diikuti Naori! Naori memperhatikan dengan seksama sang ayah. Gadis kecil itu mengayunkan tangannya untuk memberi isyarat pada sang ayah agar mempercepat langkahnya.

Ayo, ayah...
Mengapa ragu untuk bertemu teman lama?!
Ayaaaah...come ooooonn!!!

Tepat di depan pintu, Hijiri berhenti dan menarik nafas dalam...

"Hhhuuuuufftthh...."

CKLEK!!!

Pintu telah dibuka oleh tangan Hijiri. Naori yang tak sabar pun mendorong pintu itu perlahan. Kepalanya melongo duluan ke dalam ruangan...

DAN!!!

IBUUU!!!!

"IBUUUUUUUUUUUU!!!!" teriak Naori sembari berlari mendekati ranjang perawatan.

"Naoriiii...." gumam Maya pelan.

Mendengar teriakan putrinya, Hijiri segera melebarkan matanya dan melongo masuk untuk memastikan.

MAYA...

"Mayaaaa...kau kah itu?" gumam Hijiri tatkala melihat langsung siapa yang sedang terbaring di ranjang perawatan.

"Hijriiii...." desis Maya lemah.

"Mayaaa...Mayaaa...." 

Tak lama sudah terdengar tangisan haru dari ruangan tersebut. Tampak Naori sedang memeluk sang ibu yang masih terbaring lemah tak berdaya di tempat tidur...

Begitupun Hijiri mendekap erat tubuh lemah Maya di samping Naori. Walau tidak ada reaksi sama sekali dari Maya. Maya masih dalam keadaan belum stabil.

Namun demikian, ibu satu anak itu dapat merasakan apa yang sedang terjadi. Dari matanya yang bening, mengalir deras airmata dan membasahi pipinya yang putih.

Naori sayang...
Hijiri...suamiku...
Akhirnya...
Inikah akhir dari perjalanan kisahku?

Kalianlah...tujuan akhirku sekarang...
Tiada dusta lagi...
Tiada nestapa lagi...
Aku merindukan saat-saat indah bersama kalian...

Hijiri menatap lekat mata sang istri...

Terimakasih, pak Masumi...
Terimakasih...

Maya membalas tatapan itu dalam...

Naori pun tak luput memperhatikan keduanya. Perlahan tangannya meraih tangan sang ibu, kemudian menaruhnya di atas tangan Hijiri.

Maya semakin sedih dengan apa yang dilakukan putrinya. Maya tersedu-sedu menahan tangis...

Airmata mengalir deras dari mata Hijiri. Berulang kali dia mencium mesra kening sang istri. Membelainya dengan sangat lembut. Naori dan Hijiri benar-benar sangat merindukan Maya. Keduanya begitu larut dalam keharuan yang besar. Meluapkan seluruh rindu yang mereka simpan untuk Maya selama ini.

Tanpa mereka sadari, Masumi memperhatikan dan menatap pilu peristiwa itu dari balik pintu.

Airmata membasahi pipinya. Wajahnya memandang lirih kepada ketiganya...

"Maafkan aku, Hijiri"

"Maafkan aku telah memisahkan kalian sekian lama"

"Maafkan aku Maya, Mungilku......"


"Dan terimakasihku padamu, Mungil...karena kau telah mengatakan sesuatu yang membuatku sadar"

"Naori...maafkan ayah, nak...tak bisa menemani perjalanan hidupmu kelak. Ayah yakin dan percaya bahwa Hijiri adalah ayah terbaik untukmu"

"Dia-lah ayahmu, Naori"

"Selamat Tinggal Maya..."

"Selamat tinggal putriku, Naori..."

Berbahagialah selamanya...

Goodbye My Love...


Dalam dekapan sang ibu, Naori sempat melirik ke arah pintu dimana Masumi berdiri. Matanya cukup terkejut dengan sosok pria tersebut. Perlahan dia melepaskan dekapannya dan membiarkan Maya dan Hijiri untuk saling melepas rindu. 


Naori mencoba memperhatikan gerak-gerik Masumi yang mulai mundur keluar ruangan...

Tak lama kemudian pria tampan itu melangkah berbalik dan menjauh dari ruangan Maya. Pergi meninggalkan wanita-wanita yang dicintainya. Menjauh dari kehidupan yang sebenarnya sangat ingin dia raih. Mengubur segala mimpi yang pernah ada. Membuang semua kenangan yang kini hanya ada dalam angan yang tak bertepi.

Biarlah waktu akan menghempaskan semuanya...

Biarlah waktu yang akan kembali bicara...

Suatu saat bahagia pasti akan datang menghampirinya...


Namun tak begitu dengan Naori...


Gadis kecil itu rupanya sangat ingin tahu keberadaan teman lama yang akan dikunjungi Hijiri tadi. Dia pun mencoba mengikuti kemana Masumi pergi.


Masumi baru saja hendak membuka pintu mobilnya...


TIBA-TIBA!!!


"TUNGGUUU!!!" teriak Naori lantang.


Suara lantang dari seorang gadis kecil itu membuat Masumi berdiri kaku tak bergeming. Entah mengapa ketika itu jantungnya seketika berdetak kencang. Nadinya berdesir amat deras. Nalurinya seperti di benturkan sesuatu.


