April 24, 2011

Kekuatan Cinta (the end)


Hari ini ada pesta dansa untuk menyambut suksesnya pementasan terbaru kami... Aku dan teman-teman sibuk keliling toko untuk mencari gaun yang sesuai dan pantas dikenakan di pesta itu. Setelah dua jam lebih berkeliling, akhirnya kami menemukannya dan segera pulang untuk bersiap-siap...


Saat itu hubunganku dan pak Masumi masih kabur, aku masih ragu akan cintanya, sehingga terkadang muncul rasa kangenku pada Satomi. Tapi aku tak tau apa yang dia rasakan padaku saat itu, aku berharap di pesta nanti semua berjalan baik-baik saja...


"Maya, kau tampak gugup?" tanya Rei, mengejutkan rasa takutku


"Ah...Rei, apa aku tampak seperti itu? Aku memang sedikit takut 


Rei, aku takut bertemu dengan...." belum aku lanjutkan, tiba-tiba 


aku melihat dia muncul dari pintu samping sambil tersenyum 


padaku..


Aku tau wajahku pasti merah merona karena kehadirannya dan mata kami yang saling beradu secara tak sengaja. Huuuhh......aku bingung harus bagaimana? Sampai Rei menepuk pundakku dan berkata:


"Maya....ayo kita cari tempat yang pas untuk menikmati hidangan itu"


"Ah...iya Rei" balasku tanpa mengerti maksud ucapan Rei.
     
Selang beberapa waktu, tibalah saatnya untuk acara dansapun dimulai, aku dan Rei berusaha berdiri di tepi dekat pintu keluar, entah apa yang ada di pikiran ku hingga jantungku berdetak kencang. Ternyata sedari tadi Rei melihat Pak Masumi telah berada tepat di belakang kami berdiri...


"Hallo mungil....lama tak jumpa, bagaimana kabarmu?"


Sebelum aku menjawabnya, aku tau dia terus menatapku, tanpa berkedip. Apa maunya? Di satu sisi aku begitu benci padanya, namun di sisi lain aku memang mengharapkan pertemuan ini.


"Hei...maya! Pak Masumi bertanya padamu tuh!" Ah Rei menyenggol lenganku..


"Ooiya pak, aku baik-baik saja, begitu pula pementasan kami" ucap Maya kikuk.


Aduuhhh....kacau, kenapa aku tampak gugup di depannya, apa yang aku rasakan tidak seperti biasanya. Dalam keadaan itu, pak Masumi mendekatiku sambil menjulurkan tangan dengan sedikit membungkuk sambil bertanya:


"Maukah engkau berdansa denganku, Mungil?"


Namun sebelum aku sempat mengiyakan ajakannya, tangan nya tlah menarikku menuju area tengah tempat berdansa, aku tidak tau lagi bagaimana pandangan orang sekeliling yang ada disana. Yang aku tau pastilah wajah ini merona merah menahan kaget dan rasa bahagia...
Oh...Tuhan, apa yang terjadi padaku, perasaan ini terulang kembali, mengapa? mengapa?


"Pak Masumi, apa engkau sedang mabuk? Ini akan menjadi bahan berita yang membuat koran besok gempar bukan? tiba-tiba mulutku bertanya yang seharusnya tidak perlu kutanyakan.


"Kau takut mungil? Takut akan image-mu atau takut kalau ada seseorang yang akan marah melihat kita berdansa?" tanyanya kembali tanpa menghiraukan pertanyaanku tadi.


"Aku rasa ini sudah cukup pak, karena aku merasa lelah" pintaku untuk menghentikan gerak dansa kami yang sedari tadi dipandangi setiap pasang mata di ruangan besar itu.


"Maaf Maya bila aku membuatmu lelah" jawabnya sambil membungkukkan badan dan mempersilahkan aku meninggalkan area dansa.


