Juli 13, 2011

Story about You -part 4-







Keduanya masih terdiam kaku di ruang kerja Masumi. Tiada kata yang terucap. Hening...


Maya pun berlalu meninggalkan suaminya sendiri...


Lama Masumi berpikir di ruang kerjanya...


Blam!!


Maya terduduk lemah di tepi tempat tidurnya. Tatapannya kosong tak berarah. Entah apa yang dipikirkannya, namun yang pasti itu bukan hal mudah.


Maya meremas kemeja yang dipakainya. Perlahan airmata menetesi pipinya. Maya mencoba membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Hatinya sangat kalut...


Di lubuk hati yang terdalam, wanita itu masih sangat mengharapkan keluarganya bisa bertahan hingga maut memisahkan. Namun sepertinya takdir tak berpihak padanya.


Tiba-tiba...


Maya teringat bahwa hari ini dia harus latihan drama terbarunya. Buru-buru dia meraih cardigan dan tasnya. Berlari kecil keluar kamarnya dan ke teras mencari supir dan mobilnya.


Dan tampak Masumi sudah berada di dalam mobil Maya. Maya berhenti sejenak ragu. Namun Masumi memanggilnya...


"Mungil, kita akan ke tempat yang sama kan? Naiklah" ajak Masumi.


Maya hanya mengangguk dan masuk ke dalam mobil seperti permintaan Masumi.


Kini mereka duduk berdampingan di mobil tersebut. Terlihat sang supir grogi memperhatikan tuan nyonya-nya dari kaca spion. Raut wajahnya seperti merasakan kekacauan dari pasangan suami istri itu.


Setibanya di depan gedung Daito, baik Maya maupun Masumi langsung turun masing-masing dan berpencar tanpa sepatah katapun. Beberapa pegawai yang kebetulan tiba juga saling pandang dan saling bisik memperhatikan Maya dan Masumi.


Maya tak memperdulikannya. Begitupun Masumi. Hingga keduanya terpisah ke ruangan yang dituju masing-masing.


Dari jauh Koji memperhatikannya. Dia sedih melihatnya dan tak tahu apa yang harus dia perbuat.


Maya...


Koji melangkah perlahan masuk ke Daito. Dan tampak Masumi sedang berbicara dengan salah satu karyawannya.


Mereka saling pandang dengan tatapan dingin. Koji pun masuk ke sebuah ruangan dimana Maya dan yang lainnya sudah ada di sana.


Matanya langsung mencari sosok Maya.
Dia menemukannya...


Wanita tercintanya itu tampak duduk mengobrol dengan pelatihnya. Melihat Koji datang, Maya berdiri dan pamit pada pelatihnya. Lalu Maya menghampiri Koji dan menyapanya:


"Pagi, Koji..." sapa Maya ramah.


Tidak ada raut kesedihan yang tadi tampak di wajahnya...


Koji pun membalasnya dengan senyuman...


"Pagi juga Maya. Apa kau sudah sarapan?" sahut Koji manis.


Maya tersenyum mendengar perhatian pria tampan di hadapannya. Maya menggeleng ragu. Padahal Koji tahu wanita itu pasti sudah sarapan tadi bersama suami dan putri kecilnya.


Ada apa Maya?
Apa terjadi sesuatu?


Pikiran Koji langsung membludak dengan sikap Maya. Akhirnya mereka pun pergi ke sebuah warung kecil di dekat kantor Daito.


Saat ini mereka duduk berhadapan. Terlihat Maya meremas jemari tangannya. Koji sudah menduga sebelumnya..
Dengan hati-hati Koji menanyakannya pada Maya.


"Maya, apa terjadi...sesuatu?" tanya Koji khawatir.


Maya menatapnya dalam...


Koji tahu dari mata itu terpancar kehancuran hatinya. Wanita di depannya itu, saat ini sedang mengalami sesuatu yang sangat buruk, lebih buruk dari sebelumnya...


"Katakan padaku" ujar Koji iba.


"Maya..." panggil Koji lagi.


Maya masih tak bersuara. Bibirnya terbungkam oleh rasa sakit yang luar biasa.
Lama dia menatap Koji sebelum akhirnya dia mengatakan sesuatu dari bibirnya...


