Juli 19, 2012

I'M THERE FOR YOU





Maya duduk sendiri di deretan salah satu jejeran kursi bandara. Matanya yang tampak lelah masih melongo ke dalam pintu kedatangan. Berharap sosok yang dia tunggu ada di sana. Bolak balik memandangi jam tangan yang terpasang di pergelangan tangannya yang mungil. Rasa cemas dan bingung pun muncul dalam benaknya.

Mengapa dia belum sampai juga?
Padahal tadi beberapa penumpang dari pesawat yang sama sudah keluar...
Ada apa dengannya?
Apa dia membatalkan kepulangannya?
Tapi mengapa dia tak memberitahuku?

Maya mencoba berdiri sambil menekan tombol-tombol phoneselnya. Namun sayang nada TIDAK AKTIF masih terdengar dari operator phonesel tersebut. Maya sedikit mengibaskan sweaternya karena gerah. Walau sebenarnya udara cukup dingin di sana.

Satu langkah lagi gadis mungil itu berjalan mendekati pintu kedatangan. Seorang petugas bandara menanyakan kedatangannya. Maya mencoba bertanya kembali tentang nomor penerbangan yang dia punya. Dan jawaban petugas itu tetap sama bahwa pesawat yang Maya maksud, sudah dua jam yang lalu mendarat. Dan dapat dipastikan semua penumpang telah keluar dari bandara.

Maya pun lesu mendengarnya. Dia berjalan perlahan menyusuri jendela kaca di sekitar pintu. Bersandar di salah satu kaca, gadis itu menarik nafas panjang. Mencoba menghubungi kembali ponsel dengan nomor yang sama, dan jawabannya tetap saja tidak aktif.

Bagaimana ini? Apa aku pulang saja?
Mengapa kau tak memberi kabar apapun...
Aku sangat mencemaskanmu?
Sungguh...
Aku mohon, hubungi aku...
Aku tak akan meninggalkan tempat ini...

I Miss You, So Much...
Honey...

Gadis mungil itu berjalan kembali menyusuri jendela-jendela kaca yang megah di sepanjang koridor pintu kedatangan. Sesekali kakinya menendang tanpa tujuan. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore waktu Tokyo. Gadis itu mendesah...bosan dan jenuh tentunya.

Hatinya mulai merasakan kesepian mendalam. Dia tak menyangka bahwa hari ini akan menjadi kelabu. Rasa bahagia yang dia rasakan sedari bangun pagi hari itu, lenyap sudah. Penantian panjang sepanjang hari ini membuatnya sangat sedih. Dia tak tahu harus bagaimana. Pergi kembali ke rumahnya atau tetap menunggu di bandara sampai ada tanda-tanda tentang kekasih hati yang ditunggunya.

Lama Maya berpikir....
Sementara senja telah datang menyeruak, matahari perlahan tenggelam berganti sang bulan yang menambah kesenduan hatinya.
Sinar redup rembulan begitu menyinari wajahnya yang lelah. Maya terduduk lesu di deretan kursi.

Punggung mungil itu bersandar kembali...

TIBA-TIBA!!!

"Apa kau menunggu seseorang, nona?" sebuah suara mengejutkan lamunannya.

Sontak Maya duduk tegak dan menoleh ke arah suara itu. Tepat di sebelahnya telah duduk seorang pria dewasa nan tampan dan kini tengah tersenyum manis padanya.

Maya masih bengong melihat sosok itu. Pertanyaan pria itu belum dia jawab sama sekali. Maya mencoba mengucek-ucek matanya beberapa kali. Untuk memastikan sosok di sebelahnya itu adalah seseorang yang sangat dia kenal.

Pria itu tersenyum sangat manis dan perlahan menyentuh jemari mungil Maya. Menggenggamnya erat dan mencium lembut jemari itu.

Maya masih terkesima tak percaya dengan apa yang dilihatnya...
Tak terasa butiran air mata menetesi pipinya yang merona. Rasa bahagia perlahan membuat bibir mungilnya tersenyum.

"Pak Masumiiii..." gumam Maya pelan.

"Kau benar-benar kembali?!!" tanya Maya gemetar.

Masumi pun mengangguk dan mengusap lembut airmata yang membasahi pipi gadis mungilnya.

BUUUKK!!!

Keduanya pun berdekapan mesra dan erat. Masumi begitu sedih melihat Maya terlalu lama menunggu di sana. Dengan penuh perasaan dia membelai rambut gadis itu.

"Maafkan aku, membuatmu menunggu terlalu lama, sayang" ucap Masumi mesra.

Maya hanya menggeleng dan menyurukkan kepalanya di dada bidang Masumi.

"Aku membatalkan kepulanganku pagi tadi, karena ada sedikit masalah yang belum aku selesaikan" terang Masumi.

Sekali lagi Maya hanya memberi isyarat mengangguk bahwa dirinya sangat mengerti dengan pekerjaan kekasih hatinya.

"Oooh Maya, maafkan aku mungiil telah membuatmu begini" kata Masumi menyesal.

Pria itu pun mengeratkan dekapannya pada Maya. Entah sampai berapa lama keduanya seperti itu. Yang jelas kini waktu hampir menunjukkan pukul 10 malam waktu setempat.



*****


Keesokan harinya...

Dengan wajah ceria dan gembira, Maya bangun dari tidurnya. Semua yang dia alami sepanjang hari kemarin membuatnya tersenyum-senyum sendiri.

Gadis itu tak bisa membayangkan bila kemarin Masumi tidak jua kembali, mungkin hari ini akan menjadi hari kelabu. Hatinya pastilah tidak karuan dan gundah gulana.

