Juli 11, 2011

Story about You -part 2-






Koji melamunkan pertemuannya bersama Maya pagi tadi. Ada raut kesedihan mengenangnya. Koji tak pernah menyangka semua nya menjadi berantakan seperti yang diceritakan wanita itu.


>>>


"Maya, apa ada yang bisa aku lakukan" tanya Koji sambil menatap Maya.


"Tidak Koji, biarkan aku menyelesaikan semuanya. Ini adalah tugasku sebagai istri dan ibu dari putrinya" jelas Maya sedih.


Guratan kesedihan itu makin jelas ketika tiba-tiba Maya menggenggam jemari Koji erat. Maya mencoba menahan tangis dengan airmatanya yang terbendung jelas di mata indah itu.


"Maya..." ucap Koji lirih.


Maya mengangguk menahan kesedihannya. Lalu berdiri dan hendak pamit. Namun Koji menahannya dan mendekap erat wanita itu. Putrinya pun memandangi mereka berdua. Dia meremas kemeja ibunya kuat-kuat. Entah apa yang dipikirkan gadis kecil itu.


"Maya...aku yakin kau kuat menghadapinya" kata Koji memberi semangat pada Maya.


"Koji...terkadang aku lelah dengan semua ini. Terkadang aku ingin menyerah saja pada takdir. Namun...namun..." Maya gemetar memandangi putri kecil di sampingnya.


"Kau benar Maya, dia lah kekuatanmu. Jadi aku mohon kau harus bertahan" ucap Koji pilu.


Maya menangis di pelukan Koji. Hingga Koji mengantarkannya masuk ke dalam mobil. Diikuti oleh Yuriko.


Koji pun melepas keduanya tepat di depan toko bunga dekat pemakaman tadi.


"Maya..." desis Koji memandangi mobil yang membawa wanita yang sangat dicintainya itu pergi.


<<<


Koji tersadar dari lamunannya ketika seorang pelayan datang menanyakan minuman apa yang akan dipesan nya. Saat ini Koji sedang menikmati udara malam di sebuah cafe di pelataran trotoar Tokyo.


Cuaca malam itu cukup cerah dengan taburan bintang seolah menjadi satu-satunya cahaya yang menggantung di angkasa sana. Raut kerinduan hadir dalam hatinya kepada Maya. Entah mengapa sejak pertemuan pagi tadi, Koji seolah lebih bersemangat untuk menjalani hidup kembali.


Tiba-tiba...


"Tuan..." tanya pelayan itu lagi.


"Eh..iyaya, saya pesan minuman hangat saja" kata Koji dengan raut wajah yang sedikit agak kaget.


"Susu coklat hangat, tuan?" tanya pelayan itu lagi dengan sopan.


Koji mengangguk mengiyakan perkataan pelayan tadi, tiba-tiba dia mendapati pemandangan yang membuatnya terpelongo tak berkedip. 


"Masumi.....!" desis Koji dengan dahi yang mengernyit tajam.


Pria itu, suami dari wanita yang dicintainya terlihat bersama seorang wanita yang jelas bukanlah Maya. Mereka tampak mesra bergandengan tangan.


Seketika itu juga darah seakan mendidih menjadi amarah yang luar biasa. Tangan pun terkepal benci pada pemandangan itu. 


"Oooo...inikah dirimu tuan Masumi" gumam Koji emosi. Koji terus memandangi kedua orang itu. 


Mereka duduk di tempat yang tidak jauh darinya. Semakin lama semakin menjengkelkan sikap keduanya. Membuat Koji tidak tahan melihatnya.


Tubuhnya seperti digerakkan oleh seseorang untuk berdiri dan menghampiri keduanya.


Dan saat ini Koji telah berdiri di depan tempat keduanya duduk. Tangannya mengepal kesal dan matanya menatap tajam ke arah Masumi.


Masumi dan wanita itu kaget...


"Kau...!" sapa Masumi dengan tatapan kaget luar bias.


Begitupun wanita itu masih menggandeng erat tangan Masumi. Tiba-tiba...


Brraaaaakk!!!


Tangan kekar Koji menghantam meja di depannya dan langsung...


Brruuukkk!!!


Tangan itu pula yang meninju wajah tampan Masumi...


Masumi terjatuh dari kursi yang didudukinya. Wanita di sebelahnya tampak marah. Terlihat tangan nya hendak melayangkan tamparan ke arah Koji.
Namun dengan sigap Koji menahan tangan itu dan menghempaskannya hingga wanita itu pun terjatuh.


"Lola...kau tidak apa-apa?" terdengar suara Masumi mencemaskannya.


Koji tambah berang mendengarnya. Dia pun menarik Masumi agar berdiri dan meremas kerah baju pria itu.


"Kau sudah keterlaluan, Masumi" ancam Koji emosi.


