Juli 01, 2011

My Love is You

{IF: Perasaan benci Maya perlahan berubah menjadi rindu. Sementara Masumi belum mengetahui perasaan Maya sesungguhnya. Dan Maya pun belum tahu jati diri dari Mawar Ungu adalah Masumi yang mulai dirindukannya. Untuk settingan dan lainnya hanya khayalan semata. Plizz dimaklumin..}





Senja itu Maya berjalan sendiri menyusuri jalanan Tokyo sepulang latihan. Entah mengapa akhir-akhir ini, bayangan seseorang selalu hadir dalam benaknya.

Maya mencoba menepis semua perasaan itu, dia tidak ingin memulai hal yang menurutnya tidak mungkin terjadi.

"Mengapa harus dia?" gumam Maya berulang kali.

Maya masih dalam khayalannya. Berjalan dengan tatapan kosong hingga tiba di taman dekat apartemennya. Maya duduk berayun di sebuah ayunan di sana. Mengingat apa saja yang telah terjadi selama dia berada di Tokyo.


Bayangan Masumi muncul kembali. Maya merasa harus mengatakan sesuatu pada pria tersebut. 


Apa aku harus mengatakannya...
Apa pantas yang kurasa saat ini...
Tapi aku takut ini hanya sesaat...
Dia.....rasanya tidak mungkin dia akan menyukaiku...
Gadis seperti aku?

Sementara itu Rei melihat Maya dari balkonnya. Dia turun untuk menghampiri Maya.


"Maya...sedang apa kau disini? Masuklah, udara sangat dingin" ajak Rei yang mengejutkan Maya.


"Reei, kau mengagetkanku..." balas Maya sambil mengikuti saran sahabatnya itu.


Keduanya masuk ke apartemen...


Setelah mandi dan makan malam, Rei dan Maya duduk di sofa ruang tv. Mereka tampak asyik mengobrol, namun semuanya terhenti ketika terdengar suara bel.


Keduanya saling pandang. Lalu Rei berdiri untuk membuka pintu.


Ceekkleek...


Rei terdiam sesaat melihat siapa yang datang.


"Anda..." sapa Rei kaget.


"Selamat Malam, nona. Apa nona Maya ada?" tanya pria itu menyapa Rei.


Rei terdiam memperhatikan pria tampan di hadapannya. Dia merasa pernah melihat pria di hadapannya tersebut. Namun dia lupa dimana pastinya.


"Maaf nona, apa..." tanya pria itu sekali lagi.


"Ah..eh..iya...Maya ada. Sebentar aku panggilkan" balas Rei grogi.


Tak berapa lama Rei kembali bersama Maya. Maya langsung tersenyum melihat pria itu. Maya sangat bahagia.


"Kak Hijiri....." sapa Maya sambil sedikit membungkuk hormat.


Hijiri tersenyum melihat tingkah polos Maya. Dia meminta Maya mengikutinya ke bawah. Ada sesuatu yang ingin di sampaikannya dari Mawar Ungu.


Mereka turun dan berdiri di teras apartemen. Maya tampak tak sabar dengan apa yang akan disampaikan Hijiri.


"Nona Maya...apa anda besok ada acara?" tanya Hijiri.


Maya kaget dengan pertanyaan Hijiri padanya. Maya tak tahu bahwa besok Hijiri ingin membawanya ke suatu tempat karena perintah Masumi tentunya.


Namun Maya telah ada niat bahwa besok dia akan pergi menemui Masumi untuk mengatakan perasaannya. Maya merasa itu harus dilakukannya sesegera mungkin.


"Kak hijiri, apa itu permintaan Mawar Ungu-ku?" tanya Maya memastikan.


Hijiri mengangguk mengiyakan. Dia sedikit heran dengan sikap Maya. Biasanya Maya sangat bersemangat bila menyangkut Mawar Ungu. Apalagi ajakan dari penggemar rahasianya tersebut. Namun kali ini Maya berusaha menolaknya dengan sopan.


"Ah...kak Hijiri, bila aku tidak bisa besok, bagaimana? Apa bisa lain waktu?" tanya Maya tampak ragu.


Hijiri menatap Maya dalam. Dia yakin sesuatu telah terjadi dengan gadis mungil di hadapannya tersebut.