Maya meremas jemarinya sendiri dan segera membuka bungkusan berpita mawar ungu yang Masumi berikan tadi malam ketika pria itu mengantarnya pulang ke apartemennya.

Apa isinya ya?

Perlahan tangannya membuka satu persatu solasi bingkisan berukuran 15x20cm itu. Sesekali matanya mengelilingi kamarnya sambil tersenyum. Maya sangat bahagia...

Bingkisan telah terbuka...

Maya terkejut dengan apa yang dilihatnya dari dalam bingkisan...
Matanya terbelalak tak percaya...

Indah sekali...
Kalung bermatakan mawar ungu kesukaanku...
Pak Masumiii...
Kau...

Oooh ini terlalu indah untukku...
Terlalu berharga...

Maya terus saja mendesis tak percaya menatap apa yang diberikan oleh Masumi.
Sebuah kalung dengan gantungan liontin bermatakan mawar ungu yang sangat cantik...

Tersadar Maya pun meraih ponselnya dan menghubungi Masumi...

Tuut...tuuut...tuuut...

Klik!!!

"Halo Mungiil..." sapa Masumi dari ponselnya.

Entah mengapa sapaan itu membuat pipi Maya merona. Gadis itu tiba-tiba gugup seperti biasa.

"Eeh iya, halo pak Masumi" jawab Maya tersipu sendiri.

Masumi tahu bahwa saat ini gadis itu pasti sedang merona malu dan itu membuatnya geli hingga dia tersenyum sendiri.

Mungkin begini rasanya memacari anak kecil?
Masumi...Masumi...Masumi...

"Halo Maya, bagaimana tidurmu?" 

"Aku...aku tidur nyenyak dan pagi ini sangat bahagia...ya bahagia sekali" jawab Maya polos.

"Oiya? Apa yang membuatmu bahagia nona mungil?" tanya Masumi meledek.

"Karena...tidurku cukup tadi malam. Hingga badanku terasa segar" 

"Benarkaaah? Syukurlah kalau begitu" 

Masumi tak mendapat jawaban yang diinginkannya dari bibir mungil gadis itu. Dia menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum.

Lalu...

"Pak Masumi, terimakasih" ucap Maya pelan. Suaranya terdengar takut-takut dan malu.

Eeeh...

"Terimakasih??!! Untuk apa, mungil?" 

Maya pun jadi bingung dengan pertanyaan balik Masumi...

Bagaimana aku mengatakannya? 
Apa dia lupa? Atau dia belum mengerti maksudku...

"Mungil...." panggil Masumi beberapa kali.

Karena Maya masih diam bingung menyusun kata-kata yang akan dia ungkapkan kepada Masumi...

"Iiiyaa pak Masumi..."

"Ada apa? Ayo katakan sesuatu, jangan membuatku penasaran" aku Masumi akhirnya.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku...sangat suka... dengan kalungnya" kata Maya terbata-bata.

Masumi tersenyum dan puas sekali...

"Benarkah sayang? Kau senang? Kalau itu membuatmu bahagia, maka aku akan lebih bahagia karenanya" kata Masumi lembut.

Kedua pipi Maya merona seketika...

TIBA-TIBA!!!

"Masumi...sayang...kau dimana?!" sebuah suara terdengar memasuki kamar Masumi.

Seketika Maya yang berada di balik telepon pun terbengong dan terdiam.

Maya hanya bisa menyimak obrolan antara Masumi dan sebuah suara wanita dari balik ponselnya.

Terdengar kembali...

"Masumi...Masumi..."

"Iiya aku disini, di dekat meja kerjaku...kemarilah perlahan" jawab Masumi tanpa sadar Maya masih terhubung dengannya.

Maya mencoba memanggil Masumi...

"Halo, pak Masumi...halo..."

Namun tidak ada jawaban...

"Pak Masumi, nanti aku telepon lagi, bye"

Tapi Maya belum menutup ponselnya, jemarinya yang mungil sedikit gemetar dan bingung.

Sementara itu...

Ah bagaimana ini, apa dia mendengarnya?
Apa yang ada dipikirannya tentang diriku saat ini?
Mungiil...

"Maya...halo...mungil? Apa kau masih disana?" kata Masumi cemas.

Pikirannya kembali bercabang memikirkan gadis mungil dan seseorang yang kini ada di dalam kamarnya.

KLIK!!!

Masumi menutup ponselnya!

Maya pun terduduk lemas, airmata mulai menetesi pipinya yang masih merona karena godaan Masumi sebelumnya.

Sebelum suara wanita itu terdengar memanggil kekasih hatinya dengan sebutan 'SAYANG'!!!

Apa artinya ini semua?
Siapa wanita itu?
Suara itu?

Maya menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali untuk menyadarkan dirinya. Dia tak tahu harus berbuat apa? Apakah harus marah, sedih atau menghubungi kembali kekasihnya.

Bagaimana ini? Baru saja bahagia itu hadir dalam hidupku...
Kini harus berakhir kembali?
Tunggu!!! Mengapa..mengapa aku bersedih?
Bisa saja suara itu seseorang yang lebih tua darinya?

Maksudku mungkin bibinya atau mungkin sepupunya?
Ya!! Betapa bodohnya aku memikirkan hal-hal buruk tentang pak Masumi...
Pak Masumi...pak Masumi...
Aku mohon...



*****


Suatu pagi setelah selang beberapa hari kejadian itu...

Maya bersiap hendak ke sebuah studio untuk pemotretan salah satu majalah. Dengan langkah yang pelan Maya menuruni anak tangga teras apartemennya. Gadis itu mencoba mengalihkan kekecewaan hatinya pada Masumi. Sama sekali dia tidak mau menghubungi dan dihubungi oleh pria tampan tersebut.

