Juli 09, 2011

Story about You

{IF: Semua tentang Sakura Koji, cintanya pada Maya Kitajima yang tidak akan lekang oleh waktu...  Tanda  >>> or <<< flashback}








Perlahan Koji membuka lembar demi lembar diary yang telah usang di lemari pakaiannya.


Satu kalimat saja bisa dia baca hingga berulang-ulang. Seluruh rasa yang pernah ada mengenai wanita itu tercurah di diary setebal 10 cm itu.


Dengan airmata yang terbendung di pelupuk matanya, kembali pria tampan itu mengenang masa-masa indah mengejar cinta wanita itu.


"Hhmmm...Maya...dimana kau sekarang?" gumam Koji penuh rindu.


Sejak 10 tahun lalu, Koji tak pernah lagi bertemu dengannya. Koji memilih untuk pergi meninggalkan Tokyo dan menetap di Kanada.


Koji memilih meneruskan pendidikannya di negara itu karena tingkat pendidikan disana sangat tinggi. Hampir semua warga sangat mementingkan pendidikan.


Mungkin itulah cara agar dirinya dapat melupakan bayangan Maya yang telah menikah dengan Masumi 10 tahun yang lalu.


Dan saat ini Koji harus kembali ke Tokyo karena adik perempuannya meninggal dunia. Sehingga tidak ada yang menemani ibunya.


Mau tak mau Koji harus meninggalkan masa pengasingannya. Dan kembali ke kota yang penuh kenangannya bersama wanita itu.


Ada rasa haru saat pertama kali menginjakkan kakinya kembali di bandara Narita, Tokyo.


Di Bandara ini pula terakhir kali dirinya diantar oleh wanita itu. Lambaian tangan dan tangisan nya akan selalu terbayang dalam benak Koji.


>>>


"Koji...benarkah kau akan pergi? Itu karena aku kan?" tanya Maya sedih.


Pipinya berurai airmata akan melepas teman terbaiknya. Koji memandangnya penuh haru.


"Bukan Maya, aku akan melanjutkan pendidikanku di sana. Karena
itu akan membantu masa depanku" balas Koji berbohong.


"Tidak, aku tahu kau marah padaku. Tapi sungguh Koji, dengarkan aku" pinta Maya memelas menahan Koji membatalkan rencananya meninggalkan Tokyo.


"Maya..." panggil Koji lembut.


"Koji, bila aku bisa memutar waktu. Aku ingin sekali menjadi wanita yang selalu ada di sisimu...percayalah..." sahut Maya lirih.


Airmatanya begitu deras mengiringi kepergian Koji. Koji menatapnya dalam dan mencoba meyakinkan dirinya bahwa wanita itu tidak serius mengatakan kata-kata terakhirnya.


Koji melangkah lambat masuk ke bandara. Jelas terdengar rintihan wanita itu memanggilnya. Semakin lama semakin hilang dan tak terdengar sama sekali.


Dengan mengepalkan jemari tangannya, Koji menoleh ke arah belakang. Tampak Maya masih menatapnya sedih.


"Selamat tinggal, Maya..." gumam Koji.


Dan hari-hari kesepian itu pun dimulai....


<<<


Koji berjalan menuju lobby bandara dan memanggil sebuah taksi. Segera membawa pria itu ke kediamannya. Gedung demi gedung terlewati, begitu banyak yang berubah, pikirnya...


Kota ini benar-benar bertambah megah sekarang...
Hanya sebagian saja rumah kecil di tengah kota, yang lain telah menjadi bangunan menjulang tinggi pencakar langit.


Tiba-tiba...


Koji meminta supir untuk menghentikan lajunya tepat di depan sebuah taman. Pria itu memandangi taman lewat jendela taksi. Entah mengapa ada rasa yang mengganggu bathinnya.


Sang supir bertanya, apa Koji akan turun di taman tersebut? Dia heran karena Koji cukup lama memandangi taman tersebut.


"Tuan, apa kita bisa melanjutkan?" tanya supir taksi itu sopan.


"Eh...iya, maaf pak, saya teringat sesuatu tadi di taman ini" balas Koji dengan tatapan menerawang.


Sang supirpun melanjutkan kembali perjalanannya..