"Baiklah nona Maya, aku akan menyampaikan kepada beliau" ucap Hijiri bingung.


"Ta..pi...bisakah aku memberikan permintaan maafku langsung padanya?" pinta Maya serius.


Hijiri mengerti dengan apa yang dimaksud Maya. Dia mengeluarkan sesuatu dari jasnya. 


Tak berapa lama Maya tampak berbicara sendiri di depan sebuah recorder mini dan menuliskan sesuatu di selembar kertas.


Akhirnya Hijiri pergi meninggalkan apartemen Maya. Maya melambaikan tangannya hingga mobil itu menghilang dari pandangannya.


*****

Malam itu Masumi masih di kantornya. Hijiri meneleponnya dari suatu tempat. Masumi pun bergegas pergi dari kantornya dan menuju tempat dimana Hijiri telah menunggunya.

"Kau sudah bertemu dengannya?" tanya Masumi menyapa Hijiri.

Hijiri tampak membungkuk hormat, kemudian menyerahkan recorder dan selembar surat dari Maya tadi.

"Baiklah...kerjamu bagus. Nanti akan aku lihat situasinya" ujar Masumi tanpa membaca dan mendengar pesan dari Maya tadi.

Masumi sudah hendak pergi, namun Hijiri menahannya dan meminta Masumi untuk membaca dan mendengarkan pesan dari Maya saat itu juga.

"Mengapa? Apa ada yang merisaukan?" tanya Masumi heran karena Hijiri memintanya membaca pesan Maya.

"Tidak tuan. Aku hanya berpikir pasti anda akan memintaku melakukan sesuatu, bila sudah mendengar dan membaca pesan dari nona Maya tersebut" terang Hijiri ragu.

Masumi menatap Hijiri tajam. Dia pun mengikuti permintaan orang kepercayaannya itu.

Hijiri memutarkan recorder tersebut...


Masumi mendengarkan dengan serius...
Terdengar suara Maya mulai menyeruak di ruangan tersebut...


"Halo...Mawar Ungu-ku...aku...aku harap anda baik-baik saja.
Sebelumnya aku...aku berterimakasih atas ajakan anda untuk membawaku ke suatu tempat. Aku pun sangat ingin menemuimu..


Kak Hijiri telah menceritakan semuanya padaku, namun.....
Aku tidak...tidak bisa memenuhi permintaan anda...


Mawar Ungu...aku sangat menyesal tak bisa datang...
Maafkan aku...lain waktu aku pasti akan menebusnya...


Mawar Ungu...besok ada hal yang sangat penting...
Dan aku...aku harus menemuinya...
Aku akan menceritakan pertemuanku bersamanya kepada anda...
Aku janji akan berbagi apapun dengan anda...


Mawar Ungu...bila semuanya berjalan lancar...
Akan ku perkenalkan anda dengan orang yang mulai aku rindukan...
Aku yakin...anda pun akan menyukainya...


Mawar Ungu...sekali lagi maafkan aku yaa...
Dan trimakasih atas semua perhatianmu selama ini...
Trimakasih...Trimakasih...."


Ceekleek...


Masumi terdiam, wajahnya tampak memerah karena kesal. Begitupun Hijiri diam seolah merasakan kekecewaan yang dialami bos-nya.


Sunyi...


Masumi meremas surat Maya yang belum sempat dia baca. Matanya begitu pedih dengan apa yang baru saja didengarnya. Masumi tak pernah menyangka akan ditolak oleh gadis mungil itu.


Ada apa denganmu, mungil...?
Siapa orang yang mulai kau rindukan?
Bagaimana jadinya?
Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya?


Mungil...siapa pria itu?


Masumi menatap Hijiri. Hijiri pun memahami Masumi.


"Tuan, apa yang harus saya lakukan?" tanya Hijiri iba.


Mata Masumi tampak merah menahan rasa pilu. Dia berusaha memalingkan wajahnya dari tatapan Hijiri.


"Tuan...?" tanya Hijiri kembali.


"Kau...kau cari tahu siapa pria itu? Bila dia bahagia bersama pria itu, aku akan membiarkannya" ucap Masumi putus asa.


"Tapi tuan...?" tanya Hijiri bingung dengan sikap Masumi yang mengalah.