Masumi menatapnya tajam, Koji pun membalasnya lebih lagi.


Masumi mencibir mendengar ucapan Koji. Wajahnya seolah mengejek Koji sambil berusaha melepaskan diri dari Koji. Dan menarik tangan wanita itu lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.


Koji masih berdiri kaku tanpa menoleh ke arah mereka pergi. Matanya merah menahan amarah. 


"Mengapa...mengapa Masumi?" desis Koji tak percaya.


Malam terasa teramat panjang. Koji enggan pulang dengan keadaan seperti ini. Perlahan dia menyusuri Tokyo dengan mobilnya.


Dengan jendela mobil yang terbuka, terasa udara malam menusuk jiwa dan raganya. 


"Maya, sedang apa kau malam ini?" gumam Koji mengingat kepedihan yang dialami wanita tercintanya.


Terus melajukan mobilnya, tanpa sadar Koji telah berada tepat di depan kediaman Hayami.


Dan dari depan pagar megah itu, Koji menatap ke sebuah jendela besar di lantai 2 bangunan tersebut.


Tatapannya begitu sendu. Koji menerawang jauh ke arah jendela besar tadi. Berbagai pikiran pun hadir menemani kesendiriannya. Koji mengambil kamera di laci mobilnya. Perlahan dia arahkan ke jendela besar itu...


Dan...


Terlihat seseorang sedang berdiri melamun di balkon kamar tersebut. Koji memperhatikan sekali lagi, dia tak percaya bahwa wanita itu adalah Maya.


"Berarti itu adalah kamarnya" desis Koji.


Koji bersandar lemas di jok mobilnya. 


"Huuuuffft..." desis Koji lagi.


"Maya...pasti saat ini kau sedang melamunkan nya" Koji bergumam sedih.


Tak terasa airmata menetesi pipinya. Koji begitu sedih mendengar cerita tentang wanita yang sangat dicintainya tersebut. Semuanya begitu diluar dugaannya.


Perlahan Koji pun menghidupkan mesin mobilnya dan pergi dari kediaman Hayami.


Koji kembali ke rumah yang disambut oleh ibunya. Sang ibu begitu khawatir karena malam sudah sangat larut.


"Koji...kau kemana saja? Ibu khawatir, nak" sapa ibu ketika membukakan pintu untuk putra tercintanya.


Koji hanya tersenyum dan mengecup kening wanita yang melahirkannya tersebut.


"Koji...apa kau bertemu dengan Maya?" tanya ibu tiba-tiba.


Koji menghentikan langkahnya mendengar pertanyaan ibunya tadi. Lalu dia membawa ibunya untuk duduk di ruang keluarga.


"Ibu...apa ibu tahu sesuatu tentangnya?" Koji balik bertanya.


Keduanya saling menatap. Terlihat sang ibu menelan ludahnya dan menunduk cemas.


"Bu...aku mohon bicaralah tentangnya padaku. Aku sangat ingin tahu, bu" Koji memelas sedih.


Perlahan sang ibu membelai rambut putranya lirih. Lalu matanya mulai berkaca-kaca.


Koji semakin penasaran dengan sikap ibunya. Dia menggenggam tangan ibunya berharap ada cerita yang akan didengarnya.


"Bu..." Koji kembali memohon.


Ibunya menganggukkan kepala. Dan...


"Koji, mengapa kau masih ingin mendengar cerita tentang dirinya? Itu sudah sangat lama, nak" ucap ibu terisak.


Koji menatap ibunya dengan raut sedih. Matanya pun berkaca-kaca.


"Karena...karena sampai saat ini...aku masih sangat mencintainya, bu" terang Koji pilu.


Ibu memandangi wajah putranya haru. Hatinya begitu sedih mendengar penjelasan Koji tadi.


"Koji, sebenarnya beberapa tahun lalu, Maya pernah datang ke sini" kata ibu menerangkan.


Koji tampak terkejut mendengarnya. Dia begitu serius mendengar patah kata dari ibunya tersebut.


"Dia menanyakan kapan kau kembali? Dan ketika itu ibu merasa pasti Maya sedang ada masalah" ujar ibu kembali.


"Lalu ibu pun membacanya dari sebuah surat kabar. Juga di televisi semua membicarakan keterpurukan keluarga Hayami" jelas ibu sambil menerawang.


Tiba-tiba...


Koji mendengar tangisan dari wanita di depannya. Ibu berusaha menghapus airmata di pipinya. Koji pun mengambil kotak tisu yang tak jauh dari tempat itu. Memberikan selembar tisu...dan lagi..


Entah berapa banyak tisu yang sudah dia berikan pada ibunya. Ibu begitu sedih menceritakan kisah Maya.


"Koji...terkadang ibu ingin...mengalah...pada takdir. Ibu sangat merasakan...apa yang dia alami" ucap ibu terbata-bata.