Akhirnya taksi itu berhenti di sebuah rumah bergaya minimalis yang cukup besar di sebuah kawasan elite kota Tokyo.

Di depan pagar tampak sang ibu berdiri menyambut kepulangan putranya.


Senyum itu begitu tulus, namun dari senyum itu pula terpancar kesedihan luar biasa karena wanita tua itu telah kehilangan putri kesayangannya.


"Ibu..." sapa Koji sambil memeluk erat ibunya.


Ibu Koji tak menjawabnya, dia hanya tersenyum dan segera membawa Koji masuk ke dalam.


"Apa kau baik-baik saja, nak?" tanya sang ibu cemas.


"Iya bu, seperti yang kau lihat, aku makin dewasa dan tampan kan bu?" jawab Koji dengan gurauannya.


Mereka mengobrol dari siang hingga sore. Melepaskan rindu antara ibu dan anak. Di sela-sela obrolannya, ibu Koji masih sempat membuatkan makanan kesukaan putranya itu.


Dan tentunya dengan lahap, Koji memakannya sampai habis. Sang ibu tersenyum haru memandangi wajah putranya.


"Koji...kini ibu hanya memilikimu seorang. Jadi ibu mohon, kau jangan pergi jauh lagi" pinta Ibu penuh harap.


Koji memeluk ibunya dan berjanji akan selalu berada di sisi wanita yang telah melahirkannya tersebut.


"Tidak bu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Percayalah!" balas Koji penuh kasih pada ibunya.



Malam pun tiba, Koji mohon ijin untuk istirahat di kamarnya.

"Iya nak, pergilah...ibu sudah menyuruh pelayan membersihkan kamarmu kemarin" sahut ibu Koji menjelaskan.

Koji pun naik dengan membawa kopernya. Perlahan dia masuk ke kamar yang telah 10 tahun dia tinggalkan.

Kamar ini masih sama...
Tidak ada yang berubah...
Hanya mungkin perabotannya telah usang dan ketinggalan jaman...
Hhhmmm...aku akan menggantinya besok...

Koji menyusuri seluruh ruangan kamarnya. Lalu terduduk di meja tempat dia menulis dahulu.
Menuliskan semua kegundahan hatinya pada seorang gadis mungil...
Gadis mungil yang kini telah menjadi milik orang lain...

Koji pun mulai merapikan barang-barang dari kopernya. Dan yang paling penting adalah buku 'diary' berwarna biru itu.
Dia menempatkan buku itu tepat di atas meja dan ditutupi sebuah hiasan mungil dari batu.

Koji masih melamunkan gadis pujaan hatinya, malam membawanya dalam dunia mimpi.
Pria tampan itu berharap mimpi akan selalu mempertemukan kembali dirinya dan Maya..

Selalu...itu harapanku Maya...
Biarlah hanya dalam mimpi aku memilikimu...
Kau milikku...selalu...

Perlahan mata Koji pun terpejam...

Malam pertama di Tokyo yang melegakan dan membuat hatinya damai. Disinari langit Tokyo, tanah kelahirannya. Tempat curahan hatinya dan tempat wanita yang pernah bersemayam di lubuk hati Koji.

*****


Dua hari sudah Koji berada di Tokyo. Beberapa teman teaternya dahulu silih berganti datang menemuinya. Koji tak sempat kemana-mana karenanya.

Mereka duduk berkumpul di teras rumah, saling tertawa dan bercanda seperti para anak remaja. Padahal usia mereka sudah 30 an lebih. Namun yang membuat berbeda adalah sebahagian dari temannya sudah banyak yang berkeluarga. Mereka membawa serta istri bahkan anak mereka. 

Ibu Koji memandangi putranya dan para sahabat Koji lewat jendela ruang tamu.

Hatinya pilu menatap kesendirian anaknya. Ingin rasanya melihat Koji segera mencari pendamping. 

"Kau harus bisa membuka hatimu, nak..." gumam sang ibu.

Airmatanya tak terasa menetes sedih. Guratan kecewa itu tampak jelas. Sang ibu sangat mengetahui bagaimana perasaan putranya pada Maya. Dan bagaimana hancurnya hati sang putra setelah ditinggal oleh wanita itu.

"Mengapa harus wanita itu Koji? Apakah kau tidak tahu kabarnya saat ini?" ucap ibu pelan.

