April 27, 2011

Sakura di Taman Ueno -part 1-



aku menunggumu disini....
menunggu tatapan diammu disini...
dua kali musim panas tlah berlalu...
namun aku tidak pernah menemukanmu...
sakura menutupi sebahagian kolam...
seperti hatiku yang tlah tertutup...
masa indah itu telah berlalu lama...
lama....lama sekali....
di taman ini, pernah ada tertanam kenangan...
saat-saat bersamamu dalam diam....
tak ada kata yang terucap....
hanya saling pandang dengan tatapan pilu...
itulah saat terakhir aku melihatmu...
memetik sakuramu untuk kau sematkan di hatiku...
sudahlah....
biarlah....
untuk penggemar setiaku...
walau terlambat aku harus mengatakannya...
selamat tinggal sakuraku...
semoga engkau berbahagia bersamanya...
aku.....aku....baik-baik saja....

*****

Sebelum ini memang pernah ada kisahku bersamanya. Berawal dari kebencian, perasaan ku tumbuh seiring berjalannya waktu. Mungkin benar pepatah mengatakan 'jangan pernah membenci sesuatu terlalu dalam' dan begitupun 'mencintai sesuatu terlalu dalam'.
Hubunganku akhirnya kandas karena mungkin memang tidak ada jalan yang bisa kami lalui bersama. Walaupun aku dan dia yakin akan perasaan yang kami rasakan masing-masing. Namun tali itu tetap tak bisa terjulur memanjang hingga ke pelaminan.
Sudahlah aku mengikhlaskan semuanya....


Empat tahun sudah! Saat ini usiaku sudah memasuki seperempat abad. Dan sampai saat ini belum ada pria lain setelah kandasnya hubungan kami. Entah mengapa semuanya terasa hambar. Aku tak tau apa yang dia rasakan, aku hanya berharap dia bahagia. Bahagia dengan keputusan yang diambilnya untuk menyelamatkan Daito dan menyenangkan ayahnya.


*****
Hari-hariku kulalui seperti biasa. Masih seperti dulu, Koji dan para sahabatku selalu mendukungku. Walau mereka sudah ada yang menikah bahkan memiliki putra dan putri. Aku bahagia dengan semua itu.
Namun yang membuatku sedih adalah aku harus bertemu dengan Dia, yang sekarang keadaannya sudah berbeda. Aku sering berpapasan dengan pak Masumi dan Shiori, juga buah hati mereka yang baru berusia 3 tahun. Namanya Takumi, dia anak yang sangat tampan dan ceria. Dia sering berlari ke studio hanya untuk melihat kami latihan.


"Hai...Takumi, apa kau ingin masuk" tanyaku pada Takumi tatkala dia mengintip di pintu masuk dan menghalangi jalanku.


Dia hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu aku tuntun dia untuk duduk di sebuah kursi. Dia pun sangat senang menonton kami, terkadang dia tertawa karena melihat pak Kuronuma marah-marah pada pemain. Hingga siang hari, seorang pengasuhnya menjemput untuk makan siang. Namun hari itu pak Masumi sendiri yang menjemput Takumi. 


"Ah anda rupanya, mari masuk pak Masumi" ajak pak Kuronuma sambil sedikit membungkuk.
"Trimakasih pak Kuronuma...saya hanya ingin menjemput Takumi. Maaf bila selama ini dia mengganggu latihan anda" ucapnya datar.


"Tidak pak...anak anda sangat sopan dan sepertinya dia sangat menikmati latihan kami" pak Kuronuma berusaha menyenangkan hati pak Masumi.


Sementara mereka mengobrol, aku dan Koji beranjak akan makan siang keluar. Rasanya aku tidak bisa terus berada satu ruangan dengannya. Dan Koji juga tau itu, hingga dia mengajakku segera mungkin.


"Hm pak...kami akan makan siang dulu di luar" ijin Koji sambil memberi hormat pada Masumi dan segera menarik tanganku mengikutinya.


Sekilas aku menatapnya dan membungkuk sambil mengikuti Koji.
Namun ketika hendak keluar, tiba-tiba tangan kiriku ditarik oleh Takumi. Dia menahanku, membuat aku dan Koji berhenti melangkah.


"Bolehkah aku ikut denganmu? Aku dan papa juga belum makan siang koq!" pintanya memaksa.


Akhirnya pak Kuronuma mengusulkan kalau kami akan makan bersama di restauran dekat Daito.


"Maaf telah merepotkan" ucap pak Masumi disaat makan tlah usai.