Akupun berusaha menyembunyikan mukaku yang merona, aku keluar menuju balkon, menghirup udara dan memandangi bintang. Ada perasaan bahagia, ada apa denganku? Aku sangat membencinya dulu? Mengapa sejak kejadian waktu itu perasaan ini berbeda? Aku juga merasakan dia mulai bersahabat denganku, mulai sabar menghadapi perilaku burukku padanya....
Mungkinkah? Mmmm...mungkinkah pak Masumi merasakan hal yang sama denganku? Tapi tiba-tiba bayangan Shiori sang tunangannya muncul dlm benakku! Oh..tidak! Apa yang kupikirkan itu tidak benar dan tidak mungkin sama sekali....hiks..
Tak terasa air mataku membasahi pipiku, aku harus pulang, sebelum mataku tak terkendali....hiks..
Aku pun segera membalikkan tubuhku, namun.....


Buuggs.............Aku menabrak seseorang, yang tak lain adalah Pak Masumi Hayami...


"Ada apa Mungil? Apa kau sakit? Kenapa kau menangis seperti ini?" tanyanya kaget melihat mataku berurai air mata.


"Ah anda pak Masumi, aku hanya ingin segera pulang karena kelelahan"


"Permisi tuan" aku pun berlari meninggalkannya dan berusaha sejauh mungkin dari tempat itu.


"Maya...maya tunggu" dia berusaha mengejarku sepanjang lorong menuju pintu keluar.


Hingga aku keluar gedung, dia masih mengejarku..


Kenapa dia mengejarku, untuk apa? Penjelasan apa yang ingin dia dengar? Atau dia ingin melihat aku menangis dan mengatakan perasaan yang kurasakan akhir-akhir ini? Atau dia ingin menertawakanku atas perasaan ku yang bodoh dan tak masuk akal ini? Kenapa?


Akhirnya dia dapat menarik tanganku, dan beberapa saat aku telah berada dalam dekapannya yang hangat.
Yaa....dia menarik lalu memelukku erat, dan semakin erat, tanpa memperdulikan mobil-mobil yang melambatkan kecepatannya saat menyaksikan adegan itu...


"Mungil...mungil...ada apa? Aku sangat khawatir melihatmu seperti ini. Ku mohon katakan ada apa? Aku akan mengantarmu pulang" sambungnya sambil melepaskan pelukannya dan membawaku masuk ke dalam mobil mewahnya..


Sepanjang jalan, dia memandangku tanpa melihat ke arah lain, hingga membuatku risih sendiri. Kuberanikan berbicara padanya, agar bisa melepaskan kegalauanku.


"Pak Masumi....aa..aku merasakan ada sesuatu yang menggangguku akhir-akhir iii..ini. Aku tak mengerti apa pak? Namun ada rasa sesak, bahagia, kesal dan berdebar-debar bila....bila..."


Entah mengapa aku berhenti melanjutkan kata-kataku td, aduuuh....hampir saja aku mengatakan perasaanku padanya. Hampiiir saja.....


"Mungil.....bila apa? Kenapa kau tidak melanjutkannya? Apa aku membuatmu gugup?"
 Tanyanya sambil menjatuhkan lengannya di bahuku, daan.....


Dia menciumku.....yaa dia menjatuhkan bibirnya di bibirku...
Wajahku merah seketika, tapi entah mengapa aku membiarkan itu, membiarkan beberapa kali dia melumat bibirku, merengkuhku dalam pelukan dan merasakan detak jantung kami yang sama berdetak kencang..........kencang sekali...........


"Paak...pak Masumi.....aaappaa yang anda lakukan?" tanyaku terengah-engah, tapi dia hanya memandangku dalam-dalam, sebelum akhirnya dia mengatakan hal yang paling penting dalam hubungan kami selanjutnya...


"Maya....aakku hanya ingin jujur padamu, sebenarnya aku.....tidak ingin menyakitimu, aku akan menunggu sampai kau mampu mencerna semuanya. Dan aku akan menantimu dewasa......percayalah!"


