Juli 05, 2011

Kesetiaan -part 4-




Maya masih tiduran di tempat tidurnya. Dia merasa pagi itu semua badannya enggan tuk bangun.


Semuanya begitu membuatnya sedih. Ingatannya tentang Masumi selalu membuat raut wajahnya terlihat kusut.


"Pak Masumi...semoga kau bahagia" gumam Maya sedih.


Maya menutup wajahnya dengan bantal dan menangis kembali. Matanya sembab karena menangis semalaman di dekapan Hijiri. Kini dia menangis lagi dengan pemikiran yang sama.


Maya takut kembali ke Tokyo...


Beberapa minggu lagi semua perkuliahan akan selesai...
Dan itu artinya Maya harus kembali ke kota dimana Masumi berada. Maya menarik nafasnya berulang untuk menenangkan perasaannya yang semakin mendekati hari itu semakin kalut.


Tiba-tiba terdengar ponsel nya berbunyi...


Dengan malas Maya mengangkatnya...
Maya tak sempat memperhatikan siapa yang meneleponnya pagi itu...


"Halo..." sapa Maya malas.


"Mu..ngil..." terdengar suara pria menyahut sapaan Maya. Dan pastinya pria itu adalah orang yang baru saja dia pikirkan.


Maya tak menjawabnya. Baru saja mendengar panggilan dari Masumi, mata maya langsung berkaca-kaca.


Pak Masumi...


Bathinnya begitu ingin berbicara panjang dengan Masumi, namun itu harus segera dia hempaskan jauh-jauh.


"Maaf...aku..." ujar Maya hendak menutup ponselnya.


"TUNGGU!!!" pinta Masumi sedikit teriak.


Maya masih menunggu apa yang akan dikatakan Masumi. Dalam hatinya teramat mengharapkan ada setitik keajaiban dari semua ini.


"Mungiil...aku merindukanmu...sangat..." ucap Masumi lembut.


Maya terisak mendengarnya. Pipinya basah bercucuran airmata. Maya berusaha menahan tangisnya dengan bibirnya yang terlihat gemetar.


Maya tak sanggup lagi menutupi semua perasaannya. Dia benar-benar merindukan pria di sebrang sana. Percuma siapapun menghalaunya. Semuanya tak akan mampu...


Namun dia pun tak sanggup menyakiti Hijiri yang telah begitu baik padanya. Maya tidak ingin menyakiti pria itu.
Dia harus bertekad untuk segera menikah dengan Hijiri.


Yaa...harus...


"Pak Masumi...aku mohon jangan ganggu aku lagi" pinta Maya gemetar.


"Mungil, apa maksudmu?" suara Masumi terdengar cemas.


"Aku...sudah milik...orang lain...saat ini" Maya terbata dan gugup.


Henniiiinngg...


Waktu seakan berjalan lambat. Keduanya terdiam kaku di tempat masing-masing. Tiada kata dan apapun, hanya terdengar suara tangis pilu baik dari Maya dan Masumi.


"Mungill..." isak Masumi tak percaya.


"Selamat tinggal..." balas Maya menutup ponselnya.


Tuuuuuuuutttt....


Maya menghempaskan tubuhnya di sofa. Nafasnya terengah-engah menahan tangis dan khayalannya tentang Masumi.


Wajahnya begitu layu, seolah semua di hadapannya kini telah menjadi bongkahan  hati yang siap melempar dirinya jauh dan jauh...


"Maaf...maaf..." Maya masih bergumam meratapi ponsel di tangannya.


*****

Masumi duduk lunglai di tepi pembaringannya. Wajahnya begitu pucat dan pipinya masih basah. 

Pagi itu merupakan mimpi terburuknya...
Melebihi hari-hari buruk ketika dia menikah bersama Shiory...

Maya...apakah yang kau katakan itu benar?
Siapa pria yang telah memilikimu...
Sejak kapan?

Masumi seperti orang tidak bergairah. Wajahnya kusut dan menyedihkan. Pikirannya begitu kacau. Sepanjang hari dia hanya berdiam diri di kamar dan melamun.

Hingga waktu menunjukkan pukul 4 sore. Masumi masih mengurung dirinya di kamar.

Eisuke mencoba mengajak Masumi berjalan-jalan. Walau dia sendiri tak tahu apa penyebab murungnya Masumi.

"Masumi...kau ini kenapa? Haaah?" tanya Eisuke untuk kesekian kalinya.