"Besok adalah penentuannya. Apakah aku harus mengatakannya atau tidak" ujar Masumi dingin.


Keduanya berpisah di lift. Masumi kembali ke kediamannya. Berulang kali dia memikirkan apa yang dikatakan Maya.


Malam telah begitu larut. Masumi masih berada di balkon sambil mengisap rokoknya.
Pikirannya melayang pada Maya. Semua yang ada pada gadis itu benar-benar telah membuatnya tak berdaya.


Mungil...di benakku hanya ada dirimu...
Aku merasa jatuh dalam pesonamu...
Sejak lama kau telah ada dalam hatiku...
Mengapa kau selalu membenciku?


Bagaimana aku harus mengungkapkannya?
Aku begitu takut atas penolakanmu...
Aku tak kuasa menahan semuanya...
Maya...maya...maya...
Aku mencintaimu...


*****
Pagi itu Maya tampak gelisah. Semalaman dia merenungkan semua yang telah direncanakannya hari ini.

Satu sisi Maya sedih karena menolak permintaan dari Mawar Ungu-nya.

Mawar Ungu...maafkan aku...
Aku benar-benar mulai merindukan orang itu...
Aku janji akan menemuimu...
Bila semuanya berjalan lancar...

Maya masih melamun di meja riasnya. Rei mendapatinya dan bertanya:

"Maya...pagi-pagi kau sudah melamun? Ada apa?" tanya Rei heran.

Maya menatap Rei dari kaca di depannya. Rei membalas tatapan Maya dengan menaikkan bahunya.

"Rei...apa aku harus mengatakan perasaanku padanya?" tanya Maya  lesu.

"Maksudmu apa Maya?" balas Rei tak mengerti.

Maya memang belum menceritakan apapun pada sahabatnya itu. Dia merasa malu untuk berterus terang. Karena selama ini Rei tahu bahwa Maya sangat membenci Masumi.


"Rei...akhir-akhir ini aku merasa aneh" ucap Maya bingung.


"Aneh?" balas Rei yang juga bingung.


Maya membalikkan tubuhnya dan menggenggam jemari Rei. Tampak Maya gemetaran dan berkeringat dingin. Maya seperti orang ketakutan pagi itu.


"Maya...ada apa? Tolong jelaskan yang sebenarnya!" pinta Rei memaksa.


Maya mulai terisak karena bingung dengan perasaannya sendiri pada Masumi. Dia benar-benar tak pernah menyangka akan seperti ini.


Maya menggelengkan kepalanya. Dia terlihat lesu menahan asa.


"MAYA!" teriak Rei kali ini.


"Reei...sepertinya...aku mulai memikirkannya...bagaimana ini Reeeii?" ucap Maya sambil terisak.


Rei tampak kesal dengan pernyataan Maya yang setengah-setengah. Dia menarik tangan Maya dan membawanya ke ruang tengah.


"Reei...aku menyukai pak Masumi" ucap Maya kemudian.


Rei terdiam mendengar ucapan Maya barusan. Dia menjadi bingung seperti halnya Maya.


Mereka saling bertatapan. Rei menggelengkan kepalanya tak percaya.


"Maya...apa itu...benar?" tanya Rei ragu.


Maya hanya mengangguk bimbang. Pipinya basah oleh airmata. Rei berusaha menenangkan sahabatnya tersebut.


"Maya...mengapa kau menangis?" tanya Rei lagi.


"Rei...apa aku...aku salah?" tanya Maya sedih.


Rei menggelengkan kepalanya. Dia mengerti dengan apa yang dirasakan Maya.
Hati memang tidak bisa kita rencanakan. Semuanya mengalir seperti air.


"Maya...kau tidak akan bisa menahan nya. Jadi biarkan dia mengalir kemana arus membawanya" ujar Rei menenangkan.


"Tapi Rei...kau tahu..." ucap Maya yang kemudian terputus.


"Maya...kau jangan terburu-buru. Kau harus melihat situasinya. Jangan sampai kau kecewa. Itu amat menyakitkan, sobat" kata Rei melamun.


"Rei..." panggil Maya pelan.


"Maya...aku akan mengatakan saat yang tepat untukmu mengungkapkan semuanya pada pak Masumi" terang Rei berusaha membantu.


