Juli 19, 2012

I'M THERE FOR YOU





Maya duduk sendiri di deretan salah satu jejeran kursi bandara. Matanya yang tampak lelah masih melongo ke dalam pintu kedatangan. Berharap sosok yang dia tunggu ada di sana. Bolak balik memandangi jam tangan yang terpasang di pergelangan tangannya yang mungil. Rasa cemas dan bingung pun muncul dalam benaknya.

Mengapa dia belum sampai juga?
Padahal tadi beberapa penumpang dari pesawat yang sama sudah keluar...
Ada apa dengannya?
Apa dia membatalkan kepulangannya?
Tapi mengapa dia tak memberitahuku?

Maya mencoba berdiri sambil menekan tombol-tombol phoneselnya. Namun sayang nada TIDAK AKTIF masih terdengar dari operator phonesel tersebut. Maya sedikit mengibaskan sweaternya karena gerah. Walau sebenarnya udara cukup dingin di sana.

Satu langkah lagi gadis mungil itu berjalan mendekati pintu kedatangan. Seorang petugas bandara menanyakan kedatangannya. Maya mencoba bertanya kembali tentang nomor penerbangan yang dia punya. Dan jawaban petugas itu tetap sama bahwa pesawat yang Maya maksud, sudah dua jam yang lalu mendarat. Dan dapat dipastikan semua penumpang telah keluar dari bandara.

Maya pun lesu mendengarnya. Dia berjalan perlahan menyusuri jendela kaca di sekitar pintu. Bersandar di salah satu kaca, gadis itu menarik nafas panjang. Mencoba menghubungi kembali ponsel dengan nomor yang sama, dan jawabannya tetap saja tidak aktif.

Bagaimana ini? Apa aku pulang saja?
Mengapa kau tak memberi kabar apapun...
Aku sangat mencemaskanmu?
Sungguh...
Aku mohon, hubungi aku...
Aku tak akan meninggalkan tempat ini...

I Miss You, So Much...
Honey...

Gadis mungil itu berjalan kembali menyusuri jendela-jendela kaca yang megah di sepanjang koridor pintu kedatangan. Sesekali kakinya menendang tanpa tujuan. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore waktu Tokyo. Gadis itu mendesah...bosan dan jenuh tentunya.

Hatinya mulai merasakan kesepian mendalam. Dia tak menyangka bahwa hari ini akan menjadi kelabu. Rasa bahagia yang dia rasakan sedari bangun pagi hari itu, lenyap sudah. Penantian panjang sepanjang hari ini membuatnya sangat sedih. Dia tak tahu harus bagaimana. Pergi kembali ke rumahnya atau tetap menunggu di bandara sampai ada tanda-tanda tentang kekasih hati yang ditunggunya.

Lama Maya berpikir....
Sementara senja telah datang menyeruak, matahari perlahan tenggelam berganti sang bulan yang menambah kesenduan hatinya.
Sinar redup rembulan begitu menyinari wajahnya yang lelah. Maya terduduk lesu di deretan kursi.

Punggung mungil itu bersandar kembali...

TIBA-TIBA!!!

"Apa kau menunggu seseorang, nona?" sebuah suara mengejutkan lamunannya.

Sontak Maya duduk tegak dan menoleh ke arah suara itu. Tepat di sebelahnya telah duduk seorang pria dewasa nan tampan dan kini tengah tersenyum manis padanya.

Maya masih bengong melihat sosok itu. Pertanyaan pria itu belum dia jawab sama sekali. Maya mencoba mengucek-ucek matanya beberapa kali. Untuk memastikan sosok di sebelahnya itu adalah seseorang yang sangat dia kenal.

Pria itu tersenyum sangat manis dan perlahan menyentuh jemari mungil Maya. Menggenggamnya erat dan mencium lembut jemari itu.

Maya masih terkesima tak percaya dengan apa yang dilihatnya...
Tak terasa butiran air mata menetesi pipinya yang merona. Rasa bahagia perlahan membuat bibir mungilnya tersenyum.

"Pak Masumiiii..." gumam Maya pelan.

"Kau benar-benar kembali?!!" tanya Maya gemetar.

Masumi pun mengangguk dan mengusap lembut airmata yang membasahi pipi gadis mungilnya.

BUUUKK!!!