Maya berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di depan para sahabatnya, terutama Rei. Maya tidak ingin yang lain mengetahui ada sesuatu antara dirinya dan Masumi. Maya tidak menginginkan hal itu terjadi karena dia sangat menjaga nama baik pria itu.

Sebelum Maya memutuskan menjalin hubungan dengan pria itu, Maya tahu bahwa itu akan sangat sulit. Karena gadis mungil tersebut harus bersaing dengan banyak gadis cantik yang menggandrungi Masumi. Itu sebuah konsekwensi dari kekasih pria tampan seperti Masumi.

Aku harus mampu melewati ini semua...
Aku yakin pak Masumi tidak seperti dugaanku...
Aku harus yakin itu!!!

Saking seriusnya dengan pikirannya sendiri, Maya tak menyadari di depannya ada seseorang yang telah menanti sedari tadi. Sontak wajah polosnya terkejut dan memerah tatkala orang tersebut menyapanya.

"Halo mungil, aku antar ya?" ajak Masumi menawarkan tumpangan.

Maya langsung gugup karena beberapa hari tidak ada percakapan dengan Masumi.

"Pak Masumi..." gadis itu melongo dan mengangguk begitu saja.

Blam...

Keduanya pun berlalu dengan mobil Masumi. Selama perjalanan Masumi selalu melirik Maya. Namun Maya terus saja menatap jalan lurus di depan. Maya tidak tahu harus memulai perbicaraan darimana. Begitupun Masumi...

Ada rasa bersalah dari pria tampan itu. Ingin sekali rasanya menjelaskan kepada kekasih hatinya. Namun lidah terasa kaku pabila menatap kepolosan wajah Maya.

"Ehheeemm!!!" Masumi berdehem mengejutkan Maya.

Maya pun menoleh...

Masumi tersenyum manis menatap wajah Maya...

"Ada apa pak Masumi?" tanya Maya memulai.

"Ah tidak, aku hanya ingin kita tidak sekaku ini. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" ujar Masumi serius.

"Katakan saja! Aku sudah bisa menerima apapun itu saat ini!" kata Maya tak kalah serius.

"Eeh, menerima apa? Maksudmu apa mungil?" tanya Masumi bingung.

Maya terdiam tak mau meneruskan apapun...

CIIIIIIIIIIIITTTTTTTTTT!!!!

Masumi menghentikan mobilnya mendadak...

Tubuh Maya sedikit maju karenanya...

"Ada apa pak Masumi? Mengapa tiba-tiba berhenti?!" tanya Maya ketus.

Masumi membalikkan tubuhnya menghadap Maya. Menatap gadis mungil itu lekat-lekat!!

"Jelaskan apa maksudmu tadi?" tanya Masumi sedikit keras.

Maya pun tak kalah mengeras mendengar nada suara Masumi...

"Apa yang harus aku jelaskan?!" tanya Maya berbalik.

Masumi memegangi kedua pundak Maya erat...

"Mungil, jangan membuatku bingung! Tolong katakan mengapa kau marah dan tidak mau menghubungi beberapa hari ini?!" tanya Masumi bertubi.

"Anda seharusnya yang menjelaskan semuanya kepadaku! Aku bukan anak kecil yang bisa anda permainkan terus menerus!" aku Maya emosi.

Mendengar ucapan Maya, Masumi menjadi bertambah bingung. Beberapa kali dia menggelengkan kepalanya.

"Mungil, aku tak mengerti dengan sikap dan ucapanmu. Ada apa?? Tolong jelaskan!!" 

"Baik!! Supaya jelas, sekarang aku ingin anda menjelaskan semuanya kepadaku! Jika tidak...." Maya tak meneruskan ucapannya.

"Jika tidak.......apa??!!" lanjut Masumi penasaran.

"Mungiil..."

"Hubungan ini berakhir di sini?! Itu maksudmu Maya?!" tanya Masumi kemudian.

Maya kaget dan menatap Masumi dengan mata terbelalak!

Maya pun menganggukkan kepalanya ragu...

Masumi lemas seketika. Pria itu menghentakkan tubuhnya ke kursi mobil. Kemudian pria itu kembali mengingat apa yang membuat kekasih hatinya marah dan seperti ini. Dia pun baru ingat!!!

"Aaahh...aku...aku terlambat!" celetuk Masumi beberapa saat kemudian.

Maya masih diam tertunduk...

Masumi menatap Maya lesu...

Pria itu bingung bagaimana menjelaskan hal itu...

TIBA-TIBA!!!

"Pak Masumi, apa ada wanita selain aku di hatimu saat ini?" tanya Maya lirih.

Masumi menatap Maya sedih...

"Maaf mungil bila ini akan membuatmu bersedih, sebenarnya sudah lama aku ingin menceritakan dan menjelaskan ini kepadamu"

"Oiya!!? Berarti ini sudah berlangsung lama kan? Setahun, 2 tahun atau 3 tahun selama kita menjadi kekasih?!" Maya kesal.

Maafkan aku Maya...
Ini tidak seperti perkiraanmu sayang...

"Tepatnya 2 tahun yang lalu mungil. Aku akan menceritakan ini kepadamu. Aku tahu kau sangat bijaksana dan pasti mengerti keadaanku nantinya" kata Masumi pedih.

"Mengerti?? Bijaksana??" Maya menggeleng.

"Mungil, tolong dengar penjelasanku terlebih dahulu!" rayu Masumi.

Maya terisak perlahan...

