April 28, 2011

Maafkan Aku, Boss!

Mengantar sebuket mawar ungu adalah tugasku. Juga memberikan hadiah-hadiah dari Boss-ku untuk dia 'Maya Kitajima'. Di setiap pementasannya, beliau slalu mengirimi mawar ungu. Ada rasa haru dan iba dalam bathinku pada Boss-ku itu. Dia adalah orang ternama, disegani, dingin dan gila kerja. Kepandaiannya dalam mengelola perusahaan tak diragukan lagi. Semua orang, apalagi wanita pasti terkagum-kagum padanya.
Namun beliau bisa menjadi orang lain apabila menyangkut gadis itu. Awalnya aku sempat heran dan merasa kasihan pada Boss-ku.


Mengapa beliau bisa tergila-gila pada Maya Kitajima? Apa yang dia lihat dari gadis itu selain bakat akting yang kuakui memang luar biasa. Dia bukanlah gadis menarik secara fisik. Itulah pendapatku tentang dia.


Seiring berjalannya waktu, seringnya aku bertatapan dan berbicara langsung dengannya, entah mengapa kekagumanku padanya muncul secara perlahan. Gaya dia berbicara padaku mengenai Boss-ku itu membuatku benar-benar tersanjung. Dia begitu mengistimewakan 'pengagum rahasianya' itu. Wajahnya akan berseri-seri dengan polosnya ketika dia menerima sebuket mawar ungu. Ahhhh......aku merasa memang dia berbeda dengan gadis lain. Mungkin begitulah Boss-ku bisa jatuh cinta padanya.


Seperti biasa aku mengirimi dia mawar itu dari Boss-ku....


"Nona Maya Kitajima, ada kiriman bunga untuk anda" ucapku di sebuah lobby hotel tempat dia pentas.


"Ahh....kak Hijiri....trimakasih" dia meraih bunga itu dan menciumnya.


Sejenak aku terkesima, walaupun itu hal yang sering kulihat. Namun kali ini, penglihatanku berbeda dari biasanya. Aku memandanginya dengan perasaan kagum, yang mungkin membuatnya sedikit heran.


"Kak Hijiri....apa ada yang salah? Sepertinya kakak melamunkan sesuatu" ucapnya tiba-tiba memecahkan ketertarikanku padanya.


"Eh....iiya, aku hanya ingin mengajakmu untuk keluar sebentar nona. Apakah engkau bersedia?" tanyaku memberanikan diri.


Dia sempat menarik nafas sebelum dia memberi jawabannya.
Aku tau ini salah, tapi sekali ini saja aku berterus terang pada seorang gadis. Sekali ini saja Boss.


"Ah..tentu kak, apa mawar ungu menitip pesan padaku?" tanyanya sambil melangkahkan kaki menuju keluar pintu.


Dan kuikuti dia disampingnya. Tidak ada kata yang bisa kuucapkan selama berada disampingnya. Karena aku memandanginya dari sudut mataku. Semua gerak-geriknya, benar-benar membuatku mulai menyukainya. Ada apa ini? Aku benar-benar lancang dan tak tau diri. Apa yang akan Boss-ku perbuat pabila mengetahui ketidak-sopananku ini. Ohh...tidak aku harus membuang asa itu jauh-jauh, sebelum semuanya terlanjur dalam. 


"Nona....kurasa sampai sini saja kau mengantarku. Trimakasih atas waktu yang nona berikan hari ini untukku"
 kataku hendak pamit.


Tiba-tiba.....


"Kak Hijiri....trimakasih kembali atas kesetiaanmu pada mawar ungu, kau baik sekali. Aku senang bisa kenal denganmu. Kau sudah kuanggap kakakku sendiri. Sekali lagi jangan bosan mengantarkan mawar ungu untukku yah" katanya sambil memelukku sejenak sebelum dia berlari masuk ke dalam kembali.


"Sama-sama nona" balasku sambil membungkukkan tubuhku sambil pamitan.


Bayangannya pun hilang dari tatapanku. Ah...bahagianya aku bisa merasakan pelukannya, walau hanya sekejap. Trimakasih pak.....dan maafkan aku atas peristiwa tadi........dia hanya menganggapku sebagai kakak yang selalu menjaga adiknya. Tapi aku bahagia karenanya......


Aku tidak akan melakukannya lagi, akan kubuang asa itu entah sampai kapan. Aku harus tetap setia dan menjaga kepercayaan dari pak Masumi. Berkat beliaulah aku mengerti cinta dan kebahagiaan.



Sekali lagi......maafkan aku Boss!


*****the end*****

April 27, 2011

Sakura di Taman Ueno -part 1-



aku menunggumu disini....
menunggu tatapan diammu disini...
dua kali musim panas tlah berlalu...
namun aku tidak pernah menemukanmu...
sakura menutupi sebahagian kolam...
seperti hatiku yang tlah tertutup...
masa indah itu telah berlalu lama...
lama....lama sekali....
di taman ini, pernah ada tertanam kenangan...
saat-saat bersamamu dalam diam....
tak ada kata yang terucap....
hanya saling pandang dengan tatapan pilu...
itulah saat terakhir aku melihatmu...
memetik sakuramu untuk kau sematkan di hatiku...
sudahlah....
biarlah....
untuk penggemar setiaku...
walau terlambat aku harus mengatakannya...
selamat tinggal sakuraku...
semoga engkau berbahagia bersamanya...
aku.....aku....baik-baik saja....

*****

Sebelum ini memang pernah ada kisahku bersamanya. Berawal dari kebencian, perasaan ku tumbuh seiring berjalannya waktu. Mungkin benar pepatah mengatakan 'jangan pernah membenci sesuatu terlalu dalam' dan begitupun 'mencintai sesuatu terlalu dalam'.
Hubunganku akhirnya kandas karena mungkin memang tidak ada jalan yang bisa kami lalui bersama. Walaupun aku dan dia yakin akan perasaan yang kami rasakan masing-masing. Namun tali itu tetap tak bisa terjulur memanjang hingga ke pelaminan.
Sudahlah aku mengikhlaskan semuanya....


Empat tahun sudah! Saat ini usiaku sudah memasuki seperempat abad. Dan sampai saat ini belum ada pria lain setelah kandasnya hubungan kami. Entah mengapa semuanya terasa hambar. Aku tak tau apa yang dia rasakan, aku hanya berharap dia bahagia. Bahagia dengan keputusan yang diambilnya untuk menyelamatkan Daito dan menyenangkan ayahnya.


*****
Hari-hariku kulalui seperti biasa. Masih seperti dulu, Koji dan para sahabatku selalu mendukungku. Walau mereka sudah ada yang menikah bahkan memiliki putra dan putri. Aku bahagia dengan semua itu.
Namun yang membuatku sedih adalah aku harus bertemu dengan Dia, yang sekarang keadaannya sudah berbeda. Aku sering berpapasan dengan pak Masumi dan Shiori, juga buah hati mereka yang baru berusia 3 tahun. Namanya Takumi, dia anak yang sangat tampan dan ceria. Dia sering berlari ke studio hanya untuk melihat kami latihan.


"Hai...Takumi, apa kau ingin masuk" tanyaku pada Takumi tatkala dia mengintip di pintu masuk dan menghalangi jalanku.


Dia hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu aku tuntun dia untuk duduk di sebuah kursi. Dia pun sangat senang menonton kami, terkadang dia tertawa karena melihat pak Kuronuma marah-marah pada pemain. Hingga siang hari, seorang pengasuhnya menjemput untuk makan siang. Namun hari itu pak Masumi sendiri yang menjemput Takumi. 


"Ah anda rupanya, mari masuk pak Masumi" ajak pak Kuronuma sambil sedikit membungkuk.
"Trimakasih pak Kuronuma...saya hanya ingin menjemput Takumi. Maaf bila selama ini dia mengganggu latihan anda" ucapnya datar.


