Juli 20, 2011

Honey..Honey..I Miss You..-part 3-








Maya berjalan santai menuruni tangga teras apartemennya. Wajahnya terlihat lebih tenang setelah mengatakan kegelisahannya pada Masumi, kekasihnya.


Tepat pukul 1 siang itu...
Maya pun menuju gedung Daito kembali karena Ken akan menunggunya disana.


Sekali lagi Maya berpikir, mengapa Ken mengajaknya bertemu di depan gedung Daito. Maya merasa risih sedikit dengan hal itu. Walaupun dia sudah bicara dengan Masumi, namun tetap saja rasa bersalah itu hadir.


Maya mengambil ponselnya dan menekan beberapa angka...


"Halo Ken...? Ini aku Maya" sapa Maya memulai.


"Maya, aku sudah menunggumu di lobby gedung ini" sahut pria itu bersahaja.


"Ken...bagaimana jika kita bertemu di caffe saja" usul Maya ragu.


Namun akhirnya Ken Fernando bersedia menuruti kemauan Maya. Mereka pun menuju ke tempat yang sama.


Sebuah caffe dengan gaya unik, berada tepat di dekat sebuah bangunan pertunjukan teater.


Perlahan Maya berjalan menuju pintu masuk caffe. Hingga tiba-tiba tangannya ditarik dan dibawa ke sebuah tempat tak jauh dari sana.


"Ken....." sapa Maya kaget ketika tahu yang menarik tangannya adalah pria peranakan itu.


Ken menatapnya penuh kerinduan. Lalu dia mendekap erat gadis mungil itu.


Maya tercengang...


Ken...


Pria itu masih mendekapnya erat. 


Hingga Maya merasa risih dengan pelukan itu. Perlahan Maya melepaskan dekapan Ken.


"Ken...kita duduk dulu ya" usul Maya ragu.


Lalu Ken langsung membawa Maya untuk duduk tepat di hadapannya.


Mata pria itu sekali lagi menatap Maya lembut. Maya sedikit merona karenanya.


"Ken...jangan menatapku seperti itu" pinta Maya sopan.


Namun Ken Fernando seakan tak perduli dengan semua itu, dia benar-benar sangat gembira bisa bertemu dengan gadis jepang yang telah mencuri hatinya.


"Maya...aku merindukanmu...sungguh" ucap Ken pelan.


Maya menghela nafas mendengar kalimat yang sudah sering dia dengar dari pria itu.


"Ken...aku sudah katakan padamu, bahwa aku sudah akan me..." ujar Maya, namun terputus...


"Aku tahu itu! Aku datang ke Jepang untuk mengenalkanmu pada seseorang"ucap Ken tersenyum.


Maya heran dengan siapa dirinya akan diperkenalkan...


Maya hanya mengangguk dengan senyum yang tipis...


Lalu tangan pria itu pun membawanya ke dalam mobil dan pergi meninggalkan caffe menuju ke suatu tempat.




*****

Sementara itu Masumi dan Mizuki masih di perjalanan. Wajah Masumi terlihat kaku dan dingin.

Mizuki mencoba bertanya kemana Masumi akan membawanya.


"Pak Masumi kemana kau akan pergi?" tanya Mizuki ingin tahu.


"Kau diam saja, nanti kau juga akan tahu" jawab Masumi datar.


Mizuki semakin merasa akan terjadi sesuatu yang buruk sebentar lagi.


Ada apa lagi ini...
Huuuh pasangan ini terkadang membuatku gila...
Selalu saja salah semuanya...


Selang berapa lama, mobil mewah Masumi berhenti di sebuah butik. Masumi langsung turun diikuti Mizuki yang masih tidak tahu apa yang akan dilakukan atasannya tersebut.


Seorang pelayan terlihat membungkuk hormat menyapa tamu yang datang.


Masumi masuk dan langsung memilih beberapa gaun. Mizuki menatap semua gaun yang dipilih Masumi.


Bukankah ini gaun untuk menikah?
Apa dia akan menikah?
Secepat ini, tanpa persiapan!


Mizuki masih memandangi heran pada gaun-gaun yang dipilih Masumi. Tiba-tiba Masumi memintanya membawa gaun-gaun itu dan memasukkannya ke dalam bagasi.


"Hei Mizuki, apa lagi yang kau tunggu. Bawa gaun itu, kita masih ada tujuan lain" perintah Masumi sambil berlalu keluar butik setelah membayarnya.


Dengan kebingungan Mizuki menuruti perintah atasannya.


Lalu mobil itu pun melaju ke suatu tempat lagi...