Gadis itu keluar dari mobil Masumi, Masumi berusaha mengejar gadis itu. Sayang Maya menyetop sebuah taksi dan pergi berlalu dari kejaran Masumi.

Bagaimana sekarang? Aku terlambat!!!
Mungiil, maafkan aku...
Ini salahku...


*****



Mei 30, 2012

Buku Ini Aku Pinjam -8-






Jarum jam menunjukkan pukul 8 tepat...

Kediaman Hayami sudah terlihat sebuah mobil menunggu tuannya untuk pergi ke suatu tempat.

Eisuke sang pemilik rumah, sudah berada di teras, pria itu menanti putranya yang masih bersiap di kamarnya.

"Masumiiii, cepatlah sedikit!" panggilnya beberapa kali.

Tampak tuan Asa mendekati Eisuke dan sepertinya menanyakan sesuatu yang penting.

"Maaf tuan, apa ini akan berhasil? Apa maksud anda melakukan semua ini?" tanyanya sedikit gugup.

Eisuke menatap pria tua itu tajam, kemudian mengangguk santai.

Asa pun tak bertanya lagi, dia merasa anggukkan kepala tuannya sudah menjamin apa yang akan terjadi nantinya.

Tak berapa lama, Masumi pun turun dan menghampiri ayahnya...

"Ayah, aku sudah siap" ujarnya kaku.

Eisuke yang masih duduk, memandangi Masumi dengan seksama. Senyumnya begitu membuat Masumi heran dan semakin curiga.

"Kau tampak sangat gagah, nak! Hahahahaha....." ujarnya diakhiri tawa yang menggelegar seisi rumah.

Masumi tampak kikuk dengan tawa ayahnya, namun dia hanya bisa menghela nafas dan mengikuti ayahnya yang beranjak menuju mobil di teras.

BLLAMM!!!

Keduanya pun berangkat menuju suatu tempat!

Masumi meremas jemarinya dan melirik beberapa kali ke arah ayahnya. Ada perasaan curiga saat itu entah mengapa. Tapi mulutnya tak tahu harus bertanya apa.

Selang beberapa lama, mobil itu memasuki kediaman Kitajima...

Kitajima Residence!!!

Betapa terkejutnya Masumi ketika mengetahui hal itu. Badan tegapnya begitu tegang menyaksikan begitu ramainya di depan kediaman tersebut. Terparkir mobil-mobil mewah. Wajahnya langsung pucat. Eisuke menepuk pundaknya untuk mengajak Masumi keluar dari mobil.

"Ayo Masumi! Nanti kita terlambat" ajak ayah Masumi santai.

Masumi tampak seperti orang bingung...

"Ta...ta...ta..pi, tapi ayah...mengapa kita harus datang ke sini?" tanya Masumi gusar.

"Sudah, kau lihat saja nanti. Aku sudah pernah berjanji padamu! Dan aku pasti akan menepatinya!" kata Eisuke tegas.

Eisuke pun berjalan mendekati rumah tersebut. Seorang pelayan menyambutnya dan menuntunnya untuk masuk ke dalam. Masumi tak banyak bertanya lagi, dia mengikuti Eisuke dari samping.

Walau dalam hatinya, pria tampan itu sangat...sangat penasaran. Lututnya serasa terus bergetar memasuki kediaman itu. Hampir semua mata melirik kedatangannya bersama Eisuke. 

Dan seorang pria berusia 48 tahunan berjalan ke arah mereka...

DEG!!!

"BROTHER...." ucapnya sambil melebarkan kedua tangannya berjalan ke arah Eisuke.

"AAAHHH...MR.KITAJIMA" sahut Eisuke semangat.

Keduanya berpelukan sangat erat dan lama. Seperti sudah lama tidak bertemu. Masumi terheran-heran dengan keadaan itu. Dia tak pernah menyangka bahwa ayahnya sudah mengenal orang yang disebut sebagai Mr.Kitajima tersebut.

Setelah saling melepas rindu, Eisuke pun menoleh ke arah Masumi dan menariknya berhadapan langsung dengan Mr.Kitajima.

"Ini dia, putra yang sangat aku banggakan...MASUMI!!" kata Eisuke dengan nada sedikit angkuhnya.

Mr.Kitajima pun tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian dengan ramah dia menyalami Masumi. Matanya tajam menatap Masumi seperti sedang menyelidikinya.

"Kaukah...Masumi Hayami itu?" tanyanya pelan.

"Oh..iya tuan, saya lah Masumi Hayami. Senang berkenalan dengan anda tuan Kitajima" jawab Masumi sedikit gugup.

Mr.Kitajima tersenyum puas karenanya. Kemudian dia membawa Eisuke dan Masumi ke ruangan lain.

Masumi masih shock dengan semua yang dia alami malam itu. Namun dia mencoba bertahan mengikuti kemana Mr.Kitajima membawa dirinya dan ayahnya.


*****

Perhelatan di kediaman Kitajima semakin ramai. Banyak kalangan atas khususnya sedang berbincang di setiap sudut ruangan. Baik di dalam rumah megah tersebut maupun di tenda-tenda di halaman rumah.

Tak jauh beda dengan mereka, Eisuke dan Masumi pun kini berada di dalam sebuah ruangan yang cukup besar. Keduanya saling pandang tatkala Mr.Kitajima membuka sebuah ruangan lagi. Masumi menelan ludahnya berulang kali. Kening pria muda itu mengeluarkan butiran-butiran keringat dingin. Entah mengapa saat itu sepertinya Masumi mengalami rasa cemas yang berkelebihan.

TIBA-TIBA!!!

