Juli 04, 2011

Kesetiaan -part 3-




Masumi menghampiri Eisuke setelah makan malam usai. Eisuke sedikit heran mengapa putranya meminta berbicara empat mata di ruang kerjanya.


Mereka masuk dan duduk berhadapan. Shiory menatap keduanya bingung. Pintu tertutup!!!


"Ada apa Masumi?" tanya Eisuke.


Masumi tampak berpikir sejenak. Dia bingung bagaimana mengatakan masalah hatinya pada Eisuke.


Terkadang ada rasa malu dan takut dengan reaksi yang akan ditunjukkan ayahnya. Masumi menarik nafas panjang beberapa kali sebelum bicara.


"Ayah...aku tidak bisa mencintai Shiory" kata Masumi sedikit gugup.


Eisuke diam memandangi putranya. Masumi pun memandang ayahnya penuh harap untuk mengerti.


Eisuke tak bereaksi apa-apa. Dia hanya menarik nafas dan memejamkan matanya.


"Ayah...aku serius ingin mengakhiri pernikahan ini" ujar Masumi lagi.


"Masumi...apa semua karena gadis mungilmu itu?" tanya Eisuke memastikan dengan tatapan tajam pada Masumi.


Masumi berdiri dan memandang keluar jendela, sebelum menjawabnya...


"Iya...ayah.......aku" jawab Masumi gugup.


"Baiklah...aku akan membicarakannya dengan tuan Takamiya" balas Eisuke dingin.


"Ayah......" desis Masumi tak percaya dengan reaksi ayahnya.


"Tapi....kau harus membicarakan ini dengan Shiory terlebih dahulu" ujar Eisuke kemudian.


Kemudian dia mendorong kursi rodanya dan berlalu meninggalkan Masumi yang masih tak percaya dengan persetujuan Eisuke.


Blaam!!!


Masumi termenung di ruang kerja ayahnya. Jantungnya mulai berdebar kencang. Dia merasa takut mengatakannya pada Shiory. Entah perasaan apa ini, pikirnya...


Gelisah begitu menyelimuti wajah Masumi. Tapi dia bertekad ini harus secepatnya, sebelum semua terlambat.


Masumi kembali ke kamar. Shiory sudah akan tidur, dia tersenyum ketika Masumi masuk.


"Suamiku...kau sudah selesai dengan ayah? Bolehkah aku tahu apa yang kalian bicarakan?" tanya Shiory ingin tahu.


Masumi mengangguk dan mendekati Shiory.
Shiory pun bangkit dari pembaringannya dan duduk di sebelah suaminya.


"Shiory...maafkan aku" ucap Masumi ragu.


Wajah Shiory mulai mengeras dengan permintaan maaf dari Masumi. Ada raut ketakutan di wajahnya. Dia menarik nafas mencoba tenang.


"Masumi...ada apa?" Shiory curiga.


"Shiory...aku ingin mengakhiri semuanya" ujar Masumi dingin.


Shiory diam tak bergeming. Dia menatap Masumi tajam dengan dahi yang mengernyit. 


"A..pa..." desis Shiory shock.


Perlahan airmata membasahi pipinya. Berkali menggelengkan kepalanya tak percaya.


"Maafkan aku Shiory...aku sudah mencoba membuka hatiku, namun semua sia-sia" terang Masumi memelas.


"Tidak Masumi...kau tak pernah membuka hatimu untukku. Aku tahu..itu, sayang" sanggah Shiory sambil terisak.


Masumi hanya memandang Shiory kaku. Dia sudah bulat dengan keputusannya. Tidak ada rasa iba dan lain sebagainya.


"Shiory...aku akan segera mengurus semuanya. Dan tentunya membicarakan ini dengan tuan Takamiya" jelas Masumi kemudian.


Tanpa memperhatikan mata istrinya yang bersimbah airmata. Masumi pun membaringkan tubuhnya di sofa di dekat ruang baca.


Shiory masih terduduk lemas di tepi tempat tidur. Dia benar-benar terpuruk. 


