Maret 30, 2016

Love






Hanya aku yang tahu bagaimana sakitnya hatiku...
Teriris-iris menjadi rapuh dan penuh luka...
Aku sadar semua ini pasti akan berakhir, namun...
Menjalani ini membuatku lumpuh dan tak berdaya...

Bila memang harus seperti ini, mungkin siapapun tak akan bisa...
Tak akan bisa...

Tanpa aku sadari semua telah berakhir...
Segalanya berubah dalam sekejap...
Dan kau masih saja berdiri di sana...
Memandangiku tanpa rasa iba dan bersalah, kejam...!!!

Saat ini aku hanya bisa berteriak dalam hati...
Untuk semua yang telah aku alami bersamamu...
Aku tahu jalan kita telah berbeda, dunia kita...
Untuk itu aku merelakan segala hal tentangmu...

Cinta tidak selalu harus memiliki...
Walau terpisah, aku yakin cinta tak pernah lepas...
Aku mengalah....


@@@@@

Mona bergegas bersiap menjalani hari-harinya yang baru. Hari itu adalah hari ke sepuluh dia berada di kota yang baru. Pekerjaan baru pun telah dia dapat. Semua berjalan dengan baik. Mona sangat bahagia, raut wajah cantiknya sedikit tampak cerah beberapa hari ini. Gadis itu sungguh beruntung! Dia cantik, pintar dan punya segalanya. Dibesarkan di tengah keluarga yang harmonis. 


Dalam kesendiriannya, Mona memandangi selembar photo yang selalu ada di dalam tasnya. Sambil tersenyum manis dia memandangi dengan mata sedikit basah karenanya.

"Ibu...aku merindukanmu..sangat"

"Bagaimana keadaanmu saat ini, apakah ayah telah kembali dari perjalanan bisnisnya?"

"Aku tahu pasti saat ini kau sedang menangis karenaku bu!"

Mona berbicara sendiri dalam khayalannya....

Seandainya dia bukan seseorang yang pernah kau cintai, aku yakin kau pasti membiarkanku bersamanya kan bu???
Seandainya dia bukan orang itu, kau akan merestui hubungan kami
Hiks...

Airmata gadis itu menetes tak terbendung...
Dia mengusapnya perlahan...

Mengapa tidak sedari awal, ayah dan ibu mengatakan ini??
Mengapa bu???

Bu...Maafkan aku, terlalu egois...
Kepergianku bukan karena rasa marah kepada kalian...
Bukan bu, ayah...
Itu karena aku tidak sanggup menjalaninya
Meneruskan hidupku di kota yang sama dengannya..
Terlalu banyak kenanganku bersamanya bu...

Dia sangat mengerti aku...
Walau usianya sama denganmu..
Tapi itu tak masalah buatku, bu...
Tak masalah...

Sungguh, aku sangat mencintainya...
Masih terlalu sangat mencintainya...
Tapi...aku jauh lebih mencintaimu bu, begitupun ayah...
Jadi keputusanku pergi adalah yang terbaik saat ini...

Untuk saat ini...

Mona menghabiskan waktu sorenya di depan balkon apartemennya.  Lamunan akan cinta yang telah usai selalu datang menghampiri. Perlahan gadis cantik itu mulai kembali bisa tersenyum indah. Di usianya yang begitu sangat muda, dia termasuk anak yang mandiri. Walau hidup dalam kemewahan, namun dia tak pernah manja dan hura-hura seperti gadis kaya lainnya.

Tiba-tiba...

Terdengar getaran dari ponselnya. Mona melirik ke arah meja dimana ponsel itu berada. Namun dia mengabaikannya. Ponsel itu bergetar kembali untuk ke sekian kalinya. Hingga hampir saja terjatuh dari atas meja. Mona pun terpaksa meraihnya.

Matanya melotot tatkala melihat nama yang muncul dari layar ponsel tersebut...

"Koojiiii......." gumamnya

Jantungnya berdetak kencang dengan tiba-tiba. Mona memegang dadanya seakan sesak mendadak.
Mencoba tarik nafas panjangnya.

"Huuuuuuhhhhff....."

Untuk apa dia menghubungiku??
Ini bukan saat yang tepat!!
Aku tidak akan berbicara denganmu lagi!
Sampai kapanpuuuun!!

Beberapa hari kemudian....

Mona berjalan sendiri menuju apartemennya, ditemani suara kendaraan yang lalu lalang tepat di sebelah kanannya. Aktifitas itu kini menjadi kebiasaanya sepulang dari kuliahnya. Beberapa kali tampak beberapa pemuda mencoba menyapanya. Mona membalasnya dengan senyuman yang wajar. Entah mengapa perasaannya mulai membeku dengan sosok lawan jenisnya.

Mungkin itu adalah dampak dari kekecewaannya. Mungkin saja! 

Sementara itu di Tokyo

"Maya, apa kau tidak akan mengunjungi putrimu?" suara pria itu sedikit lirih pada istrinya.