Masumi masih berbaring di sofa balkonnya. Sembulan asap rokoknya membuat Eisuke terbatuk-batuk.
Masumi masih saja mengabaikan semua pertanyaan ayahnya. Dan Eisuke mulai geram dibuatnya.

Dia mengambil rokok yang ada di tangan Masumi, membuangnya dan menatap Masumi tajam.

"MASUMI...ADA APA?" tanya Eisuke keras.

Masumi membalas tatapan Eisuke kesal. Dia terlihat lusuh dengan mata sembabnya.

Eisuke baru menyadari keadaan putranya. Seketika itu juga Eisuke sedih melihat keadaan Masumi. Dia menjadi iba dengan nasib putranya. Dan ia yakin pasti telah terjadi sesuatu dengan gadis yang bernama Maya itu.

"Masumi...apakah karena Maya?" Eisuke memastikan.

Masumi menunduk dan menutup wajah dengan jemarinya. Dia menangis di depan Eisuke...
Menangis sejadinya...

Perlahan Eisuke membelai rambut putra tercintanya...

Lirih dalam belaian sang ayah...

"Masumi..." desis Eisuke pilu.

Mata lelaki tua itu mulai berkaca-kaca. Dia bisa merasakan pahitnya perasaan putranya. Dia sudah sangat mengenal anak nya. Semua pasti menyangkut gadis mungil itu.

"Ada apa dengan nya?" gumam Eisuke curiga.

Perlahan Eisuke meninggalkan Masumi di kamarnya. Segera mungkin dia memanggil Asa untuk menyuruh anak buahnya  menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan cepat dan cekatan Asa menghubungi beberapa orang kepercayaannya berangkat ke tempat dimana Maya berada.

"Secepatnya aku ingin tahu kabar gadis itu" pinta Eisuke dingin.

Terdengar bunyi telepon sepanjang hari itu, mungkin mereka akan segera tahu kabar yang sebenarnya!

*****

Beberapa hari kemudian...

Di Apartemen Maya, negeri Paman Sam...

Tampak beberapa orang tak dikenal mengawasi kediaman gadis Jepang itu. Semuanya pastilah orang suruhan Eisuke Hayami.

Maya hendak berangkat ke kampus, ketika seseorang pura-pura bertanya padanya. Sedang yang lainnya mengambil photo Maya dari kejauhan.

Maya merasa aneh dengan orang tadi. Namun dia sama sekali tidak menaruh curiga apapun. Dia melanjutkan aktifitasnya seperti biasa.

Begitupun di kampus orang-orang suruhan itu masih mengawasi Maya. Kemanapun Maya mulai saat itu selalu dikuntit oleh anak buah Eisuke.

Semua aktifitas gadis itu diphoto dan photo tersebut dikirim ke meja kerja Eisuke di kediamannya di Jepang.

Semuanya begitu jelas bahwa gadis itu masih seperti dulu, belum ada tanda-tanda dia berbuat sesuatu yang membuat Masumi murung.

Eisuke menggelengkan kepalanya bingung...

"Gadis itu baik-baik saja, mengapa Masumi murung dengan keadaannya?" Eisuke bingung dibuatnya.

Tiba-tiba...

Krriinngg...

Eisuke mengangkat telepon itu, suara salah seorang mata-matanya membuatnya kaget.

Bagai petir di siang bolong, Eisuke tak percaya. 

Dia langsung membuka komputer dan menghubungkannya dengan cctv di Apartemen Maya.

Terlihat Hijiri mengantar Maya dan mereka BERPELUKAN!!!

Lalu Hijiri mengecup kening gadis itu...

BIP...

Eisuke mematikannya. Dia mengerti kini apa yang terjadi dengan Maya. Dan Masumi mengetahui itu semua.

Tangannya mengepal kesal dengan pengkhianatan Hijiri...

"Keterlaluan!!!" gumam Eisuke panas.

Raut wajahnya mengeras gemas dengan apa yang baru saja dia saksikan.

"ASA..." teriaknya pada pria kepercayaannya itu.

Dengan terburu-buru Asa menghampiri Eisuke. Membungkuk hormat dan menanyakan hal apa hingga dia dipanggil seperti tadi.

"Mana Masumi?" tanya Eisuke kaku.

"Tuan muda masih di kamarnya?" jawab Asa sedikit gugup.

Eisuke berang mendengarnya. Dia menyuruh Asa membawanya ke kamar putranya tersebut.

Tok...tok..tok!!!

"Masumi...ada yang harus kusampaikan!" ujar Eisuke memanggil.