Keduanya pun berdekapan mesra dan erat. Masumi begitu sedih melihat Maya terlalu lama menunggu di sana. Dengan penuh perasaan dia membelai rambut gadis itu.

"Maafkan aku, membuatmu menunggu terlalu lama, sayang" ucap Masumi mesra.

Maya hanya menggeleng dan menyurukkan kepalanya di dada bidang Masumi.

"Aku membatalkan kepulanganku pagi tadi, karena ada sedikit masalah yang belum aku selesaikan" terang Masumi.

Sekali lagi Maya hanya memberi isyarat mengangguk bahwa dirinya sangat mengerti dengan pekerjaan kekasih hatinya.

"Oooh Maya, maafkan aku mungiil telah membuatmu begini" kata Masumi menyesal.

Pria itu pun mengeratkan dekapannya pada Maya. Entah sampai berapa lama keduanya seperti itu. Yang jelas kini waktu hampir menunjukkan pukul 10 malam waktu setempat.



*****


Keesokan harinya...

Dengan wajah ceria dan gembira, Maya bangun dari tidurnya. Semua yang dia alami sepanjang hari kemarin membuatnya tersenyum-senyum sendiri.

Gadis itu tak bisa membayangkan bila kemarin Masumi tidak jua kembali, mungkin hari ini akan menjadi hari kelabu. Hatinya pastilah tidak karuan dan gundah gulana.

Maya meremas jemarinya sendiri dan segera membuka bungkusan berpita mawar ungu yang Masumi berikan tadi malam ketika pria itu mengantarnya pulang ke apartemennya.

Apa isinya ya?

Perlahan tangannya membuka satu persatu solasi bingkisan berukuran 15x20cm itu. Sesekali matanya mengelilingi kamarnya sambil tersenyum. Maya sangat bahagia...

Bingkisan telah terbuka...

Maya terkejut dengan apa yang dilihatnya dari dalam bingkisan...
Matanya terbelalak tak percaya...

Indah sekali...
Kalung bermatakan mawar ungu kesukaanku...
Pak Masumiii...
Kau...

Oooh ini terlalu indah untukku...
Terlalu berharga...

Maya terus saja mendesis tak percaya menatap apa yang diberikan oleh Masumi.
Sebuah kalung dengan gantungan liontin bermatakan mawar ungu yang sangat cantik...

Tersadar Maya pun meraih ponselnya dan menghubungi Masumi...

Tuut...tuuut...tuuut...

Klik!!!

"Halo Mungiil..." sapa Masumi dari ponselnya.

Entah mengapa sapaan itu membuat pipi Maya merona. Gadis itu tiba-tiba gugup seperti biasa.

"Eeh iya, halo pak Masumi" jawab Maya tersipu sendiri.

Masumi tahu bahwa saat ini gadis itu pasti sedang merona malu dan itu membuatnya geli hingga dia tersenyum sendiri.

Mungkin begini rasanya memacari anak kecil?
Masumi...Masumi...Masumi...

"Halo Maya, bagaimana tidurmu?" 

"Aku...aku tidur nyenyak dan pagi ini sangat bahagia...ya bahagia sekali" jawab Maya polos.

"Oiya? Apa yang membuatmu bahagia nona mungil?" tanya Masumi meledek.

"Karena...tidurku cukup tadi malam. Hingga badanku terasa segar" 

"Benarkaaah? Syukurlah kalau begitu" 

Masumi tak mendapat jawaban yang diinginkannya dari bibir mungil gadis itu. Dia menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum.

Lalu...

"Pak Masumi, terimakasih" ucap Maya pelan. Suaranya terdengar takut-takut dan malu.

Eeeh...

"Terimakasih??!! Untuk apa, mungil?" 

Maya pun jadi bingung dengan pertanyaan balik Masumi...

Bagaimana aku mengatakannya? 
Apa dia lupa? Atau dia belum mengerti maksudku...

"Mungil...." panggil Masumi beberapa kali.

Karena Maya masih diam bingung menyusun kata-kata yang akan dia ungkapkan kepada Masumi...

"Iiiyaa pak Masumi..."

"Ada apa? Ayo katakan sesuatu, jangan membuatku penasaran" aku Masumi akhirnya.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku...sangat suka... dengan kalungnya" kata Maya terbata-bata.

Masumi tersenyum dan puas sekali...