"Tapi Rei...maukah kau antar aku untuk melihatnya hari ini?" pinta Maya memohon.


Rei mengernyitkan dahinya...


"Maksudmu? Kita menemuinya? Lalu?" tanya Rei bingung dengan ajakan Maya.


"Rei...aku hanya...hanya ingin melihatnya...hanya melihatnya..." ucap Maya terbata.


Rei tersenyum mendengar permintaan Maya. Dia yakin sahabatnya itu memang sedang jatuh cinta. Dan pasti rasanya ingin bertemu setiap saat.


Rei menganggukkan kepala tanda menyetujui permintaan Maya.


"Aku mengerti Maya. Dan aku akan membantumu. Kau tenang saja" bujuk Rei menenangkan Maya.


"Trimakasih Rei..." ucap Maya terharu.


*****

Masumi baru saja tiba di kantornya. Wajahnya kelihatan layu, dengan mata yang sedikit sembab karena semalaman tidak tidur. Baru saja menghempaskan tubuhnya di kursi, Mizuki datang memberikan beberapa dokumen untuk segera diselesaikan.

Masumi tampak kesal dengan itu...
Dia menatap Mizuki tajam...

"Maaf, apa ada yang salah pak Masumi?" tanya Mizuki bingung dengan tatapan Masumi.

Namun Masumi tidak menjawabnya, hingga Mizuki keluar sendiri dengan wajah yang heran melihat sikap bos-nya.

"Ada apa lagi dengan dia? Pagi-pagi sudah berwajah kusut" gumam Mizuki kesal.

Di ruangan Masumi...

Masumi memandang keluar jendela. Dia masih memikirkan peristiwa kemarin. 

"Siapa pria itu, mungil...?" gumam Masumi sedih.

"Apakah dia Koji? Atau Satomi? Atau yang lain?" gumamnya lagi.

TIBA-TIBA...

Ponselnya berbunyi...
Masumi tampak kaget karenanya. Hampir saja dia menumpahkan teh yang ada di atas meja kerjanya.

"Halo...Masumi di sini" sapanya di telpon.

"Tuan...nona Maya bersama temannya Rei, sedang menuju ke arah gedung Daito" kata Hijiri dari balik telepon di suatu tempat.

Masumi membelalakkan matanya heran...

"Apa? Ke sini?" balas Masumi tak percaya.

"Iya tuan, nanti akan saya kabari lagi" sahut Hijiri mengakhiri teleponnya.

Masumi merenung dengan kabar dari Hijiri. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa gadis itu datang ke tempatnya berkantor.

Masumi baru ingat bahwa saat ini Sakura Koji dan Satomi berada di bawah Daito. Perasaan cemburu langsung menyelimuti bathinnya.

"Yaa...pasti dia ingin menemui salah satu dari mereka..." gumam Masumi geregetan.

Karena tidak tahan dengan segala macam kecurigaannya, Masumi pun keluar ruangan dan menuju ke lobby bawah.

Dia tidak akan membiarkan gadis yang dicintainya jatuh ke pelukan pria lain. Masumi tidak akan membiarkan waktu bertahun-tahun begitu saja tanpa hasil.

*****
Maya dan Rei memasuki gedung Daito. Rei menggenggam jemari Maya erat. Rei tahu pasti Maya sangat gugup saat ini. Dia akan selalu menjaga sahabatnya tersebut.

Belum sampai lobby, langkah mereka terhenti saat mereka melihat Masumi sedang menuruni tangga.
Masumi pun tampak kaget dan kikuk.

Apalagi Maya langsung pucat dan grogi. Dia hanya bisa menatap Masumi tanpa berkedip. Maya tak menyangka akan bertemu secepat ini.

Rei menyenggol lengan Maya dan membisikkan sesuatu di telinga Maya.

"Maya, kau harus bersikap seperti biasa. Jangan tunjukkan rasa itu!" perintah Rei penuh arti.

Dengan langkah terburu-buru, Rei menarik Maya untuk berjalan berbelok ke arah yang berbeda. Mereka memasuki lorong lain untuk menghindar.

Masumi berusaha menahan keduanya...

"Tunggu..." panggil Masumi.