Mengapa Masumi...
Kau semakin jauh dari genggamanku...
Maafkan aku membuatmu tak bahagia...
Maafkan...


Bila itu maumu...
Aku akan mencoba menerima...
Perjalanan ini cukup sampai di sini...
Baiklah...sudah cukup...


Shiory bangkit dan menghampiri Masumi yang sudah memejamkan matanya.
Dia membelai wajah lelaki itu dengan lembut.
Memandanginya dengan penuh cinta.


Masumi...aku akan pergi...
Maafkan aku...
Aku tak mampu membuatmu bahagia...


Aku tahu gadis itulah hatimu...
Maaf...maaf...maaf...


Shiory terisak pilu di samping suaminya. Berkali dia menyeka wajahnya dengan kesepuluh jari tangannya. Namun airmata itu tak jua berhenti. 


Shiory berlari ke pembaringannya dan menangis sejadinya. Ini adalah malam terburuk dalam hidupnya.


Ternyata harta melimpah dan wajah yang cantik bukan segalanya bagi Masumi. Shiory menyadari semua itu...
Lelah....


*****

Tepat 4 bulan sudah Maya dan Hijiri memadu kasih. Dan itu artinya hampir 2 tahun sudah Maya berada jauh dari Jepang. Hanya butuh beberapa bulan lagi Maya akan kembali ke negeri Sakura tersebut.

Dan selama 4 bulan itu, Maya merasa sangat bahagia. Hijiri begitu menyenangkan dan membuatnya tenang. Malah kadang Maya berpikir bahwa pria itu terlalu pengertian.

Selama waktu itu, tak jarang Maya masih mengingat Masumi, namun Hijiri tak pernah marah sedikitpun.
Dia benar-benar lelaki idaman setiap wanita dimanapun...

Kak Hijiri...baru kusadari kehadiranmu begitu berarti...
Selama ini aku hanya menganggapmu penghubung...
Tapi kini kau adalah kekasihku...
Hhmmm....aneh juga yaa...

"Ya aneh itu pasti, siapapun akan menganggapnya demikian" desis Maya sambil tersenyum.

Tiba-tiba...


Kriiingg...kriiingg...krriiingg!!!


Terdengar suara telepon dari saluran apartemen. Maya bergegas mengangkatnya.


"Halo...Maya disini" sapa Maya mengawali.


"Maaf apakah ini nona Maya Kitajima?" tanya operator itu jelas.


"Oh..ya, ini saya sendiri. Ada apa ya tuan?" sahut Maya sedikit heran.


"Nona, ada telepon dari teman anda di Tokyo. Katanya dia telah menghubungi namun tidak pernah ada jawaban. Ini saya sambungkan..." terang operator tanpa menanyakan kesediaan Maya.


Tuuut...


"Halo...Maya..." sapa orang tersebut.


Maya tercengang mendengar suaranya. Dia mengenal suara itu, sangat mengenalnya.
Seketika itu jantungnya berdetak kencang, Maya terengah-engah seperti dikejar seseorang.


"Halo...MUNGIL, jawab aku!" teriak Masumi dari sana.


Maya seperti disengat listrik, darahnya mendidih mendengar teriakkan Masumi barusan. Entah darimana muncul keberanian untuk meladeni pria itu.


"Apa anda tidak punya sopan santun, pak Masumi!?" tanya Maya dingin.


Sejenak tak terdengar suara dari sebrang sana. Entah apa yang dipikirkan Masumi mendengar kata-kata Maya tadi. Namun yang pasti itu akan membuatnya sedih.


"Mungil...apa kau...baik-baik...saja?" tanya Masumi lesu.


"Maafkan aku pak, saat ini aku sibuk" ujar Maya menutup telepon tersebut.


Krriinnggg...Krriiingg...Kriiingg...


Telepon itu kembali berdering. Sepertinya Masumi benar-benar sedih tak terima dengan sikap Maya.


***Di Tokyo...***


Mungil...apa-apaan ini?
Mengapa kau begitu dingin...
Kau menolakku...
Tidak akan kubiarkan...


Maya...tunggu aku...
Akan kuselesaikan semuanya...