"Benarkah sayang? Kau senang? Kalau itu membuatmu bahagia, maka aku akan lebih bahagia karenanya" kata Masumi lembut.

Kedua pipi Maya merona seketika...

TIBA-TIBA!!!

"Masumi...sayang...kau dimana?!" sebuah suara terdengar memasuki kamar Masumi.

Seketika Maya yang berada di balik telepon pun terbengong dan terdiam.

Maya hanya bisa menyimak obrolan antara Masumi dan sebuah suara wanita dari balik ponselnya.

Terdengar kembali...

"Masumi...Masumi..."

"Iiya aku disini, di dekat meja kerjaku...kemarilah perlahan" jawab Masumi tanpa sadar Maya masih terhubung dengannya.

Maya mencoba memanggil Masumi...

"Halo, pak Masumi...halo..."

Namun tidak ada jawaban...

"Pak Masumi, nanti aku telepon lagi, bye"

Tapi Maya belum menutup ponselnya, jemarinya yang mungil sedikit gemetar dan bingung.

Sementara itu...

Ah bagaimana ini, apa dia mendengarnya?
Apa yang ada dipikirannya tentang diriku saat ini?
Mungiil...

"Maya...halo...mungil? Apa kau masih disana?" kata Masumi cemas.

Pikirannya kembali bercabang memikirkan gadis mungil dan seseorang yang kini ada di dalam kamarnya.

KLIK!!!

Masumi menutup ponselnya!

Maya pun terduduk lemas, airmata mulai menetesi pipinya yang masih merona karena godaan Masumi sebelumnya.

Sebelum suara wanita itu terdengar memanggil kekasih hatinya dengan sebutan 'SAYANG'!!!

Apa artinya ini semua?
Siapa wanita itu?
Suara itu?

Maya menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali untuk menyadarkan dirinya. Dia tak tahu harus berbuat apa? Apakah harus marah, sedih atau menghubungi kembali kekasihnya.

Bagaimana ini? Baru saja bahagia itu hadir dalam hidupku...
Kini harus berakhir kembali?
Tunggu!!! Mengapa..mengapa aku bersedih?
Bisa saja suara itu seseorang yang lebih tua darinya?

Maksudku mungkin bibinya atau mungkin sepupunya?
Ya!! Betapa bodohnya aku memikirkan hal-hal buruk tentang pak Masumi...
Pak Masumi...pak Masumi...
Aku mohon...



*****


Suatu pagi setelah selang beberapa hari kejadian itu...

Maya bersiap hendak ke sebuah studio untuk pemotretan salah satu majalah. Dengan langkah yang pelan Maya menuruni anak tangga teras apartemennya. Gadis itu mencoba mengalihkan kekecewaan hatinya pada Masumi. Sama sekali dia tidak mau menghubungi dan dihubungi oleh pria tampan tersebut.

Maya berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di depan para sahabatnya, terutama Rei. Maya tidak ingin yang lain mengetahui ada sesuatu antara dirinya dan Masumi. Maya tidak menginginkan hal itu terjadi karena dia sangat menjaga nama baik pria itu.

Sebelum Maya memutuskan menjalin hubungan dengan pria itu, Maya tahu bahwa itu akan sangat sulit. Karena gadis mungil tersebut harus bersaing dengan banyak gadis cantik yang menggandrungi Masumi. Itu sebuah konsekwensi dari kekasih pria tampan seperti Masumi.

Aku harus mampu melewati ini semua...
Aku yakin pak Masumi tidak seperti dugaanku...
Aku harus yakin itu!!!

Saking seriusnya dengan pikirannya sendiri, Maya tak menyadari di depannya ada seseorang yang telah menanti sedari tadi. Sontak wajah polosnya terkejut dan memerah tatkala orang tersebut menyapanya.

"Halo mungil, aku antar ya?" ajak Masumi menawarkan tumpangan.

Maya langsung gugup karena beberapa hari tidak ada percakapan dengan Masumi.

"Pak Masumi..." gadis itu melongo dan mengangguk begitu saja.

Blam...

Keduanya pun berlalu dengan mobil Masumi. Selama perjalanan Masumi selalu melirik Maya. Namun Maya terus saja menatap jalan lurus di depan. Maya tidak tahu harus memulai perbicaraan darimana. Begitupun Masumi...