"Masuklah, Masumi! Putri cantikku sudah lama menunggumu!" perintah Mr.Kitajima mengejutkan.

Eisuke memandangi Masumi dan menganggukkan kepalanya sebagai isyarat agar putranya segera mengikuti perintah Tuan Kitajima.

"Apa maksudnya ini, ayah?" tanya Masumi ragu.

"Sudah masuklah, nak!" kata Eisuke memberi semangat.

Tuan Kitajima tersenyum...

DEG!!!

Masumipun masuk ke dalam ruangan tersebut!

DEG!!!

Dengan langkah perlahan Masumi mengelilingi ruangan besar itu dengan matanya.
Pandangannya terhenti pada sesosok wanita berbusana kimono dengan hiasan kepala menyerupai mahkota bermata berlian.

"MAYA...KAUKAH ITU??!!!" gumam Masumi kaget.

Sosok itu tepat duduk di depan sebuah meja rias. Dia memandangi Masumi dari cermin di depannya. Namun tatapan itu begitu hampa dan dingin.

Masumi melangkah mendekati gadis itu dengan gemetar. Lututnya terasa ada yang menarik dari belakang. Begitu berat...

Maya...
Apakah kau tidak mengenalku?
Tatapan itu begitu kaku...
Bukan...
Kau bukan Maya yang kukenal...
Aku yakin itu!

Aku sangat yakin!!

Keduanya saling tatap, sangat lama. Baik Masumi maupun gadis itu diam terpaku pada tatapan masing-masing. 
Kemudian gadis itu berdiri dan mendekati Masumi...

DEG!!!

EEHH!!!

Masumi mundur selangkah! Gadis itu pun maju selangkah mengikuti Masumi.

Beberapa langkah telah mereka lakukan, sampai akhirnya Masumi terpojok di salah satu sudut.

Mereka saling tatap kembali. Entah mengapa kali ini Masumi merasakan betapa gadis di depannya sangat kesepian. Tatapannya berubah lembut dan sayu.

Saat itulah Masumi memberanikan diri untuk mengulurkan tangannya menyalami gadis itu.

Masumi sudah mengulurkan tangannya beberapa detik yang lalu, namun gadis itu masih saja memandangi Masumi dalam. Sangat dalam.
Masumi dapat merasakannya...

MAYA...
KAU MAYA!
TATAPAN ITU...
YAAA...KAU MEMANG DIA...
KAU MAYA KITAJIMA YANG KUKENAL!

SEKARANG AKU YAKIN!

Tanpa bicara lagi, Masumi langsung mendekap gadis itu erat, sanagt erat. Gadis itu pun membiarkan Masumi melakukannya. Keduanya berdekapan sangat lama...

Tiba-tiba!!

Masumi merasakan ada sesuatu yang membasahi dadanya. Gadis itu menangis!

Dia menangis??!!!
Mengapa??

"Maya...ada apa denganmu?" tanya Masumi lembut.

Tapi pertanyaan Masumi membuat gadis itu semakin menenggelamkan tubuh mungilnya ke dalam dekapan Masumi.

Perlahan Masumi melepas dekapannya dan menarik wajah gadis itu. Dia tertunduk lesu...

"Maya, katakan bahwa kau masih mengingatku, bukan?" 

Namun gadis itu masih bungkam...

"Maya, please katakan sesuatu padaku! Apa ada yang bisa aku lakukan untukmu?" tanya Masumi kemudian.

Namun sayang bibir gadis itu masih saja bungkam!

Ada apa dengannya?
Mengapa jadi seperti ini?
Sangat berbeda dengan Maya yang dahulu!
Maya...Maya....Maya!

Mata keduanya saling tatap cukup lama. Hingga satu persatu airmata gadis mungil itu mulai kering. Masumi pun menghapusnya perlahan hingga benar-benar kering.

TIBA-TIBA!!!

"Masumi, maafkan...a..aku telah mmem...membohongimu selama ini, membuatmu..me..menunggu terlalu lama dan...dan sudah banyak membuatmu memikirkanku" kata gadis itu terbata-bata.

MAYA...MAYA...MAYA!!!

Masumi begitu bahagia mendengar gadis itu memanggil namanya dan bicara padanya, sampai-sampai bibirnya melongo dengan mata yang tak berkedip memandangi gadis tersebut.

"Iya...ya...aku tahu, kau adalah Maya Kitajima, bukan? Teman SMA ku dulu dan teman wanita yang pernah membuatku selalu ingin tahu apa yang dilakukannya" terang Masumi terharu.

Tubuhnya pun mendekap erat gadis mungil itu, namun sayang...

"Lepaskan aku Masumi!!!" bentak gadis itu serius.

Masumi yang sedang gembira pun terdiam sontak mendengar apa yang diucapkan gadis mungil di dekapannya.

"Apa maksudmu, Maya? Apa aku berlebihan, apa...apa kau kesakitan dengan dekapanku? Atau...atau...kau..." sanggahan Masumi terhenti.

"Aku bilang tolong lepaskan!!!" perintah gadis itu kembali.

Kali ini Masumi pelan melepaskan dekapannya dari gadis tersebut. Mata itu, mata pria yang langsung memancarkan kesepian selama ini yang dia sembunyikan.

Mereka bertatapan kembali...

Ada apa Maya?

Kemudian...

"Tolong pergilah dari hadapanku...Masumi!" ucap nya pelan.

"Apa?!" gumam Masumi heran sekaligus shock mendengarnya.

"Aku...aku...bukanlah Maya Kitajima. Apa kau tidak mengetahuinya?" kata gadis itu sedikit keras.