***Begitupun Maya di apartemennya...***


Pak Masumi, mengapa kau meneleponku...
Sudah tidak akan ada gunanya...
Semuanya sudah aku kubur...
Tidak...tidak...pak Masumi...


Maya perlahan meraih jaket dan tasnya. Dia bergegas akan ke kampus pagi ini. Sebenarnya dia menjadi enggan kuliah hari ini, karena telepon tadi. 


"Ah...telepon darinya membuatku tak bersemangat" gumam Maya sambil menuruni anak tangga.


Matanya tampak menerawang pada Masumi kembali. Rasa yang telah dia kubur, kini mulai terlihat ke permukaan hatinya.


Aku telah menghempaskan semuanya...
Dan kutimbun dengan perhatian kak Hijiri...
Mengapa kau hadir kembali...
Semuanya tak kan terulang lagi...


Semuanya tak akan semudah dahulu...
Ada pria lain mengisi hariku kini...
Jangan ambil kebahagiaanku lagi...
Aku tak akan memaafkanmu...


Airmata perlahan mengaliri pipi gadis itu. Dia begitu benci dengan keadaan ini. Dia tak bisa memaafkan apa yang sudah Masumi perbuat padanya. Maya bersimbah airmata!!!


Hatinya tersayat kembali mengingat Masumi...
Lelaki yang pernah sangat dekat di hidupnya...
Mencoba membuang segalanya demi masa depan...
Namun masa lalu begitu jelas membayanginya...


"Pak Masumi...aku...aku...jenuuhh" gumamnya lirih.


Maya terduduk di sebuah bangku kelasnya. Nafasnya terasa berat. Menyeka airmata yang membanjiri wajah mungilnya. Beberapa teman memperhatikannya. Namun Maya tak memperdulikannya.


Selesai perkuliahan, Maya melangkah gontai menuju apartemennya. Dia begitu luyuh. Membuka pintu apartemennya dan...


Tampak HIJIRI duduk menatapnya dari sofa tamu apartemennya.


"Kak Hijiri..." panggil Maya kaget.


Hijiri menatap Maya sedih, dia mengerti dengan situasinya. Gadis itu pasti teringat akan Masumi Hayami. Lagi....dan Lagi...


"Maya..." ucap Hijiri khawatir.


Maya langsung menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Hijiri. Keduanya berpelukan beberapa saat. Dengan penuh kasih sayang Hijiri membelai rambut ikal Maya.


"Kak...bawalah aku bersamamu, kemanapun...aku lelaah..." isak Maya di pelukan Hijiri.


Hijiri tak menjawabnya. Dia hanya akan mencoba mengerti apa keingingan gadis itu.


"Maya...kau harus menghadapinya. Semua tergantung padamu" balas Hijiri menenangkan.


"Kak...tolong jaga aku selama kau bisa" pinta Maya memelas.


"Maya...apa maksudmu?" Hijiri bingung dengan permintaan Maya.


"Kak...tolong jadikan aku milikmu" pinta Maya pelan.


Hijiri sontak kaget dengan permintaan Maya. Dia menggelengkan kepalanya tak berdaya.


Hijiri yakin bahwa gadis di pelukannya sudah sangat depresi. Hatinya telah lama mati karena cinta.


Hijiri mempererat dekapannya pada gadis itu. Seolah tak ingin melepaskannya kembali.


"Maya...jangan mengambil keputusan yang akan menyusahkanmu nantinya" bisik Hijiri tenang.


Maya hanya menggeleng lesu. Wajahnya tenggelam dalam dekapan Hijiri. 


"Kak Hijiri, aku mohon jawab sejujurnya" pinta Maya tiba-tiba.


Suaranya terdengar mengiris hati. Hijiri melepas pelukannya perlahan dan menatap Maya dalam. Mencari tahu apa yang dipikirkan gadis itu.


"Jujur untuk apa, Maya?" tanya Hijiri bingung.


"Apa kau mencintaiku?" Maya menanyakannya lepas.