"Tidak pak...anak anda sangat sopan dan sepertinya dia sangat menikmati latihan kami" pak Kuronuma berusaha menyenangkan hati pak Masumi.


Sementara mereka mengobrol, aku dan Koji beranjak akan makan siang keluar. Rasanya aku tidak bisa terus berada satu ruangan dengannya. Dan Koji juga tau itu, hingga dia mengajakku segera mungkin.


"Hm pak...kami akan makan siang dulu di luar" ijin Koji sambil memberi hormat pada Masumi dan segera menarik tanganku mengikutinya.


Sekilas aku menatapnya dan membungkuk sambil mengikuti Koji.
Namun ketika hendak keluar, tiba-tiba tangan kiriku ditarik oleh Takumi. Dia menahanku, membuat aku dan Koji berhenti melangkah.


"Bolehkah aku ikut denganmu? Aku dan papa juga belum makan siang koq!" pintanya memaksa.


Akhirnya pak Kuronuma mengusulkan kalau kami akan makan bersama di restauran dekat Daito.


"Maaf telah merepotkan" ucap pak Masumi disaat makan tlah usai.


"Tidak pak Masumi...kami senang bisa makan bareng anda. Yaa sudah cukup lama tidak seperti ini" ujar pak Kuronuma dengan maksud apa aku tak tau.


Setelah itu kamipun kembali ke studio, begitupun pak Masumi kembali ke ruangan sambil menuntun Takami. Tidak ada kata yang terucap, begitulah setiap ada pertemuan dengan nya. Baik aku dan pak Masumi hanya saling pandang. Sehingga membuat orang di sekeliling menjadi dingin dan kaku.


"Akhirnya selesai juga latihan hari ini! Maya...aku akan mengantarmu" pinta Koji sembari merapikan tasnya.


"Maaf Koji...aku ingin pulang sendiri. Saat ini aku ingin menyendiri" jawabku dingin. Dan itu membuatnya terdiam dan segera keluar studio setelah meminta ijin pada Pak Kuronuma.


Di studio hanya tinggal aku dan pak Kuronuma...


"Maaf...bila aku mengganggu" sapa suara pria dari pintu masuk dan membuat kami langsung melihatnya.


"Oh ternyata anda pak Masumi, tidak...kami telah selesai latihan dan Maya juga sudah akan pulang" ujar pak Kuronuma sambil melihat ke arahku.


"Syukurlah...ada yang ingin kubicarakan dengan Maya" ucapnya pelan.


"Hmm baiklah kalau begitu aku duluan saja" kata pak Kuronuma dengan membungkuk dan berlalu meninggalkan kami berdua di ruangan besar itu.


Suasana terasa tambah sunyi. Seolah suara detak jarum jam di dinding dan lenganku begitu kencang. Dia hanya duduk di sampingku tanpa kata. 


Pak Masumi...kenapa anda menemuiku? Ku mohon Tuhan tenangkan hati ini. Jangan biarkan ini terjadi. Yakinkan hati ini bila dia saat ini bukan milikku lagi. Tuhan...


"Hhmm...Maya maaf membuatmu terkejut dengan kedatanganku" kata pak Masumi agak sedikit gugup.


"Tidak...pak Masumi, aku baik-baik saja" jawabku pelan.


"Apa kau mau menemaniku sebentar?" tanyanya sambil berdiri dan keluar studio.


Aku pun mengikutinya tanpa menjawab ajakannya. Kami berjalan di trotoar sepanjang pantai Tokyo. Begitu panjang jalan yang kami lalui. Sepanjang itu pula kebisuan malam ini. Hingga tiba di depan taman. Aku langsung duduk di sebuah ayunan dan dia mengikutiku. Tepat duduk di ayunan sebelahku. Malam semakin larut, semakin gelap dan semakin dingin. Dia memakaikan jas besarnya di badanku. Terasa hangat...
Ternyata dia masih seperti yang dulu. Namun kenapa dia membiarkanku dalam kebisuan malam ini. Mungkin dia ada masalah atau apalah. Aku tak ingin menanyakan apapun. Biarlah kebisuan ini membuat hati kami berdua tenang.


Hingga pernyataan itu dia ucapkan, memecah ruang sunyi antara kami berdua.


"Maya...bagaimana kabarmu saat ini?" tanya-nya dingin.


"Saya baik seperti yang anda lihat pak" jawabku pelan.


"Apakah ada yang ingin kau katakan padaku? Maaf bila pertanyaanku membuatmu bingung" sambungnya lagi.



"Tidak...semuanya sudah jelas dan saya sudah terbiasa dengan situasi seperti ini" ucapku sambil berdiri hendak pamit.


Aku merasa sudah cukup penantian ini. Maafkan aku pak Masumi... 



"Tunggu! Apa kau selama ini masih menungguku?" tanyanya dan membuatku bingung harus menjawab apa.


"Tidak pak Masumi.....permisi" ucapku sambil berlari sejauh mungkin dan segera masuk ke apartemen.


Kupegang dadaku sembari bergumam; mengapa dia menanyakan itu? Setelah sekian lama keadaan ini, membuatku merasa melayang dengan pertanyaan itu. Mungkinkah...mungkinkah dia tidak bahagia? Atau dia masih memikirkanku?








***continue to -Sakura di Taman Ueno -part 2-***












Valentine's Day


Saat ini Maya telah menjadi aktris ternama di Jepang, siapapun pasti dapat mengenali sosok mungil yang penuh pesona. Lebih setahun yang lalu sejak peristiwa Kapal Astoria. Semuanya kembali seperti semula, Maya dan Masumi sudah jarang bertemu. Hanya 'Mawar Ungu' dan Hijjiri-lah yang menjadi penghubung mereka.


Tepatnya sehari sebelum Hari Kasih Sayang itu, Maya dan para sahabatnya berencana untuk menikmati pertengahan February itu bersama. Mereka sudah berencana akan bersenang-senang walau hanya sehari saja. Mereka harus menyediakan pakaian tebal lebih, karena biasanya Jepang akan banyak diguyur salju. Semuanya akan memutih akibat salju. Bermain ski atau bermain lemparan gumpalan-gumpalan salju.. Oh betapa nikmatnya pikir para sahabat itu sambil mengatur rencana, sepulang dari studio.


"Maya......maya......" tiba-tiba panggilan Mina mengejutkanku.


"Ah..iiiya, maaf teman-teman, aku ikut saja apa rencana kalian. Jadi ijinkan aku keluar sebentar ya, rasanya aku ingin menghirup udara segar". ucapku


Serentak mereka melotot, karena mereka tau cuaca sangat dingin, dan tidak akan membiarkanku masuk angin. 


"Maya... apa kau sudah gila? Diluar dingin sekali Maya....kau tau itu kan?" kata Rei khawatir.


" Rei....ijinkan aku, sebentar saja....tolonglah Rei, aku membutuhkannya. Aku janji akan segera kembali!" ucapku penuh harap.
Mereka hanya mengangguk dan aku pun berlalu keluar kamar sambil menyambar mantel tebalku.


Aku keluar pintu apartment, ya ampuun dingin sekali siang ini. Aku berjalan menuju taman dan aku duduk di salah satu ayunan, sambil mengayun-ayunkan perlahan dengan kakiku.


Aku tak merasakan dingin atau beku sama sekali, pikiranku melayang pada nya. Pada pak Masumi tentunya.... Ahh....aku rindu sekali padanya....Mengapa harus seperti ini jadinya? Tidak ada kabar, apalagi penjelasan tentang apa yang terjadi di kapal mewah itu. Semuanya hilang oleh waktu, namun tidak begitu dengan perasaanku padanya. Entahlah dengan perasaannya padaku. Karena sejak saat itu, kami hanya diam. Bertemu pun hanya saling berpandang tanpa bicara apa-apa. Rasanya aku ingin berteriak dan memeluknya. Ingin kuutarakan perasaanku sesungguhnya. Semuanya terhenti pabila ku ingat dia tetap melanjutkan pertunangannya bersama Shiori.