"Apa maksudmu? Tentu aku tahu bahwa kau adalah Maya... Yaa Maya temanku beberapa tahun lalu" jawab Masumi serius dan semangat yang begitu membara untuk menjelaskan.

Gadis itu mundur perlahan, beberapa langkah dari hadapan Masumi.

Lalu...

"Hheeeehh!!!" gumamnya dengan bibir yang tersungging tipis mencibir memandangi Masumi.

DEG!!!

Masumi mulai merasakan ada yang tidak beres dengan gadis di depannya tersebut. Sikapnya yang seolah tidak berdaya beberapa saat yang lalu, kini berubah 360% menjadi gadis muda yang sadis dan sangat angkuh.

Tatapannya sangat menusuk hati Masumi. Masumi menjadi lemas sendiri dengan keadaan itu.

Maya? Maya?!!

"Aku tidak ingin melihatmu lagi! Apa itu cukup membuatmu jelas!!" ucap gadis itu sombong.

Masumi tidak menjawabnya, dia masih diam memperhatikan satu persatu kata yang keluar dari bibir mungil gadis itu. Dengan serius..

"Pergilah! Lebih cepat mungkin itu akan membuatmu bahagia! Aku tidak mau lagi hidup dengan bayang-bayang masa lalu! Termasuk masa laluku bersamamu!" jelas gadis itu datar.

DEG!!! DEG!!!

Mendengar itu hati Masumi seperti dicambuk sesuatu!

Mata pria muda itu mulai serius memandangi gadis mungil di hadapannya. Sedikit demi sedikit melotot ke arah yang sama. Dendam dan becutan itu membuat Masumi sadar. Sadar bahwa gadis yang kini tengah dia temui memang bukan Maya Kitajima yang dahulu.

Maya yang begitu menggemaskan dirinya...
Maya yang selalu membuatnya bisa tertawa sendiri...
Maya yang biasa ketus padanya namun tetap manja...
Maya yang selalu berdiri di depan kelas tanpa rasa malu...
Maya yang sangat ramah dan baik hati juga lugu...
Maya yang pernah membuatnya jatuh hati sampai sekarang...

Maya yang...
Maya yang...

Masih banyak lagi yang tak bisa dia ungkapkan tentang gadis mugil itu!!!

Keputusan Masumi pun bulat!!

"Baik, bila itu maumu, Maya! Aku tahu kau bukan Maya Kitajima yang dahulu. Aku...aku pun tahu bahwa kini kau sudah berbeda denganku dan dengan keadaanmu yang dulu"

"Aku tahu itu, Maya!"

"Namun satu yang belum berubah darimu...."

Masumi menghentikan ucapannya lalu menatap dalam ke arah Maya...

Sangat dalam...

"Selamat tinggal selamanya, Maya Kitajima"

"Mungkin waktunya memang salah"

"Tapi hatiku tak pernah salah mengingatmu"

"Yakinlah itu, Maya Kitajima!!!"

Kaki Masumi pun berbalik membelakangi Maya...

BLLAMM!!!

Pintu sudah tertutup!!!

Seperti hati keduanya yang telah terhalangi oleh beberapa dinding tebal rumah tersebut.

Masumi berjalan menyusuri lorong dan melewati begitu saja tamu-tamu yang hadir di sana.

Semuanya sudah berakhir...
Ingatan itu kini tak berguna lagi...
Untuk apa aku melakukan semua ini?!!
Bodohnya aku!!

Sementara dia memang tidak pernah memikirkanku!!
Bertahun aku melakukan hal yang bodoh!!

Kini aku mengerti!!!

Dari balik jasnya yang berwarna gelap itu, Masumi mengeluarkan sesuatu...

Sebuah buku!!!

Kemudian dia meletakkannya tepat di depan sebuah pot besar di dekat pilar rumah itu.

Buku itu bersampulkan plastik berwarna ungu muda. Buku yang terlihat sedikit usang.

"Maya, ini bukumu, yang aku curi diam-diam beberapa tahun lalu"

Masumi memandanginya sendu...

"Maaf baru bisa mengembalikannya sekarang"

"Selamat Tinggal Maya"

"Aku harap kau membaca pesanku beberapa tahun lalu yang aku sengaja tulis di buku itu"

"Aku tak akan pernah bisa menghapusnya, bila kau ingin menghapusnya...itu terserah padamu" ucap Masumi lirih.

Kemudian kakinya menjauh dari kediaman itu. Berjalan terus menyusuri jalanan Tokyo dengan membawa hati yang teriris...
Entah sampai kapan dia bisa melupakan Maya Kitajima. Sepertinya tidak akan pernah bisa!!

Tidak akan pernah bisa!!!








THE END



April 23, 2012

Buku Ini Aku Pinjam -7-





Hari telah cukup larut, namun Masumi masih saja duduk di sudut kafe kecil tersebut. Bathinnya tidak ingin beranjak dan meninggalkan kesempatan yang selama ini dia nantikan. Rasa ingin tahu dan kerinduannya pada sosok cinta pertamanya begitu membuat Masumi rela bersabar hingga kafe itu pun hampir tutup.


Seorang pelayan pria menghampirinya dan bertanya:
"Maaf tuan, kami akan segera tutup. Apa ada yang bisa kami bantu sebelumnya?"


Masumi merasa tidak enak, dia pun perlahan segera keluar dari kafe setelah membayar beberapa makanan dan minuman yang telah dia habiskan.


Namun kakinya berbelok ke samping kafe dan duduk dibawah pohon rindang untuk menunggu gadis pelayan yang seperti sosok Maya Kitajima.


