Juli 29, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 2-







Pagi sungguh cerah, seperti biasa Maya bersiap untuk latihan teater.


Tiba-tiba...


Ting...tong...


Terdengar bel apartemennya berbunyi...


Cekkllleeek...


Maya membuka pintu...
Raut wajah gadis itu langsung berkerut menatap seseorang yang berdiri di depan pintu apartemennya...


"Anda...!?" sapa Maya heran mengapa pria itu berani datang ke apartemennya.


Pria tampan yang sekarang sedang menatapnya dalam, tentu saja Masumi Hayami yang selama ini selalu menggodanya usil.


Dan Maya tak mengerti mengapa Masumi sampai nyasar ke apartemennya dengan wajah tanpa dosa.


Tiba-tiba Masumi menjulurkan tangannya dan berkata:


"Apa kau sudah siap?" tanya Masumi santai.


Maya jadi bertambah bingung dengan ajakan dan uluran tangan Masumi.


Sudah siap apa?


"Maaf pak Masumi, mungkin anda salah orang" jawab Maya sambil mendorong pintu hendak menutupnya.


Dengan cepat tangan Masumi meraih jemari mungil Maya dan mengcengkramnya. Maya mencoba berontak....


Tapi apalah daya gadis mungil itu benar-benar tidak sekuat Masumi. Pria itu langsung menariknya untuk meninggalkan apartemennya.


"Heiii, apa-apain ini? Pak Masumi, apa anda sudah..." gerutu Maya kesal.


"Apa, aku sudah gila? Itu kan yang mau kau ucapkan, mungiil" celoteh Masumi menyambung ucapan Maya.


Maya sungguh tak menyangka sikap pria di sampingnya itu. Dan kini mereka duduk berdampingan di mobil mewah direktur muda tersebut.


Maya diam membisu...
Gadis mungil itu benar-benar kesal dan marah dengan sikap Masumi yang semena-mena membawanya pergi.


Dan Masumi menyadari itu...


Dengan tenang dan lembut, Masumi mencoba menenangkan gadis mungil yang dia cintai...


"Mungiill...kau marah? Maaf...bila aku bertindak seperti ini" aku Masumi sopan.


"Iya, aku benar-benar kesal pada anda, pak Masumi. Sekarang apa lagi yang akan anda lakukan padaku? Mau menculikku?!" omel Maya bertubi-tubi.


Mendengar Maya yang mengomel kesal, pria jangkung nan tampan itu jadi geli sendiri. Apalagi kalau bukan wajah mungil yang menggemaskan!


"Kau semakin lucu, Mungil" kata Masumi sambil menutup mulutnya ingin tertawa karena geli.


Maya mengernyitkan dahinya...


Ada apa dengannya? 


"Sekarang juga turunkan aku! Aku harus segera latihan. Dan pagi ini aku sudah ada janji akan pergi bersama dengan temanku" terang Maya polos.


Mendengar semua ucapan Maya, Masumi diam seketika. Wajahnya tiba-tiba menjadi kaku.


Entah apa yang ada di benaknya, namun yang pasti dia menebak dengan siapa Maya akan pergi bersama pagi itu.


Sepanjang jalan, Masumi menjadi seperti orang asing. Maya pun merasa gelisah dibuatnya. Dia benar-benar ingin keluar dari mobil tersebut.


Maya mencoba memberanikan mengapa Masumi langsung diam sejak perkataannya tadi.


"Pak Masumi, apa kau marah? Atau kau tiba-tiba sakit?" tanya Maya gugup.


Tapi pria itu masih saja bungkam sampai akhirnya dia menyuruh supir untuk memutar balik arah mobil itu.


"Kembali ke arah tadi!" perintahnya pada sang supir.


Maya menatap raut wajah Masumi yang dingin dan kaku.


Seketika bulu kuduknya berdiri melihat itu. Maya merasa pasti ada yang salah dengan ucapannya tadi. Dia pun terlihat murung dan tertunduk sedih.


Akhirnya mobil kembali ke apartemen Maya...


Dan tampak sebuah sepeda motor tengah diparkir di depan apartemen.


Seorang pria tampan sedang menunggu di jok motornya gelisah...


Mobilpun berhenti tepat di depan sepeda motor Koji. Pria itu langsung berdiri dan menghampiri mobil.


Masumi terpaksa turun untuk memberi salam. Sedangkan Maya tampak gugup dan kebingungan sendiri dengan perubahan sikap Masumi padanya tadi.


"Ah...Maya, kau kemana saja? Aku sudah menunggumu sedari tadi" sapa Koji ramah.


Masumi menatap keakraban keduanya. Bathinnya lirih sendiri...


"Pak Masumi, trimakasih sudah menemani Maya" ucap Koji sambil membungkuk hormat.


Masumi membalasnya dengan senyuman tipis dan langsung masuk ke mobilnya tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Maya dan Koji.


Mobil itu pun berlalu...