"Ah....sudahlah, semuanya tlah usai....." gumamku.


Tiba-tiba.....


"Apa yang tlah usai....mungil?" suara itu dari belakangku.


Dan aku mengenal suara itu, sangat mengenalnya, harum aroma tubuhnya dan desahan nafasnya.....ooohh mungkinkah?


Secepat pikiranku melayang, secepat itu pula dia bersimpuh di kakiku. Wajahnya tampak pucat kedinginan, yang menandakan dia telah berada lama di belakangku dan memperhatikan gerak-gerikku.


"Pak...pak Masumi...? Sedang apa anda disini?" tanyaku.


"Aku ingin meminta maaf padamu...mungil." ucapnya.


"Tidak ada yang harus dimaafkan pak, aku dan anda tidak ada yang salah" jawabku dengan mata berkaca-kaca.


"Mungil....trimakasih kau menemani ku di kapal itu, baru kali itu..aku merasakan bahagia." katanya dan dia mengusap air mataku.


"Pak Masumi...aku ingin berterimakasih padamu." kataku.


Aku merasa inilah saatnya mengatakan isi hatiku, aku tak berharap kasihku kan berbalas, karena aku tau itu tak mungkin. Tapi aku ingin melepaskan semua beban di hatiku karena terlalu berat menyimpan rasa itu terus-menerus.


Dia menatapku tajam dan memelukku. Aku perlahan melepas pelukannya, untuk memberinya pernyataan...


"Pak Masumi....aaku...menyukaimu...sangat.." ucapku.


"Mungil....." ucapnya dengan wajah kagetnya.


Dia memelukku kembali dan perlahan bibirnya menyentuh bibirku sangat lembut. Aku membiarkannya.... Dan untuk beberapa saat kami terbawa hanyut oleh kerinduan yang seakan tidak mengenal cuaca dingin di kala itu.


Perlahan dia melepaskan bibir dan pelukannya dariku.


"Mungil....maukah kau menungguku? Menunggu sampai semuanya bisa kuselesaikan dengan baik. Aku tidak ingin ada yang tersakiti dan kecewa. Aku yakin kau bisa mengerti akan hal itu". pintanya.


"Pak...Masumi....aku hanya ingin melepaskan apa yang kurasakan padamu. Aku tidak ingin membuatmu sulit dan menderita. Hanya itu pak....." ucapku hampa.


"Aku mengerti mungil..., tetaplah seperti itu, jagalah perasaanmu padaku sampai aku datang menjemputmu" katanya.


Dia memelukku kembali lebih erat...
Dan melepaskannya kemudian dia pergi meninggalkanku dalam kebahagian dan kesedihan, karena aku yakin hal itu butuh waktu lama. Sampai kapan dia akan menyelesaikannya? Pertunangannya bersama Shiori....ah....tapi aku akan menunggunya menjemputku. Yaa...seperti pintanya padaku.....seperti janjinya setahun.....dua tahun....tiga tahun.....berapa tahunpun....aku akan menunggunya.


Yaa....di february ini...my valentine's day..


I'll waiting for you.......my love...Masumi Hayami.




***the end***

April 26, 2011

My Secret


Berawal ketika Maya dan Sakurakoji telah menyelesaikan test akting untuk bidadari merah..
Hingga saat itu, perasaan maya dan masumi masih samar-samar bagi mereka berdua. Masih ada keraguan, baik maya, maupun masumi....


Dan di ruang ganti...


Maya sedang merapikan dandanan akoya-nya sebelum jumpa pers. Terdengar seseorang mengetuk pintu.


Toktoktok! Toktoktok!


"Masuklah" balasku sambil tetap duduk di meja riasku


Ahh...ternyata Koji mengajakku untuk segera menemui para wartawan, padahal aku berharap yang datang adalah 'pengagum rahasiaku'. Koji tersenyum dan berkata:


"Maya....semua orang telah menunggu sang Akoya, apakah kau sudah siap?"


"Tentu Koji, trimakasih kau mau menjemputku" jawabku sambil bergegas menghampiri nya dan keluar dari ruangan tersebut.


 Namun tiba-tiba Koji memelukku, aku tak tahu mengapa dia bertindak seperti itu. Namun di sudut ruangan lain....aku melihatnya....yaa aku melihat pak Masumi yang melihat dengan pandangan tajam dan dingin ke arah kami. Aku segera dengan perlahan melepaskan pelukannya....


"Koji...Koji sudah...nanti kita terlambat bukan?!" kataku sebagai alasan agar dia mau melepaskan pelukannya.


"Maafkan aku Maya....maafkan, aku begitu terharu saat pementasan percobaan tadi. Membayangkan kau memang ingin memelukku.....maafkan aku"


Kami pun berjalan melewati lorong dimana pak Masumi berdiri, ketika itu dia hanya tersenyum padaku dan Koji. Entah apa yang dia pikirkan akan kejadian tadi. Tatapannya dingin dan kosong seolah mengatakan bahwa dia membenci adegan itu.


*****


Akhirnya aku sampai di depan apartementku, Koji mengantarku dengan motornya. Sikapnya semakin lembut padaku, entah mengapa terkadang aku masih tersipu bila dia menatapku dan memperlakukanku secara istimewa. Rei dan sahabatku yang lain sangat mendukung hubungan kami. Mereka slalu berharap aku bisa berteman lebih bersamanya. Namun entah mengapa, aku tidak bisa lebih mencintainya dari seorang teman.


"Trimakasih Koji...kau sudah mengantarku pulang, aku masuk dulu yaa" ucapku.


"Maya...besok aku ingin mengajakmu jalan-jalan, kau tak boleh menolaknya yaa. Aku mohon Maya biarkan aku merayakan pementasan tadi hanya berdua denganmu, kau mau kan?" tanyanya dengan berlalu dan meninggalkanku dalam kebimbangan.


Dengan langkah gontai aku menuju pintu apartement, masuk ke lift dan tak berapa lama aku sudah berada di depan kamarku. Namun aku benar-benar terkejut, saat kudapati Pak Masumi tengah berdiri dan melamun di depan pintu kamarku. Kehadiranku sedikit membuatnya menajamkan matanya dan berkata:


"Hallo Mungil....selamat ya pentas percobaan yang mengesankan" dia berkata sambil bertepuk beberapa kali.


"Ttrimakasih pak...oiya sedang apa anda disini? Aku lelah sekali dan ingin istirahat, jadi kumohon pergilah" pintaku untuk menghilangkan kegugupanku di hadapannya.


"Maya....kedatanganku hanya ingin mengajakmu menemaniku sebentar, kau maukan?" pintanya dengan sedikit memelas.


Dia menanti jawabanku sambil terus memandangku, sementara aku hanya diam, entah mengapa bibir ini tak mau mengeluarkan kata-kata apapun. Sehingga mungkin membuatnya geram dan menarik tanganku untuk keluar dari apartement dan masuk ke dlm mobilnya.


"Mungil...ada yang ingin aku katakan padamu" tegasnya padaku


Sambil melajukan mobilnya, dia terlihat sendu, seperti ada kesedihan di matanya. Aku tau dia pasti sedang ada masalah. Mungkin dengan tunangannya atau perusahaannya. Ah sudahlah, akupun tak peduli lagi, tapi yang jelas lelahku sekejap hilang karena berada di sisinya. Bebanku rasanya hilang, yaa aku mungkin bahagia bila di sampingnya.


