Juli 14, 2011

Story about You -part 7-






Hari masih gelap pagi itu. Tampak Maya sudah bebenah membantu Genzo mempersiapkan sarapan dan mencuci pakaian Yuriko.


Karena suara berisik, putri kecil itu pun terbangun dan langsung menghampiri ibunya.


"Ibu..." sapanya manja.


Maya tersenyum pada putri cantiknya. Dia menyentuh jemari kecil itu dan menepuk-nepuknya...


"Kau sudah bangun, sayang?" tanya Maya.


Namun Yuriko tak menjawabnya, dia menarik tangan ibunya dan membawanya ke luar rumah.


Maya merasa tidak enak pada Genzo, tapi Genzo memberinya isyarat untuk mengikuti nya.


Dengan menganggukkan kepalanya Genzo memberi izin.


Maya pun melangkah mengikuti kemana Yuriko membawanya. Gadis kecil itu terus membawa ibunya menyusuri jalanan kecil yang tidak rata. Melewati sebuah sungai berair jernih dan dangkal itu. Dengan bebatuan kecil yang menambah indah suasana pedesaan itu.


Maya melangkah perlahan menyusuri jalanan setapak yang agak licin karena hujan semalam. Tangan Yuriko memegangnya erat. Mereka sampai juga ke tepian sungai itu. Yuriko kelihatan gembira sekali.


Dia bermain air dan memercikkannya ke arah Maya...


"Ahhh...Yuriko, jangan seperti itu. Nanti baju ibu basah" ucap Maya geli melihat putrinya seriang itu.


Sementara Yuriko bermain air. Maya duduk di sebuah batu yang lumayan besar. Maya bersandar dan menikmati udara segar pagi itu.


Mentari mulai menampakkan sinar kehangatan dalam hatinya...


Maya berputar mengelilingi sekitar sungai lewat mata indahnya. Ada kedamaian yang baru dia rasakan. Aura desa ini benar-benar menyejukkan hatinya.


Maya mencoba memejamkan matanya dan melamunkan sesuatu. Entah mengapa bayangan Masumi hadir dalam lamunannya barusan.


Maya segera membuka matanya dan...


Seorang pria muncul di sebrang sungai itu...


Yuriko pun heran melihat siapa yang datang...


Yuriko menoleh ke arah ibunya dan bengong menatap seseorang yang sangat ingin ditemuinya, kini datang ke tempat terpencil seperti ini.


"Koji..." gumam Maya tak percaya pria itu menemukannya di sini.


Pria itu menghampiri Maya yang masih tak percaya dengan kehadirannya.


"Maya..." sahut Koji sambil langsung mendekap wanita yang dicintainya.


Dia begitu bahagia bertemu dengan Maya. Yuriko pun terharu melihat keakraban ibu dan pria tampan itu.


"Paman Koji..." sapanya tak mau ketinggalan.


Namun panggilan gadis kecil itu tak terdengar oleh keduanya. Maya dan Koji saling berdekapan semakin erat.


Keduanya terisak menangis...


Yuriko menjadi sedih dan terharu melihat itu. Perlahan airmata membasahi pipi lembutnya...


Ibu...
Kau pasti sedih sekali...
Ibu...aku menyayangimu...


Paman Koji...
Buatlah ibuku tersenyum...
Kau baik sekali...
Paman...




*****

Di kediaman Hayami...


Masumi masih termenung di kamarnya. Wajahnya terlihat lusuh, karena semalaman tak terpejam.


Entah mengapa dia merasa kesepian. Selama ini walau ada yang berubah antara dirinya dan Maya, namun Masumi masih bisa memandanginya di kala wanita mungil itu tertidur lelap.


Tapi kini semuanya telah pergi...


Masumi terlihat berpikir keras...


Perlahan muncul keinginannya untuk pergi ke suatu tempat.


Dengan gerakan yang cepat, Masumi telah siap akan berangkat. Tentu saja Asa ingin mengetahui kemana tuannya akan pergi pagi-pagi begini.


"Maaf tuan, apa tidak sarapan dulu?" tanya Asa sopan.


Masumi berbalik menatap pria itu dan tersenyum...


Lalu...


"Pak Asa, ikutlah bersamaku ke suatu tempat..." ajak Masumi tanpa menunggu jawaban Asa.


Dia langsung memanggil supir dan bersiap akan pergi. Dengan hati bertanya-tanya, Asa pun menuruti ajakan tuannya tanpa bantahan. Kini mereka telah berada dalam satu mobil. Tampak kekakuan antara keduanya.


Masumi memandangi pemandangan di luar kaca mobilnya. Terdengar ponsel berbunyi berulang-ulang. Tapi Masumi tak memperdulikannya.


Pak Asa semakin tidak mengerti kemana tuannya akan membawanya.


"Shimura...aku ingin mengunjungi ayah..." ucap Masumi kepada supirnya.


Tentu saja Asa sangat terkejut mendengar permintaan tuannya. Karena sejak meninggalnya Eisuke, Masumi tidak pernah mengunjungi makam nya.


Hanya Maya dan dirinyalah yang selalu setia datang mengunjungi makam tersebut.


Tidak ada kata yang terucap...Hening...


Hingga tiba di area pemakaman, tepat di depan toko bunga itu, Masumi meminta Asa membelikan bunga untuk nisan ayahnya.