Sekitar 10 menit perjalanan, mobil itu berhenti lagi di depan sebuah toko perhiasan.


Masumi turun diikuti Mizuki lagi...


Kemudian Masumi meminta Mizuki mendekat untuk mencari cincin yang terbagus.


"Maaf pak, apa anda serius? Kapan anda akan menikah?" tanya Mizuki heran.


"Sudah...kau pilihkan saja mana yang cocok buat Maya!" sahut Masumi kesal.


Setelah beberapa waktu, akhirnya Mizuki menemukan sebuah cincin yang sangat indah. Cincin itu dari emas putih bermatakan batu safir berwarna ungu.


"Pak Masumi, bagaimana kalau yang ini?" tanya Mizuki sambil menunjukkan cincin itu pada Masumi.


Masumi langsung menyetujuinya dan membayarnya...


Mereka pun beranjak lagi ke suatu tempat...


Mizuki menjadi bingung sendiri. Namun dia berusaha mengerti bahwa pria di dekatnya ini sedang melampiaskan kecemburuannya pada Maya.


Mizuki dapat melihat dari matanya, bahwa dia sedang sangat gelisah membayangkan kekasihnya sedang bersama seorang pria yang jelas-jelas sangat menyukainya.


Maya...cepatlaaah...
Kasihan Masumi ini...
Aku benar-benar tak tahu dan tak percaya...
Bahwa Masumi bisa segelisah ini...
Bila menyangkut dirimu, Maya...




*****

Hari sudah beranjak sore...
Mobil Ken berhenti di kawasan perumahan...
Tepatnya di rumah kediaman Ken Fernando itu sendiri...

Maya masih bingung ketika Ken membukakan pintu mobil untuknya...

"Ayo...turunlah..." ajak Ken ramah.

Maya melangkahkan kakinya ragu. Namun akhirnya mereka sampai juga di depan pintu rumah besar itu.

Seorang pelayan menyambut mereka dengan sopan...

Maya tersenyum padanya...

Lalu tangan Ken menarik Maya masuk dan memintanya duduk di sebuah sofa empuk di ruang tamu.

Maya mengelilingi rumah itu dengan matanya. Dia tak percaya ketika di dinding terpampang sebuah photo besar tentang pemilik rumah ini.

Terlihat photo Ken diapit oleh ayahnya yang seorang pria asing dan ibunya yang asli Jepang.

Maya tersenyum memandangi photo itu...

Keluarga yang bahagia...

Tak berapa lama, Ken datang bersama orang-orang yang ada di photo itu.

"Bu, yah, ini Maya...gadis yang kuceritakan" terangnya memperkenalkan Maya pada keluarganya.

Maya tersenyum hormat sambil menjulurkan tangannya...

"Maya...." ucap Maya ramah.

Kedua orang tua itu langsung tersenyum dan memandangi Maya tanpa berkedip. Mereka meminta Maya duduk kembali dan menikmati suguhan yang telah disediakan.

"Silahkan dicicipi Maya. Kami sudah menanti kedatanganmu, nak" sapa ayahnya Ken ramah.

Begitupun sang ibu sangat baik. Dia begitu senang bisa bertemu dengan Maya.

Cukup lama mereka mengobrol. Baik ayah maupun ibu Ken masih saja menahan Maya untuk sekedar cerita kegiatan Maya di Korea. Juga hubungannya dengan putra mereka.

"Maya, sebelumnya trimakasih kau sudah menolong Ken. Mungkin bila kau tak ada, Ken sudah pergi selamanya..." ucap ibu Ken haru.

Maya tersenyum...

Maya bingung harus menjawab apa, dengan pernyataan ibu Ken tadi. Namun tiba-tiba tangan Ken menggenggam erat jemari Maya. Dan itu membuat Maya risih.

Perlahan Maya ingin undur diri, berbagai alasan keluar dari bibir mungilnya. Syukurnya mereka mau mengerti.

Akhirnya Maya pun keluar dari rumah itu ditemani Ken...

Ken mengantar Maya ke apartemennya...

Malam itu sekitar pukul 9 tepat...

Suasana mulai agak dingin. Perlahan Maya turun dari mobil Ken. Tanpa Maya tahu, ada Masumi yang sudah melihatnya dan menunggunya di dalam mobil di dekat mereka. Masumi memandangi wajah Ken dalam. 

"Dia benar-benar tampan" desis Masumi kesal.

Dan saat ini Masumi masih memandangi mereka berdiri di depan teras apartemen...

"Trimakasih Ken, aku senang bisa bertemu orang tuamu..." ucap Maya sambil beranjak hendak pergi.