Akhirnya pak Masumi menghentikan mobilnya tepat di tepi sebuah pantai yang indah. Suasana sudah mulai gelap, sepi sekali. Terlihat langit menguning dan dipenuhi burung-burung yang hendak kembali ke sarangnya masing-masing. Indah sekali pemandangan disini, pikirku. Tiba-tiba dia melepaskan jaketnya dan memasangkannya di bahuku.


"Kau kedinginan mungil? Pakailah...aku tidak ingin kau sakit nantinya". katanya.


"Pak Masumi...ada apa? Jangan membuatku penasaran dengan apa yang akan anda katakan padaku" balasku.


"Baiklah.....aku akan mengatakan apa yang ada dalam hatiku tentangmu...mungil...." ucapnya.


"Sebenarnya sebentar lagi aku akan melangsungkan pernikahan dengan Shiori, namun sebelum itu terjadi, aku harus menyelesaikan rasaku yang ada padamu...mungil!" tegasnya lagi.


Aku hanya tak mengerti rasa apa itu, apakah dia pernah mengatakan sesuatu padaku? Apakah ada hubungan antara kami berdua? Apa maksudnya? Walau dalam hati aku mulai mengerti bahwa rasa yang ada padaku, mungkin ada sedikit dia rasakan juga.


"Aku tidak ingin berbohong lagi Maya, aku tidak sanggup lagi menutupi siapa aku sebenarnya? Kau pasti ingin aku mengucapkannya bukan...mungil? tanyanya dengan mata berkaca-kaca.


Ada apa ini? Aku baru saja hendak menjawab....namun dia menarik dan memelukku. Pelukannya membuatku sedikit sesak tapi aku menikmatinya. Ah...pak Masumi...


"Maya.....aku...akkuu lah 'Mawar Ungu' pengagum rahasiamu" ucapnya dengan terbata-bata, sambil mengkencangkan pelukannya.


"Hhhmmm.....pak Masumi....sebenarnya aaku...aku sudah tau bahwa kau adalah 'DIA', namun aku hanya bisa melihatmu, karena aku tau.......anda sudah bertunangan" ucapku tegas.


Tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan menatapku dengan dalam.


"Maya....apakah itu benar? Kau sudah tau identitas 'pengagummu'? Mengapa....mengapa....kau hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa padaku? Bukan kah kau sangat membenciku? Karena hal itulah yang kutakutkan darimu....mungil!" ujarnya penuh arti.


Tanpa kusadari, keberanianku muncul dan menjelaskan perasaanku padanya.


"Iya...itu dulu pak, aku memang pernah membenci anda. Namun entah mengapa, setelah aku tau 'pengagumku' itu adalah anda, aakku....aku merasa bahagia pak.......bahagia sekali.....karena rasa benci itu telah lama pergi sebelum aku mengetahuinya"


"Mungil.......mungilll" ucapnya sambil kembali memelukku dan....mengecup bibirku dengan lembut.


 Ahhhh..........pak Masumi......





                                          *****the end*****

April 24, 2011

Kekuatan Cinta (the end)


Hari ini ada pesta dansa untuk menyambut suksesnya pementasan terbaru kami... Aku dan teman-teman sibuk keliling toko untuk mencari gaun yang sesuai dan pantas dikenakan di pesta itu. Setelah dua jam lebih berkeliling, akhirnya kami menemukannya dan segera pulang untuk bersiap-siap...


Saat itu hubunganku dan pak Masumi masih kabur, aku masih ragu akan cintanya, sehingga terkadang muncul rasa kangenku pada Satomi. Tapi aku tak tau apa yang dia rasakan padaku saat itu, aku berharap di pesta nanti semua berjalan baik-baik saja...


"Maya, kau tampak gugup?" tanya Rei, mengejutkan rasa takutku


"Ah...Rei, apa aku tampak seperti itu? Aku memang sedikit takut 


Rei, aku takut bertemu dengan...." belum aku lanjutkan, tiba-tiba 


aku melihat dia muncul dari pintu samping sambil tersenyum 


padaku..


Aku tau wajahku pasti merah merona karena kehadirannya dan mata kami yang saling beradu secara tak sengaja. Huuuhh......aku bingung harus bagaimana? Sampai Rei menepuk pundakku dan berkata:


"Maya....ayo kita cari tempat yang pas untuk menikmati hidangan itu"


"Ah...iya Rei" balasku tanpa mengerti maksud ucapan Rei.
     
Selang beberapa waktu, tibalah saatnya untuk acara dansapun dimulai, aku dan Rei berusaha berdiri di tepi dekat pintu keluar, entah apa yang ada di pikiran ku hingga jantungku berdetak kencang. Ternyata sedari tadi Rei melihat Pak Masumi telah berada tepat di belakang kami berdiri...


"Hallo mungil....lama tak jumpa, bagaimana kabarmu?"


Sebelum aku menjawabnya, aku tau dia terus menatapku, tanpa berkedip. Apa maunya? Di satu sisi aku begitu benci padanya, namun di sisi lain aku memang mengharapkan pertemuan ini.


"Hei...maya! Pak Masumi bertanya padamu tuh!" Ah Rei menyenggol lenganku..


"Ooiya pak, aku baik-baik saja, begitu pula pementasan kami" ucap Maya kikuk.


Aduuhhh....kacau, kenapa aku tampak gugup di depannya, apa yang aku rasakan tidak seperti biasanya. Dalam keadaan itu, pak Masumi mendekatiku sambil menjulurkan tangan dengan sedikit membungkuk sambil bertanya:


"Maukah engkau berdansa denganku, Mungil?"


Namun sebelum aku sempat mengiyakan ajakannya, tangan nya tlah menarikku menuju area tengah tempat berdansa, aku tidak tau lagi bagaimana pandangan orang sekeliling yang ada disana. Yang aku tau pastilah wajah ini merona merah menahan kaget dan rasa bahagia...
Oh...Tuhan, apa yang terjadi padaku, perasaan ini terulang kembali, mengapa? mengapa?


"Pak Masumi, apa engkau sedang mabuk? Ini akan menjadi bahan berita yang membuat koran besok gempar bukan? tiba-tiba mulutku bertanya yang seharusnya tidak perlu kutanyakan.


"Kau takut mungil? Takut akan image-mu atau takut kalau ada seseorang yang akan marah melihat kita berdansa?" tanyanya kembali tanpa menghiraukan pertanyaanku tadi.


"Aku rasa ini sudah cukup pak, karena aku merasa lelah" pintaku untuk menghentikan gerak dansa kami yang sedari tadi dipandangi setiap pasang mata di ruangan besar itu.


"Maaf Maya bila aku membuatmu lelah" jawabnya sambil membungkukkan badan dan mempersilahkan aku meninggalkan area dansa.


Akupun berusaha menyembunyikan mukaku yang merona, aku keluar menuju balkon, menghirup udara dan memandangi bintang. Ada perasaan bahagia, ada apa denganku? Aku sangat membencinya dulu? Mengapa sejak kejadian waktu itu perasaan ini berbeda? Aku juga merasakan dia mulai bersahabat denganku, mulai sabar menghadapi perilaku burukku padanya....
Mungkinkah? Mmmm...mungkinkah pak Masumi merasakan hal yang sama denganku? Tapi tiba-tiba bayangan Shiori sang tunangannya muncul dlm benakku! Oh..tidak! Apa yang kupikirkan itu tidak benar dan tidak mungkin sama sekali....hiks..
Tak terasa air mataku membasahi pipiku, aku harus pulang, sebelum mataku tak terkendali....hiks..
Aku pun segera membalikkan tubuhku, namun.....


Buuggs.............Aku menabrak seseorang, yang tak lain adalah Pak Masumi Hayami...


"Ada apa Mungil? Apa kau sakit? Kenapa kau menangis seperti ini?" tanyanya kaget melihat mataku berurai air mata.