Apa maksudnya? Aku tak mengerti. Kenapa dia akan menungguku? Apa yang ditunggu Pak Masumi dariku?
Kenapa tidak kau lanjutkan pernyataanmu tadi? Aaapaa dan kenapa? jeritku dalam hati..


*****


Dua hari setelah kejadian itu, Maya dan Rei berencana pergi berjalan-jalan di Roppongi Mall. Rei merasa semakin lama Maya semakin aneh, sering melamun dan bicara sendiri. Yang pasti dia tidak sedang menghapalkan skrip latihan.


Merekapun berjalan masuk sambil memandangi etalase-etalase yang dihias sedemikian menarik. Mata rasanya tak berkedip karena semua produk yang ditawarkan sangat istimewa dan tentunya dengan harga yang istimewa juga. (sepertinya mall ini emang Plaza Senayan-nya deh)


"Maya..." ucap Rei tiba-tiba mengejutkanku.


"Hmm..." jawabku iseng karena akupun sedang terkesima pada sebuah etalase.


"Reei...indah sekali bed cover itu" gumamku sambil menunjuk sebuah etalase yang memajang bed cover dengan motif 'Mawar Ungu'.


"Iya..ya, ayo cepat Maya...kita lihat yang lain lagi" ujar Rei sambil menarik tanganku.


Lumayan juga untuk cuci mata hari ini. Tak terasa malampun akan tiba. Kami pun keluar dan menyusuri jalanan kota Tokyo.
Tiba-tiba Rei berhenti dan kami pun bersandar pada besi trotoar sambil memandangi lampu-lampu kota yang mulai terang berwarna warni.


"Maya...apa kau masih memikirkan pak Masumi?" tanya Rei membuatku bingung.


"Mengapa kau tanyakan itu Rei? Apa ada yang salah?" tanyaku kembali.


"Maya...kau tau kan siapa dia?! Atau kau sudah lupa?" Rei bertanya dengan pandangan tajam padaku.


"Rei...sebenarnya akupun tak tau apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini!" tegasku padanya.


"Yang aku rasakan ada rasa bahagia dan deg-deg kan bila bertemu dengannya. Mungkin itu perasaanku saja. Tapii...." mulutku terhenti karena takut mengingat peristiwa malam itu.


"Maya...apa kau belum menceritakan sesuatu padaku? Oh iya aku baru ingat, pada malam pesta dansa...kau pulang bersamanya kan?" tanya Rei yang membuatku terdiam.


"MAYA....jawab aku! Dia kan..?" tanya Rei kembali.


"Itu...malam itu memang dia mengantarku tapi Rei..." ujarku berusaha menjelaskan namun ragu...hingga akhirnya aku jelaskan semuanya pada Rei.


"HAAAAH.....MAYA!" ucap Rei keras sambil memutarkan badannya.


"Rei....aku mohon jangan sampai ada yang tau tentang itu. Karena aku sendiri belum yakin dengan perasaan dia padaku!" kataku sambil memeluk nya.


"Tidak...bukan itu yang kutakutkan Maya. Kau tau posisimu dan posisinya kan? Aku rasa hubungan kalian akan sulit bila dinyatakan" tegas Rei lagi.


Aku dan Rei kembali menyusuri trotoar kembali. Kami terdiam dan begitu sampai tiba di depan apartemen.


"Maya...apa kau akan terus maju atau membiarkan saja perasaanmu dan pak Masumi? Aku berharap kau mau memikirkannya sekali lagi!" ucap Rei dan berlalu masuk ke kamarnya.


Malam itu terasa panjang, aku berusaha memikirkan kata-kata Rei. Apa salah bila perasaan aku dan pak Masumi sama? Apa yang membuat dia tidak menyetujuinya? Pikirku berulang-ulang hingga aku tertidur pulas.


*****



Pagi itu Maya terbangun. Ia merasa pipinya masih memerah karena semalaman mengkhayalkan lelaki yang dia benci dulu. Tapi perkataan Rei membuatnya sadar. Dan Maya berjanji tidak akan membiarkan perasaannya semakin dalam.