Namun beberapa kali diketuk, tak jua ada jawaban. Akhirnya Asa memapah Eisuke masuk ke kamar tersebut dan...

Masumi tidak ada di sana. Kamarnya kosong!!!

Eisuke duduk di tepi tempat tidur. Sedang Asa mencari ke balkon dan kamar mandi, juga ruang baca. Namun semuanya nihil, Masumi tidak di tempat.

"Hubungi Mizu..." ucapan Eisuke terhenti ketika matanya mendapati selembar surat di atas bantal Masumi.

Asa terdiam menatap Eisuke yang gemetar meraih surat itu...

Dengan tangan yang masih gemetar, Eisuke mencoba membacanya...


Ayah...
Ijinkan aku pergi menemui gadis mungilku...
Aku tahu ini sudah terlambat...
Sudah terlalu lama meninggalkannya...

Ayah...
Jangan cari aku saat ini...
Biarkan aku menyelesaikannya sendiri...
Aku mohon padamu...
Jangan melakukan apapun...

Ayah...
Jangan pernah menyalahkannya...
Akulah yang meninggalkannya lebih dulu...
Akulah pengkhianat itu...
Aku...ayah...

Ayah...
Jangan membuatnya lebih menderita...
Sekali lagi jangan mencariku...
Aku akan mengabari secepatnya...
Percayalah...


-Masumi-


Eisuke meremas kertas di tangannya. Dia tidak bisa membiarkan Masumi menanggung kesedihan nya sendiri di negeri orang.

"Asa...siapkan keberangkatanku...!!!" pinta Eisuke kaku.

Asa membungkuk mengiyakan perintah dari pria tua yang masih sangat disegani tersebut.

*****

Negeri Paman Sam...

Sore itu Maya baru saja selesai jam kuliah. Hijiri telah menjemputnya di gerbang kampus.

Dengan senyum yang menyejukkan dan lambaian tangannya, Hijiri menghampiri gadis yang dicintainya.

Maya pun membalas senyum itu dengan lembut dan mata yang berbinar-binar bahagia.
Entah mengapa tatapan pria itu begitu membuat Maya tenang dan nyaman.

Maya menggelayut lengan Hijiri dan segera membawanya keluar kampus. Keduanya tampak serasi, perlahan terdengar renyah tertawa Maya dengan celotehan Hijiri.

Mereka terus berjalan menyusuri jalanan kota yang rimbun. Terkadang Hijiri mencubit gemas hidung mungil Maya, dan Maya mengejar Hijiri yang berlari kecil menghindari cubitan Maya.

Tanpa mereka ketahui, seseorang sudah memperhatikan mereka sedari gerbang kampus tadi.

Dengan penampilannya yang tak mudah dikenali, dia terus membuntuti pasangan kekasih itu.

Jas besar dan panjang yang menutupi perawakannya, topi yang menutupi sebagian wajahnya, juga kaca mata hitam yang menyamarkan tatapan matanya.

Dia MASUMI!!!

Tangannya terus mengepal keras, hatinya begitu hancur. Dia tak pernah membayangkan bahwa orang kepercayaannya lah pria yang memiliki gadis mungilnya.

"Mengapa harus kau, Hijiri? Apa arti semua ini?" gumam Masumi pilu.

Matanya berkaca-kaca memandangi kebahagiaan Maya bersama Hijiri. Satu sisi dia sangat ingin memergoki keduanya dan menghempaskan pria itu dari sisi Maya.
Namun di sisi lain, dia menyadari kesalahan nya dahulu telah meninggalkan Maya dalam keterpurukan.

Maya...apa yang harus kuperbuat sekarang?
Mengapa harus dia yang mengisi hari-hari terburukmu...
Bagaimana ini....bagaimana Mungilll...

Masumi berhenti sejenak untuk menarik nafas dan mencoba meraba jantungnya yang berdebar kencang.


Dia tak pernah membayangkan bahwa pria itu adalah HIJIRI!!!

"Tidak...aku harus kuat. Aku harus mengatakan yang sebenarnya bahwa aku sudah berpisah dengan Shiory" gumam Masumi kembali.

Lama kelamaan Hijiri mulai merasa diikuti seseorang. Naluri intel nya mulai terganggu. Dia menoleh ke belakang...menoleh dan menoleh lagi.

Namun Masumi sudah menyadari kecurigaan Hijiri. Dengan sigap Masumi bersembunyi di beberapa dinding pagar rumah orang di sepanjang jalan tersebut.