"Tidak pak Masumi...kami senang bisa makan bareng anda. Yaa sudah cukup lama tidak seperti ini" ujar pak Kuronuma dengan maksud apa aku tak tau.


Setelah itu kamipun kembali ke studio, begitupun pak Masumi kembali ke ruangan sambil menuntun Takami. Tidak ada kata yang terucap, begitulah setiap ada pertemuan dengan nya. Baik aku dan pak Masumi hanya saling pandang. Sehingga membuat orang di sekeliling menjadi dingin dan kaku.


"Akhirnya selesai juga latihan hari ini! Maya...aku akan mengantarmu" pinta Koji sembari merapikan tasnya.


"Maaf Koji...aku ingin pulang sendiri. Saat ini aku ingin menyendiri" jawabku dingin. Dan itu membuatnya terdiam dan segera keluar studio setelah meminta ijin pada Pak Kuronuma.


Di studio hanya tinggal aku dan pak Kuronuma...


"Maaf...bila aku mengganggu" sapa suara pria dari pintu masuk dan membuat kami langsung melihatnya.


"Oh ternyata anda pak Masumi, tidak...kami telah selesai latihan dan Maya juga sudah akan pulang" ujar pak Kuronuma sambil melihat ke arahku.


"Syukurlah...ada yang ingin kubicarakan dengan Maya" ucapnya pelan.


"Hmm baiklah kalau begitu aku duluan saja" kata pak Kuronuma dengan membungkuk dan berlalu meninggalkan kami berdua di ruangan besar itu.


Suasana terasa tambah sunyi. Seolah suara detak jarum jam di dinding dan lenganku begitu kencang. Dia hanya duduk di sampingku tanpa kata. 


Pak Masumi...kenapa anda menemuiku? Ku mohon Tuhan tenangkan hati ini. Jangan biarkan ini terjadi. Yakinkan hati ini bila dia saat ini bukan milikku lagi. Tuhan...


"Hhmm...Maya maaf membuatmu terkejut dengan kedatanganku" kata pak Masumi agak sedikit gugup.


"Tidak...pak Masumi, aku baik-baik saja" jawabku pelan.


"Apa kau mau menemaniku sebentar?" tanyanya sambil berdiri dan keluar studio.


Aku pun mengikutinya tanpa menjawab ajakannya. Kami berjalan di trotoar sepanjang pantai Tokyo. Begitu panjang jalan yang kami lalui. Sepanjang itu pula kebisuan malam ini. Hingga tiba di depan taman. Aku langsung duduk di sebuah ayunan dan dia mengikutiku. Tepat duduk di ayunan sebelahku. Malam semakin larut, semakin gelap dan semakin dingin. Dia memakaikan jas besarnya di badanku. Terasa hangat...
Ternyata dia masih seperti yang dulu. Namun kenapa dia membiarkanku dalam kebisuan malam ini. Mungkin dia ada masalah atau apalah. Aku tak ingin menanyakan apapun. Biarlah kebisuan ini membuat hati kami berdua tenang.


Hingga pernyataan itu dia ucapkan, memecah ruang sunyi antara kami berdua.


"Maya...bagaimana kabarmu saat ini?" tanya-nya dingin.


"Saya baik seperti yang anda lihat pak" jawabku pelan.


"Apakah ada yang ingin kau katakan padaku? Maaf bila pertanyaanku membuatmu bingung" sambungnya lagi.



"Tidak...semuanya sudah jelas dan saya sudah terbiasa dengan situasi seperti ini" ucapku sambil berdiri hendak pamit.


Aku merasa sudah cukup penantian ini. Maafkan aku pak Masumi... 



"Tunggu! Apa kau selama ini masih menungguku?" tanyanya dan membuatku bingung harus menjawab apa.


"Tidak pak Masumi.....permisi" ucapku sambil berlari sejauh mungkin dan segera masuk ke apartemen.


Kupegang dadaku sembari bergumam; mengapa dia menanyakan itu? Setelah sekian lama keadaan ini, membuatku merasa melayang dengan pertanyaan itu. Mungkinkah...mungkinkah dia tidak bahagia? Atau dia masih memikirkanku?








***continue to -Sakura di Taman Ueno -part 2-***












1 komentar:

  1. eh yg ini ada ceritanya jg toh kirain cm sajak/puisi aja, senangnya makasih ya sista, imajinasinya tak terbatas deh semangat dan lanjuuutkaaannnnnnn... ^0^

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...