"Ibu......" panggil Koji lirih.


"Setelah tuan Eisuke tiada, semua berubah. Dan wanita itu adalah istri kedua dari suami Maya" jelas ibu terharu.


Koji mengangguk membenarkan cerita ibunya. Karena sebelum ini, dia sudah mendengarnya dari teman. Juga dari Maya sendiri tadi pagi.


"Koji...ibu tahu kau bertemu dengannya hari ini kan?" selidik ibu dengan firasatnya.


Koji sedikit kaget dengan pertanyaan ibunya, dia hanya mengiyakannya dengan anggukan kepala.


"Hiburlah dia, bantu Maya dalam menyelesaikan masalahnya" ujar ibu mencoba bijaksana.


Ibu sempat membelai kembali kepala putranya, sebelum dia berlalu masuk ke kamarnya.


Koji masih mengingat ucapan terakhir dari sang ibu. Kembali dia merenung semua yang telah terjadi hari ini.


Maya...semua akan berakhir...
Kau harus mampu mengalahkannya...
Maya...aku ingin melihatmu tersenyum kembali...


Jangan seperti ini...
Tidak Maya...jangan menangis lagi...
Cukup sudah penderitaanmu...
Aku akan merangkulmu...
Maya...


*****

Di Kediaman Hayami...

Pagi itu Maya terlihat sibuk mempersiapkan perlengkapan Yuriko sekolah. Seorang pelayan membantunya di dapur. Dan yang lain tampak sibuk memandikan dan memakaikan seragam sekolah pada putri kecil tersebut.

"Ibu..." panggil Yuriko mencari ibunya setelah berpakaian rapi.

Maya tersenyum lembut ketika Yuriko masuk ke dapur dan berdiri di belakangnya.

Maya menunduk menatap putri cantiknya dan mengusap kepalanya lembut.

"Kau sudah siap sayang?" sahut Maya tersenyum.

Mereka berdua pun beranjak dari dapur menuju ruang makan. Terlihat Masumi sudah menunggu mereka di sana sambil membaca surat kabar.

Yuriko berhenti sejenak menatap ayahnya. Entah mengapa putri kecil tersebut seakan asing dengan ayahnya. Dia meremas rok sekolahnya dan hanya berdiri di depan pintu sambil tertunduk takut.

Maya menghampirinya dan membawanya duduk di kursi makan. Seorang pelayan menyiapkan semua keperluan sarapan pagi hari itu.

Hingga Maya menyuruhnya pergi setelah selesai dengan tugasnya. Dia menatap Masumi sambil tersenyum. Namun Masumi membalasnya dingin.

Maya masih menatap pria itu sedih. Matanya hampir berkaca-kaca. Maya segera mengusapnya karena tidak ingin putri kecil mereka melihat semua itu.

Tiada kata yang terucap selama sarapan pagi itu. Tiada kehangatan lagi di meja makan mereka. Semuanya terenggut oleh sesuatu yang tidak masuk akal.

Sarapan pagi pun usai, Maya mengantar Yuriko sampai ke teras dan masuk ke mobil. Seorang supir dan seorang pelayan akan mengantarnya ke sekolah seperti biasa.

"Ayah...aku berangkat" pamit Yuriko pada Masumi. Namun Masumi tak bergeming dengan surat kabarnya.

Maya menyadari kekecewaan putrinya. Dengan lembut dia menjelaskan bahwa ayahnya sedang serius membaca sesuatu, jadi tidak mendengarnya.

Yuriko mengerti itu. Dia sudah sangat paham dengan sikap ayahnya yang berubah beberapa tahun lalu.

***

Maya kembali ke kamarnya, dia akan membereskan beberapa pakaian Yuriko yang berserakan di kamar.

Tampak Masumi sedang berbaring di tempat tidurnya. Maya  mengacuhkannya. 

Namun tiba-tiba, tangan Masumi menarik tubuh kurusnya ke tempat tidur.

"Masumi...hentikan" ucap Maya kesal.

Namun Masumi sepertinya tidak ingin melepaskannya. Dia semakin erat mendekap istrinya.

Lalu dia menatap Maya tajam...

Maya pun kembali membalasnya...

"Maya...pasti kau sudah bertemu dengannya, bukan?" tanya Masumi tiba-tiba.

Maya kaget...

"Siapa yang kau maksud?" balas Maya dingin.

Masumi tampak kesal dengan pertanyaan balik dari istrinya. Dia memegangi dagu Maya kuat.

"Aku bertemu Koji kemarin malam" ucap Masumi dingin.

Maya menatap wajah suaminya hampa. Dia sudah tidak perduli dengan apa yang dikatakan pria itu. Saat ini hanya Yuriko lah kekuatannya.

Sekuat tenaga Maya melepaskan diri dari Masumi. Dia berdiri di depan Masumi dan menatap pria itu tajam.