Hingga mereka tiba di depan apartemen Maya. Mereka istirahat sejenak di taman apartemen. Duduk berdampingan di sebuah bangku besi panjang berwarna kecoklatan.


Hijiri melingkarkan tangannya di bahu Maya. Keduanya saling pandang mesra.


"Maya...apa kau lelah?" tanya Hijiri peduli.


Maya menggeleng bahagia dengan perhatian Hijiri, dan menjatuhkan tubuhnya ke dekapan pria tampan di sampingnya.


DEG!!!


Masumi sontak pucat melihat itu. Dari jauh dia ingin meraih lengan gadis mungilnya. Namun apa daya dia bukan siapa-siapa gadis itu.
Dia lah yang menyakiti Maya terlebih dahulu...


Akulah yang melambungkan mimpimu...
Aku jua yang menghempaskannya berkeping-keping...
Aku yang melenyapkan harapanmu, Mungil...
Bagaimana aku harus mencarinya kembali...


Bagaimana aku bisa berdiri di hadapanmu...
Bagaimana aku bisa berkata bahwa aku masih mencintaimu...
Mungiil...ijinkan aku membalut luka yang ku toreh di hatimu...


Mungiill...sandarkan beban itu di dadaku...
Aku mohon...Maya...
Akan kutaburkan benih kasihku kembali hanya untukmu...
Hanya untukmu...


Masumi terisak dari tempat tersembunyi yang tak jauh dari Maya dan Hijiri. Tubuhnya terasa lemah tak berdaya melihat semua nya. Hubungan Hijiri dan Maya tampak bahagia. Maya bisa tersenyum mesra dan selembut itu pada Hijiri...


Masumi SHOCK berat...!!!


Dia jatuh tak sadarkan diri di tempat itu!!!


Seketika itu juga para pengawal suruhan Eisuke langsung membopongnya dan membawanya ke dalam mobil.


Semuanya masih mengawasi gerak gerik Maya dan Hijiri.


Begitupun Eisuke tampak geregetan dengan keadaan ini. Dia berada di mobil yang sama dengan Masumi.


Eisuke meratapi putranya sedih. Semua di luar dugaannya. Masumi masih belum sadarkan diri. Masumi ternyata sangat lemah bila mengenai gadis mungil itu.


Masumi...bangunlah...
Raih kembali gadis itu...
Kalian harus bisa bersama...
Aku akan pastikan itu...


Tak perduli siapapun merebutnya...
Aku akan membereskannya...
Lihat saja...


Tak kan kubiarkan putraku seperti ini...
Tidak...akan...


*****

Entah berapa lama Masumi tak sadarkan diri karena shock dengan kenyataan yang diluar perkiraannya. Haripun telah mulai gelap. Eisuke dan para anak buahnya masih berjaga di sekitar apartemen Maya.

Walau Maya dan Hijiri beberapa waktu lalu sudah kembali ke apartemen masing-masing.

Eisuke memerintahkan untuk kembali ke apartemen mereka. Dia letih kalau harus membuntuti seharian kedua orang itu.

Namun ketika hendak berangkat, Masumi mulai terbangun dari pingsannya. Eisuke senang dengan sadarnya Masumi. Dia segera meminta supir untuk melajukan mobil kembali ke apartemen pribadi Hayami. Tapi Masumi mencegahnya...

"Ayah...aku akan menyelesaikannya malam ini" ucap Masumi tiba-tiba.

"Masumi...sudahlah, besok kita lanjutkan" pinta Eisuke.

Namun Masumi bersikukuh tidak ingin meninggalkan tempat itu. Akhirnya Eisuke pun menyuruh beberapa orang untuk menjaga Masumi dari jauh.

Eisuke berpindah ke mobil yang lain. Tinggal Masumi dan seorang supir di mobil tersebut.

Masumi masih tampak lemah. Dia mencoba kuat dan mencicipi makanan yang telah disediakan oleh ayahnya.

Matanya menatap salah satu jendela apartemen. Walau dia tak tahu pasti dimana letak apartemen Maya berada. Masumi mulai mencari cara untuk menemui Maya. Dia terlihat kaku kebingungan.

Masih dalam pikirannya...tiba-tiba tampak seorang pria berjalan menuju apartemen itu. Itu Hijiri...

Masumi menajamkan penglihatannya, dia ragu sejenak. Namun setelah diperhatikan, pria itu memang benar Hijiri.

"Untuk apa malam-malam begini dia datang?" gumam Masumi curiga.