Rei dan Maya berhenti tanpa membalikkan tubuh. Keduanya menjadi bingung harus mengatakan apa.
Tampak Rei menarik nafas panjang. Dia menoleh ke arah Maya, mengedipkan matanya agar Maya tenang.

Sementara Maya merasa jantungnya berdebar kencang. Ada rasa bahagia bisa bertemu dengan Masumi. Namun Masumi masih tampak kesal dengan peristiwa kemarin.

Masumi menghampiri mereka dan saat ini dia telah berada tepat berdiri di hadapan keduanya.

Maya menundukkan kepalanya. Rei menyapa Masumi dengan senyuman kaku.

"Selamat pagi, pak Masumi..." sapa Rei berusaha tenang.

Masumi tersenyum, lalu dia menoleh ke arah Maya, yang masih saja tertunduk gugup.

"Dan kau mungil, mengapa tampak lain pagi ini?" ucap Masumi mulai menggoda Maya.


Maya semakin gugup dibuatnya, namun jemari Rei meremas jemarinya, seolah memberi isyarat untuk bersikap seperti biasa.


Maya mulai mengangkat kepalanya. Kini mata keduanya saling beradu.


"Aku...biasa...biasa...saja" jawab Maya singkat.


Sebelum Masumi menyelidik lebih dalam, Rei menarik Maya dan pamit pada Masumi. Masumi menahan langkah keduanya.


"Maaf pak Masumi, aku harus menemui seorang teman" ujar Rei mulai bingung.


"Oh...jadi kau kesini ingin bertemu dengan temanmu, Rei? Lalu bagaimana dengan dia?" tanya Masumi sambil melirik ke arah Maya.


Maya langsung berlalu menjauhi Masumi. Rei mengejarnya, begitupun Masumi.


Tiba-tiba....
Koji muncul dari sebuah ruangan. Maya langsung berlari ke arahnya dan langsung bersembunyi di balik tubuh Koji.


Rei dan Masumi menghentikan langkah bersamaan tanpa sadar. Keduanya saling tatap. Baik Rei maupun Masumi tampak bingung dengan keadaan itu.


Rei tak menyangka akan bertemu dengan Koji. Begitupun Masumi sudah pasti mengira bahwa Koji-lah pria yang mulai dirindukan oleh Mungil-nya.


"Pak Masumi, Rei...ada apa? Apa kalian bersama Maya tadi?" tanya Koji tak mengerti situasinya.


Masumi tak menyia-nyiakan pertanyaan Koji. Dia langsung mengatakan hal yang mengejutkan semuanya:


"Tentu, hari ini aku ada janji dengan Maya. Dan Rei juga ingin menemuimu" ujar Masumi santai.


Secepat itu dia menarik lengan Maya. Dan berlalu membawa Maya meninggalkan Koji juga Rei.


Maya tampak kaget setengah mati dengan sikap Masumi. Maya berusaha melepaskan genggaman tangan Masumi. Namun percuma Masumi sangat erat menggenggam jemarinya.


Sejenak semuanya terdiam dengan kejadian itu. Rei dan Koji membiarkan Masumi membawa Maya entah kemana.
Mereka hanya bisa saling pandang dan terdiam kaku.


*****

Ternyata Masumi membawa Maya menaiki mobilnya dan menjauh dari Daito.

Maya tampak bingung dengan keadaan ini. Dia berusaha menenangkan diri dengan berkali-kali memejamkan matanya.

Masumi melihat kebingungan Maya. Dia merasa pasti Maya sangat marah padanya karena menggagalkan rencananya hari ini.

"Mungill...maaf aku membuatmu kaget" ucap Masumi lembut.

Maya hanya mengangguk diam. Pandangannya tertuju pada jalanan yang mulai macet dengan aktifitas pagi itu.

Selang berapa lama, Masumi menghentikan mobilnya tepat di tepi sebuah pantai. Sinar mentari mulai menyeruak ombak dan menerangi kedalaman lautan nan biru.

Maya tambah kikuk sendiri. Maya berusaha mencari keberanian dalam dirinya. Maya merasa inilah saat yang tepat untuk mengungkapkannya.

Entah mengapa keduanya jadi saling membisu. Hening...