Namun Ken menariknya ke dalam dekapan tubuhnya. Erat...

Tampak Masumi tercengang melihat itu. Dengan tangan yang terkepal Masumi mencoba menahan semua cemburunya. Darahnya benar-benar mendidih...

Maya berusaha melepaskan dekapan pria peranakan itu...

"Lepaskan aku, Ken..." tolak Maya halus.

Ken melepas dekapannya dan memandangi wajah Maya dalam...

"Maya...aku sangat mencintaimu" ucapnya lembut.

Maya merasa iba pada pria di hadapannya. Dia bingung harus berkata apa...

"Ken, dengarkan aku dulu...aku sudah punya kekasih" sahut Maya ragu.

Terlihat raut wajah Ken lesu dan menerawang ke atas...

Memandangi langit yang bertaburan bintang dengan angin sepoi-sepoi yang membuat rambutnya sedikit melambai-lambai.

Maya serba salah karenanya...
Dia tak ingin menyakiti pria baik di depannya...

"Maafkan aku Ken..." ucap Maya kemudian.

"Maya, sebelum ini aku sudah tahu bahwa kau sudah mempunyai kekasih...tapi bisakah kau memikirkan aku sedetik saja" ujar Ken lirih.

Mata pria itu berkaca-kaca sedih...

Maya benar-benar kasihan padanya...

"Ken..." panggil Maya bingung.

"Bisakah kau hargai perasaanku...mencoba menyambut rasa yang kupunya ini untuk 2 bulan ke depan..." pinta Ken begitu sedih.

"Ken...ada apa? Mengapa harus 2 bulan?" Maya jadi tak mengerti dengan permintaan pria tampan di hadapannya itu.

"Maya...nanti kau akan tahu. Aku ingin bahagia bersama orang yang kucintai, walau itu hanya sesaat. Jadi bisakah kau mengabulkan keinginanku?" tanya Ken serius.

Maya masih tak mengerti dengan ucapan Ken. Namun akhirnya dia menganggukkan kepalanya.

Pria itu pun kembali mendekap erat Maya sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan apartemen Maya.
Maya masih melambaikan tangannya ketika tiba-tiba seseorang datang menghampirinya.

DEG!!!

"Masumi..." desis Maya kaget.

Masumi menatapnya dalam dan kaku di hadapannya...

Wajahnya tampak menahan amarah. Maya mengerti itu dan Maya pun menebak bahwa Masumi melihat semuanya tadi.

Dengan lembut Maya menyentuh jemari Masumi dan membawanya masuk ke apartemen.

Masumi masih diam dan dingin...

Ceekklleeekk...Pintu pun terbuka...

Maya menggiring Masumi masuk dan mendudukkannya di sofa ruang televisi.

"Duduklah, sayang..." ujar Maya lembut.

Sepertinya Masumi masih marah dan cemburu...
Maya menyuguhkan teh hangat pada kekasihnya itu...

Dengan lembut, Maya duduk di samping Masumi.

Maya mengecup pipi pria tampan itu...
Lalu menggelayut di dada Masumi...

"Masumi...apa kau marah?" tanya Maya memulai percakapan.

Namun Masumi masih diam dan diam...

Tentu saja itu membuat Maya sedih. Maya berusaha menghibur kekasihnya yang sedang cemburu.

"Sayaaaang, bicaralaaah..." pinta Maya manja.

Masumi baru mulai menyentuh jemari gadis itu dan menciumnya...

"Mungiil...besok kita akan menikah. Aku sudah mempersiapkan semuanya" ucap Masumi mengagetkan.

Maya bengong dengan ucapan Masumi. Dia tak percaya ternyata omongan Masumi di villa waktu itu benar.

"Masumi...kita belum ada persiapan sama sekali, bukan?" sahut Maya tak percaya.

Kemudian tiba-tiba Masumi mendekap tubuh Maya erat. Masumi pun mulai mencium lembut bibir Maya. Lalu entah apa yang membuatnya seperti melampiaskan kecemburuannya pada gadis itu.

Maya menyadarinya...
Dan Maya pun membiarkan Masumi melakukan apapun padanya malam itu...

"Mungiiilll...aku hampir gila memikirkanmu...tolong jangan buat aku seperti ini sayang..." ucap Masumi pilu.

Maya merasa bersalah karenanya...

"Masumi, maafkan aku. Aku hanya mencintaimu seorang. Tiada yang lain...Percayalah sayang...." balas Maya lembut.