Koji memberikan helm untuk Maya pakai sebelum berangkat bersama. Namun ternyata gadis mungil itu masih memandangi mobil yang membawa Masumi pergi tadi.


Entah mengapa gadis mungil itu merasa iba dengan sikap Masumi. Dia merasa bersalah...


Tentu saja itu tak luput dari pengamatan Koji. Dia sangat hafal dengan raut wajah Maya yang gelisah karena memikirkan sesuatu.


"Maya, bisa kita berangkat sekarang?" tanyanya mengejutkan lamunan Maya.


"Ah...eh...iya, baiklah" jawab Maya masih bingung.


Sepeda motor itupun membawa keduanya ke tempat latihan, Gedung Daito...




*****


Masumi baru saja tiba di ruangannya. Dia langsung menghempaskan tubuh tegapnya di kursi kerja yang empuk itu. Wajahnya terlihat tak bersemangat seperti hari-hari kemarin. Ada yang mengganggunya...

Mungiill...kau menyukainya..
Aku bisa melihat itu dari matamu..
Dan...itu artinya..
Jalanku masih panjang..
Untuk mendapatkan perhatianmu..
Mungiil...

Masumi sekarang mengetahui perasaan Maya pada Koji. Selama ini dia hanya mengira itu gosip belaka. Kedekatan mereka sudah begitu santer dibicarakan oleh anggota teater lainnya. Begitu juga dengan saingan Maya dalam bidadari merah, Ayumi Himekawa, dikabarkan cemburu dengan kedekatan Maya dan Koji.

Para Bidadari Merah itu menyukai Koji...
Huuuuuhfftt...

Hari itu Masumi meminta Mizuki untuk mengulur waktu untuk segala jadwal direkturnya. Pria itu ingin beristirahat sejenak...

Sementara itu di tempat latihan...

Para anggota teater sedang sibuk-sibuknya berlatih. Karena sebentar lagi akhir pekan, maka mereka harus segera menyelesaikan dan menghafalkan dialog demi dialog.

Karena biasanya di akhir pekan, hampir semua anggota teater mempunyai acara sendiri-sendiri. Jadi kemungkinan kecil untuk berlatih. 

Maya terlihat serius menghafal beberapa dialog yang akan dia bawakan. Ayumi menghampirinya perlahan dan duduk di samping gadis mungil tersebut.

Maya menoleh ke arah Ayumi, sedikit kaget...

"Oh Ayumi, apa kau sudah menghafal semuanya?" tanya Maya membuka obrolannya dengan Ayumi.

Ayumi tersenyum ramah padanya sambil menganggukkan kepalanya...

"Waah...kau hebat sekali Ayumi" decak Maya kagum dengan kehebatan Ayumi.

Tiba-tiba Ayumi berbisik:

"Maya, aku mohon jauhi Koji!" bisik Ayumi tepat di telinga kiri Maya.

Mendengar itu Maya seperti disambar petir di siang bolong...

Gadis mungil itu diam tercengang...

Maya mencoba tenang dan bertanya...

"Apa itu artinya...kau...menyukai Sakura Koji?" tanya Maya gugup setengah berbisik.

Ayumi tak langsung menjawabnya. Gadis cantik itu menatap Maya tajam, seolah mengisyaratkan agar Maya mengerti ucapannya dan segera menjauhi Koji.

"Sekarang jawab aku dengan jujur, Maya...sainganku" ujar Ayumi kaku.

Maya menghela nafasnya ragu...

"Ayumiii..." desis Maya cemas.

"Apa kau menyukainya?" tanya Ayumi kemudian.

Maya baru saja hendak menjawab pertanyaan Ayumi...
Namun gadis itu keburu menjawabnya sendiri...

"Bila iya, maka lupakanlah dia...demi aku!" terang Ayumi lagi.

Maya tertunduk memikirkan perkataan Ayumi. Dia berusaha menahan kekesalannya sudah didikte oleh saingannya tersebut.

Kemudian Ayumi pun berlalu meninggalkan Maya yang masih kebingungan dalam kekesalannya.

Maya menatap Ayumi dari kejauhan...

Apa maksudnya?
Menjauhi Koji?
Dia pikir, dia siapa?
Berani memerintahku?
Huuuuhhh...

"Lihat saja, kau tak akan kubiarkan" gumam Maya kesal.

Wajah Maya terlihat dingin memandangi Ayumi yang sedang berusaha berbicara dengan Koji. Tangan gadis mungil itu mengepal geregetan cemburu pada Ayumi.

Tempat latihan menjadi begitu menyiksanya...

*****

Latihan pun usai, Maya berlari sejauh mungkin meninggalkan tempat latihannya dan bersembunyi di sebuah lorong.
Jantungnya berdegup kencang karena seharian cemburu pada Ayumi yang terus saja mendekati Koji, pria yang dia kagumi.

Di sebuah kursi panjang dari besi, gadis mungil itu mencoba duduk bersandar.

Tatapannya begitu kosong membayangkan keduanya...