"Masumi...terserah apapun yang kau lakukan. Aku tak peduli!" tegasnya meninggalkan Masumi yang masih marah dengan sikap istrinya.

Maya berlalu keluar kamar meninggalkan suaminya yang masih kaku dan kesal dengan perlakuan istrinya.

Maya masuk ke kamar di sebelah kamar nya dan Masumi. Kamar itu adalah kamar putri nya. Di sana Maya menangis tersedu-sedu. Dia merasa sangat tidak berdaya dengan semuanya.

Dalam bathinnya, dia ingin segera mengakhiri semua ini. Namun berkali dia mengingat putri kecilnya yang masih membutuhkan seorang ayah.

Putriku...kau lah harapanku...
Kebahagiaanku...
Kau lah penyejuk hatiku saat ini...
Yuriko...

Maya terisak meratapi keadaan keluarganya sekarang. Lalu dia tiba-tiba mengingat Koji. Dengan wajah yang riang, dia menjadi ingin bertemu dengan pria itu.

Koji...kau masih baik padaku...
Aku berharap bisa menceritakan segala kegundahan hatiku padamu...
Aku tahu kau masih peduli padaku...
Aku tahu itu...

Entah darimana datangnya keinginan Maya untuk bertemu dengan Koji. 
Maya pun bergegas bersiap hendak pergi keluar rumah untuk menemui Koji.

Namun Masumi mendapatinya di teras rumah dan menyeret istrinya masuk. Maya berusaha melepaskan genggaman tangan suaminya.

"Lepaskan aku, Masumi!" teriak Maya marah.

Masumi tak menghiraukan teriakan Maya. Para pelayan rumah besar itu begitu sedih menyaksikan pertengkaran tuan dan nyonya mereka.

Bllaaamm!!!

Masumi membawa Maya masuk ke kamar dan mengunci pintu itu.
Lalu dia menghempaskan tubuh kurus istrinya ke tempat tidur mereka.

Masumi menahan tubuh Maya dengan tubuh besarnya. Maya terlihat menangis menatapi suaminya.

Masumi membalas tatapan itu dengan sedikit cibiran bibirnya...

"Kau akan menemuinya kan?" tanya Masumi dingin.

Maya menatap dendam Masumi, sebelum menjawabnya...

"YA!! Apa kau puas?!" balas Maya geram.

Masumi semakin marah mendengar ucapan Maya barusan. Dengan mata yang merah, Masumi membuka baju yang melekat di tubuh istrinya dengan paksa. Hingga tubuh Maya tak tertutupi sehelai kainpun.

Maya berusaha berontak dengan nafsu kemarahan suaminya. Dia sudah tidak ingin melakukan apapun dengan pria itu. Semuanya sudah berakhir sejak 6 tahun lalu.

"Hentikan Masumiiii...." rintih Maya kesakitan.

Namun Masumi mengabaikan rintihan kesakitan istrinya. Dia semakin membabi buta menyetubuhi Maya. Maya menangisi perilaku suaminya.

Dia pasrah...

Setelah selesai melampiaskan nafsunya, Masumi tampak lemah tergeletak di samping Maya. 
Sedang Maya masih menangis tersedu-sedu. Dia segera memakai pakaiannya kembali dan menjauh dari pria itu. Maya menghempaskan tubuhnya di sofa balkon mereka.

Semuanya benar-benar hancur...
Mana cintamu Masumi...
Mana kekaguman Mawar Jinggamu...padaku?
Mana Masumiiii....

Haruskah aku hidup begini selamanya...
Aku sudah tidak kuat lagi...
Masumi...sadarlaahh...
Aku sudah lelaaahh...

Lelah...sekali...sayang...

Hingga Maya tertidur letih tak berdaya. Hari telah beranjak senja. Sinar matahari senja mulai menyambangi balkon kamarnya. Terlihat airmata masih basah di pipi putih Maya.

Maya benar-benar terpuruk!!!



***continue to -part 3-***










4 komentar:

  1. bagus banget....ceritanya beda gak kyk yg sebelumnya...bagus banget..... sedih tapi lega ternyata bukan makamnya masumi......aduh tapi gak sangka deh klo si kakek ice cream dah gak ada........
    Maya harus kuat ya....jangan sedih klo lagi kyk gini emang anak itu kekuatan paling tobbbbzzz.ty sista buat cerita yg bagus n lanjuuuuuuttttt :)

    BalasHapus
  2. laahhhh...koq masumi-nya jadi beginihhhh??? hak relaaaaaa.....

    BalasHapus
  3. masuminya kog... *terngangga* selingkuh! hua... kutak rela~...lanjut, ya. kojinya juga kasihani, ya. tolong jodohin sama siapa gitu kek. kan jadinya hidup forefer :) lanjut, mbak...

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...