Juli 02, 2011

Kesetiaan -part 1-


{IF: Setahun telah berlalu, Maya memutuskan melanjutkan pendidikan di negara Paman Sam. Bersama hak pementasan 'Bidadari Merah' yang jatuh ke tangan Ayumi. Sebelum Maya bertolak ke negara Paman Sam, Masumi sempat mengungkapkan perasaannya pada Maya. Walau Masumi kala itu masih berstatus sebagai tunangan Shiori. Dan sedang mempersiapkan pernikahan mereka. Maya pun mulai membuka hati pada setiap pria yang ingin mengenalnya lebih dalam, karena dia yakin perasaannya pada Masumi sudah tak berarti apa-apa lagi.}






Maya tampak berdiri termenung di balkon apartemennya. Pikirannya selalu melayang pada seorang pria nun jauh di sana. Perlahan airmata membasahi pipi putihnya. Dia sangat ingin membuang bayangan pria itu, namun begitu sulit.


Maya berjalan mengitari pagar balkon dengan menyusuri nya. Jemarinya begitu gemetar mengenang kata-kata terakhir dari Masumi.


Mengapa kau mengatakan itu padaku...
Bila saat ini kau akan menikahinya...
Apakah itu hanya sesaat?
Apa kau masih mengingatku, Masumi?


Maya merasa ini sudah terlalu lama. Dia harus menjalani pendidikan ini hampir satu tahun lagi. Pastilah semuanya akan terlambat bila dia kembali ke Tokyo.


Tiba-tiba...
Ponsel Maya berbunyi dan mengagetkan Maya dari lamunan.


Maya mengangkatnya...


"Halo...Maya di sini" sapa Maya membuka ponselnya.


"Nona Maya, saya Hijiri...Bisakah kita bertemu?" pinta pria itu dari sebrang sana.


"Ah kak Hijiri, kau dimana?" balas Maya riang.


"Aku sudah ada di depan balkon sekarang, nona" jawab Hijiri.


Maya menuju balkon, dia menatap ke bawah. Tampak Hijiri melambaikan tangannya sambil tersenyum. Maya membalasnya dan berlari segera keluar dan turun dari apartemennya.


Sejak dia tinggal di negara itu, Hijirilah yang selalu menemaninya. Maya sangat beruntung mempunyai kakak sepertinya. Masumi meminta Hijiri untuk selalu menjaga Gadis Mungilnya tersebut. Sebelumnya Maya pun telah mengetahui jati diri Mawar Ungu dari Hijiri.


"Hai...kak Hijiri sudah lama menunggu?" sapa Maya ramah.


"Tidak, aku baru saja tiba" jawab Hijiri.


"Apa rencana kita untuk hari ini, kak?" tanya Maya dengan nada riang.


Hijiri tersenyum memperhatikan tingkah laku Maya. Dia mengajak Maya untuk berjalan-jalan di sekitar apartemen saja.


Nona Maya...kau masih sama seperti dulu...
Aku berharap bisa menghilangkan kesedihanmu...


"Kita makan es krim, bagaimana nona?" sahut Hijiri.


"Kak Hijiri, berapa kali aku bilang, panggil saja aku 'Maya'" pinta Maya sambil menyenggol lengan pria itu.


Hijiri hanya tersenyum dan menunduk tidak enak. Saat ini Maya tampak berseri-seri berjalan bersama Hijiri. Tiada yang tahu bagaimana perasaannya, karena hari ini adalah pernikahannya Masumi di Tokyo.


Mereka duduk di sebuah bangku besi di taman belakang apartemen. Udara nya sedikit dingin, karena kala itu musim gugur.


Sesaat mereka terdiam...sepii...


Pikiran Maya tampak kosong memandang dedaunan di depan sana yang berterbangan oleh angin. Hijiri memperhatikan ada kesedihan dari raut wajah gadis di sampingnya.
Dan itu benar...


Pipi Maya mulai dibasahi airmata...


Hijiri menawarkan tisu pada Maya. Maya kelihatan kaget dan malu karena kesedihannya terbaca oleh Hijiri.


"Eh...maafkan aku kak Hijiri. Mataku terkena debu" ucap Maya berbohong.


"Jangan pernah kau tutupi perasaanmu, nona. Aku akan selalu menjagamu. Jadi kumohon berbagilah denganku" ujar Hijiri menenangkan.


Maya menatap Hijiri dalam. Begitupun sebaliknya. Perlahan Maya mendekap Hijiri dan menangis sejadinya di bahu pria tampan itu.


Hijiri tampak ikut merasakan penderitaan Maya. Dia pun mengusap kepala Maya perlahan sambil menganggukkan kepalanya.