Lalu ibu Koji tersadar dari lamunannya. Buru-buru dia membuatkan teh dan cemilan untuk para tamu putranya.

Setelah seharian bertamu, akhirnya para sahabat pun pamit pada Koji dan ibunda Koji.

Ada kebahagian dari raut wajah Koji. Bertemu dengan teman-teman yang dahulu masih satu teater dengannya. Semuanya masih seperti dulu, selalu baik dan bersahabat dengannya.

"Trimakasih sobat, kalian membuatku lebih lega hari ini" gumam Koji ketika melambaikan tangan pada para sahabat dan keluarganya.

Bangkitlah...lupakan semua...
Ini adalah tanah kelahiranku...
Aku tak boleh lari lagi...
Mulai saat ini...
Akan kuhadapi semuanya dengan tenang...

Koji pun masuk ke kamarnya. Menghempaskan tubuhnya di kasur lembut dengan bed cover warna biru itu.

Tangannya bersidakep di bawah kepalanya. Lamunannya kembali pada wanita itu lagi.

"Maya...benarkah yang diucapkan temanku tadi?" Koji bicara sendiri.

Tadi salah satu temannya bercerita banyak tentang Maya Kitajima. Tentu saja Koji serius mendengarkannya. Semua sahabatnya mengetahui perasaan Koji pada saat itu. Mereka semua mendukung pria tampan itu, namun sayang takdir berkata lain.

Wanita itu bukanlah belahan jiwa yang ditakdirkan untuknya. Hingga saat ini pun semuanya masih sama. Tidak ada yang berubah. Koji masih sendiri dengan perasaan yang sama terhadap wanita itu.

"Maya...aku sangat ingin menemuimu. Bila benar begitu keadaannya, ijinkan aku kembali ke sisimu" ucap Koji penuh harap.

Tiba-tiba...

Tok..tok..tok...

"Koji, makan malam sudah siap" panggil sang ibu lembut.

Koji segera sadar dan beranjak menuju ruang makan. Dia tidak ingin membuat hati sang ibu sedih apalagi kecewa.

Mereka pun makan malam dalam suasana diam. Tidak seramai kemarin. Entah apa yang membuat Koji dan sang ibu saling diam. Baik ibu dan anak itu masih memikirkan hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari.

Berharap ada kebahagiaan yang akan menghiasi rumah mereka. Bahagia seperti sedia kala saat semuanya dipenuhi cinta dan kasih sayang.

Jangan pernah ada perpisahan lagi...


*****


Keesokan harinya, Koji berencana akan pergi ke tempat pemakaman adik perempuannya. Pagi-pagi sekali  Koji bersiap berangkat menuju tempat itu. Namun sebelumnya Koji berniat akan membeli sebuket bunga untuk diletakkan di nisan adiknya nanti.


Koji memarkirkan mobilnya di sebuah toko bunga di kawasan pemakaman tersebut.


Baru saja hendak membuka pintu mobilnya, tiba-tiba Koji menangkap sosok wanita yang merasa sangat dikenalnya bersama seorang anak perempuan keluar dari toko tersebut. Namun wajahnya belum terlihat jelas karena tertutupi selendang.


Koji memperhatikan dengan seksama wanita itu. Penampilan nya sangat sederhana, namun terlihat anggun dalam balutan jeans dan kemeja kotak-kotak yang ditambah dengan selendang melingkari kepala dan lehernya.


Begitu pun anak perempuan di sampingnya terlihat sangat menarik. Dia menggenggam erat tangan wanita itu seolah tak ingin lepas darinya. Pastilah dia ibunya, pikir Koji. Entah mengapa Koji begitu terpesona dengan penampilan wanita itu. Sangat anggun...


Sejenak Koji belum menyadari bahwa wanita yang dilihatnya adalah wanita yang selama ini ada di hatinya, Maya Kitajima!


Koji pun keluar dari mobilnya dan membeli sebuket bunga, setelah wanita itu berlalu masuk ke pemakaman.


Perlahan Koji masuk dan mengamati semua nisan yang ada di pemakaman tersebut. Mencari nisan yang bertuliskan nama adik perempuannya.


Akhirnya Koji pun menemukan nisan bertuliskan nama adiknya. Koji mencoba berdoa untuk kebahagiaan adiknya di dunia tempat dia berada sekarang.