Yah...aku harus bisa menghapus bayangannya, masih belum terlambat tentunya. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi nantinya. Hhmmm...


Maya pun bergegas latihan di studio. Karena terlambat dia terburu-buru. Berlari dan berlari sekencangnya menyusuri jalanan menuju studio. Maya tak menyadari ada sebuah mobil yang membuntutinya dari apartemen tadi.


Tiba-tiba mobil itu melajukan kecepatannya dan menghalangi jalan Maya ketika hendak menyebrang.


Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttt....


Maya kaget setengah mati...
Seseorang keluar dari mobil itu dan Maya sangat mengenal sosok pria itu. Sejenak dia senang karena bisa bertemu dengan pak Masumi. Namun cepat-cepat dia membuang rasa yang kini mulai membuat pipinya merona.
Maya pun segera melangkah, namun lengan pam Masumi menahannya.


"Mungill...mengapa kau menghindariku?" tanya nya kesal.


"Aku sedang ada urusan, dan itu terserah saya pak Masumi" kata Maya ketus.


Pak Masumi sebenarnya tidak heran dengan sikap dingin Maya padanya. Itu adalah hal yang sudah sering dia terima dari gadis itu. Namun dia teringat malam itu, dia merasa saat itu Maya mulai bersikap baik padanya.


Ada apa lagi dengan gadis ini? Membuatku kesal saja...


"Aku sudah tau semua urusanmu, hari ini kau akan latihan seperti biasa kan?" tanya Masumi menggoda Maya.


"Maafkan saya pak Masumi, saya tidak ingin anda mengganggu lagi" ujar Maya dengan wajah sebal.


"Apa kau bilang? Bukannya kau yang selalu menggangguku?" kata Masumi mulai membentak.


Maya tak menghiraukan pertanyaan Masumi, dia pun sekuat tenaga melepaskan tangannya dari lelaki itu. Maya berlari secepat mungkin menjauh dari lelaki itu. Dia tak ingin Masumi mengetahui tentang perasaan sebenarnya.


Aku tidak boleh lebih dekat lagi dengannya. Apa kata orang nanti? Lagipula dia sudah bertunangan, tapi kenapa dia masih saja menggangguku. Apakah perasaan itu benar? Apakah perkataan nya waktu itu serius padaku....



Sesampainya di Studio, Koji telah menunggunya untuk sarapan. Mereka pun sarapan bersama di sebuah tempat. Tiba-tiba Mizuki datang dan meminta Maya untuk menemuinya sehabis sarapan.


*Di Kantor Masumi*


Masumi termenung mengingat peristiwa sebelum ke kantor tadi. Dia merasa Maya mulai mengerti perasaannya. Masumi ingin tau perasaan Maya, tapi mengapa gadis itu menghindarinya.


Bagaimana caranya aku memberitahukan maksudku? Lalu bagaimana dengan Shiori? Apakah aku harus mundur dan membatalkan semuanya?


Masumi sangat ingin bisa menikmati hari-harinya bersama gadis itu. Namun dia tak bisa seenaknya mengambil keputusan. Karena dia baru saja bertunangan dengan Shiori. Apa yang harus dia katakan pada ayahnya...


Tiba-tiba Mizuki datang dan mengatakan bahwa nona Shiori datang. Masumi menyuruhnya masuk. Namun Mizuki mengingatkan bahwa dia tadi sudah menyuruh Maya datang juga.


"Apa? Mizuki bagaimana ini? Apa kau ingin membuatku mati?" bentak Masumi.


"Tenanglah pak Masumi...saya akan menahan Maya terlebih dulu. Oleh karena itu silahkan anda berkencan dengan Shiori dulu" kata Mizuki menggoda bos-nya.


"KAU..." ucap Masumi, tapi terhenti oleh Shiori yang masuk ke ruangannya.


Mizuki pun pamit...


"Shiori...ada apa kau kesini?" tanya Masumi tersenyum pada Shiori.


"Masumi...apa aku tidak boleh menemui tunanganku?" kata Shiori dengan raut sedikit kecewa.