Mengapa aku seperti ini?
Aku tidak suka keadaan ini...
Memperebutkan seorang pria dengan Ayumi...

Ohh...bagaimana bisa?
Ayumi...
Bersaing denganmu untuk bidadari merah...
sudah membuatku lelah...

Apalagi hal yang lain...
Bagaimana aku bisa?
Kau wanita yang sempurna...
Punya segalanya...

Aku tidak ada apa-apanya...
Aku...tak mampu bersaing denganmu lebih dari bidadari merah..
Tidak bisa...

Maya masih melamun sampai seseorang berlalu di depannya tanpa menoleh atau menegurnya sedikit pun...

"Pak Masumi..." desis Maya pelan.

Sambil memandangi punggung pria itu yang pergi begitu saja. Biasanya pasti pria itu akan langsung menggodanya bila bertemu dimanapun dan kapanpun.

Tanpa gadis mungil itu sadari, perlahan kakinya mengikuti kemana Masumi pergi.

Maya merasa pria itu pasti marah kepadanya. Satu sisi dia senang pria itu tidak mengusilinya, namun entah mengapa sikap diam Masumi membuatnya usil ingin tahu.

Terlihat Masumi sudah ada di parkiran mobil. Perlahan Maya menghampirinya dan mencoba bertanya:

"Pak Masumi...tunggu..." panggil Maya.

Seketika itu juga Masumi membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Maya.

Dia menatap Maya dingin...!

Maya pun jadi kikuk dengan tatapan itu..

Melihat Maya yang gugup, pria itu begitu iba...

"Apa ada yang ingin kau sampaikan, mungil?" tanya Masumi ramah.

Maya menunduk takut. Masumi pun mendekatinya...

DEG!

Entah mengapa tiba-tiba jantung Maya berdetak kencang dengan jaraknya yang sangat dekat dengan pria tampan itu.

"Ah tidak, aku hanya merasa khawatir dengan sikap anda tadi pagi. Tidak seperti biasanya, pak Masumi" terang Maya gugup.

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Maya, Masumi sangat senang. Pria itu mulai tersenyum usil...

Lalu...

"Haahahahaha......" Masumi terbahak bahagia.

Kau mencemaskanku Mungiiil...

Melihat wajah Masumi sudah kembali seperti biasa, Maya pun tenang. Tapi dia menjadi kesal karena tawa Masumi mengartikan seperti mengejek dirinya.

Maya pun segera bergegas meninggalkan pria itu...

Tentu saja Masumi mengejarnya...

"Heii...mungill, kenapa kau sekarang meninggalkanku, bukankah kau tadi yang memanggilku?" ucap Masumi sambil menyamakan langkahnya dengan gadis mungil itu.

Dan kini mereka berjalan berdampingan menyusuri trotoar kota Tokyo di senja itu.

Wajah Maya masih cemberut karena tawa Masumi tadi...

Sedangkan Masumi begitu bahagia bisa berjalan berdampingan begitu dekat dengan gadis mungil yang dia cintai...

Sampai di satu persimpangan...

Maya menoleh ke arah pria jangkung di sebelahnya, lalu...

"Aku mau pulang, jadi anda pun sebaiknya pergilah. Jangan terus mengikutiku!!" pinta Maya kesal.

Namun Masumi bukannya pergi, malah menatapi Maya lebih dalam. Dengan senyuman manisnya, dia mendekatkan wajahnya pada gadis itu, dan mengatakan:

"Aku akan menemanimu malam ini. Jadi kau bisa ceritakan semua kegalauanmu padaku. Bagaimana?" usul Masumi mulai menjadi.

Mendengar itu Maya semakin kesal...

Dia pun melanjutkan langkahnya menjauhi pria itu, namun semakin cepat langkahnya maka semakin cepat pula langkah pria tampan tadi...

Dia sudah gila..
Mengikutiku..
Tadi dia begitu dingin...
Sekarang sangat usil menatapku..

Huuuuh...matanya...
Tatapannya tadi...

"Uuuppps..." desis Maya menutupi mulutnya.

Baru saja Maya merasa menikmati tatapan Masumi. Namun saat ini dia masih belum menyadarinya dan sangat malu mengakui itu...


*****

Hari sudah mulai gelap....
Masumi masih saja membuntuti gadis mungil yang dia kagumi. Mereka tiba di taman dekat apartemen Maya.

Maya tak menghiraukan Masumi yang masih mengikutinya. Perlahan Maya menyandarkan tubuhnya di bangku taman tersebut.

Pandangannya menerawang jauh ke depan. Tatapannya terasa kosong. Perlahan airmatanya mengalir...

Masumi menjadi serba salah dengan kesedihan Maya. Dia mencoba menanyakannya:

"Mungiil, apa aku membuatmu sedih?" tanya Masumi iba.

Maya menatap Masumi heran. Dia mengingat sikap pria di sampingnya itu benar-benar berbeda dari biasanya.