Ada rasa bersalah dari pria tampan itu. Ingin sekali rasanya menjelaskan kepada kekasih hatinya. Namun lidah terasa kaku pabila menatap kepolosan wajah Maya.

"Ehheeemm!!!" Masumi berdehem mengejutkan Maya.

Maya pun menoleh...

Masumi tersenyum manis menatap wajah Maya...

"Ada apa pak Masumi?" tanya Maya memulai.

"Ah tidak, aku hanya ingin kita tidak sekaku ini. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" ujar Masumi serius.

"Katakan saja! Aku sudah bisa menerima apapun itu saat ini!" kata Maya tak kalah serius.

"Eeh, menerima apa? Maksudmu apa mungil?" tanya Masumi bingung.

Maya terdiam tak mau meneruskan apapun...

CIIIIIIIIIIIITTTTTTTTTT!!!!

Masumi menghentikan mobilnya mendadak...

Tubuh Maya sedikit maju karenanya...

"Ada apa pak Masumi? Mengapa tiba-tiba berhenti?!" tanya Maya ketus.

Masumi membalikkan tubuhnya menghadap Maya. Menatap gadis mungil itu lekat-lekat!!

"Jelaskan apa maksudmu tadi?" tanya Masumi sedikit keras.

Maya pun tak kalah mengeras mendengar nada suara Masumi...

"Apa yang harus aku jelaskan?!" tanya Maya berbalik.

Masumi memegangi kedua pundak Maya erat...

"Mungil, jangan membuatku bingung! Tolong katakan mengapa kau marah dan tidak mau menghubungi beberapa hari ini?!" tanya Masumi bertubi.

"Anda seharusnya yang menjelaskan semuanya kepadaku! Aku bukan anak kecil yang bisa anda permainkan terus menerus!" aku Maya emosi.

Mendengar ucapan Maya, Masumi menjadi bertambah bingung. Beberapa kali dia menggelengkan kepalanya.

"Mungil, aku tak mengerti dengan sikap dan ucapanmu. Ada apa?? Tolong jelaskan!!" 

"Baik!! Supaya jelas, sekarang aku ingin anda menjelaskan semuanya kepadaku! Jika tidak...." Maya tak meneruskan ucapannya.

"Jika tidak.......apa??!!" lanjut Masumi penasaran.

"Mungiil..."

"Hubungan ini berakhir di sini?! Itu maksudmu Maya?!" tanya Masumi kemudian.

Maya kaget dan menatap Masumi dengan mata terbelalak!

Maya pun menganggukkan kepalanya ragu...

Masumi lemas seketika. Pria itu menghentakkan tubuhnya ke kursi mobil. Kemudian pria itu kembali mengingat apa yang membuat kekasih hatinya marah dan seperti ini. Dia pun baru ingat!!!

"Aaahh...aku...aku terlambat!" celetuk Masumi beberapa saat kemudian.

Maya masih diam tertunduk...

Masumi menatap Maya lesu...

Pria itu bingung bagaimana menjelaskan hal itu...

TIBA-TIBA!!!

"Pak Masumi, apa ada wanita selain aku di hatimu saat ini?" tanya Maya lirih.

Masumi menatap Maya sedih...

"Maaf mungil bila ini akan membuatmu bersedih, sebenarnya sudah lama aku ingin menceritakan dan menjelaskan ini kepadamu"

"Oiya!!? Berarti ini sudah berlangsung lama kan? Setahun, 2 tahun atau 3 tahun selama kita menjadi kekasih?!" Maya kesal.

Maafkan aku Maya...
Ini tidak seperti perkiraanmu sayang...

"Tepatnya 2 tahun yang lalu mungil. Aku akan menceritakan ini kepadamu. Aku tahu kau sangat bijaksana dan pasti mengerti keadaanku nantinya" kata Masumi pedih.

"Mengerti?? Bijaksana??" Maya menggeleng.

"Mungil, tolong dengar penjelasanku terlebih dahulu!" rayu Masumi.

Maya terisak perlahan...

Gadis itu keluar dari mobil Masumi, Masumi berusaha mengejar gadis itu. Sayang Maya menyetop sebuah taksi dan pergi berlalu dari kejaran Masumi.

Bagaimana sekarang? Aku terlambat!!!
Mungiil, maafkan aku...
Ini salahku...


*****