"Maafkan aku Shiori, aku hanya tidak ingin membuatmu menunggu" kata Masumi merasa bersalah.


"Kalau begitu bagaimana jika kita keluar sebentar untuk jalan-jalan?" ajak Masumi.


*****
Maya dan Koji telah selesai sarapan. Maya pun mengatakan agar Koji duluan saja ke Studio.Karena dia akan menemui Mizuki. Koji tau akan hal itu, ia pun berlalu ke Studio. Maya setengah berlari menuju Daito. Namun ketika hendak masuk gedung, dia melihat pak Masumi dan Shiori baru saja keluar dari lift. Maya pun langsung sembunyi di balik sebuah tembok.


Dia melihat Masumi menggandeng Shiori. Wajah Shiori merona karenanya. Dan tampak gadis cantik itu bahagia sekali.


Pak Masumi...apakah anda juga sesenang gadis di sebelah anda? Huuh...aku sebal seperti orang ketakutan begini. Ini bukan aku yang biasanya. Aku harus melawan rasa itu...


Pikir Maya dan diapun keluar dari tempatnya sembunyi. Sehingga akhirnya mereka berpapasan. Maya bersikap seperti biasa, acuh tak acuh pada pak Masumi.


Shiori tersenyum dan menyapanya hangat. Berbanding terbalik dengan Masumi yang tampak kikuk dan bingung. Masumi berusaha mengajak Shiori untuk segera naik mobil. Namun Shiori malah mengajak Maya ngobrol. Tapi karena Masumi tampak resah, akhirnya Shiori pamit pada Maya.
Dan mereka pun berlalu dari hadapan Maya.


Maya berjalan lesu menemui Mizuki. Padahal tadi dia sudah berusaha bersikap seperti biasa. Yaa...bersikap seolah membenci pria itu. Sambil berjalan dia melamun kembali.


Bagaimana mungkin dia memikirkanku? Sementara ada wanita cantik di sisinya, aku naif sekali yah! Tapi waktu itu...waktu itu...


Mayapun kembali terngiang saat malam seusai pesta dansa. Dia tersenyum tersenyum sendiri. Mizuki memperhatikannya heran.


"Hai Maya, kenapa lama sekali?" tanya Mizuki sambil menggandeng tangan Maya dan membawanya ke sebuah ruangan.


*****
Sementara itu Masumi dan Shiori sampai di sebuah restauran. Shiori menggandeng tangan Masumi mesra. Hampir seluruh pengunjung menoleh ke arah mereka. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Mungkin mereka melihat keserasian untuk Masumi dan Shiori. Yang pria sangat tampan dan yang wanita, cantik juga anggun.


Masumi sedikit risih dengan tatapan mereka. Dia buru-buru mengajak Shiori mencari tempat duduk.


"Shiori...setelah selesai, kau sebaiknya kembali ke rumahmu. Karena aku tidak bisa lama-lama menemanimu" kata Masumi resah.


"Iya...Masumi, aku mengerti akan pekerjaanmu" ucap Shiori lembut.


Namun tiba-tiba Shiori mengatakan sesuatu yang membuat Masumi kaget, takut dan sekaligus bahagia.

"Masumi...ada hal yang ingin aku bicarakan" kata Shiori pelan.


"Apa itu Shiori, kau tampak lesu saat ini" ujar Masumi.


"Masumi...sebelum perkenalan kita, aku sangat benci dengan perjodohan" ucap Shiori sedih.


"Apa maksudmu Shiori? Mengapa kau berkata demikian?" tanya Masumi bingung.


"Masumi...ini masih belum terlambat untuk kita ke depannya" kata Shiori lugas.


"Sudahlah...Shio..." ucap Masumi terputus karena Shiori memotong perkataannya.


"Masumi...sebenarnya aku tau sejak awal, bahwa ada gadis lain di hatimu" kata Shiori pelan.


"Apa? Shiori...kau" tanya Masumi kikuk.