Maya menggelengkan kepalanya. Lalu dia bercerita semuanya pada Masumi. Tentang perasaannya, kekagumannya pada Koji.

Masumi menghela nafasnya berat. Tangannya terkepal cemburu setengah mati mendengar ucapan dari gadis mungil itu. Namun dia mencoba menahan segala rasanya demi kebaikannya sendiri.

"Apa anda tahu, bahwa saat ini aku benar-benar tidak suka. Mengapa harus orang yang sama?" ucap Maya lirih.

"Mungiill, apa maksudmu? Apakah temanmu juga menyukai Koji?" tanya Masumi ingin tahu lebih jelas lagi.

Namun entah mengapa Maya merasa tidak etis menceritakan semuanya pada Masumi.

"Ah, maaf pak Masumi. Aku membuat anda bingung. Trimakasih telah menemaniku malam ini" ujar Maya sembari menghapus airmatanya dan berdiri hendak pamit.

Namun tangan Masumi menahannya. Dia menarik tangan Maya dan mendekap tubuh mungil Maya erat.

"Pak Masumi..." desis Maya bingung.

Tersadar sikapnya melenceng, Masumi pun melepaskan dekapannya pada Maya.

"Masuklah..." Masumi menyuruh Maya masuk ke apartemennya.

Maya pun menuruti perintah pria jangkung itu. Sebelum berlalu masuk ke dalam lift, Maya sempat menoleh kembali ke arah Masumi berdiri.

Pria itu melambaikan tangannya dan tersenyum...

Maya diam dan hanya menatapnya heran...

Keduanya kembali ke kediaman masing-masing...

Malam itu Maya tidak dapat memejamkan matanya. Dia mencoba menghubungi Koji untuk menanyakan rencana akhir pekan besok.

Namun ponsel pria itu tak diangkat. Maya mendengus kesal. Dia merasa harus mengatakannya pada pria itu. Bahwa dia menyukainya!
Tiba-tiba wajah Ayumi terbayang di benaknya. Maya pun enggan memikirkannya kembali.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi...

"Halo..." Maya mengangkatnya dan memberi salam.

"Ini aku, Koji..." sahut Koji kemudian.

Wajah Maya terlihat merona mendengar suara dari pria yang dikaguminya.

"Maya...apa kau punya acara di akhir minggu ini" tanya Koji.

Maya terdiam sejenak, mengingat ada persamaan bathin antara dirinya dan Koji.

"Tidak...apa kau akan mengajakku berakhir pekan bersama?" tanya Maya memberanikan diri.

"Baguslah, besok pagi aku akan menjemputmu" ujar Koji memastikan.

"Hhmm, baiklah. Sampai bertemu besok" Maya menutup teleponnya.

Wajah gadis itu terlihat bahagia mengingat besok akan berjalan bersama Koji.

*****

Keesokan harinya...

Maya baru saja hendak menutup pintu apartemennya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Maya mengangkatnya.

"Halo...Maya ini aku...Reii" sapa Rei dari sebrang sana.

Maya mengerutkan dahinya heran mengapa Rei menghubunginya pagi-pagi begini.

"Rei, apa ada sesuatu yang penting?" tanya Maya cemas.

"Datanglah ke apartemenku, sekarang" pinta Rei mendesak.

Maya bingung harus menerima atau menolaknya. Satu sisi dia hari ini sudah berjanji akan pergi bersama Koji. Namun sisi lain, dia tak bisa meninggalkan sahabatnya, Rei dalam kesulitan yang mendesak.

Maya pun segera menghubungi nomor ponsel Koji...

"Halo, Koji...maaf aku tidak bisa pergi bersamamu hari ini. Temanku sedang membutuhkanku" terang Maya ragu.

Dengan susah Maya membujuk Koji untuk mengerti. Akhirnya pria itu mau memakluminya..

Maya pun bergegas mengunci apartemennya dan memanggil sebuah taksi untuk mengantarnya ke tempat yang telah dijanjikan Rei.

Taksi itu berhenti tepat di sebuah restoran. Restoran yang menarik dengan gaya sedikit bernuansa keluarga.

Maya menghubungi Rei...

"Rei apa maksudmu menyuruhku ke tempat ini?" tanya Maya tak mengerti.

Namun Rei tidak menggubris pertanyaan temannya tadi...


Rei langsung menjentikkan jemarinya kepada salah seorang pelayan. Tak berapa lama pelayan itu datang menghampiri mereka berdua. Langsung saja Rei memesan 2 gelas juice, tanpa memesan makanan. Maya protes karena dia ingin memesan sesuatu, namun Rei melarangnya.


"Sudahlah Maya, aku memanggilmu ke sini bukan untuk sarapan ataupun merayakan sesuatu" ujar Rei setengah berbisik.


"Lalu apa? Aku kira kau sakit atau kenapa. Ahh.." jawab Maya kesal.


Lalu Rei menarik tangan Maya. Wajah mereka saling beradu di atas meja tersebut. Lalu Rei menanyakan sesuatu pada sahabatnya tersebut dengan suara yang berbisik:


"Maya, apa kau tahu gosip yang sekarang menyebar di Daito?" tanya Rei ragu.