Maya menatap dengan mata yang sendu. Dan berkata:
"Apa menurutmu itu perlu? Mona tidak pernah memintaku datang mengunjunginya"

"Hhuuuuuffttt...dia tidak akan pernah memintamu! Dia anak yang mandiri, kau tahu itu kan?" jawab pria itu.

Maya hanya memandangi pria di depannya, yang telah hidup menemaninya selama hampir 18 tahun ini. Kemudian dengan perlahan dia mendekati suaminya dan menggiringnya ke dalam teras belakang.

"Duduklah suamiku...!" ajak Maya lembut sembari duduk di sebelah pria tersebut.

Keduanya pun duduk sambil bergenggaman tangan mesra. Mata keduanya memandangi taman indah di depan pekarangan belakang. Terasa sejuk dan damai. Taman yang sangat indah. Tampak bermacam bunga mawar mekar di sana. Dengan berbagai varian, tapi yang paling dominan adalah mawar berwarna ungu.

"Mereka sedang mekar dan merekah, selalu bergantian menghiasi taman ini" ucap Maya bahagia.

Pria itu memandanginya lirih...

"Kau sangat baik, sayang. Terlalu baik untukku...."gumam Maya sedih.

Tak terasa Matanya berair, Maya menangis!

Pria itu menghapusnya perlahan...

"Sudah...maafkan aku mengingatkanmu kembali padanya, bukan maksudku..." ujar pria itu namun terhenti

"Sstttttsttt....tidak, kau tidak bersalah, aku yang sensitif masih tidak bisa melupakannya....Hiiikks....maafkan aku yah" pinta Maya tulus.

Pria itu tidak menjawabnya, dia hanya mendekap erat tubuh mungil Maya. Memeluknya lembut dan begitu tulus.

Keduanya berpelukan lama....

Maya, aku terlalu mencintaimu...
apapun akan kulakukan untuk kebahagiaanmu...
Sampai rasa cemburuku pun bisa kukalahkan...
Semuanya tak berarti, demi kebahagiaanmu...

Pria itu semakin erat mendekap istrinya...
Semakin erat...

@@@@@

Maya masih berdiri di depan gerbang pagar rumahnya, melambaikan tangan pada suami nya, suami yang begitu pengertian, sabar dan penuh kasih sayang...

Bagaimana aku bisa selalu melukaimu, suamiku...
Begitu kejam perlakuanku padamu selama ini...

Maya berjalan memasuki rumahnya, di depan pintu rumah itu berdiri wanita paruh baya yang terus memperhatikannya...

"Mengapa kau selalu menatapku seperti itu?" tanya Maya risih.

"Tidak...dan maaf bila sering membuatmu risih dengan tatapanku Maya, aku hanya...aku hanya..." wanita itu tak melanjutkan kata-katanya lagi, dia berlalu masuk.

Maya menarik nafas panjang....

Wanita mungil itu menuju perpustakaan...

Duduk dan menyendiri di sana...

Pikirannya begitu galau...

"Masumiiii..." desisnya lirih...

Matanya tampak menerawang ke satu peristiwa...

"Mengapa kau kembali?" gumamnya kemudian.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku...aku mencoba hidup normal dan tanpa bayang-bayangmu...namun...namun..." ucap Maya pelan...

Matanya mulai berkaca-kaca...

Sejuta kenangan, bayangan tentang pria itu hadir begitu saja...

Maya mengusap air matanya...

"Tidak...tidak bisa terus seperti ini, aku harus menghadapi semuanya...yaa harus"

"Tanpa menyakiti putriku, suamiku dan orang-orang yang mencintaiku..." kata Maya sedikit jelas.

Maya pun bergegas meraih ponselnya, menekan nomor seseorang yang telah lama diabaikannya...

TUUT...TUUT...TUUT...

Nada tersambung...

Maya memejamkan matanya dalam...
Seperti ada rasa takut dalam pikirannya...
Tangannya mulai berkeringat...
Dahinya pun demikian...

KLLIIKK!!!

Telepon itu diangkat!

Maya menarik nafas panjang kembali sembari menelan ludahnya...

"Halloo mungil.." jawab seseorang di sana...

Sesaat suara itu membuat Maya terdiam...

"Halloo...apa kau tidak akan bicara?" tanyanya kembali...

Maya pun tersadar...

"Ah...iya, aku...aku ingin bertemu" kata Maya tanpa basa-basi.

"Bagaimana kabarmu mungil?" tanya pria itu tak menghiraukan ucapan Maya.

Maya kembali memejamkan matanya untuk meredam perasaan yang sedang berkecamuk dalam hati dan pikirannya saat ini...

"Aku mohon...jangan panggil aku dengan sebutan itu tuan Masumi!" pinta Maya tegas.

"Baik...maafkan aku...kau ingin bertemu denganku?" Balas Masumi datar.

"Terima kasih atas pengertianmu tuan Masumi, yaa aku memang ingin bertemu denganmu, apa anda tidak keberatan?" tanya Maya.

"Tidak! Katakan dimana dan kapan nyonya Maya Hijiri?" kata Masumi tegas.

Setelah mengatakan sebuah nama tempat dan waktunya, Maya dan Masumi pun sama-sama menutup ponsel masing-masing...

@@@@@