"Ah anda pak Masumi, aku hanya ingin segera pulang karena kelelahan"


"Permisi tuan" aku pun berlari meninggalkannya dan berusaha sejauh mungkin dari tempat itu.


"Maya...maya tunggu" dia berusaha mengejarku sepanjang lorong menuju pintu keluar.


Hingga aku keluar gedung, dia masih mengejarku..


Kenapa dia mengejarku, untuk apa? Penjelasan apa yang ingin dia dengar? Atau dia ingin melihat aku menangis dan mengatakan perasaan yang kurasakan akhir-akhir ini? Atau dia ingin menertawakanku atas perasaan ku yang bodoh dan tak masuk akal ini? Kenapa?


Akhirnya dia dapat menarik tanganku, dan beberapa saat aku telah berada dalam dekapannya yang hangat.
Yaa....dia menarik lalu memelukku erat, dan semakin erat, tanpa memperdulikan mobil-mobil yang melambatkan kecepatannya saat menyaksikan adegan itu...


"Mungil...mungil...ada apa? Aku sangat khawatir melihatmu seperti ini. Ku mohon katakan ada apa? Aku akan mengantarmu pulang" sambungnya sambil melepaskan pelukannya dan membawaku masuk ke dalam mobil mewahnya..


Sepanjang jalan, dia memandangku tanpa melihat ke arah lain, hingga membuatku risih sendiri. Kuberanikan berbicara padanya, agar bisa melepaskan kegalauanku.


"Pak Masumi....aa..aku merasakan ada sesuatu yang menggangguku akhir-akhir iii..ini. Aku tak mengerti apa pak? Namun ada rasa sesak, bahagia, kesal dan berdebar-debar bila....bila..."


Entah mengapa aku berhenti melanjutkan kata-kataku td, aduuuh....hampir saja aku mengatakan perasaanku padanya. Hampiiir saja.....


"Mungil.....bila apa? Kenapa kau tidak melanjutkannya? Apa aku membuatmu gugup?"
 Tanyanya sambil menjatuhkan lengannya di bahuku, daan.....


Dia menciumku.....yaa dia menjatuhkan bibirnya di bibirku...
Wajahku merah seketika, tapi entah mengapa aku membiarkan itu, membiarkan beberapa kali dia melumat bibirku, merengkuhku dalam pelukan dan merasakan detak jantung kami yang sama berdetak kencang..........kencang sekali...........


"Paak...pak Masumi.....aaappaa yang anda lakukan?" tanyaku terengah-engah, tapi dia hanya memandangku dalam-dalam, sebelum akhirnya dia mengatakan hal yang paling penting dalam hubungan kami selanjutnya...


"Maya....aakku hanya ingin jujur padamu, sebenarnya aku.....tidak ingin menyakitimu, aku akan menunggu sampai kau mampu mencerna semuanya. Dan aku akan menantimu dewasa......percayalah!"


Apa maksudnya? Aku tak mengerti. Kenapa dia akan menungguku? Apa yang ditunggu Pak Masumi dariku?
Kenapa tidak kau lanjutkan pernyataanmu tadi? Aaapaa dan kenapa? jeritku dalam hati..


*****


Dua hari setelah kejadian itu, Maya dan Rei berencana pergi berjalan-jalan di Roppongi Mall. Rei merasa semakin lama Maya semakin aneh, sering melamun dan bicara sendiri. Yang pasti dia tidak sedang menghapalkan skrip latihan.


Merekapun berjalan masuk sambil memandangi etalase-etalase yang dihias sedemikian menarik. Mata rasanya tak berkedip karena semua produk yang ditawarkan sangat istimewa dan tentunya dengan harga yang istimewa juga. (sepertinya mall ini emang Plaza Senayan-nya deh)


"Maya..." ucap Rei tiba-tiba mengejutkanku.


"Hmm..." jawabku iseng karena akupun sedang terkesima pada sebuah etalase.


"Reei...indah sekali bed cover itu" gumamku sambil menunjuk sebuah etalase yang memajang bed cover dengan motif 'Mawar Ungu'.


"Iya..ya, ayo cepat Maya...kita lihat yang lain lagi" ujar Rei sambil menarik tanganku.


Lumayan juga untuk cuci mata hari ini. Tak terasa malampun akan tiba. Kami pun keluar dan menyusuri jalanan kota Tokyo.
Tiba-tiba Rei berhenti dan kami pun bersandar pada besi trotoar sambil memandangi lampu-lampu kota yang mulai terang berwarna warni.


"Maya...apa kau masih memikirkan pak Masumi?" tanya Rei membuatku bingung.


"Mengapa kau tanyakan itu Rei? Apa ada yang salah?" tanyaku kembali.


"Maya...kau tau kan siapa dia?! Atau kau sudah lupa?" Rei bertanya dengan pandangan tajam padaku.


"Rei...sebenarnya akupun tak tau apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini!" tegasku padanya.


"Yang aku rasakan ada rasa bahagia dan deg-deg kan bila bertemu dengannya. Mungkin itu perasaanku saja. Tapii...." mulutku terhenti karena takut mengingat peristiwa malam itu.


"Maya...apa kau belum menceritakan sesuatu padaku? Oh iya aku baru ingat, pada malam pesta dansa...kau pulang bersamanya kan?" tanya Rei yang membuatku terdiam.


"MAYA....jawab aku! Dia kan..?" tanya Rei kembali.


"Itu...malam itu memang dia mengantarku tapi Rei..." ujarku berusaha menjelaskan namun ragu...hingga akhirnya aku jelaskan semuanya pada Rei.


"HAAAAH.....MAYA!" ucap Rei keras sambil memutarkan badannya.


"Rei....aku mohon jangan sampai ada yang tau tentang itu. Karena aku sendiri belum yakin dengan perasaan dia padaku!" kataku sambil memeluk nya.


"Tidak...bukan itu yang kutakutkan Maya. Kau tau posisimu dan posisinya kan? Aku rasa hubungan kalian akan sulit bila dinyatakan" tegas Rei lagi.


Aku dan Rei kembali menyusuri trotoar kembali. Kami terdiam dan begitu sampai tiba di depan apartemen.


"Maya...apa kau akan terus maju atau membiarkan saja perasaanmu dan pak Masumi? Aku berharap kau mau memikirkannya sekali lagi!" ucap Rei dan berlalu masuk ke kamarnya.


Malam itu terasa panjang, aku berusaha memikirkan kata-kata Rei. Apa salah bila perasaan aku dan pak Masumi sama? Apa yang membuat dia tidak menyetujuinya? Pikirku berulang-ulang hingga aku tertidur pulas.


*****



Pagi itu Maya terbangun. Ia merasa pipinya masih memerah karena semalaman mengkhayalkan lelaki yang dia benci dulu. Tapi perkataan Rei membuatnya sadar. Dan Maya berjanji tidak akan membiarkan perasaannya semakin dalam.


Yah...aku harus bisa menghapus bayangannya, masih belum terlambat tentunya. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi nantinya. Hhmmm...


Maya pun bergegas latihan di studio. Karena terlambat dia terburu-buru. Berlari dan berlari sekencangnya menyusuri jalanan menuju studio. Maya tak menyadari ada sebuah mobil yang membuntutinya dari apartemen tadi.


Tiba-tiba mobil itu melajukan kecepatannya dan menghalangi jalan Maya ketika hendak menyebrang.


Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttt....


Maya kaget setengah mati...
Seseorang keluar dari mobil itu dan Maya sangat mengenal sosok pria itu. Sejenak dia senang karena bisa bertemu dengan pak Masumi. Namun cepat-cepat dia membuang rasa yang kini mulai membuat pipinya merona.
Maya pun segera melangkah, namun lengan pam Masumi menahannya.