Suara itu...
Suara...Na...
Apakah dia putri...
Ku....dari mu Maya?
Mungkinkah?


Benarkah putriku mengejarku?
Naori...
Naoriku?


Masumi masih enggan membalikkan tubuhnya...
Tubuhnya gemetar mengetahui bahwa saat ini dia berada sangat dekat dengan putri kandungnya. Naori ada di belakangnya saat ini!


"Paman Masumi..." panggil Naori kemudian.


DEG!!!


Panggilan itu membuat Masumi semakin pilu. Tanpa sadar airmata menetesi pipinya. Masumi menangis! Mata dan hatinya sangat sedih kala itu...


Dia mengetahui namaku?
Putri ku memanggil namaku?
Tuhaaaaan...
Bagaimana ini?
Apa yang harus aku lakukan?


Masumi menarik nafasnya berulang kali. Matanya terpejam untuk menenangkan jiwanya...
Tampak tangannya mulai mengepal dan mengeluarkan keringat dingin...


Melihat sikap Masumi yang hanya berdiri saja, membuat Naori penasaran dan cemas. 


"Paman, apa kau baik-baik saja?" tanya Naori khawatir.


Kaki kecil gadis itu melangkah maju mendekati Masumi! Masumi mengetahui keadaan tersebut. Hatinya semakin kaku dan gugup...


Satu gerakan lagi yang membuat Masumi tambah gugup dan gemetar!


"Paman!" ucap Naori sambil menyentuh dan menarik pelan ujung jas Masumi dari belakang.


DEG!!DEG!!


Naori...


NAORIIIII....


PUTRIKU!!!!


BRRUUUKKK!!!


Masumi membalikkan tubuhnya dan langsung membungkuk lalu memeluk tubuh kecil Naori!


Paman...


Tentu saja hal itu membuat Naori kaget dan terheran-heran. Matanya terpelongo tak percaya dengan apa yang dialaminya.


"Paman Masumiii..." gumam Naori.


Masumi tak sadar telah sangat erat memeluk tubuh Naori. Dalam kelirihannya itu Masumi semakin terhanyut dengan kerinduannya pada sosok mungil Naori. Anak yang selama ini diketahuinya sebagai anak dari Maya dan Hijiri.


Sungguh menyakitkan!


AKHIRNYA!!!


Kata-kata itu pun keluar...


"Maafkan ayah, nak!" desis Masumi tak sadar.


Apa!!!????


Naori masih bisa mendengar desisan dari Masumi!


"Apa?" gumam Naori ragu.


DEG!


Masumi tersadar dengan gumaman Naori. Perlahan dia melepaskan pelukannya...


"Bukan, maksudku...kau seperti...seorang anak...yang kukenal!" kata Masumi tiba-tiba untuk mengalihkan perhatian Naori.


Mata keduanya beradu...


Naori menatap lekat-lekat Masumi!
Naori semakin heran melihat airmata yang begitu deras membasahi pipi Masumi!


Dengan lembut gadis kecil itu mengusap airmata yang masih ada di pipi Masumi...


Masumi berusaha menahan semua gejolak kerinduan dan keharuannya pada sikap Naori tersebut...


Anakku? Kau benar-benar anakku?
Bodohnya aku menyia-nyiakanmu!
Betapa kejamnya aku!


Setelah beberapa saat...


"Paman, terimakasih kau telah menemukan ibuku" ucap Naori polos.


Masumi terkesima mendengar penuturan polos Naori. Dia pun menyadarkan dirinya lagi bahwa sudah saatnya dia pergi dari kehidupan Maya dan Naori.


Dia sudah berjanji!


"Iya Naori...semua berkat Tuhan. Aku tidak ingin melihatmu menangis lagi" jawab Masumi.


Naori mengangguk dengan senyuman manisnya...


Lalu gadis kecil itu menyentuh jemari Masumi perlahan...


"Paman, ini untukmu" 


CUP!!


Sebuah kecupan mendarat di pipi Masumi. Kecupan dari Naori yang begitu polos dan indah mengharukan...


Apa?!!!
Naori...dia menciumku?!


Masumi tercengang dengan apa yang baru saja dialaminya. Sambil menatap dalam ke arah Naori yang mundur dan melambaikan tangannya...


Gadis kecil itu tersenyum tulus sambil terus melangkah masuk ke arah lobby RS...


"BYE...BYEEE, pamaaaaaann...." teriaknya sembari berlari memasuki RS dan terus berlari...


Hingga hilang dari pandangan Masumi...


Dia sudah pergi...


Masumi masih jongkok menatap pilu ke arah dalam RS tersebut. Hatinya sangat ingin kembali mengejar gadis kecil itu dan memeluknya erat...


Tapi Masumi pun mengerti, bahwa itu harus segera dia lupakan. Semuanya demi kebahagiaan Maya dan Naori...


"Bye...byeee....Naoriiii....putrikuuu..." gumam Masumi lirih.




It's Time to say Goodbye....




SELAMAT TINGGAL CINTA...






the end