"Iya Masumi, aku selalu memperhatikanmu bila bertemu gadis itu. Kau tak pernah menatapku seperti itu. Bila seperti itu kau tampak orang lain bagiku" ucap Shiori lirih terisak.


"Shiori...sebenarnya itu...aku..." ucap Masumi gagap.


"Masumi....kau mencintainya sejak lama. Sebelum aku mengenalmu" kata Shiori.


Masumi tampak bingung dengan semua yang keluar dari mulut Shiori. Dia tak pernah menduganya.


"Shiori...aku tidak pernah merencanakan semua yang kurasakan ini" ujar Masumi serius.


Dia menatap Shiori yang terisak, namun berusaha tegar dan tersenyum di depan Masumi.


"Masumi...gadis itu pun sama denganmu. Aku lihat dari tatapannya tadi, dia cemburu karena kita bersama" kata Shiori lagi.


"Shiori...sampai sebegitukah kau memperhatikannya?" tanya Masumi.


"Ya Masumi, aku mencintaimu. Aku ingin melihatmu bahagia, walau aku tau bahagiamu adalah bersamanya, disisinya..." ujar Shiori menangis.


"Shiori...maafkan aku" kata Masumi merasa bersalah.


"Tidak perlu Masumi, kau tidak perlu meminta maaf. Semuanya adalah kehendak ayah dan kakekku. Biar aku yang urus semua pembatalan pertunangan kita" kata Shiori, berusaha tabah.


"Shiori..." ucap Masumi terharu.


"Masumi...kejarlah kebahagiaanmu, aku berusaha mengerti semua yang terjadi. Dan aku merasa sanggup menjalaninya. Walau butuh waktu yang lama" ucap Shiori sedih.


Masumi mendekati dan memeluk Shiori. Shiori kaget, diapun membalas pelukan Masumi. Masumi terharu dengan pengertian tunangannya itu. Sedang Shiori berusaha tegar karena akan melepaskan lelaki yang sangat dicintainya.


"Masumi...mungkin aku bisa melupakan dirimu, namun hatiku tak akan pernah bisa melupankannya" kata Shiori lagi.


"Shiori...maafkan aku dan trimakasih atas pengertianmu" ucap Masumi lembut.

Shiori menatap Masumi dengan pilu. Masumipun balas menatapnya. 

Masumi...selamat tinggal, aku yakin bisa berjalan tanpamu. Tapi aku yakin bahwa kau tak akan bisa hidup tanpa gadis mungil itu... Masumi...kenanglah aku sebagai seorang wanita yang pernah menjadi tunanganmu dan baik hati... Itu saja sudah cukup...


*****


Mereka masuk ke mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Masumi mengantar Shiori pulang dan kembali ke kantornya.


Sambil menyetir, Masumi teringat ucapan Shiori. Dia merasa iba pada Shiori. Namun dia senang akhirnya dia bisa menyatakan hal yang sebenarnya pada gadis itu. Ada perasaan lega dalam bathinnya.


Trimakasih Shiori...trimakasih...trimakasih Shiori...


Masumi segera masuk ke ruangannya, dan ternyata kosong. Dia terlihat kesal sambil terengah-engah. Dia merasa sudah terlalu lama meninggalkan Mizuki bersama Maya.


Mizuki...kemana kau bawa gadis itu? Payah sekali sekretaris satu ini...


Masumi menunggu sambil beberapa kali menghubungi handphone Mizuki, namun tidak diangkat-angkat. Raut kesal semakin tampak dari wajahnya. Dia mengepalkan tangannya. Keterlaluan!!! pikirnya.


Tiba-tiba handphonenya berbunyi, tentu saja membuat Masumi gugup. Itu dari Mizuki, yang memintanya untuk datang ke suatu tempat. Bergegas Masumi menuju tempat itu tanpa pikir lagi.


Bagaimana ini? Kenapa aku berdebar seperti ini, itu selalu dan selalu bila mengenai kau Maya...
Apa yang akan dikatakannya? Padahal tadi dia melihatku pergi bersama Shiori. Bagaimana ini....