"Mungill...mengapa kau menghindariku?" tanya nya kesal.


"Aku sedang ada urusan, dan itu terserah saya pak Masumi" kata Maya ketus.


Pak Masumi sebenarnya tidak heran dengan sikap dingin Maya padanya. Itu adalah hal yang sudah sering dia terima dari gadis itu. Namun dia teringat malam itu, dia merasa saat itu Maya mulai bersikap baik padanya.


Ada apa lagi dengan gadis ini? Membuatku kesal saja...


"Aku sudah tau semua urusanmu, hari ini kau akan latihan seperti biasa kan?" tanya Masumi menggoda Maya.


"Maafkan saya pak Masumi, saya tidak ingin anda mengganggu lagi" ujar Maya dengan wajah sebal.


"Apa kau bilang? Bukannya kau yang selalu menggangguku?" kata Masumi mulai membentak.


Maya tak menghiraukan pertanyaan Masumi, dia pun sekuat tenaga melepaskan tangannya dari lelaki itu. Maya berlari secepat mungkin menjauh dari lelaki itu. Dia tak ingin Masumi mengetahui tentang perasaan sebenarnya.


Aku tidak boleh lebih dekat lagi dengannya. Apa kata orang nanti? Lagipula dia sudah bertunangan, tapi kenapa dia masih saja menggangguku. Apakah perasaan itu benar? Apakah perkataan nya waktu itu serius padaku....



Sesampainya di Studio, Koji telah menunggunya untuk sarapan. Mereka pun sarapan bersama di sebuah tempat. Tiba-tiba Mizuki datang dan meminta Maya untuk menemuinya sehabis sarapan.


*Di Kantor Masumi*


Masumi termenung mengingat peristiwa sebelum ke kantor tadi. Dia merasa Maya mulai mengerti perasaannya. Masumi ingin tau perasaan Maya, tapi mengapa gadis itu menghindarinya.


Bagaimana caranya aku memberitahukan maksudku? Lalu bagaimana dengan Shiori? Apakah aku harus mundur dan membatalkan semuanya?


Masumi sangat ingin bisa menikmati hari-harinya bersama gadis itu. Namun dia tak bisa seenaknya mengambil keputusan. Karena dia baru saja bertunangan dengan Shiori. Apa yang harus dia katakan pada ayahnya...


Tiba-tiba Mizuki datang dan mengatakan bahwa nona Shiori datang. Masumi menyuruhnya masuk. Namun Mizuki mengingatkan bahwa dia tadi sudah menyuruh Maya datang juga.


"Apa? Mizuki bagaimana ini? Apa kau ingin membuatku mati?" bentak Masumi.


"Tenanglah pak Masumi...saya akan menahan Maya terlebih dulu. Oleh karena itu silahkan anda berkencan dengan Shiori dulu" kata Mizuki menggoda bos-nya.


"KAU..." ucap Masumi, tapi terhenti oleh Shiori yang masuk ke ruangannya.


Mizuki pun pamit...


"Shiori...ada apa kau kesini?" tanya Masumi tersenyum pada Shiori.


"Masumi...apa aku tidak boleh menemui tunanganku?" kata Shiori dengan raut sedikit kecewa.


"Maafkan aku Shiori, aku hanya tidak ingin membuatmu menunggu" kata Masumi merasa bersalah.


"Kalau begitu bagaimana jika kita keluar sebentar untuk jalan-jalan?" ajak Masumi.


*****
Maya dan Koji telah selesai sarapan. Maya pun mengatakan agar Koji duluan saja ke Studio.Karena dia akan menemui Mizuki. Koji tau akan hal itu, ia pun berlalu ke Studio. Maya setengah berlari menuju Daito. Namun ketika hendak masuk gedung, dia melihat pak Masumi dan Shiori baru saja keluar dari lift. Maya pun langsung sembunyi di balik sebuah tembok.


Dia melihat Masumi menggandeng Shiori. Wajah Shiori merona karenanya. Dan tampak gadis cantik itu bahagia sekali.


Pak Masumi...apakah anda juga sesenang gadis di sebelah anda? Huuh...aku sebal seperti orang ketakutan begini. Ini bukan aku yang biasanya. Aku harus melawan rasa itu...


Pikir Maya dan diapun keluar dari tempatnya sembunyi. Sehingga akhirnya mereka berpapasan. Maya bersikap seperti biasa, acuh tak acuh pada pak Masumi.


Shiori tersenyum dan menyapanya hangat. Berbanding terbalik dengan Masumi yang tampak kikuk dan bingung. Masumi berusaha mengajak Shiori untuk segera naik mobil. Namun Shiori malah mengajak Maya ngobrol. Tapi karena Masumi tampak resah, akhirnya Shiori pamit pada Maya.
Dan mereka pun berlalu dari hadapan Maya.


Maya berjalan lesu menemui Mizuki. Padahal tadi dia sudah berusaha bersikap seperti biasa. Yaa...bersikap seolah membenci pria itu. Sambil berjalan dia melamun kembali.


Bagaimana mungkin dia memikirkanku? Sementara ada wanita cantik di sisinya, aku naif sekali yah! Tapi waktu itu...waktu itu...


Mayapun kembali terngiang saat malam seusai pesta dansa. Dia tersenyum tersenyum sendiri. Mizuki memperhatikannya heran.


"Hai Maya, kenapa lama sekali?" tanya Mizuki sambil menggandeng tangan Maya dan membawanya ke sebuah ruangan.


*****
Sementara itu Masumi dan Shiori sampai di sebuah restauran. Shiori menggandeng tangan Masumi mesra. Hampir seluruh pengunjung menoleh ke arah mereka. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Mungkin mereka melihat keserasian untuk Masumi dan Shiori. Yang pria sangat tampan dan yang wanita, cantik juga anggun.


Masumi sedikit risih dengan tatapan mereka. Dia buru-buru mengajak Shiori mencari tempat duduk.


"Shiori...setelah selesai, kau sebaiknya kembali ke rumahmu. Karena aku tidak bisa lama-lama menemanimu" kata Masumi resah.


"Iya...Masumi, aku mengerti akan pekerjaanmu" ucap Shiori lembut.


Namun tiba-tiba Shiori mengatakan sesuatu yang membuat Masumi kaget, takut dan sekaligus bahagia.

"Masumi...ada hal yang ingin aku bicarakan" kata Shiori pelan.


"Apa itu Shiori, kau tampak lesu saat ini" ujar Masumi.


"Masumi...sebelum perkenalan kita, aku sangat benci dengan perjodohan" ucap Shiori sedih.


"Apa maksudmu Shiori? Mengapa kau berkata demikian?" tanya Masumi bingung.


"Masumi...ini masih belum terlambat untuk kita ke depannya" kata Shiori lugas.


"Sudahlah...Shio..." ucap Masumi terputus karena Shiori memotong perkataannya.


"Masumi...sebenarnya aku tau sejak awal, bahwa ada gadis lain di hatimu" kata Shiori pelan.


"Apa? Shiori...kau" tanya Masumi kikuk.


"Iya Masumi, aku selalu memperhatikanmu bila bertemu gadis itu. Kau tak pernah menatapku seperti itu. Bila seperti itu kau tampak orang lain bagiku" ucap Shiori lirih terisak.


"Shiori...sebenarnya itu...aku..." ucap Masumi gagap.


"Masumi....kau mencintainya sejak lama. Sebelum aku mengenalmu" kata Shiori.


Masumi tampak bingung dengan semua yang keluar dari mulut Shiori. Dia tak pernah menduganya.


"Shiori...aku tidak pernah merencanakan semua yang kurasakan ini" ujar Masumi serius.


Dia menatap Shiori yang terisak, namun berusaha tegar dan tersenyum di depan Masumi.