Maya langsung mundur dari meja itu, dia bersandar di kursi sambil menatap sahabatnya bingung.


"Apa maksudmu? Jangan katakan kau mengajakku bertemu hanya untuk membicarakan gosip murahan" balas Maya kesal.


Gadis mungil itu merasa sia-sia datang menemui Rei, karena hari ini dia sudah membatalkan janjinya dengan Koji.


"Maya, ini mengenai dirimu!" kata Rei datar.


Maya seketika itu juga menajamkan pandangannya pada Rei. Lalu...


"Aku? Reeeiii...." Maya gugup. Entah mengapa pernyataan Rei membuat dirinya lesu.


Rei memandang Maya...


"Maya, aku tahu kau menyukai Koji. Dan..." Rei memutuskan kata-katanya.


Maya menjadi semakin curiga dengan apa yang akan dikatakan sahabatnya tersebut.


"Rei, cepat katakan lanjutannya?" desak Maya penasaran.


"Ayumi juga menyukai Koji-mu. Apa kau tahu?" tanya Rei.


Maya mengangguk bahwa dia pun melihat reaksi Ayumi yang berlebihan pada Koji.


"Iya Rei, aku tahu itu. Lalu apa menurutmu aku harus bersaing dengannya?" tanya Maya ragu dan tak percaya diri.


Rei menggelengkan kepalanya. Lalu dia menggenggam jemari Maya untuk menenangkan sahabatnya itu.


"Maya, mulai sekarang lebih baik kau jauhi Koji. Karena...." Rei ragu untuk meneruskan kata-katanya.


"Karena apa Rei?" Maya penasaran.


"Maya keluarga Himekawa kemarin mendatangi kediaman Koji. Sepertinya mereka serius" terang Rei menggebu.


Maya bingung dengan penjelasan Rei...


"Apa maksudmu dengan serius, Rei? Kau jangan membuat gosip baru lagi" ucap Maya cemburu.


"Hei Maya, apa kau pikir aku senang mendengarnya? Aku tahu itu dari Koji sendiri" Rei perjelas kembali.


Maya langsung shock mendengarnya. Airmatanya menetes mengapa Koji tak menceritakan apa-apa sewaktu ditelepon kemarin.


Rei menjadi sedih melihat Maya menangisi Koji...


"Maya, Koji ingin mengajakmu keluar akhir pekan ini adalah untuk memberitahumu masalah nya dan keluarga Himekawa" aku Rei kemudian.


Maya sangat sedih mendengarnya. Dia merasa di khianati oleh Koji.


Koji...kau berpura-pura baik padaku? Lalu kau berjalan bersama Ayumi tanpa aku ketahui. Dan sekarang kalian akan serius berhubungan? Apa-apaan ini?


"Maya...maya..." panggil Rei beberapa kali pada Maya.


Maya masih melamun gelisah...


"Maya sebenarnya itu bukanlah keinginan Koji. Melainkan ibunya Koji" Rei berusaha membuat Maya tenang.


Maya mengkerutkan keningnya. Wajahnya benar-benar cemberut kesal.


"Sudahlah Rei, aku sudah mengerti semuanya. Aku mau pulang" Maya berdiri dan hendak meninggalkan Rei.


"Eh Maya, tunggu. Ada seseorang yang akan aku perkenalkan padamu. Dia lebih tampan dari Koji-mu itu. Percayalah" bujuk Rei sambil menarik tangan Maya.


Namun Maya menghempaskan tangan Rei kuat dan terlepas. Maya berjalan terburu-buru keluar dari restoran itu. Rei mengejarnya setelah membayar ke kasir.


"Hei Maya tunggu...." panggil Rei berkali-kali.


Tiba-tiba...


Bruuuukkk....


Rei menabrak seseorang...


Rei terkejut melihat orang yang ditabraknya. Lalu membungkuk minta maaf berulang kali...


"Maaf....pak Masumi, aku terburu-buru" ucapnya malu.


Lalu dia kembali mengejar Maya. Tapi kemudian dia menghentikan langkahnya dan berbalik ke tempat Masumi tadi.


Masumi masih berdiri bingung melihat Rei dan Maya berkejar-kejaran.


Mungiil...


Rei berlari ke arah Masumi...


"Pak Masumi, bisa anda membantuku kali ini" pinta Rei serius.


Masumi masih bingung dengan teman Maya tersebut...


"Ada apa? Apa kau dan Maya bertengkar?" tanya Masumi ingin tahu.


Rei langsung mengangguk dan lalu dia mendorong Masumi untuk berjalan mengejar Maya bersama dia.


Masumi mencoba untuk berpikir jernih dan tentu saja dia akan rela mengejar Maya sampai kemana pun...


"Baiklah, aku akan mengikutimu, nona Rei" ucap Masumi setuju dengan Rei.