"Koji...apa kau tahu pengorbanan dan kegigihannya ketika...ketika Masumi mengejarku...?" tanya Maya terbata-bata dengan bibir yang gemetar.


Koji menatap wanita itu sedih...


"Semuanya seperti mimpi, aku begitu...begitu tersanjung. Saat itu aku...aku bahagia...sekali" kenang Maya pilu.


Tatapan wanita itu kosong dan tidak ada airmata yang menetes dari matanya. Mungkin dia sudah sangat lelah, pikir Koji...


"Maya..." desis Koji terharu.


Dia sangat tahu, bahkan semua orang tahu bagaimana dahulu seorang direktur muda dan tampan itu, mati-matian meraih tangan wanita di hadapannya kini.


Koji tak menjawab beberapa pertanyaan Maya. Dia hanya menatap Maya lirih.


Dia tahu bahwa wanita itu butuh seseorang untuk menumpahkan semua kegalauan hatinya. Dan agar suasana tidak menjadi kacau, pria tampan itu memilih diam dan hanya mendengarkan semua keluhan dari Maya.


Maya panjang lebar menceritakan semua kenangannya bersama Masumi. Ada rasa cemburu yang hadir di relung hati Koji. Berusaha menahannya demi kenyamanan wanita yang sangat dicintainya itu.


Maya...maya...maya...
Tumpahkanlah semuanya padaku...
Aku akan menjadi pendengar yang baik...
Bila itu akan menenangkan hatimu...


Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. 


Tiba-tiba...


Maya kaget sekali menoleh ke jam di tangannya. Dia melompat berdiri...


"Maya, ada apa?" tanya Koji pun ikut kaget dibuatnya.


Maya menarik tangan pria itu dan berlalu masuk ke tempat latihan nya tadi.


Namun tempat latihan itu kosong. Maya terlihat lesu dan menyesal...


"Aku terlambat..." desis Maya lemah.


Koji heran menatap Maya. Hanya karena terlambat saja, sikapnya bisa tergesa seperti tadi.


"Maya, kau kenapa? Kau bisa menghubungi pelatihmu kan?" terang Koji heran.


Tiba-tiba tatapan Maya menajam mendengar ucapan Koji tadi. Sepertinya dia tidak suka mendengarnya...


Koji pun mengernyitkan dahinya...


Maya...


Entah mengapa Koji merasa asing mendengar dan melihat dengan Maya yang tadi...


"Aku benci..." ucapnya pelan.


Koji tak mengerti apa yang dikatakan Maya. Dia menyentuh pundak Maya untuk menenangkan.


Lalu Maya tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya ke lantai...


Brruuukkk!


Koji tersentak karenanya...


"Aku benci semuanya..." desis Maya lagi.


"Maya ada apa?" tanya Koji bingung.


Namun Maya hanya diam menatap ke lantai. Matanya menerawang jauh. Saat ini raganya ada di sini, namun jiwa nya terbang ke suatu tempat mencari ketenangan.


"Maya..." panggil Koji lagi.


"Koji, aku akan pergi...aku akan tinggalkan semuanya...yaa..." Maya mengambil keputusan yang mengejutkan Koji.


"Apa maksudmu, Maya?" Koji bertambah bingung.


Maya tak menjawab pertanyaan Koji. Dia berdiri dan berlalu keluar tempat latihan. Koji pun berusaha mengikutinya...


Langkah Maya semakin lama semakin cepat menuju suatu tempat. Koji masih mengikuti wanita itu dengan langkah yang tergesa-gesa.


Pria itu sangat mengkhawatirkan Maya....sangat!!!


"Maya..." gumamnya.


Maya menuju ruangan Masumi!


DEG!


Koji ingin mencegahnya, namun Mizuki terlihat memberinya isyarat untuk berhenti di depan ruangan Masumi.


BLLAAAM!!!


Maya sudah berada di ruangan suaminya. Dan tentu saja Masumi kaget setengah mati dengan kedatangan istrinya.


"Mungiill..." sapa Masumi kaget.


Maya menatap suaminya kaku dan dingin...


Mereka saling pandang...dan menarik nafas panjang...


Tiba-tiba Masumi menyuruh Maya pulang...


Wajah wanita itu menjadi merah padam mendengarnya...


"Pulang?" sindir Maya ketus.