Mereka masih saling berdekapan, saat ponsel Hijiri berbunyi. Mengagetkan keduanya...


Perlahan mereka melepas dekapan masing-masing. Hijiri menerima teleponnya dan berbicara di samping Maya.


Maya hanya melamun dengan tatapan kosong. Dia tidak memperhatikan apa yang dibicarakan Hijiri.


"Iya tuan, baik" ucap Hijiri menjawab teleponnya.


"Hijiri, bagaimana keadaannya?" tanya suara Masumi dari sebrang sana.


"Dia...sangat sedih, maafkan saya tuan" jawab Hijiri.


"Hmm...aku sudah mengiranya, sampaikan maafku padanya" ucap Masumi lagi.


"Tapi tuan, bagaimana bila tuan sendiri yang mengatakannya?" pinta Hijiri sedih.


Sesaat Masumi tak menjawabnya, namun kemudian dia mengiyakan tawaran Hijiri.


Ponsel pun diberikan pada Maya. Maya jadi bingung harus bagaimana. Hijiri berusaha menguatkan hati gadis itu.
Akhirnya Maya mau berbicara dengan Masumi.


"Ha...lo..." sapa Maya gugup.


"Mungil...apa kau baik-baik saja?" suara Masumi terdengar grogi.


"Hmm ya, trimakasih" balas Maya sambil memejamkan matanya dan terisak.


"Mungill, maafkan aku..." sahut Masumi lagi.


Maya tak sanggup melanjutkan percakapan itu. Dia menyerahkan ponsel itu kembali pada Hijiri. Lalu Maya menutup wajahnya dan menangis.


Hijiri merasa turut sedih karenanya. Dia menutup ponselnya dari Masumi.
Dan berusaha menghibur hati Maya.


Tampak ketulusan dari tatapan Hijiri. Dia merasa kasihan dengan Maya. Tangannya mengepal dengan semua kejadian yang dialami gadis mungil di sampingnya.


"Nona Maya..." gumamnya pilu.


Maya masih menangis. Namun wajahnya berusaha menunjukkan ketegaran. Maya merasa harus bangkit dari keterpurukan.


"Kak Hijiri, katakan padanya, aku akan kuat dan bertahan" ucap Maya tiba-tiba.


Hijiri menatap Maya dalam. Rasa iba itu begitu besar pada gadis itu.
Hijiri sangat ingin membuat Maya bisa tersenyum selebar dulu. Ceria dan polos seperti saat dia berada di Tokyo.


"Nona Maya, ijinkan aku membahagiakanmu" pinta Hijiri mengagetkan Maya.


Maya menatap Hijiri tak mengerti. Mereka saling pandang beberapa waktu.


"Kak Hijiri..." gumam Maya bingung.


Hijiri hanya tertunduk malu dengan ucapan yang diluar kesadarannya tadi. Wajahnya merah dan berusaha ditutupinya dari tatapan Maya.


Maya pun menyadari itu, dia tidak ingin membuat Hijiri kikuk seperti itu. 


"Kak Hijiri, aku sangat senang bisa bersamamu saat ini" ucap Maya sambil menggayut lengan Hijiri yang masih malu.


Mereka duduk di sana cukup lama. Hanya memandang dedaunan dan orang yang berlalu lalang munkin sedikit bisa menenangkan hati.
Entah apa yang dipikirkan keduanya. Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang berbahagia. 


Di lubuk hati yang terdalam, Maya sangat terpukul dengan pernikahan Masumi hari ini. Dia berusaha bisa membagi kesedihannya bersama pria di sampingnya. Walau itu hanya bisa membantunya sesaat.


Begitupun Hijiri merasa harus membantu Maya bangkit lagi. Dia merasa Maya sangat terpukul dengan lepasnya Hak Pementasan Bidadari Merah ke tangan Ayumi. Dan saat ini, dia pun kehilangan pria yang teramat dikasihinya.


Hijiri bertekad akan membuat Maya tersenyum kembali. Dan selalu menjaganya dalam senang dan susah.


*****
Hari-hari menyedihkan itu telah berlalu.
Sebulan sudah Maya mendengar kabar bahwa Masumi telah menikah bersama Shiory.
Setelah kabar itu Maya benar-benar kehilangan kontak dengannya.

Maya menjalani hari-hari seperti biasa di negeri jauh dari Jepang. Hatinya mulai bisa tersenyum kembali.
Dengan uluran tangan Hijiri, Maya terlihat lebih tegar dari sebelumnya.

Sementara di Tokyo...

Masumi tampak duduk melamun di meja kerjanya. Pikirannya melayang pada pujaan hati yang berada jauh di sana.