Mereka berdua mengejar Maya yang berjalan semakin jauh...


Namun perlahan Rei mundur dan membiarkan Masumi mengejar Maya. Rei tersenyum melihatnya...


"Hahaha...aku pikir, pria itu lebih baik dari Koji" gumam Rei sambil tersenyum geli memandangi Maya dan Masumi yang kejar-kejaran.


Maya...Maya...
Ini dia pria yang cocok denganmu...
Aku rasa aku baru saja memilihnya...
Hahaha...
Aku tunggu kabar selanjutnya...
Dari kalian berdua...


Lalu gadis tomboy itu pun berjalan ke arah yang berlainan dengan Maya dan Masumi tadi. Terus melangkah menjauhi keduanya...
Berharap Masumi bisa mengejar Maya yang masih dalam keadaan emosi...






***continue to -part 3-***

Juli 27, 2011

Persaingan Dua Bidadari



{IF : Persaingan Maya dan Ayumi ternyata bukan hanya dalam akting saja, namun dalam percintaan mereka juga. Entah sejak kapan baik Maya dan Ayumi merasa mereka memiliki rasa yang sama pada satu orang pria. Keadaan bertambah kacau, ketika Masumi mengetahui hal itu. Alur cerita, pure just my imagination}









Kediaman Ayumi...


Gadis cantik itu baru saja usai sarapan bersama kedua orang tuanya. Gadis yang sungguh sempurna dengan tumbuh besar di lingkungan yang sempurna juga.


Tak jarang banyak gadis lain juga merasa iri akan keberuntungan sang Ayumi Himekawa.


Semua yang diidamkan para gadis, ada pada nya. Tak jarang dia selalu saja menjadi pusat perhatian di mana-mana. Di kampus, di teater juga di panggung keartisannya.


Namun entah mengapa, Ayumi tak pernah memperdulikan anggapan orang terhadapnya. Berbagai pujian sudah bukan jadi prioritasnya lagi. Dia tidak pernah menganggap yang lain adalah saingan.


Tapi hanya satu orang yang dianggapnya sebagai saingan terberatnya. Dia adalah Maya Kitajima!


Awalnya mereka bersaing murni hanya tentang akting untuk memperebutkan bidadari merah. Namun belakangan ini persaingan mereka terasa menyebar ke masalah lain yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan 'Bidadari Merah'.


Seperti pada hari itu...


"Ayumi setelah latihan, bisa kan kau menemani ibu berbelanja" ajak ibu Ayumi.


"Maaf bu, aku sudah ada janji makan siang hari ini" jawab Ayumi tersenyum bahagia.


Ibunya hanya membalas senyuman manis pada putri semata wayangnya. Dia penasaran siapa gerangan yang akan makan siang dengan Ayumi.


"Sayang, apa ibu boleh tahu dengan siapa kau akan makan siang nanti?" tanya sang ibu menggoda putrinya.


"Ah ibu ini. Pokoknya dia orang yang sangat penting di hatiku saat ini, bu. Dan tentunya ibu juga mengenalnya koq" jawab Ayumi santai.


Ibu Ayumi kaget dengan apa yang diutarakan putrinya...


"Oh iya? Siapa? Ayo beritahu ibumu ini" desak sang ibu penasaran.


Namun Ayumi tidak tergoda untuk menceritakan hal itu pada ibunya. Dia akan merahasiakan semuanya sampai tiba saatnya nanti.


Aku akan merahasiakan ini...
Aku sendiri harus tahu apakah rasa itu sama dengannya...
Atau dia hanya menganggapku teman...
Aku berharap tidak bertepuk sebelah tangan...


Gadis itu pun berlalu dari kediamannya yang mewah dan berangkat menuju tempatnya latihan, tepatnya di gedung Daito.




*****

Tak beda dengan gadis cantik itu, Maya Kitajima pun sedang dalam perjalanan ke tempat yang sama. Namun bila Ayumi selalu diantar jemput dengan mobil mewahnya, lain dengan Maya, gadis mungil berbakat itu selalu berjalan kaki ke tempat latihan.

Padahal dia sudah mendapat beberapa fasilitas dari Daito karena prestasinya dan membanggakan nama perusahaan itu.

Maya tak pernah sekali pun menggunakan mobil dari Daito. Dia merasa belum pantas menerimanya sampai benar-benar menjadi aktris besar Jepang.

Seperti pada pagi itu, seperti biasa gadis mungil itu berlari kecil menuju tempat latihan, dimana Ayumi, Koji, Rei dan yang lainnya akan berlatih juga di sana.

Maya melangkah santai masuk lobby Daito dan langsung menuju lift untuk naik ke atas dimana tempat latihannya berada.

Namun langkahnya terhenti ketika seseorang memanggilnya...


"Maya...tunggu" panggil seorang pria padanya.


Maya pun mengurungkan langkahnya ke dalam lift dan menoleh ke arah suara tersebut.


Bibir mungil Maya terhenti untuk menyahut, ketika mendengar suara itu.