"Masumi...gadis itu pun sama denganmu. Aku lihat dari tatapannya tadi, dia cemburu karena kita bersama" kata Shiori lagi.


"Shiori...sampai sebegitukah kau memperhatikannya?" tanya Masumi.


"Ya Masumi, aku mencintaimu. Aku ingin melihatmu bahagia, walau aku tau bahagiamu adalah bersamanya, disisinya..." ujar Shiori menangis.


"Shiori...maafkan aku" kata Masumi merasa bersalah.


"Tidak perlu Masumi, kau tidak perlu meminta maaf. Semuanya adalah kehendak ayah dan kakekku. Biar aku yang urus semua pembatalan pertunangan kita" kata Shiori, berusaha tabah.


"Shiori..." ucap Masumi terharu.


"Masumi...kejarlah kebahagiaanmu, aku berusaha mengerti semua yang terjadi. Dan aku merasa sanggup menjalaninya. Walau butuh waktu yang lama" ucap Shiori sedih.


Masumi mendekati dan memeluk Shiori. Shiori kaget, diapun membalas pelukan Masumi. Masumi terharu dengan pengertian tunangannya itu. Sedang Shiori berusaha tegar karena akan melepaskan lelaki yang sangat dicintainya.


"Masumi...mungkin aku bisa melupakan dirimu, namun hatiku tak akan pernah bisa melupankannya" kata Shiori lagi.


"Shiori...maafkan aku dan trimakasih atas pengertianmu" ucap Masumi lembut.

Shiori menatap Masumi dengan pilu. Masumipun balas menatapnya. 

Masumi...selamat tinggal, aku yakin bisa berjalan tanpamu. Tapi aku yakin bahwa kau tak akan bisa hidup tanpa gadis mungil itu... Masumi...kenanglah aku sebagai seorang wanita yang pernah menjadi tunanganmu dan baik hati... Itu saja sudah cukup...


*****


Mereka masuk ke mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Masumi mengantar Shiori pulang dan kembali ke kantornya.


Sambil menyetir, Masumi teringat ucapan Shiori. Dia merasa iba pada Shiori. Namun dia senang akhirnya dia bisa menyatakan hal yang sebenarnya pada gadis itu. Ada perasaan lega dalam bathinnya.


Trimakasih Shiori...trimakasih...trimakasih Shiori...


Masumi segera masuk ke ruangannya, dan ternyata kosong. Dia terlihat kesal sambil terengah-engah. Dia merasa sudah terlalu lama meninggalkan Mizuki bersama Maya.


Mizuki...kemana kau bawa gadis itu? Payah sekali sekretaris satu ini...


Masumi menunggu sambil beberapa kali menghubungi handphone Mizuki, namun tidak diangkat-angkat. Raut kesal semakin tampak dari wajahnya. Dia mengepalkan tangannya. Keterlaluan!!! pikirnya.


Tiba-tiba handphonenya berbunyi, tentu saja membuat Masumi gugup. Itu dari Mizuki, yang memintanya untuk datang ke suatu tempat. Bergegas Masumi menuju tempat itu tanpa pikir lagi.


Bagaimana ini? Kenapa aku berdebar seperti ini, itu selalu dan selalu bila mengenai kau Maya...
Apa yang akan dikatakannya? Padahal tadi dia melihatku pergi bersama Shiori. Bagaimana ini....


*****
Maya menjadi bertanya, karena melihat Mizuki yang mondar-mandir. 


"Mizuki...ada apa? Kau bilang akan mengatakan sesuatu padaku, tapi hingga sekarang kau tak berkata apapun" tanya Maya ingin tau.


"Maya...maafkan aku, sebentar lagi aku akan mengatakannya padamu" katanya sedikit gugup.


Pak Masumi...bagaimana ini? Bagaimana aku menjelaskan padanya bahwa anda ingin bertemu dengannya. Apa aku salah, aku hanya melihat lampu merah antara kalian mulai redup...
Semoga perkiraanku benar, karena aku mengorbankan perasaan tunangan anda...pak Masumi...


Akhirnya Masumi sampai dan langsung menuju ke sebuah gazebo kecil di restauran itu. Maya tampak kaget dengan kehadiran Masumi. Dia membelalakkan matanya dan berdiri hendak pergi.
Mizuki berusaha membujuknya. Sedang Masumi hanya berdiri diam tak berkutik. Dia tampak gugup lagi.


"Maya, tenanglah, aku tadi ingin mengatakan bahwa pak Masumi ingin bertemu dan ngobrol denganmu" kata Mizuki penuh harap.


Maya hanya diam, Mizuki menyuruhnya duduk kembali. Pak Masumi pun akhirnya duduk berhadapan dengan Maya. Perlahan Mizuki meninggalkan mereka.


Mereka masih sama-sama diam dan menunduk. Sesekali Masumi mencuri pandang gadis itu. Begitupun Maya, dia tampak merona. Akhirnya Masumi menyuruh Maya memesan minuman dan makanan untuk mereka makan siang ini.


"Mungiil...apa kau tidak ingin memesan apapun?" tanya Masumi sedikit menggoda Maya.


"Aku tidak ingin kau sakit dan menyalahkanku nanti" ucapnya lagi
Maya mulai terpancing marah karena sikap Masumi yang mengacuhkannya tadi pagi.


"Aku tidak lapar karena melihatmu, jadi lebih baik aku pulang saja" kata Maya kesal.


Namun Masumi menahannya dengan memegang tangan Maya. Maya akhirnya mengalah. Masumi tau bahwa gadis itu sedang marah padanya.


"Mungiil apa kau marah padaku?" tanya Masumi kemudian.


Maya jadi bingung harus jawab apa? Dia sadari dia bukan siapa-siapa pak Masumi. Dia hanya mulai sering memikirkannya saja. Walau dia tau bahwa itu tak mungkin.


"Aa..aku tidak marah! Lagipula mengapa aku harus marah pada anda? " ucap Maya mengelak.


Selang beberapa lama mereka sudah seperti biasa, Masumi menggoda Maya. Sambil menikmati makanan, mereka terus saja mengomel untuk mengerjai masing-masing. Hingga akhirnya makanpun selesai. Mereka keluar dari restauran itu dan pergi ke suatu taman. 


Entah mengapa Maya pun hanya menuruti permintaan Masumi. Hingga malam tiba, mereka masih bercanda. Tertawa dan saling mengejek itulah yang terjadi.


Baik Masumi maupun Maya tampak menikmati malam itu, mereka sudah mulai berbicara layaknya orang dewasa. Maya berusaha menghapus rasa suka nya pada pak Masumi. Tapi Masumi malah menunjukkan kalau dia tidak main-main dengan perasaannya.


"Maya...aku ingin kau percaya padaku, slama ini aku tidak pernah punya niat untuk membuatmu menderita" ucap Masumi lembut.

Pipi Maya mulai merona, Maya berusaha mengalihkan pembicaraan dengan bintang-bintang yang menyinari mereka malam itu. Melihat itu Masumi jadi geregetan, diapun menarik lengan Maya.

"Maya...bagaimana dengan perasaanmu padaku?" tanya Masumi, membuat Maya kaget.


"Anda....untuk apa anda bertanya itu?" kata Maya mengalihkan.


Masumi menatap Maya dalam. Mengangkat dagu Maya agar tetap menatap matanya. Beberapa saat mereka hanya salin menatap.


"Mungilku...aku sangat menyukaimu" ucap Masumi lembut.


Maya hanya diam. Dia berusaha menenangkan diri. Maya berdebar-debar dengan pernyataan Masumi. Seluruh tubuhnya gemetar, rasanya ingin melayang. Senang, bahagia dan sedih campur aduk.


"Maya...jawablah" kata Masumi berharap.


"Pak Masumi...aku...aku tidak bisa menerima hatimu untukku, karena..." balas Maya sedih, karena dia tau Masumi bukan miliknya.