Seluruh tubuhnya serasa menjadi kaku karena cemburu. Masumi sudah tidak bisa lagi menyaksikan keduanya bermesraan. Dia harus segera bertindak, pikirnya...

Tidak lebih lama lagi, Hijiri...
Sudah cukup sampai di sini...
Kembalikan gadis mungil itu padaku...
Kembalikan...Hijiri...

Tampak Hijiri telah masuk ke apartemen Maya. Masumi mulai mengambil ancang-ancang dengan sangat hati-hati dia memikirkan apa yang harus dia katakan dan perbuat.

Ting...tong...

Cekleek...

"Ah kakak...masuk kak" sapa Maya ramah.

Hijiri pun masuk...

Bllaaamm!!

"Maya, ini aku bawakan susu hangat untukmu" ucap Hijiri sambil menyerahkan sekantong plastik berisi susu dan cemilan lainnya.

"Kau tak perlu repot kak, tadi sore kita sudah banyak menghabiskan cemilan di taman kan?" ujar Maya sambil membereskan cemilan yang dibawa Hijiri. Menyusunnya di rak dekat meja makan.

Hijiri menghampirinya dan menarik lengan gadis itu ke dalam pelukannya. Memeluknya erat...

Maya kaget dengan sikap Hijiri yang tiba-tiba memeluknya.

"Kak...ada apa? Mengapa kau tiba-tiba memelukku" tanya Maya khawatir dengan perasaan Hijiri.

Maya mulai merasakan bahunya basah oleh airmata pria itu. Hijiri menangis di pelukannya...

"Maya...aku sungguh mencintaimu..." ucap Hijiri lembut.

Maya perlahan melepaskan dekapan pria itu, membawanya ke sofa tamu. Mereka duduk berhadapan dan sangat dekat.

"Kak Hijiri, tidak biasanya kau seperti ini. Apa ada sesuatu yang terjadi?" selidik Maya curiga.


Entah mengapa pria itu punya firasat akan terjadi sesuatu.Sesuatu yang akan membuatnya terpisah dengan gadis mungil yang telah mengisi kekosongan jiwanya selama ini...

Hijiri tak menjawabnya. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Maya. Begitu dekat dan kedua matanya menatap Maya mesra.

Maya menyentuh dadanya, ada rasa berdebar karena tatapan Hijiri. Maya menunduk malu, namun Hijiri menahan dagu gadis itu. Mendaratkan sebuah kecupan di bibir mungil gadis itu berulang-ulang. Maya ingin berontak, namun dia tak tega menyakiti hati Hijiri.

Aku akan menata kembali hatiku...
Kini hanya pria ini seorang...
Aku akan bertahan dengan cintanya...
Semua noda akan sirna dari hatiku...

Aku yakin itu...

Sementara itu di luar apartemen Maya...
Tepat di depan pintu, Masumi berniat memergoki Maya dan Hijiri.


Tangannya mengepal kesal cemburu. Ingin rasanya dia mendobrak benda di hadapannya tersebut.


Masumi mencoba tenang sesaat, dia berpikir sejenak. Hingga terdengar...


Ceekklleekk...


Masumi melesat sembunyi di belakang pintu darurat. Jantungnya sangat tidak stabil karena hal itu. Perlahan dia mengintip pintu apartemen Maya dari balik pot besar di dekat pintu.


Terlihat Hijiri berpamitan pada Maya. Sebelumnya dia mengecup kening Maya dengan lembut. Begitupun Maya tersenyum manis menatap Hijiri.


Hijiri telah menghilang dari pandangan...


Bllaaaam...


Maya kembali masuk...


Masumi terduduk lemah di tangga. Berpikir dan berpikir...


Dia akan menemui Maya sekarang juga dan berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang hubungan keduanya.


"Yaa...itu dia" gumam Masumi sembari berdiri dan perlahan berjalan menuju apartemen Maya.


Ting...Tong...


Ceklleekk...


Maya membuka pintu, dia mengira Hijiri kembali karena ketinggalan  sesuatu atau apa..


"Kak...apa ada yang..." sapa Maya riang. Namun seketika itu juga wajahnya berubah menjadi kaku.


Mereka saling tatap...


Dingin...


Masumi menatap Maya penuh kerinduan. Dia tak ingin mengingat apa yang baru saja dia lihat. Dia hanya ingin wanita itu di sisinya..


Tak peduli Maya dengan siapa. Masumi hanya ingin mengatakan bahwa saat ini dia bukan milik siapa-siapa.