Dia hanya membungkuk hormat lalu melanjutkan langkahnya...


"Apa kau tidak dengar? Aku menyuruhmu menungguku, kan?!" paksa pria itu lagi.


Mayapun merasa bahwa pria di belakangnya mulai menggodanya usil. Dan Maya kesal...


"Apa anda terus ingin menggangguku, pak Masumi?" terang Maya cemberut.


Masumi semakin senang melihat wajah mungil Maya yang cemberut. Perlahan dia melangkah mendahului Maya dan mengedipkan matanya nakal.


Maya menghentikan langkahnya dan menuju pintu tangga darurat. Dia merasa tidak bisa menahan emosinya bila bertemu dengan pak Masumi.


Melihat Maya menaiki tangga, Masumi pun mengikutinya. Maya bertambah mempercepat langkahnya. Namun hampir saja dia terjatuh, untunglah ada Masumi yang menahan tubuhnya.


"Uuupps..." desis Masumi menahan tubuh Maya.


Maya langsung berdiri menegakkan tubuhnya dari tubuh kokoh Masumi. Wajahnya semakin cemberut...


"Sudahlah, mungiil. Jangan memandangku jijik lagi. Kau hampir saja ketiban sial" ujar Masumi geli.


Maya tak menggubris ucapan Masumi. Dia terus melangkah sampai tangga ke lantai tempatnya berlatih. Dan Masumi pun masih mengikuti langkahnya karena memang mereka berada di lantai yang sama.


Hingga sebuah lorong memisahkan keduanya. Masumi sekali lagi menggoda Maya:


"Siang nanti, aku mengundangmu makan, Mungiil. Kau akan kujemput" teriaknya jauh.


Maya acuh dengan teriakan itu, namun dalam hatinya, dia merasa aneh dengan sikap Masumi pagi itu.


"Tidak biasanya..." gumam Maya.


Akhirnya Maya tiba di sebuah ruangan besar, tempatnya berlatih. Di sana sudah ada beberapa pemain lain. Rei, Sayaka, juga Ayumi...


Dan....


Koji...


DEG!


Jantung gadis mungil seketika berdebar kencang...
Entah apa yang dia rasakan hingga pipinya sedikit memerah merona karenanya.


Maya mencoba menghela nafasnya sebelum melangkah masuk ke ruangan tersebut.


Tiba-tiba...


Koji menghampirinya sambil tersenyum...


Dan tentu saja Maya hanya bisa memandangi senyuman manis dari pria yang dia kagumi...


Namun di sudut lain, tampak Ayumi tidak suka dengan peristiwa itu. Raut wajah kesal jelas tampak darinya. Tangan indahnya terkepal menahan cemburu melihat sikap Koji yang menyambut Maya. Sedangkan pria itu tidak menyambut kehadirannya tadi.


Koji...


Kau menyukainya?


Mereka masih tak bergeming...
Hingga tepukan keras tangan pelatih menyadarkan mereka...


PROOK...PRROOK...PRROOK...


"Latihan sudah bisa kita mulai!" perintah sang pelatih, yang tak lain adalah pak Kuronuma.


Ayumi menatap tajam ke arah Maya. Dan tanpa sengaja, Maya pun menatapnya balik. Maya langsung tersenyum ramah pada gadis cantik itu. Tapi Ayumi membalasnya tipis...




*****


Waktu hampir menunjukkan pukul 12 siang itu...

Masumi tampak gelisah di ruangannya. Dia mondar-mandir sedari tadi. Pikirannya kembali pada perjumpaannya dengan Maya tadi pagi.

Gadis itu semakin menarikku saja...
Begitu membuatku penasaran...
Dia semakin angkuh padaku...
Ada apa?

Apa rasa bencinya tak surut jua?
Atau yang digosipkan itu benar?
Aku harus mencari tahu...

Masumi menyambar jasnya dan bergegas meninggalkan ruangannya...

Sementara itu di tempat latihan Maya dan Ayumi...

Mereka baru saja jedah untuk makan siang. Maya menyandarkan tubuhnya di kursi dan mengusap keringat yang mengalir di lehernya.

Tak jauh dari sana Ayumi masih memperhatikan gerak-gerik Koji. Mata Ayumi begitu ingin berdekatan dengan pria tampan itu. Langkahnya perlahan mendekati Koji yang sedang mengambil handuk kecil dari tasnya.

Lalu Ayumi menawarkan sebotol air mineral kepada Koji. Koji sempat kaget dibuatnya, namun dengan ramah dia menerima botol minuman itu dan duduk di kursi yang ada. Tentu saja Ayumi pun mengikuti pria itu untuk duduk di sampingnya.

Maya langsung tertunduk lesu...
Pandangan gadis mungil itu mencoba mencari arah pandangan lain untuk membuang cemburunya.

Namun rasa penasarannya berbalik ingin melihat apa yang dilakukan Ayumi dan Koji. Maya pun memandangi mereka dengan raut wajah sedih...