"Memangnya kau mau kemana? Ini kantor...dan aku sibuk!" ucap Masumi kaku.


Sebenarnya sejak Masumi kembali dari Paris, mereka tidak pernah bicara panjang lebar lagi. Semuanya kaku dan sepi...
Keduanya tidak pernah membicarakan apapun. Tidak pernah...


Mungkin baru kali inilah mereka bisa berbicara lebih dari kebiasaan bertahun-tahun yang lalu.


Maya dan Masumi masih saling tatap dingin...


"Kau...memang keterlaluan Masumi. Kau..." ujar Maya bergetar.


Maya menarik nafas panjang sebelum melanjutkan...


"Ingin mengakhiri semuanya? Baiklaaah..." ucap Maya mulai terisak.


Masumi menatapnya pilu...


Mungil...


"Maafkan aku...." aku Masumi sedih.


Kini keduanya saling tatap dengan tatapan yang menyedihkan...


Airmata keduanya tampak mengaliri pipi masing-masing...


Maya menyeka airmatanya. Tiba-tiba Masumi berdiri dan menghampiri istrinya lirih.


Masumi mendekap wanita mungil di depannya erat...


"Maafkan aku...maafkan sayang..." Masumi terisak pilu.


Maya menangis di dada suaminya. Semuanya benar-benar hancur. Pria di dekapannya tidak mengatakan apa-apa. Hanya kata maaf, dan bukannya penyesalan telah menceraikan istrinya.


"Baiklah..." gumam Maya.


Perlahan Maya melepaskan dekapan Masumi. Dia menatapnya hampa. Dan berlari keluar ruangan itu meninggalkan Masumi.. meninggalkan semuanya...


BLAM!


Koji tampak mengejar Maya yang baru saja keluar dari ruangan Masumi. Wanita itu berlari secepat mungkin menjauh dari tempat kenangannya.


Dengan berurai airmata, Maya kembali ke kediamannya. Koji sempat menahannya, namun Maya mengabaikan pria itu dan berlalu masuk ke kamarnya...


Sementara Koji kembali ke ruang tamu dan mondar-mandir gelisah menunggu apa yang akan dilakukan Maya.


Tiba-tiba...


Wanita yang dicintainya itu keluar dengan membawa sebuah koper kecil dan melangkah lesu menuju teras.


"Nyonya...tunggu...." panggil seorang pelayan mengikutinya.


Begitupun dengan lelaki tua, yang di panggil Tuan Asa itu...


Dengan langkah terburu-buru, dia mendekati nyonya-nya...


"Nyonya, aku mohon jangan pergi..." pintanya sedih.


Maya masih saja hendak beranjak pergi, namun...


"Bagaimana dengan nona Yuriko?" cegah Asa kemudian.


Seketika itu juga Maya menghentikan langkahnya...


Dia berdiri lemah dan ....


Brruuuukkkk!!!


Tubuh wanita mungil itu terjatuh di lantai...


Serentak semuanya kaget dan berusaha membantu Maya berdiri, lalu membawanya ke sofa di ruang keluarga.


Semuanya memandangi Maya dengan rasa iba...


Maya...


Nyonya...


*****

2 hari setelah kejadian itu, Maya dan Masumi masih sarapan pagi seperti biasa, seolah tidak terjadi apa-apa.
Baik Maya maupun Masumi berusaha bersikap wajar di depan putri mereka.

Mereka masih tidur di satu ranjang...
Tidak ada yang berubah...

Hingga suatu pagi...

Masumi mendapati sebuah surat di meja rias istrinya...


to: Masumi

Masumi...aku pergi...
Ini lah yang terbaik untuk kita...
Aku sudah memaafkanmu...
Namun aku tahu, kau tidak pernah memaafkanku..
Dan dengan itu pulalah kau melakukan semua ini...

Aku mengerti...
Aku berharap kau bahagia bersama Lola...
Dia wanita yang baik, terlalu baik...

Aku tahu semuanya...
Dan itu pula yang membuat aku mengambil keputusan ini...
Trimakasih telah menjadi suamiku...
Trimakasih sudah memberiku kebahagiaan di masa yang lalu..

Trimakasih, pernah mencintaiku...
Trimakasih sayang...
Selamat tinggal...


- Maya -




***continue to -part 5-***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Frens, pliz comment in here...