Maya mencoba mengatakan sesuatu...
Namun sebelum memulainya, Masumi malah memulainya duluan.

"Mungiill...bagaimana kabar pengagum rahasiamu?" tanya Masumi mencairkan kebekuan.

"Aku tidak tahu, mungkin dia marah padaku" balas Maya pelan.

Berkali Maya menyeka keringat dingin di keningnya. Dia berusaha tenang menghadapi pria yang sedang dia rindukan.


Masumi semakin ingin tahu tentang perasaan Maya saat ini. Dia bertanya bertubi-tubi pada gadis mungil itu.


"Marah? Mengapa dia bisa marah padamu?" tanya Masumi lagi.


Maya pun tak menyadari pertanyaan-pertanyaan Masumi. Dengan polosnya Maya menjawabnya satu persatu.


"Dia...sebenarnya dia ingin membawaku ke suatu tempat hari ini..." ujar Maya terputus. 


"Lalu...kau menolaknya?" tanya Masumi tak sabar.


Maya tampak memikirkan pertanyaan Masumi barusan. Dia menatap Masumi tajam.


Masumi baru menyadari bahwa pertanyaannya tadi telah membuat Maya sedikit sadar.


"Pak Masumi...darimana anda tahu itu?" tanya Maya berbalik.


Masumi sedikit menegakkan tubuhnya. Saat ini Masumi merasa grogi dengan perkataan Maya.


"Mungiil...maaf aku hanya menebaknya saja. Aku sungguh tidak tahu apa-apa" kilah Masumi berbohong.


"Pak Masumi...sebenarnya aku merasa bersalah pada Mawar Unguku" ucap Maya lesu.


"Mengapa mungil? Apa kau membencinya? Apa dia membuatmu sedih atau...?" tanya Masumi bertubu-tubi, namun Maya menahannya..


Maya menatap Masumi dalam. Maya menggelengkan kepalanya perlahan.


"Lalu..." tanya Masumi kemudian.


"Itu karena...karena aku menyukai orang lain" ucap Maya pelan.


Pipi Maya mulai merona karena tak menyadari dia telah mengatakan perasaannya pada Masumi. Walau Maya tahu bahwa Masumi pasti tidak mengerti maksud dari ucapannya barusan.


Masumi menyandarkan tubuhnya di kursi mobil itu. Dia merasa cemburu dengan ucapan Maya tadi. 
Darahnya serasa mendidih, membubung tinggi seperti hendak memuntahkan kekesalannya.


Masumi kembali menatap Maya dingin. Maya tampak bingung harus berbuat apa. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mengungkapkan isi hatinya. Namun dia merasa tak mampu melakukannya.


Berulang kali Maya menelan ludah dan menarik nafas panjang. Tapi debaran jantungnya semakin kencang.


Begitupun Masumi masih diliputi cemburu, karena mengira ada pria lain yang disukai Maya. Dia menahan segalanya demi kebaikan. Namun perlahan Masumi mencoba bertanya lebih dalam lagi akan perasaan Maya.


"Mungiill...kalau boleh tahu, seberapa pentingkah Mawar Ungu bagimu?" tanya Masumi ragu.


Maya memandang pantai dengan tatapan kosong. Dia sudah kehabisan cara untuk menahan perasaannya pada pria disampingnya.


"Mawar Ungu...sangat penting bagiku, pak Masumi" kata Maya lembut.


"Apa kau mencintainya?" selidik Masumi.


"Dulu...sebelum aku merindukan pria itu" balas Maya pelan.


Masumi bagai disambar petir. Matanya mulai menunjukkan kemarahan.


"Siapa pria itu, mungil?" tanya Masumi pilu, sambil menarik lengan Maya.


Kini keduanya bertatapan hanya beberapa inchi. Desahan nafasnya begitu terasa, baik Maya maupun Masumi.


Maya menundukkan kepalanya. Masumi menahan dagu Maya hingga Maya merasa bahwa ini lah saatnya.

"Pak Masumi...aku...aku..." ucap Maya terdiam.


"Kau kenapa mungill? Ada apa?" tanya Masumi penasaran.


Maya menelan ludahnya lagi...


"Aku......menyukai.....mu......" ucap Maya terbata-bata.