Raut kesedihan mulai terlihat dari wajahnya yang tampan. Perlahan Koji mengusap airmata yang membasahi pipinya. Koji pun mengenakan kaca mata hitamnya, dia merasa tak boleh meratapi kepergian adiknya. Dia merasa cengeng...


Ketika mengusap matanya, tanpa sadar Koji mendapati wanita tadi dan anak perempuannya di tempat yang tidak jauh dengan tempatnya berdiri.


Wanita itu terlihat begitu sedih. Berulang kali dia menyeka airmatanya hingga selendang yang menutupi wajah nya tersibak.


Dan...


Koji tercengang menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita itu sangat dikenalnya...sangat!!


"Maya..." Koji mendesis tak percaya. Dia menggelengkan kepalanya.


Seketika itu jua jantungnya berdegup kencang. Koji menatap lekat wanita itu. Wanita yang selalu ada dalam mimpinya selama 10 tahun ini. Selalu membuyarkan asa yang mencoba masuk ke dalam hatinya, wanita itu...ya wanita itu!


Entah angin apa yang membuat Koji mulai melangkahkan kakinya mendekati wanita tersebut.


Dan tentunya membuat wanita itu terkejut mendapati seorang pria menghampirinya di sebuah pemakaman.


Maya menoleh ke arah Koji...


Dan...


Maya menggelengkan kepalanya. Walau Koji masih memakai kaca mata hitamnya, namun wanita itu begitu mengenalnya.


Maya terharu menatap pria yang pernah dekat dalam hidupnya.


"Koji..." sapa Maya terpelongo menatap pria itu.


Koji tersenyum dengan membungkukkan kepalanya hormat. Pria itu selalu sopan sejak dahulu, pikir Maya.


Mereka saling tatap haru. Bagi Koji ini adalah kebahagiaan yang tak terlupakan. Begitu pun Maya sangat senang bisa bertemu dengan Koji, teman baiknya.


Koji pun tersenyum pada gadis kecil di samping Maya. Karena Maya lupa memperkenalkannya.


"Ah...aku hampir lupa, Yuriko, ini paman Koji. Paman ini adalah teman terbaik ibu dahulu" terang Maya memperkenalkan Koji pada putri cantiknya.


Koji pun tersenyum dan menjulurkan tangannya, yang disambut malu-malu oleh Yuriko.


Ketiganya tersenyum bahagia. Tak butuh waktu lama, Yuriko tampak akrab dengan Koji. Sementara Maya berdoa di depan nisan yang dikunjunginya.


Maafkan aku...baru sempat menjengukmu...
Aku sangat merindukanmu...
Kau lah yang selalu memberiku semangat...
Kau selalu menenangkan hatiku...


Aku merindukanmu...


Maya tampak terisak memegangi nisan tersebut. Koji menatapnya pilu dari tempat yang tak begitu jauh dari nisan itu.


Namun Koji tak begitu memperhatikan nama siapa yang tertulis di nisan tersebut. Dia hanya ingin mengalihkan perhatian Yuriko ketika Maya sedang berdoa.


Dari wajah pria itu tampak kebahagiaan yang mulai menyeruak ke setiap sudut hatinya. Menyirami kekeringan hatinya akan cinta dan asanya pada Maya.


Maya...aku tidak ingin melihatmu bersedih seperti ini...
Bertahanlah Maya...
Gadis kecil yang bersamaku saat ini adalah kekuatanmu...
Bertahanlah demi dia...


Maya kau tak berubah sama sekali...
10 tahun sudah kita terpisah...
Hanya sekarang kau terlihat lebih kurus...
Ada apa Maya...
Berbagilah bersamaku...






***continue to -part 2-***




3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. huaaaa Mba White Rose......sedih sekali sessy ini, tapi aku penasaran, itu makam siapa ya.???masa Masuminya Meninggal oh noooooo...segera lanjut ya sista.... :D

    BalasHapus
  3. hua...masumi hayami meninggal OMG... *sotoy* (tunggu, memang itu kuburan masumi?) mbak, moga, ya koji and maya nikahin aja...tapi kayaknya bakal gak ada yang setuju, deh, XD. oke, deh. lanjut...

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...