Hijiri menunduk malu. Pikirannya mulai kalut dengan pertanyaan Maya. 
Dia telah lama mengasihi gadis itu, sejak dirinya membalut luka-luka di hati Maya tentunya. Ketergantungan itu muncul seiring berjalannya waktu. 


Hijiri menCINTAi Maya!!!


"Maya..." Hijiri tak melanjutkannya, hanya mengangguk dan tertunduk di hadapan Maya.


"Kak..." ucap Maya lembut.


Wajahnya berubah seketika, ada rona bahagia dengan pernyataan Hijiri tadi.
Walau tanpa suara, namun ketulusan pria itu jelas terlihat dari caranya memperlakukan Maya.


Tapi di satu sisi, Hijiri takut kehilangan gadis itu. Suatu hari nanti Masumi pasti akan datang dan mengetahui hubungan mereka. Bagaimana harus mengungkapkannya?


"Bagaimana...?" gumam Hijiri tersadar dari lamunannya.


Maya mendengarnya dan menyentuh jemari pria itu.


"Apa yang kau pikirkan?" tanya Maya penasaran.


"Maya, bila dia kembali padamu?" sahut Hijiri polos.


"Apa? Pak Masumi...maksudnya?" jawab Maya mulai gugup.


Mereka terdiam lama...


Keduanya menerawang dengan pemikiran masing-masing...
Entah siapa yang paling berkecamuk bathinnya. Yang jelas raut-raut sedih mulai terukir di wajah Maya dan Hijiri.


Takut akan kejadian yang belum tentu terjadi...
Takut akan kehilangan tuk kedua kalinya...
Takut akan kenyataan yang tak seindah harapan...
Takut akan penantian yang tiada bertepi...


Penantian yang sia-sia...


*****

Di Kantor Daito, Tokyo...

Masumi mondar-mandir dengan jari mengepal kesal. Kata-kata gadis mungilnya begitu terngiang berulang-ulang. Masumi tak habis pikir dengan penolakan Maya.

"Mungil, aku yakin sesuatu terjadi padamu..." Masumi bergumam dengan pikirannya yang sangat terpukul.

Masumi duduk menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya, memutar kursi itu hingga 360 derajat.
Gelisah tampak menyelimuti wajahnya yang tampan. Dia begitu merindukan gadis itu. Teramat sangat....

"Maya, apa mungkin...kini..." kata-kata itu terhenti ketika telepon berdering.

Krrinng...

Masumi langsung mengangkatnya...

"Halo...Masumi di sini" sapa Masumi santai.

"Masumi, ini aku...aku sudah bicara dengan kakek" sahut wanita dari sebrang telepon yang tak lain adalah Shiory.

Masumi terkesima mendengar berita dari istrinya...

"Masumi,apa kau mendengarku? Besok kita akan mengurus perpisahan kita" ujar Shiory kemudian.

"Ah..iya Shiory...baiklah, trimakasih" balas Masumi kaku.

Tuuutt...
Telepon ditutup...

Masumi seperti sudah tak sabar dengan perpisahannya dengan Shiory.
Dia lupa akan khayalannya tadi tentang Maya...

Masumi tadi hampir saja memikirkan Maya bersama pria lain. Dan tentunya dia tak akan merelakannya. Tidak akan!!!

*****

Di Apartemen Maya, negeri Paman Sam...

Maya terlihat masih berbicara dengan Hijiri. Mereka serius membicarakan sesuatu.
Dan itu menyangkut tentang kepulangan Maya ke Tokyo.
Maya terlihat murung...

"Maya...mengapa kau enggan membahasnya" tanya Hijiri khawatir.

"Kak...bila aku tak kembali? Apa bisa?" tanya Maya mengejutkan.

Hijiri menatap Maya sendu, dia tahu bahwa gadis itu takut kembali mengenang masa-masa bersama Masumi di kota itu.

"Kau takut, Maya?" Hijiri balik bertanya.

Kini giliran Maya yang bingung sendiri bagaimana menjawabnya. Maya tak mungkin menjalani kisah kasih bersama Hijiri bila masih ada Masumi di hatinya.

Maya berpikir. Wajahnya mengeras dengan pemikiran yang belum tentu benar terjadi.