Masumi terdiam kaku dengan pernyataan Maya barusan. Masumi tak percaya dengan apa yang didengarnya. Sekali lagi dia ingin mendengar ucapan tadi.


"Mungiil...apa yang...kau katakan...tadi?" tanya Masumi memastikan.


"Pak Masumi...aku menyukaimu" ucap Maya tersipu.


Pipinya merah merona karena malu dengan perasaannya.


Sementara Masumi masih menatap Maya tak percaya. Dia begitu lekat menatap gadis mungil di hadapannya.


Maya pun menjadi bingung dengan sikap Masumi yang diam. Tak merespon pernyataannya. Maya menjadi malu sendiri.


"Maafkan aku, pak Masumi....aku hanya berkata jujur pada anda" ujar Maya berusaha tenang.


Namun Masumi masih menatapnya. Dan...


Sebuah kecupan lembut mendarat di bibir mungil Maya.
Maya terhenyak dengan kecupan Masumi.


"Pak Masumi..." gumam Maya.


Masumi mengecup bibir Maya lagi. Bahkan berulang kali hingga nafas keduanya begitu terasa hangat.


"Maya..." panggil Masumi pelan.


"Pak Masumi...aku..." gumam Maya ingin menjelaskan semuanya.


Namun Masumi tak memberinya kesempatan untuk berbicara sepatah katapun. Karena Masumi terus berada tepat di hadapan Maya. Bibir mereka beradu dan beradu lagi.


Hingga Masumi perlu membisikkan sesuatu di telinga Maya...


"Mungiil...aku pun begitu mencintaimu" ucap Masumi mesra.


Maya serasa melayang ke angkasa. Angan nya akan Masumi menjadi kenyataan kini. Dia tak pernah membayangkan pria seperti Masumi bisa menyukainya.


Maya merasa ini hanya mimpi. Berulang kali Maya memejamkan mata dan membukanya lagi.


Ini bukan mimpi...
Pak Masumi...
Kau menyukaiku...
Oh...pak Masumi...


Lalu Masumi meminta Maya memejamkan matanya. Maya pun mengikuti permintaan Masumi.


Masumi meraih sesuatu dari saku jasnya. Dan meminta Maya membuka matanya kembali.


Maya tampak terkejut dengan setangkai Mawar Ungu di hadapannya. Dia bingung mengapa Mawar Ungu ada di tangan Masumi.


"Pak Masumi...mengapa Mawar Ungu ini ada pada mu?" tanya Maya heran.


Masumi menatap Maya dalam. Lalu dia berkata setengah berbisik di hadapan Maya:


"Aku adalah...penggemar rahasiamu...Mawar Ungu itu, mungil" terang Masumi lembut.


Maya tak percaya dengan yang dikatakan Masumi. Dia mengira Masumi mengada-ada untuk menenangkan hatinya.


Namun sebelum Maya lebih bingung lagi. Tiba-tiba Hijiri telah berdiri di depan mobil mereka.


"Kak Hijiri..." panggil Maya sambil melirik Masumi.


Tampak Hijiri menganggukkan kepalanya dan pergi berlalu dari hadapan mereka.


Maya kembali menoleh ke arah Masumi di sampingnya. Masumi tersenyum mesra padanya.


Maya pun baru menyadari bahwa dua orang yang sangat dia rindukan adalah orang yang sama.


"Pak Masumi...Mawar Unguku..." gumam Maya bahagia.


Masumi pun mendekap Maya dengan erat. Menciuminya dengan penuh kasih sayang.


Maya menenggelamkan wajahnya di dada bidang Masumi. Keduanya begitu hanyut dalam kerinduan yang telah lama terpendam.


Tiada kegelisahan lagi, tidak kebencian dan amarah...
Yang ada hanya cinta dan cinta yang begitu dalam dari keduanya...




*****the end*****

6 komentar:

  1. xixixixii ada yg baru lagi ya mba, seperti biasa mau nambah lagi nih, thanx :P

    BalasHapus
  2. bersambunggg....tk pkr one shottt.... hikhihkihk... dilanjudkn plis..muanteppp bgd...

    -Chuuby-

    BalasHapus
  3. bravo, ending yang menghanyutkan

    BalasHapus
  4. ni beneran gak si?? edisi berapa???

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...