Tidak ada seorangpun yang tau akan keputusan yang diambil Shiori hari itu. Hanya Masumi...


"Karena Shiori? Sebenarnya kami telah membatalkan pertunangan kami hari ini" kata Masumi menjelaskan.


Maya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Masumi. Dia hanya terisak dan mengatakan Masumi seorang pembohong.


"Mengapa...anda mengatakan itu pak Masumi? Saya tidak percaya. Apa anda ingin mempermainkanku dan Shiori?" tanya Maya terisak.


Tiba-tiba...


"Masumi benar Maya" suara wanita memecah suasana.


"Shiori...kau" kata Masumi kaget.


Begitupun Maya kaget dan merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.


"Maya...aku dan Masumi telah membatalkan pertunangan kami. Dan itu adalah untuk kebaikan masing-masing" kata Shiori tersenyum.


Maya hanya diam tak berdaya. Dia merasa bersalah pada Shiori.
Dan Shiori tau akan perasaan Maya. Dia berusaha meyakinkan Maya.


"Maya...berikan hatimu pada lelaki ini. Dia tak akan bisa hidup tanpamu" ucap Shiori lirih.


Setelah kata-kata Shiori tadi, Maya mulai merasakan bahwa pak Masumi benar-benar mencintainya.
Shiori memandangi keduanya, diapun pergi meninggalkan Maya dan Masumi yang masih saling menatap dengan penuh harapan.
Shiori berjalan gontai dan kembali ke mobilnya sambil menangis haru. Namun dia tersenyum bisa melakukan ini...


Masumi memeluk erat Maya. Maya pun membalas pelukan lelaki yang dicintainya selama ini. Maya terlihat bahagia, begitupun Masumi. Tatapan mereka seperti dua insan yang telah lama terpisah.


Pak Masumi....


Mungil....

Masumi...Maya...aku tunggu undangan kalian...Selamat...


 *****the end*****




















Mawar Ungu...ku






***Aku hanya bisa memandang dinding pesawat ini, yang sebentar lagi akan membawaku ke tempat yang sangat jauh darimu.....yaaa dari penggemar setiaku yang tak lain adalah Masumi Hayami. Aku berharap semuanya akan luntur oleh waktu, aku akan lupa oleh kesibukanku selama aku di sana. Hhmmm.....I hope!!!  (Itulah perasaanku 2 tahun lalu, namuun......)***


Saat ini aku sudah kembali dan sedang menanti Rei untuk menjemputku di bandara...


"Maya", tiba-tiba suara renyah Rei mengejutkanku..


Kami berpelukan, "aku rindu padamu sobat" sapanya sambil mengecupku..
Rei menyetop sebuah taksi dan sepanjang jalan kami hanya saling tersenyum, hingga taksi berhenti tepat di sebuah apartment mewah.


"Wah Rei kau hebat sekali bisa punya tempat mewah seperti ini?"tanyaku...


 Rei diam sejenak sebelum menjawab dengan ragu "eh..ini..iya Maya, trimakasih"
Tak berapa lama telepon berdering, sambil terburu-buru Rei mengangkatnya, dan berbicara pelan:


 "Halo, iya sudah....mmm baiklah, aku tidak keberatan"


 Aku pura-pura tidak mendengar pembicaraannya, namun aku tau, ada kekhawatiran dari suaranya...


 "Rei....aku beristirahat dulu yah, nanti malam kita bisa makan malam di luar bersama..." kata Maya.


 "Mmm baiklah Maya, sebentar lagi aku ada keperluan ke studio, tp aku janji sebelum malam aku akan kembali, kau beristirahatlah yaah" ujar Rei.


 Tanpa berkata apa-apa lagi, dia meninggalkanku di apartment ini sendiri...


 Ohh...mengapa aku merasa sangat jenuh, padahal aku baru saja kembali ke kota ini? Mengapa seperti ada yang kurang, ah sudahlah mungkin aku kecapekan dan perlu istirahat...
Tanpa sadar akupun tertidur di sofa ruang tamu.........


Aku tidak tau berapa lama aku tertidur, namun yang jelas, dari jendela aku lihat mentari mulai tenggelam dan meredupkan semua penglihatanku tentang keindahan kota ini. Yang ada hanya lampu-lampu kota mulai terang dan menerangi semua keredupan tadi.


Ahh....aku akan berjalan-jalan sejenak mengitari sekitar tempat mewah ini, pikirku...
Sebelum Rei kembali, tidak ada salahnya kan?


Aku keluar lift dan berjalan menuju lobby, namun entah mengapa aku merasa ada sepasang mata yang melihatku tajam. Aku berusaha memantau dari ujung mataku, namun aku tidak dapat melihat siapa sebenarnya dia?


Aku berjalan menuju taman di tengah tempat parkir yang luas, disana ada kolam yang lumayan besar...  Hhmm lucu sekali ikan-ikan Koi ini, pikirku.... Namun entah mengapa dari dalam air muncul bayangannya..


Oh Tuhan, jangan biarkan dia muncul kembali dalam pikiranku, aku sudah berusaha melupakan semuanya, aku tidak ingin tersakiti lagi dan menyakiti siapapun lagi. Aku ingin memulai lembaran baru bersama cerita dan kisah yang baru pula...


Aku pun cepat-cepat meninggalkan tempat tadi, rasanya air mataku mulai tak terkendali bila mengingatnya, aku merasa hampa, semuanya terbayang kembali.....dan aku tidak inginkan itu.....karena itu hanya tinggal kenangan dalam hidupku...



Aku bergegas membuka pintu dan berharap Rei sudah kembali dari studio...
Namun sesosok pria duduk di ruang tamu dan menyapaku:


"Halo Mungil, apa kabarmu?" ucap pria itu lembut.


"Aa....aa...." aku terdiam dan kaget setengah mati hingga hanya terdiam sampai dia menarikku duduk di sebelahnya.


"Mungil....kau diam saja? Kau tidak merindukanku?" tanyanya lagi.


 Entah mengapa aku terdiam cukup lama, hingga aku merasa dia memelukku erat, aku berusaha berontak  karena aku merasa dia tidak layak melakukan ini padaku yang bukan siapa-siapanya.


"Lepaskan aku pak Masumi"! pintaku 
 
"Aku mohon pak, aku tidak suka dengan kehadiran anda di sini, aku bukan siapa-siapa anda kan?" kata Maya lirih.


 Kata-kata itu muncul seiring dengan air mata yang berlinang di pipiku, aku tau ini menyakitinya, namun aku tau dia bukan milikku lagi, dia sudah menikah!


 "Mungil, ada apa denganmu? Apa kau tidak merindukanku? Mengapa?" tanya pak Masumi.


 "Karena kau telah menjadi milik wanita lain pak! Aku tidak mau ambil resiko dan kecewa!" ujarku menegaskan.


 "Maya! siapa yang menikah? wanita mana yang telah kumiliki?" ujar Masumi heran.


 Pak Masumi mendekatiku dan meraih lenganku, sambil berkata:

 "Mungil....aku belum menikah hingga saat ini. Pernikahanku dan shiori telah kubatalkan. Aku mencintaimu dan aku tau bahwa kau pun mencintaiku kan! Percaya padaku sayang!"


 Tanpa berkata apa-apa, aku memeluknya dengan erat, aku tau pernyataannya benar...
 Dia membalas pelukanku dan mengecup bibirku...


 Ohhh....rasanya seperti mimpi, aku kembali ke dalam pelukan belahan jiwa yang selama ini terpisah...
 Belahan jiwaku....belahan jiwakuuu.....sambil menangis aku jatuh dalam pelukannya...


 Langit begitu indah, menyambutku dan hari-hari baruku bersamanya...
 Belahan Jiwaku....


*****the end*****