Masumi seperti mendapat energi dari kata-kata gadis mungil tadi. Secepat kilat dia menggendong Maya ke kamar. Dan meletakkan tubuh mungil itu di atas ranjang empuk itu.

Memandangi wajah Maya dan mendekapnya...

"Mungiil...." gumam Masumi sambil menciumi kekasihnya mesra.

Maya pun membalasnya dengan kasih. Tak lama keduanya tampak benar-benar terbawa suasana malam yang semakin larut.

Hingga hal itu terjadi...berulang-ulang...

Dan fajar menyingsing, keduanya masih terlelap keletihan. 
Sunyi...

Hanya kicauan burung yang terdengar...



*****
 
 
Krriiiinngg...krriiinngg...

Dering telepon apartemen membangunkan keduanya...

Dengan mata yang lelah keduanya mencoba bangun dari pembaringan.

Tidak ada sepatah katapun dari keduanya...

Hening...

Mereka duduk berdampingan di tepi ranjang. Entah apa yang mereka pikirkan. Namun yang pasti pancaran kebahagiaan itu begitu jelas. Tiada penyesalan...

Krriingg...krriinngg...

Telepon itu masih berdering. Masumi mencoba mengangkatnya..

"Maya...apa kau baik-baik saja?" tanya suara dari sebrang sana.

Masumi tahu bahwa suara itu adalah pria peranakan tersebut. Oleh karena itu Masumi menutup telepon itu.

Maya heran dengan sikap Masumi...

"Sayang, dari siapa?" tanya Maya penasaran.

Namun Masumi tak menjawab pertanyaan Maya. Dia langsung bangkit mengenakan pakaiannya. Dan menyuruh Maya untuk bersiap-siap.

"Cepatlah mandi dan ganti bajumu. Aku menunggumu di ruang tv" ucap Masumi lembut.

Maya menghela nafasnya sebelum dia menuruti perintah Masumi.

Tak berapa lama, ponsel Masumi berbunyi...

Masumi terlihat kaget menyapa siapa penelepon tersebut.

"Ada apa, ayah?" tanya Masumi heran.

Terdengar sepertinya ayah Masumi sedang menceramahi putranya. Maya mengira itu karena mereka menginap bersama tadi malam atau apalah. Maya pun segera masuk ke kamar mandi.

Sementara Masumi masih berbicara dengan Eisuke dari ponselnya.

"Apa kau sudah gila? Kau selalu bertindak seenaknya bila menyangkut Maya. Apa kau tidak menghargai aku sebagai ayahmu?" bentak Eisuke dari kediamannya tentu.

"Sudahlah ayah, pokoknya jam 10 nanti semua harus sudah datang, termasuk ayah" sahut Masumi datar.

"Masumiii, apa Maya sudah tahu?" tanya Eisuke curiga.

"Hhhmmm...sampai bertemu lagi ayah" ucap Masumi menutup ponselnya.

Masumi mencoba menonton siaran tv, sambil menunggu Maya mandi.

*****
 
Sementara itu di kediaman Hayami...
 
Asa terlihat sibuk mempersiapkan segala persiapan untuk Eisuke. Belum lagi hal-hal kecil yang diperintahkan oleh Masumi lewat ponselnya tadi malam.
"Asa...apa putraku serius dengan semua ini?" tanya Eisuke kesal.

"Iya tuan, tadi malam tuan muda sudah mempersiapkan semuanya melalui sekretarisnya" balas Asa meyakinkan.

Eisuke terlihat menggelengkan kepalanya...

Lalu Asa melirik jam di dinding ruang tamu. Tepat pukul 9.30 pagi itu.

Sudah waktunya...

"Mari tuan, kita berangkat..." ajak Asa sopan.

Eisuke tampak berpikir sejenak, lalu dia meminta Asa untuk mengambil kan sesuatu di kamarnya.

"Asa...ambilkan kotak kecil di meja kamarku" perintah Eisuke.

Tanpa pikir lama, lelaki tua itu pun menuruti perintah dari tuannya.

Akhirnya mereka pun berangkat menuju sebuah gereja...

*****

Begitupun Maya dan Masumi baru saja berangkat meninggalkan apartemen Maya.

Maya masih bingung kemana Masumi membawanya. Sepertinya Maya masih belum menganggap omongan Masumi semalam itu serius.

Dengan ceria Masumi menggandeng tangan gadis mungilnya...

Maya sebentar lagi semuanya akan jelas...
Kau milikku seutuhnya dan sah...
Tidak akan ada yang bisa mencegahnya...
Maya...

Sebentar lagi...



***continue to -part 4-***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Frens, pliz comment in here...