Hampir 45 menit dia menunggu, akhirnya gadis itu keluar bersama beberapa pelayan lainnya yang telah berganti pakaian sebelumnya. Masumi menunggu suasana sepi...
Kini gadis itu berjalan sendiri menyusuri trotoar dengan disinari temaram lampu jalanan. Langkahnya begitu santai, sepertinya gadis itu sangat lelah.


Masumi membuntutinya dari belakang. Gadis itu tak menyadari apa yang dilakukan oleh Masumi. Hingga sebuah mobil datang menghampirinya. Masumi tercengang, karena tak mengira akan ada mobil yang membawa gadis itu.


BBLLAAMM!!!


Pintu mobil telah tertutup dan membawa serta gadis tadi. Masumi berdiri lemas karenanya. Dengan cepat dia menyetop sebuah taksi untuk segera mengikuti kemana mobil tadi.


"Ikuti mobil hitam itu, pak" perintah Masumi pada supir taksi.


Mobil hitam yang membawa gadis itu melaju dengan sangat cepat hingga tak berapa lama mereka telah sampai ke kediaman yang pernah Masumi kunjungi waktu itu.
Mobil itu masuk ke pekarangan dan dari kejauhan tampak seorang gadis mungil keluar dari sana. Tapi dengan pakaian yang seperti semula, gaun yang begitu menawan bak kalangan atas.


Masumi menyandarkan bahunya di jok mobil. Wajahnya terlihat bingung dengan semua yang dia lihat semalam ini. Jemarinya mengepal kaku.


Maya?
Kaukah itu?


Hingga dia meninggalkan kediaman mewah tersebut dan membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya, malam itu Masumi tak jua bisa terpejam. Pikirannya galau, hatinya semakin pedih menahan segalanya.


Karena tak bisa tenang, akhirnya Masumi pun beranjak dari tempat tidurnya dan berganti pakaian. Dengan mengenakan mantel jubahnya dia berjalan dan meninggalkan kediamannya di tengah malam itu. Tujuannya adalah untuk mencari tahu siapa gadis itu sebenarnya. Tak berapa lama Masumi menghentikan mobilnya di depan kediaman Maya Kitajima.


Karena tidak biasa, seorang penjaga menegur keberadaan Masumi di sana. Dengan alasan yang cukup Masumi akhirnya bisa meyakinkan penjaga tersebut.


Dengan santai Masumi memperhatikan rumah megah itu. Setiap sudut bangunan, jendela kamar yang besar-besar. Hingga beberapa lampu kamar yang masih menyala. Entah mengapa matanya tertuju pada sebuah jendela kamar tepat di ujung bangunan itu. Hatinya yakin bahwa disanalah gadis itu berada. Dan keyakinanya mengatakan gadis itupun belum terlelap sama seperti dirinya saat ini.


Maya, bila aku memiliki sedikit keberanian...
Atau aku bisa menerawang setiap ruangan, aku...
Aku pasti bisa menemukanmu di sana...
Dan kita bisa bicara...


Yaa...bicara...


*****

Beberapa hari sudah berlalu, Masumi selalu menghabiskan waktunya untuk memata-matai kegiatan nona Maya Kitajima. Walau ayahnya Eisuke Hayami telah beberapa kali memperingatinya. Namun Masumi masih saja tak menghiraukan. Seperti pagi itu di kediaman Hayami. Seusai sarapan Eisuke meminta Masumi untuk segera datang ke Daito dan rapat dengan beberapa relasi.

"Masumi, aku ingin kau hari ini datang ke kantor dan mengikuti beberapa kegiatan perusahaan!" perintah Eisuke datar.

Masumi melenggang saja keluar ruangan tanpa mengucapkan kata-kata. Eisuke menyusulnya dengan segera dan menahan langkah Masumi.

"Apa kau tidak mendengarku, MASUMI!!" suara Eisuke sedikit mengeras.

Masumi pun berhenti dan menatap ayahnya kaku...

"Aku sudah bilang pada ayah, bahwa aku belum mau untuk berjibaku dengan Daito. Aku ingin..." ucapan Masumi terpotong oleh perkataan Eisuke kemudian.

"Ingin terus mengamati gadis itu?! Apa aku belum menceritakan sesuatu padamu tentangnya???!!!" 

Mendengar ucapan ayahnya, Masumi penasaran. Wajahnya mengeras dengan mata yang terbelalak.

"Apa maksud ayah? Apa ada sesuatu yang terjadi selama aku ke luar negeri?" tanya Masumi ingin tahu.

Namun sayang Eisuke membalas perlakuan anaknya, diapun melengos saja berlalu dan masuk ke dalam mobil. Rupanya perlakuan Eisuke itu memancing penasaran yang semakin tinggi bagi Masumi.
Pria berusia 22 tahun itupun setengah berlari mengejar ayahnya dan masuk ke dalam mobil yang sama.

Eisuke menatap lurus ke depan dengan tersenyum puas sudah berhasil membawa Masumi berangkat bersama ke Daito.

Seharian akhirnya Masumi bersama sang ayah menangani perusahaan. Masumi banyak belajar tentang Daito hari itu. Semua rapat penting dan urusan administrasi dia pelajari dari beberapa orang kepercayaan ayahnya. Demi sebuah informasi tentang Maya, dia rela lakukan apapun.




*****

Kitajima Residence...

Kediaman Kitajima tampak sibuk, di pagi hari itu beberapa pelayan tampak dan staf terlihat mondar-mandir menyiapkan tenda dan meja dan kursi.

Sepertinya akan ada suatu perayaan atau satu acara yang megah. Tenda berwarna emas berpadu dengan merah marun sudah mulai dikembangkan di sekitar teras rumah. Beberapa pelayan katering keluar masuk dari samping dengan membawa peralatan parasmanan.