Hanya itu...


"Mungiiilll..." ucap Masumi sedih.


Maya balas menatap Masumi pilu. Sejujurnya dia sangat ingin berlari ke dalam dekapan pria itu. Menghamburkan tubuhnya menyatu dengan pria tampan itu...


Sangat ingin...


Perlahan airmata mengaliri pipinya yang pucat. Dia menyeka airmata itu karena dia tak mampu menahannya.


Begitupun Masumi mulai gemetar memandangi gadis yang dicintainya. Bibirnya ingin mengatakan sesuatu, namun kata-kata itu tak terdengar.


Banyak hal yang ingin dia utarakan pada gadis mungil di hadapannya. Masumi merasa keringat dingin mengaliri tubuhnya. Dia berusaha berdiri tegak dan segera ingin menyelesaikan semua ini.


"Maya...apa kabarmu?" tanyanya lemah.


Maya menatapnya dengan menahan tangis. Bibir dan mata Maya bergetar menahan derasnya airmata yang terasa telah penuh di pelupuk matanya.


"Pak Masumi..." sahut Maya lirih merindu.


Tidak...aku tak boleh begini...
Mengapa kau datang ke sini?
Apa kau sudah melupakan semua yang telah kau perbuat?


Aku tidak pernah melupakannya, pak Masumi...
Kau mencampakkanku...
Dan memilih wanita licik itu...


"Untuk apa anda datang kemari?" tanya Maya dingin.


"Maya...maafkan aku. Aku tak bisa melupakanmu" ucap Masumi memelas.


Maya menangis mendengar ucapan Masumi. Dia memejamkan matanya berulang kali. Meratapi luka hatinya yang tergores kembali dengan kehadiran pria itu.


"Sudah...cukup pak Masumi. Aku mohon pergilah" pinta Maya lemah.


Masumi begitu ingin meraih lengan gadis itu. Perlahan dia menjulurkan tangannya ke arah Maya.


"Mungiilll, jangan seperti ini...padaku" Masumi semakin memelas dan melangkah masuk ke dalam apartemen Maya.


Maya pun perlahan mundur menjauhi Masumi...


Kini keduanya berada di dalam apartemen Maya...


Bllaaamm...Pintu Tertutup!!!


Maya kaget dengan suara pintu yang tertutup keras oleh dorongan kaki Masumi.


"Jangan mendekat pak Masumi!!!" ancam Maya kaku.


Namun Masumi masih saja mendekati Maya dengan tatapan dingin. Maya pun semakin kalut dengan sikap Masumi. Maya semakin mempercepat langkah mundurnya. 


Dan...


Brruuukkk...


Kakinya terhenti oleh tembok pembatas antara ruang tamu dan ruang makan.


Jantungnya mulai terasa berdebar kencang. Dia melihat Masumi menatapnya mesra dan penuh kerinduan.


Mata itu...tatapan nya...
Aku merindukan tatapan itu...
Tatapan itu yang kucari slama ini...
Pak Masumi...aku tak bisa melupakanmu...
Aku tak bisa...


Bagaimana ini...kak Hijiri...


Nafas Maya terengah-engah menahan ketakutan luar biasa. Ini bukan perasaan biasa. Maya berusaha menepis semuanya...


Jarak mereka semakin dekat, hingga beberapa saat mereka masih terdiam. Yang terdengar hanya debaran jantung keduanya berdetak kencang.


Maya menunduk dan menghindari tatapan Masumi. Namun Masumi tiba-tiba mendekap erat Maya.


"Mungil..." gumam Masumi rindu.


"Pak Masumi...lepaskan aku" ucap Maya lemah.


"Tidak...aku tidak akan melepaskanmu lagi" terang Masumi lirih.


"Semuanya sudah berakhir, aku sudah memiliki pria lain" balas Maya.


"Mungil, kau mengkhianatiku!" ujar Masumi kemudian. Kata-katanya terdengar sedikit mengeras.


Maya mendorong Masumi sekuatnya, untunglah Masumi bisa menahannya dan tetap berdiri sedikit menjauh dari Maya.


Wajah keduanya mulai tegang kembali. Tatapan mereka begitu tajam dan penuh kemarahan.


"Apa yang baru saja kau katakan, pak Masumi?" tanya Maya geram.


Airmata masih membasahi mata keduanya. Namun kekesalan masing-masing juga masih terasa meradang.


"KAU PENGKHIANAT!!" teriak Masumi tiba-tiba...