*****
Maya menjadi bertanya, karena melihat Mizuki yang mondar-mandir. 


"Mizuki...ada apa? Kau bilang akan mengatakan sesuatu padaku, tapi hingga sekarang kau tak berkata apapun" tanya Maya ingin tau.


"Maya...maafkan aku, sebentar lagi aku akan mengatakannya padamu" katanya sedikit gugup.


Pak Masumi...bagaimana ini? Bagaimana aku menjelaskan padanya bahwa anda ingin bertemu dengannya. Apa aku salah, aku hanya melihat lampu merah antara kalian mulai redup...
Semoga perkiraanku benar, karena aku mengorbankan perasaan tunangan anda...pak Masumi...


Akhirnya Masumi sampai dan langsung menuju ke sebuah gazebo kecil di restauran itu. Maya tampak kaget dengan kehadiran Masumi. Dia membelalakkan matanya dan berdiri hendak pergi.
Mizuki berusaha membujuknya. Sedang Masumi hanya berdiri diam tak berkutik. Dia tampak gugup lagi.


"Maya, tenanglah, aku tadi ingin mengatakan bahwa pak Masumi ingin bertemu dan ngobrol denganmu" kata Mizuki penuh harap.


Maya hanya diam, Mizuki menyuruhnya duduk kembali. Pak Masumi pun akhirnya duduk berhadapan dengan Maya. Perlahan Mizuki meninggalkan mereka.


Mereka masih sama-sama diam dan menunduk. Sesekali Masumi mencuri pandang gadis itu. Begitupun Maya, dia tampak merona. Akhirnya Masumi menyuruh Maya memesan minuman dan makanan untuk mereka makan siang ini.


"Mungiil...apa kau tidak ingin memesan apapun?" tanya Masumi sedikit menggoda Maya.


"Aku tidak ingin kau sakit dan menyalahkanku nanti" ucapnya lagi
Maya mulai terpancing marah karena sikap Masumi yang mengacuhkannya tadi pagi.


"Aku tidak lapar karena melihatmu, jadi lebih baik aku pulang saja" kata Maya kesal.


Namun Masumi menahannya dengan memegang tangan Maya. Maya akhirnya mengalah. Masumi tau bahwa gadis itu sedang marah padanya.


"Mungiil apa kau marah padaku?" tanya Masumi kemudian.


Maya jadi bingung harus jawab apa? Dia sadari dia bukan siapa-siapa pak Masumi. Dia hanya mulai sering memikirkannya saja. Walau dia tau bahwa itu tak mungkin.


"Aa..aku tidak marah! Lagipula mengapa aku harus marah pada anda? " ucap Maya mengelak.


Selang beberapa lama mereka sudah seperti biasa, Masumi menggoda Maya. Sambil menikmati makanan, mereka terus saja mengomel untuk mengerjai masing-masing. Hingga akhirnya makanpun selesai. Mereka keluar dari restauran itu dan pergi ke suatu taman. 


Entah mengapa Maya pun hanya menuruti permintaan Masumi. Hingga malam tiba, mereka masih bercanda. Tertawa dan saling mengejek itulah yang terjadi.


Baik Masumi maupun Maya tampak menikmati malam itu, mereka sudah mulai berbicara layaknya orang dewasa. Maya berusaha menghapus rasa suka nya pada pak Masumi. Tapi Masumi malah menunjukkan kalau dia tidak main-main dengan perasaannya.


"Maya...aku ingin kau percaya padaku, slama ini aku tidak pernah punya niat untuk membuatmu menderita" ucap Masumi lembut.

Pipi Maya mulai merona, Maya berusaha mengalihkan pembicaraan dengan bintang-bintang yang menyinari mereka malam itu. Melihat itu Masumi jadi geregetan, diapun menarik lengan Maya.

"Maya...bagaimana dengan perasaanmu padaku?" tanya Masumi, membuat Maya kaget.


"Anda....untuk apa anda bertanya itu?" kata Maya mengalihkan.