Tanpa Maya sadari, Masumi memperhatikan adegan itu. Menatap mata kecewa gadis mungilnya. Masumi mengerti...

Dia menyukainya...
Gosip itu benar...
Mungiil...
Kau mengaguminya, bukan?

Masumi tak ingin berlama lagi di sana menyaksikan kesedihan Maya. Dia berbalik hendak menjauhi ruangan tersebut. Namun seseorang memanggilnya dari dalam ruangan itu...

"Pak Masumi..." Maya memanggilnya.

Masumi berhenti dengan langkahnya. Berbalik...

Tak percaya gadis mungil itu memanggil dan kini menghampirinya...

"Mungiil...kau...menerima tawaranku?" tanya Masumi tak percaya.

Melihat Maya dan Masumi yang sedang berbicara. Koji berdiri hendak menghampiri keduanya. Namun sayang Maya dan Masumi sudah beranjak menjauh meninggalkan ruangan tersebut.

Koji menunduk cemburu. Lalu dia mengajak Ayumi untuk makan siang bersama. Tentu saja Ayumi senang mendengarnya.

Dengan cepat lengan Ayumi menggandeng tangan pria itu. Dan mereka pun makan siang bersama.

*****

Baik Maya maupun Masumi telah kembali ke ruangan masing-masing. Begitupun Ayumi dan Koji.

Sampai sore menjelang, akhirnya latihan pun usai. Maya bergegas untuk pulang karena dia harus berjalan kaki menuju apartemennya. 

Melihat itu sudah pasti Koji tak akan membiarkannya. Dia menawarkan sepeda motornya untuk mengantar Maya. Namun Maya menolaknya halus. Koji terus memaksanya, hingga Mayapun bersedia diantar oleh nya.

Mereka pulang bersama. Koji begitu bahagia bisa berdekatan dengan gadis yang dia cintai. Perlahan tangan Koji menarik tangan Maya untuk melingkarkan tangannya di pinggang Koji.

Karena angin sangat kencang. Maya pun melakukannya...

Ada perasaan damai bersama pria itu...

Koji...kau baik sekali...
Aku benar-benar menyukaimu...
Aku harap perasaan ini sama...
Denganmu...Koji...

Pipi Maya merona karena dia dapat mencium harum tubuh Koji di hadapannya.

Lalu gadis mungil itu mengkencangkan jemarinya yang melingkar di tubuh Koji.

Sepeda motor itu berlalu mengitari kota Tokyo menuju apartemen Maya. Sinar rembulan begitu indah, seperti perasaan kedua insan yang sedang saling mengagumi tersebut.

"Trimakasih...Koji" ucap Maya sambil membuka helm nya dan memberikannya pada Koji tak lama setelah mereka tiba di apartemen Maya.

Koji hanya tersenyum manis. Lalu perlahan dia mengusap rambut Maya sambil berkata:

"Masuklah, kau pasti lelah. Besok pagi aku akan menjemputmu" balas Koji lembut.

Maya baru saja hendak menjawab ajakan Koji. Namun pria itu telah melaju dengan sepeda motornya dan menghilang dari pandangan Maya.

"Hhmmm...Koji..." gumam Maya sambil meraba pipinya yang masih terasa hangat karena berada di samping pria itu.

Sejak masuk apartemen hingga beranjak akan tidur, Maya benar-benar bahagia. Wajahnya tersenyum sendiri mengingat yang terjadi sepanjang hari tadi.

Pak Masumi mengajakku makan siang bersama...
Dan Koji mengantarku pulang...

Sebelum Maya berpikir tentang mereka lebih jauh, entah mengapa tiba-tiba dia teringat dengan sikap tak ramah Ayumi padanya beberapa waktu ini.

Ada apa dengan Ayumi?
Sepertinya dia sedang marah padaku...
Tunggu...ya sepertinya dia kesal...
Bila...aku...aku...di dekat Koji...

Ah tak mungkin...
Apa Ayumi...
Jangan-jangan...dia...
Menyukai Koji?!

Mengapa harus Koji?
Pria yang kusuka...
Ayumi...mengapa?

Ayumi...kau menyukai Koji?


Sementara itu di kediaman Himekawa...

Ayumi gelisah di kamarnya. Sedar tadi dia bolak balik menoleh ke arah jam yang ada di dinding kamarnya.

Gadis itu tak bisa membayangkan jika pria yang dia kagumi sedang bersama gadis lain malam itu.

Koji, kau mengantarnya pulang...
Mengapa Koji?
Apakah aku tidak membuatmu tertarik?
Mengapa Maya?

Sainganku memperebutkan 'bidadari merah'...
Dan sekarang dia sainganku juga...
Untuk memperebutkanmu...
Mendapat perhatianmu...

Meraih kasih sayangmu...

Koji...aku begitu menyukaimu...
Ini tidak seperti yang lain...
Perasaan ini sungguh dari lubuk hatiku...
Koji...koji...



***continue to -part 2-***