Maya benci dengan teriakan Masumi. Sepertinya dia ingin menghempaskan semua barang di hadapannya ke arah pria tampan di depannya.


"Keterlaluan!!" gumam Maya kesal.


Maya tampak berusaha menahan amarahnya...Namun...


"KAU LAH YANG PENGKHIANAT!!!" teriak Maya membalas Masumi.


"Heeh...apa kau lupa? APA KAU LUPA TUAN MASUMI HAYAMI?!!!!" teriak Maya kembali dengan bibir yang mencibir.


Dengan mata yang melotot Maya memandang Masumi.


Masumi terdiam lesu. Dia mengakui semua omongan Maya. Dia lah yang meninggalkan gadis itu.
Membiarkannya terpuruk begitu dalam di negeri orang.
Sendiri....Jauh dari tempat kelahirannya...


Wajah Masumi kembali melunak. Perlahan dia mendekati Maya lagi. Maya tak bergeming. Dia lelah...


Lelah dengan keadaan ini...Berkali memendam perasaannya pada pria itu, namun tak bisa jua menghapusnya.


Maya terduduk lunglai di lantai menahan tangisnya. Masumi pun menjatuhkan tubuhnya di depan Maya.


Perlahan jemarinya menyentuh lengan Maya. Gadis yang sangat dirindukannya...


"Maafkan aku sayang, aku mengaku salah..." aku Masumi terisak.


Maya menatapnya pilu dan menganggukkan kepalanya...


Seketika itu juga Masumi tersenyum. Senyumnya terasa tulus namun  menyedihkan.


"Maya...ijinkan aku memperbaikinya. Memperbaiki kesalahanku 2 tahun lalu padamu" ucap Masumi lagi dengan wajah penuh harap.


Maya menerawang memandangi pria yang pernah mengejar cintanya bertahun-tahun. Membuat hidupnya menjadi lebih indah kala itu. Saat-saat yang begitu membahagiakan bagi gadis mungil yang tak punya apa-apa kecuali bakat akting yang besar.


"Mungiill...."gumam Masumi pilu melihat airmata Maya begitu deras mengaliri pipi mungilnya.


Maya masih menerawang menatap Masumi...


Mengenang semua yang pernah dilalui bersama pria di hadapannya, semuanya seolah muncul dan menghalau kesedihan yang merasukinya...


"Pak Masumi...aku memang masih...masih memikirkanmu" ucapnya terbata.


"Mungil..." sahut Masumi mendekat.


Namun lengan gadis itu meminta nya untuk jangan melangkah lebih dekat lagi...


"Cukup...cukup pak Masumi. Kau bukan sandaran hatiku lagi. Aku...aku telah melupakan semua" isak Maya lemah.


"Tidak Maya, kau tak akan bisa melupakanku" balas Masumi tegas.


"Maya, jangan bohongi perasaanmu padaku. Kau tak akan bisa hidup tanpaku, aku YAKIN ITU!!" ujar Masumi kemudian.


"Percuma...percuma...hatiku telah letih denganmu. Kumohon pergilah!" pinta Maya menahan tangis.


"TIDAK...!!!" Masumi menarik lengan Maya dan mendekapnya erat.


Maya merasa dadanya sesak dengan dekapan Masumi. Dia berontak!


"LEPASKAN AKU!!! KUMOHON...PERGILAAAHH!!" teriak Maya menggelegar.


Masumi melepas dekapannya pada gadis mungil itu. Dia sadar bahwa gadis mungil itu telah memintanya pergi. Dia menolak Masumi mentah-mentah...


Masumi sadar semuanya telah terlambat. Tak mungkin bisa kembali menyambung benang yang telah putus...
Merapikan kembali benang yang kusut, itu mustahil...


"Maya...baiklaaahh...bila itu maumu" ucap Masumi lesu.


Maya masih menunduk dengan berurai airmata...


Masumi menatap nya untuk terakhir kalinya. Dia mendekati Maya dan mengecup kening gadis itu...
Dan membisikkan:


"Selamat tinggal, Mungiil. Aku selalu...selalu mencintaimu..." Masumi terisak dan pergi meninggalkan Maya.


Bllaaamm!!!


Hampa...Kesunyian datang menghampiri Maya..


Maya mulai terisak menyadari kepergian pria yang akan selalu ada dalam hatinya.


Maya merintih dan meratapi kepergian Masumi...


"Pak Masumi......................." tangis Maya pilu.