Masumi menatap Maya dalam. Mengangkat dagu Maya agar tetap menatap matanya. Beberapa saat mereka hanya salin menatap.


"Mungilku...aku sangat menyukaimu" ucap Masumi lembut.


Maya hanya diam. Dia berusaha menenangkan diri. Maya berdebar-debar dengan pernyataan Masumi. Seluruh tubuhnya gemetar, rasanya ingin melayang. Senang, bahagia dan sedih campur aduk.


"Maya...jawablah" kata Masumi berharap.


"Pak Masumi...aku...aku tidak bisa menerima hatimu untukku, karena..." balas Maya sedih, karena dia tau Masumi bukan miliknya.


Tidak ada seorangpun yang tau akan keputusan yang diambil Shiori hari itu. Hanya Masumi...


"Karena Shiori? Sebenarnya kami telah membatalkan pertunangan kami hari ini" kata Masumi menjelaskan.


Maya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Masumi. Dia hanya terisak dan mengatakan Masumi seorang pembohong.


"Mengapa...anda mengatakan itu pak Masumi? Saya tidak percaya. Apa anda ingin mempermainkanku dan Shiori?" tanya Maya terisak.


Tiba-tiba...


"Masumi benar Maya" suara wanita memecah suasana.


"Shiori...kau" kata Masumi kaget.


Begitupun Maya kaget dan merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.


"Maya...aku dan Masumi telah membatalkan pertunangan kami. Dan itu adalah untuk kebaikan masing-masing" kata Shiori tersenyum.


Maya hanya diam tak berdaya. Dia merasa bersalah pada Shiori.
Dan Shiori tau akan perasaan Maya. Dia berusaha meyakinkan Maya.


"Maya...berikan hatimu pada lelaki ini. Dia tak akan bisa hidup tanpamu" ucap Shiori lirih.


Setelah kata-kata Shiori tadi, Maya mulai merasakan bahwa pak Masumi benar-benar mencintainya.
Shiori memandangi keduanya, diapun pergi meninggalkan Maya dan Masumi yang masih saling menatap dengan penuh harapan.
Shiori berjalan gontai dan kembali ke mobilnya sambil menangis haru. Namun dia tersenyum bisa melakukan ini...


Masumi memeluk erat Maya. Maya pun membalas pelukan lelaki yang dicintainya selama ini. Maya terlihat bahagia, begitupun Masumi. Tatapan mereka seperti dua insan yang telah lama terpisah.


Pak Masumi....


Mungil....

Masumi...Maya...aku tunggu undangan kalian...Selamat...


 *****the end*****




















9 komentar:

  1. Hallo salam kenal, ceritanya bagus loh ditunggu KELANJUTANNYA....^^

    BalasHapus
  2. huwaaaaaaaaaaaaa makasih yg ini dah apdet jg tak sabar kelanjutannya....XDD

    BalasHapus
  3. ih senangnya liat MM bersatu....aku juga mau kalo diundang...xixixi....makasih ya sista FF nya...salam kenal....ampe sekarang ga tau nama,,,taunya cuma white rose..yg lain update juga ya...salam...

    BalasHapus
  4. ah HE, suka dg sikap shiori yg berlapang dada melepaskan masumi, thanks apdeeetanya sista :)

    -fagustina-

    BalasHapus
  5. thanks jg udh mampir yaa, mudah2n bs menghibur..
    yg lain nanti nyusul. oiya panggil aja sy: Rose
    tq mb Indah

    BalasHapus
  6. tengkyu mb Tina, mudah2n shiori baik beneran..hehe

    BalasHapus
  7. semoga akhirnya maya dan masumi bisa bersama dan bahagia lagi hikss, hikss... gak rela masumi menderitaaa...

    BalasHapus
  8. senengnya kl mm HE,,,

    shiori jg udah lbh dewasa menghdpi cinta berlikunya masumi

    so nice

    BalasHapus
  9. ouh...senangnya....thanks sis...
    ambar

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...