Walau kini dia telah menikah, namun rasa cintanya pada gadis mungil itu tidak luntur sedikitpun.

Maya...maafkan aku...
Maafkan aku...

Tiba-Tiba...

Cekkleek...

Shiory masuk ke ruangan suaminya. Dia tersenyum mesra pada Masumi. Masumi membalasnya tipis.

Lalu Shiory berjalan ke arah meja Masumi dan menatap suaminya yang tampak lesu dengan kehadirannya.

"Suamiku, apa kau tidak suka dengan kedatanganku?" tanya Shiory sedih.

Masumi merasa tidak enak dengan istrinya. Dia pun berusaha menampakkan wajah bahagia.

"Tidak Shiory, aku hanya kelelahan. Apa ada yang penting hingga kau mampir kemari?" balas Masumi mulai ramah.

"Masumi...sudah sebulan kita menikah. Mengapa kau masih merasa asing denganku?" tanya Shiory pilu.

Masumi menatap Shiory iba. Berulang kali Masumi mencoba membuka hatinya untuk wanita di hadapannya saat ini, namun semuanya hanya membuang waktu percuma.

Rasa itu tak bisa hadir...
Tak bisa...
Dan tak akan pernah bisa...
Maafkan aku, Shiory...

Melihat suaminya mengacuhkannya, akhirnya Shiory meninggalkan kantor Masumi dengan mata berkaca-kaca. Shiory sangat sedih dengan sikap Masumi.

Mengapa aku begitu mencintainya?
Kalau aku bisa membuangnya...
Itu sudah lama ku buang, Masumi...
Tapi rasa itu malah semakin besar...

Kau suamiku, Masumi...
Mengapa aku tidak bisa...
Meluluhkan hatimu...
Masumi...mengapa...

Hari ini benar-benar membuat Masumi suntuk. Dia mencoba menghubungi Maya, namun gadis itu tidak pernah mengangkatnya.

Masumi pun coba menghubungi Hijiri. Karena orang kepercayaannya itu telah lama tidak memberinya kabar. Sejak pernikahan itu...ya sejak saat itu...
Semuanya menjadi gelap...

*****

Tuut...tuut...tuut...

Sekali lagi ponsel Hijiri berbunyi. Bergantian ponsel Maya pun berbunyi.

Tidak satupun yang diangkat.
Hijiri sedang mengerjakan sesuatu, sedangkan Maya baru saja selesai jam kuliah siang itu.

Maya menatap ponselnya sedih...

Nama Masumi tampak muncul memanggilnya...
Namun Maya enggan menjawabnya...
Maya telah berjanji tidak akan berurusan lagi dengan pria yang sudah menikah. Maya tidak ingin menjadi pengkhianat.

Maafkan aku...pak Masumi...
Kau telah berada jauh sekarang...
Aku tak mampu meraihmu lagi...
Biarkan aku hapus segalanya...

Airmata membasahi pipinya. Maya berjalan menyusuri lorong faculty di kampusnya. Dia tak menghiraukan beberapa teman sedang menatap ke arahnya.

Maya terus berjalan mengenang pria yang pernah ada di dalam relung hatinya.

Hingga tiba di depan apartemennya. Hijiri telah ada di sana. Dengan senyuman yang tentunya menyejukkan hati Maya.

Maya melambaikan tangan dan membalas senyuman Hijiri dengan manis.

"Sudah lama kak?" tanya Maya sumringah seolah lupa dengan apa yang baru saja mengganggu hatinya.

"Kira-kira 10 menit lah. Ini..." sahut Hijiri, sambil menunjukkan 2 kotak makanan.

"Kak Hijiri, kau tak perlu repot. Aku kan sudah katering" ucap Maya sopan.

"Ayolah..." ajak Hijiri sambil menarik tangan Maya dan membawanya menuju mobilnya.

"Kak...kita mau kemana?" tanya Maya bingung.

"Nanti kau akan tahu, nona Maya" jawab Hijiri sedikit tertawa.

Maya hanya tersenyum dan mengikuti kemana Hijiri membawanya.

Selang berapa lama mereka telah berada di dalam mobil dan asyik mengobrol.

Wajah Maya terlihat bahagia, begitupun Hijiri. Keduanya begitu gembira, Hijiri membawa Maya menuju Central Park.

Hijiri ingin membawa Maya untuk melepas penat hiruk pikuk kota dan padatnya jadwal kuliahnya.

Dengan berjalan di bawah rimbunnya pepohonan dan segarnya udara taman, Hijiri berharap bisa membuat Maya bahagia.

Nona Maya...aku akan membuatmu bahagia...
Ijinkan aku melakukannya, nona...
Dan maafkan aku tuan Masumi...
Sampai Maya bisa bangkit...
Biarkan aku menjaganya...