Mata dan bibirnya bergetar karena menahan tangis. Hatinya benar-benar hancur.


Pak Masumi...sekeras apapun gelombang itu...
Batu karang di hatiku tak akan hancur...
Cintaku...akan selalu untukmu...
Walau kau bukan milikku...


Rindu begitu mengiris relung hati Maya...
Padahal baru saja pria itu di hadapannya...
Dia membiarkannya pergi...Tidak...
Entah darimana datangnya rindu itu, namun yang pasti Maya merasa sukmanya melayang seiring kepergian Masumi...


"Tidak...jangan pergi...pak MASUMI!!" teriak Maya sambil berlari secepat mungkin mengejar pria itu.


Menaiki lift dan keluar dengan terburu-buru. Tepat di pintu teras apartemen tampak Masumi masih berdiri menatap ke atas apartemen.


Langkah Maya terhenti sesaat...


Dia hendak melangkah menghampiri pria itu, namun tangan seseorang menariknya dari belakang.


Membawanya ke tempat tersembunyi dari Masumi...


"Kak Hijiri..." gumam Maya tak percaya.


Mereka bertatapan lama. Baik Maya maupun Hijiri tak bersuara apa-apa.
Mata keduanya berkaca-kaca...


Berbagai pikiran menghampiri keduanya. Hijiri memeluk Maya dengan erat. Seperti takut kehilangan gadis mungil tersebut.


Membelai rambut ikal nan hitam Maya. Mengelus dan mengecup keningnya.


Maya masih terlihat shock. Wajahnya pucat dan basah oleh airmata kesedihan.


Semuanya tlah berakhir...
Tlah berakhir...
Kini Hijirilah sandaran hatiku...
Biarlah benih itu tumbuh perlahan di lubuk hatiku...


Menimbun semua asaku padamu, pak Masumi...
Selamat tinggal...selamat tinggal...cinta...


Mereka masih berdekapan...


Begitupun Masumi melangkahkan kakinya perlahan meninggalkan area apartemen Maya. Tatapannya terasa hampa dan menerawang tanpa arah.


Bayangan itu perlahan menjauh...
Menjauh pergi entah sampai kapan...
Semua khayalannya telah terbang...
Segala harapan itu kini tinggal kenangan...


Kenangan yang tak akan pernah terlupakan...


"Selamat tinggal...Mungiiilll" desis Masumi sambil melajukan mobilnya dan hilang dari pandangan.




***continue to -part 5-***




7 komentar:

  1. Yah yaaah..bersambung! Ceritanya seru bgt sis. I like it. Update-nya jgn lama2 ya :-)

    BalasHapus
  2. langsung di lanjut lagi ya......aku jadi ikutan lemesssssss :P

    BalasHapus
  3. ty for updatenya tapi sekarang jadi lebih lemes lagi gara2 maya nolak Masumi.......ayo sist.....sok atuh yg ke 5.....

    BalasHapus
  4. iya niih...pgnnya cepet. tapi jd bingung pilih sapa yach? hehe sama kerennya sich..

    BalasHapus
  5. emang sih sama2 keren tapi tetp Masumi yg paling TOBZZZZ heheheheheh, sok atuh yg ke 5....lom bisa tidur nih...... :)

    BalasHapus
  6. wah wah... jd begini deh.
    Terus terang aja I don't believe Maya can really love Hijiri and forget Masumi that easily. Kalo akhirnya M-H endingnya nggak happy ending. Tiga org bakal nggak happy and satisfied: Maya bakal terus mikirin Masumi and the what if thing, Hijiri bakal terus was-was krn nggak bakal yakin sama cintanya Maya, Masumi bakal depress berat mikirin Maya and Hijiri.
    Kalo M-M ending lebih mendingan (semi Happy ending gitu): at least M-M bakal finally happy, Hijiri bakal broken hearted dulu tp trus move on, yup jadinya lebih ke Happy Ending akhirnya.
    Ngarepnya endingnya bakalan happy ending :)
    Tp kalo sampe nggak, Mbak Rose musti bikin cerita baru yg happy ending yg tonenya less melodramatic tp more romantic comedy. :)
    Tq mbak buat kasih hiburan lewat ffnya. Di tunggu kelanjutannya.
    -serendipity

    BalasHapus
  7. Mbak tumben dirimu sepi uo date an biasanya sehari bisa 3 kali hikshikshiks....ayo dong di buat yg ke-5,,,,pleaaaassssseeee LANJOOOOOTTTTTT maksa dikit :P

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...