Kemudian Maya menggelengkan kepalanya. Dia ingin membuat Hijiri percaya padanya.

"Maya...aku mohon jangan pedulikan perasaanku. Aku sangat tangguh..." ucap Hijiri tertunduk pilu.

Matanya berkaca-kaca. Entah apa yang membuatnya begitu sedih mengingat gadis di hadapannya bersama Masumi.
Hatinya seperti dihantam batu karang yang sangat tajam. Mengirisnya tanpa sisa...

Hijiri sungguh-sungguh mencintai gadis itu...
Segenap jiwa dan raga akan dia berikan...
Demi kebahagiaan gadis mungil tersebut...
Cinta...

Dan pastinya Hijiri cemburu bila Maya masih mengenang pria lain...
Hijiri cemburu..........

Melihat wajah Hijiri yang sayu, Maya menjadi merasa bersalah. Dia memberanikan diri mendekati nya dan mengecup kening pria itu.

Hijiri tercengang dengan sikap Maya...
Dia merasa bimbang, namun di balik semua itu Hijiri sangat bahagia...

"Semua akan baik-baik saja..." gumam Hijiri kemudian.

Maya mengiyakannya dengan anggukkan. Mereka berdekapan erat.

*****

Hari ini adalah hari yang cerah. Tepat hari ini semua persyaratan perceraian telah lengkap. Tinggal pengesahan...

Masumi terlihat sumringah berjalan bersama Shiory menuju kantornya. Shiory menatapnya dengan sedih. Namun dia bahagia melihat Masumi bisa tersenyum lebar lagi.

"Masumi...aku turut senang bila kau bahagia" ucap Shiory lembut.

Masumi tersadar dengan ucapan Shiory. Senyumannya menyayat hati wanita di sampingnya.
Dia hanya tersenyum tipis dan berusaha menutupi kegembiraannya kini.

Mereka sudah tiba di ruangan Masumi. Mizuki menyambut keduanya dengan membungkuk hormat.

"Selamat pagi pak, nyonya Shiory..." sapa Mizuki ramah.

Keduanya hanya tersenyum dan segera masuk ke dalam ruangan.

Bllaamm!!!

Mizuki melihat ada yang aneh dengan keduanya. Dia berpikir apa usulannya benar-benar diikuti atau sebaliknya? Mizuki ingin tahu..
Namun tak berapa lama, datang tamu mencari Masumi dan Shiory. Tamu itu dari catatan sipil setempat.

Mizuki baru tahu bahwa akhirnya akan ada perpisahan!!!

Semuanya sudah tertandatangani dan SAH!!!

Masumi dan Shiory berpisah...
Semuanya kembali seperti semula. Masumi siap mengejar gadis mungilnya. 

Shiory meninggalkan Masumi di ruangannya sendiri. Shiory masuk ke dalam mobil yang akan mengantarnya ke kediaman Takamiya, rumahnya.

Pipi mulusnya dibasahi airmata...
Semua mulai terasa gelap dan hampa, pikirnya...

Tak akan ada lagi senyum yang indah darinya, walau mencoba menerima semuanya, namun Shiory tetap mencintai pria itu.

Masumi...aku akan selalu mencintaimu...
Walau aku akan bersama pria lain...
Itu hanya pelarian untuk meneruskan hidupku...
Selamat tinggal cinta.......selamat tinggal...

Shiory terisak sangat sedih. Supir pun menjadi sangat iba dengan nasib nyonyanya. Berulang kali dia menoleh lewat spionnya. Shiory masih saja menangis hingga mobil masuk ke pekarangan rumah megah kediaman keluarga Takamiya.

Terlihat tuan Takamiya sudah menunggu kepulangan cucu kesayangannya.

Semuanya kembali seperti semula. Hanya kini status cucunya telah berganti menjadi janda. Predikat yang tak pernah dibayangkan oleh tuan Takamiya. Shiory punya segalanya, apapun dia bisa dapatkan.

Namun hanya cinta seorang Masumi yang tak mampu dia raih...






***continue to -part 4-***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Frens, pliz comment in here...