Dan pagi itu, mobil Masumi terparkir tepat di samping kiri kediaman tersebut. Dengan seksama Masumi memperhatikan kediaman tersebut. Pria tampan itu semakin penasaran dengan apa yang akan terjadi di kediaman Kitajima.

Ada apa ini? Apa mereka akan mengadakan suatu acara? Sepertinya sebuah perhelatan yang meriah...
Maya...
Bagaimana aku harus menghadapi ini?
Bertahun sudah aku merasakan kesendirian ini...
Begitu lama aku harus memendam semuanya?

Aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu?
Apa kau masih mengingatku?
Apakah masih Maya?
Maya Kijtajima....

Tiba-tiba, Masumi dikejutkan oleh suara handphonenya...!!!

"YA...HALLOO!!!" nada Masumi ketus.

"KAU DIMANA? HARI INI ADA RAPAT PENTING! CEPAT...AKU MENUNGGUMU DI KANTOR!!!" sebuah suara memerintahkan pemuda itu dengan lebih ketus.

Aaah...ayaah...selalu saja!

Masumi menggaruk kepalanya sembari menutup telpon genggamnya dengan kesal. Dirinya masih sangat ingin berlama-lama disana. Di depan kediaman Kitajima tentunya...

Tapi apa boleh buat, ada rutinitas dan perjanjian dengan sang ayah yang harus dia patuhi. Semuanya itu untuk satu informasi mengenai Maya Kitajima!

Mobil Masumi-pun memutar untuk keluar dari gerbang Kitajima Residence. Melaju menuju Daito, tempatnya memulai karir.

Masumi baru saja tiba di kantornya...

Eisuke Hayami tampak sudah menunggunya dengan wajah seperti biasanya, kaku.

"Kau dari sana lagi??!!" tanya Eisuke menebak.

Masumi diam saja, kemudian dia menghampiri sang ayah dan menatapnya sayu.
Eisuke heran dengan tatapan itu, dia merasa iba karenanya...

"Masumi, ada apa? Tatapanmu tidak seperti biasanya..." ujar Eisuke lagi.

Masumi menunduk sambil meremas jemarinya...

"Ayah, aku mohon katakan sesuatu tentang gadis itu! Aku sudah berjanji akan menuruti semua keinginanmu, bukan?" kata Masumi lesu penuh harapan.

Lama Eisuke memandangi raut wajah putranya...

Mengapa dia begitu ingin tahu tentang gadis itu? Apa dia benar-benar mencintainya? Bukan hanya cinta monyet seperti dia rasakan dulu? Bagaimana aku harus memulainya? Hari ini...hari ini...
Masumi...kau sudah terlambat, nak....!!!!


*****


Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Masumi dan ayahnya baru saja selesai rapat. Masumi duduk termenung di ruangannya. Eisuke mengajak Masumi untuk keluar sebentar.

"Mau kemana ayah?" tanya Masumi bingung.

"Sudah...kau ikut saja kemana aku pergi. Malam ini kita akan menghadiri sebuah acara" kata Eisuke serius.

"Sebuah acara?" Masumi tak mengerti.

Dengan menghela nafas panjang, dia mengikuti langkah kaki sang ayah yang memasuki mobilnya.

BLLAMM

Keduanya pun sudah berada di dalam mobil saat ini. Eisuke memerintahkan supir untuk membawa mereka ke sebuah butik mewah.

"Butik? Untuk apa ayah?" tanya Masumi semakin bingung.

Eisuke hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Masumi. Dengan lirikannya yang santai, pria setengah baya itu menepuk pundak Masumi untuk tenang.

Masumi...ini saatnya kau ketahui semuanya...
Aku harap ini yang terbaik untukmu...
Terbaik untuk sekarang dan nanti...

Tenanglah nak, sampai malam ini dimulai!

Tak berapa lama...


Mobil telah tiba di depan sebuah butik mewah. Eisuke turun dengan santainya. Masumi pun mengikutinya dari belakang. Tanpa banyak bicara, pria muda itu melangkah masuk ke dalam butik tersebut.


Seorang pelayan sudah menyambut keduanya. Senyuman Eisuke seolah menandakan satu isyarat untuk pelayan itu. Dengan cepat dia mengambil dua buah setelan jas, lengkap dengan setelan lainnya.


"Ini, kau coba dulu, Masumi!" perintah Eisuke sambil menyerahkan  setelan jas dari pelayan tadi.


"Jas? Untuk apa?" tanya Masumi bingung.


"Sudah...kau coba saja dulu!" perintah Eisuke kemudian.


Dengan kesal dan bingung, Masumi meraih jas itu dan berjalan ke arah kamar pas, untuk memenuhi keinginan sang ayah.


Beberapa waktu kemudian...


Eisuke dan Masumi keluar dari butik tersebut...


BLLAAM..


"Kita ke rumah untuk bersiap!" kata Eisuke datar.


Secepat kilat sang supir menunduk, mengiyakan perintah darinya. Masumi yang duduk di sebelah ayahnya, diam saja dengan semua yang diperintahkan Eisuke.

Hari menjelang malam, sinar mentaripun perlahan menghilang diganti oleh rembulan.
Malam itu begitu indah, beribu bintang menghiasi langit Tokyo.
Namun entah apa yang akan terjadi. Eisuke menyembunyikan sesuatu pastinya.


Hati Masumi tak seterang dan secerah malam itu. Beribu pertanyaan sedang menggalaukan benaknya...






continue to Buku Ini Aku Pinjam -8-