Setelah makan siang di dalam mobil, mereka pun mengitari kawasan taman sambil mengobrol. Sekali-kali tampak Hijiri membuat Maya tertawa terbahak-bahak. Begitupun sebaliknya.

Saat ini mereka berada di Boathouse Loeb. Hijiri mengajak Maya menaiki sebuah perahu dayung di sekitar danau. Namun Maya enggan menerima ajakan Hijiri kali ini.
Maya takut tercebur...

"Ah..kak Hijiri, aku tidak mau. Lebih baik kita kembali ke parkiran, karena hari mulai sore" tolak Maya pelan.

"Baiklah, bila itu bisa menenangkanmu, nona Maya" jawab Hijiri mengerti.

"Kak, jangan panggil aku Nona. Pleaseee!" pinta Maya kikuk.

Hijiri mengangguk dan tersenyum pada Maya. Mereka pun kembali ke mobil dan Hijiri mengantar Maya sampai di depan apartemennya.

"Kak Hijiri, trimakasih ya. Aku sangat bahagia hari ini. Dan itu semua berkat dirimu" ujar Maya riang.

Hijiri tersenyum sambil sedikit membungkuk hormat. Diapun pamit. Maya melambaikan tangannya sampai mobil Hijiri hilang dari pandangannya.

*****

Hari berlalu...bulan ke bulan...
Tepat setengah tahun sudah Masumi menikah.
Dan hingga saat itu pun Masumi tak pernah bisa berhubungan dengan Hijiri apalagi Maya.

Ada rasa kesal dalam hati Masumi, mengapa Hijiri benar-benar tak pernah mengangkat telepon darinya. Bahkan mencoba menghubunginya balik pun tidak. Keterlaluan...!!!

Kemana dia?! Ada apa dengannya?
Apa terjadi sesuatu pada mereka?
Atau Maya? Apa dia sakit?
Lalu mengapa mereka tidak mau mengangkat telepon dariku...?
Ada apa ini?

Apa yang harus kulakukan?
Aku tak punya hak lagi pada Maya?
Dia pasti amat membenciku...
Aku yakin itu...

Masumi mencari cara agar bisa menghubungi keduanya. Berulang kali dia melakukannya. Namun semuanya buntu. Ini sudah hampir puncak kekesalannya.
Walau Masumi tahu bahwa tak lama lagi, gadis itu akan kembali ke Tokyo.
Namun Masumi tampak seperti tidak sabar dengan apapun yang menyangkut Maya.

Tidak...aku harus menemuinya...
Yaa...aku harus ke sana...
Tidak akan kubiarkan rindu ini...
Tidak...tidak akan Mungil...

Malam itu Masumi tertidur di sofa balkon kamarnya. Pipinya masih basah ketika Shiory menghampiri dan meraba wajah suami tercintanya.

Kau menangisinya Masumi...
Aku yakin itu...
Dia akan selalu ada di hatimu, kan?
Dia telah menawan hatimu...
Bahkan tempat terdalam di hatimu...

Shiory pun terisak menatap Masumi yang tertidur pulas. Dia tampak kurus sejak pernikahan itu. Wajahnya terlihat pucat. Shiory mencoba menerima semuanya asal dia bisa bersama pria yang telah teramat bersemayam di relung hatinya.

Biarlah Masumi...
Aku akan menanti hingga hari itu tiba...
Sampai kau membuka hatimu...
Walau hanya setitik harapan...
Aku tak akan melepaskanmu...





*****continue to -part 2-*****



4 komentar:

  1. Suka...
    Sering mikirin gimana kalo Hijiri sampe mulai punya '"feeling" ke Maya.
    Permulaan yg bagus mba.
    Hmm... How's Masumi going to take this???? Will be interesting.
    Please continue.
    -serendipity

    BalasHapus
  2. A Bit sad but actually this one is a different case than the other.......

    Can't wait to see the next chapt. :P

    BalasHapus
  3. huhuhuu.. hidup Hikirii!! (loh?!?!? >XP)

    BalasHapus
  4. masumi hayami...seorang direktur muda daito yang berumur *maaf kalo salah* 31 tahun...ternyata oh ternyata...mencintai anak yang berumur 11 tahun lebih muda alias 20 tahun, maya kitajima...(??!!)namun, sang ayah, eisuke hayami (yang lebih tepat ayah tirinya) mentunangkannya dengan shiory takamiya (!). dan siganteng hijiri karato asisten terbaik masumi (?)malah menaruh hati pada maya yang kekasih atasannya (!!)wkakakakaka... OMG kacau... XP

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...