Sementara Asa berjalan menuju tempat bunga, tampak Masumi perlahan menuju pemakaman tersebut.


Entah mengapa tiba-tiba seolah ada yang menyapanya...


Masumi...Masumi...Masumi...


"Ahh...ya..." sahut Masumi sembari berputar mencari arah suara itu.


Namun tiada satu orangpun yang tampak sedang menatapnya. Masumi melanjutkan langkahnya.


Masumi berdiri kaku ketika melihat seseorang sedang berjongkok di batu nisan sang ayah. Masumi terdiam sejenak memperhatikan siapa gerangan yang mengunjungi nisan ayahnya.


Dia seorang wanita...


Sekilas Masumi seperti mengenalnya...
Dengan perlahan Masumi mendekati wanita itu.Wanita itu pun kaget dengan kehadiran Masumi...


"Kau...siapa...?" tanya Masumi menatap tajam wanita itu.


Wanita itu memandanginya dengan tatapan yang sedih. Perlahan dia mengulurkan tangannya dan menggenggam jemari Masumi. Masumi semakin tidak mengerti.


"Kau...pasti...Masumi? Pria yang..." sahutnya ragu.


Masumi menjadi bingung apa arti semuanya...


"Iya...aku Masumi" balas Masumi kaku.


"Apa kau ingat aku? Aku hadir di acara pernikahanmu bersama Maya...10 tahun lalu" terangnya sedih.


Masumi tak mengerti apa hubungan wanita ini dengan pernikahannya.


"Aku hadir ke pesta itu karena keinginan putraku" ujarnya mulai terisak.


Masumi baru tersadar bahwa pada saatnya menikah, ada sedikit keributan kecil di dekat parkiran. Namun karena pengamanan yang sangat ketat, perusuh itu berhasil dibawa pergi oleh anak buahnya.


"Kau...orang itu?" tebak Masumi yakin.


Ibu Koji tersenyum tipis dan menatap Masumi dingin.


"Siapa putramu? Dan....aahh jangan-jangan kau ibunya...Koji?!" tebak Masumi langsung tak sabar.


Ibu Koji mengangguk pelan. Dia kembali menatap Masumi tajam.


"Mengapa bu...kau lakukan itu? Itu sudah takdir..." ujar Masumi kesal.


Ibu Koji mencibir perkataan Masumi. Dan...


"Dan apa kau tahu bagaimana sakitnya putraku setelah itu? Dan apa kau tahu sejauh mana hubungan mereka?" tanya ibu Koji bertubi-tubi.


Masumi sudah hilang kesabaran, dia semakin ingin tahu lagi ada apa sebenarnya antara Maya dan Koji sebelum pernikahannya.


Apakah benar yang dikatakan wanita yang pernah datang ke rumahnya ketika ayahnya baru saja tiada.


"Apa yang kau ketahui, bu? Tolong ceritakan padaku!" pinta Masumi penasaran.


"Putraku sangat mencintai istrimu. Jauh sebelum kau mengenalnya" terang ibu Koji pilu.


Masumi menarik nafasnya dalam-dalam dan menyimak dengan serius setiap kata yang keluar dari wanita tua di depannya itu.


"Gadis yang datang menemuimu waktu itu...adalah putriku..." ujarnya kemudian.


Lalu perlahan dia berjalan menjauhi Masumi dan menuju nisan yang tak jauh dari makam Eisuke.


Tanpa ragu Masumi pun mengikuti wanita tua itu...


Ibu Koji kemudian menunjuk salah satu nisan di hadapannya sambil terisak sedih.


Masumi tak mengetahui bahwa makam itu adalah makam wanita yang datang menemuinya dan mengatakan hal yang sangat tidak bisa dipercayainya. Dia adalah adik perempuan Koji!


"Bu, makam siapa ini?" tanya Masumi polos.


"Masumi...dia putriku, gadis yang menemuimu 8 tahun lalu itu" jelas ibu Koji terbata-bata.


Masumi kaget setengah mati. Dia tak percaya dengan apa yang dikatakan ibunya Koji.


"Tunggu...berarti kau mengetahui apa yang terjadi di malam itu?" tanya Masumi mulai kebingungan.


Sang ibu mengangguk dan menunduk lesu...


"Maaf kan aku...maafkan putriku yang malang..." isak ibu pilu.


Dia menatap Masumi menerawang mengingat dua malam sebelum Koji berangkat ke Kanada. Dan itu artinya 4 hari sebelum pernikahannya bersama Maya. Wanita tua itupun menceritakannya pada Masumi...


>>>


Dari sore Maya datang mengunjungi rumah Koji. Namun Koji belum kembali dari latihan. Ibu dan putrinya menyuruh Maya menunggu. Dan Maya pun menurutinya.


Maya datang ke rumahnya karena mendengar bahwa pria itu akan meninggalkan Tokyo. Dan itu membuat nya sedih. Entah apa perasaan Maya pada saat itu pada Koji.


Selepas senja, terdengar sepeda motor yang dikendarai Koji kembali. Ketika dia melihat Maya ada di rumahnya, Koji berniat pergi lagi. Namun Maya menahannya. Lalu Koji membawa Maya pergi dengan sepeda motornya.


Entah kemana mereka, namun yang jelas...
Mereka kembali setelah tengah malam dalam keadaan mabuk. Koji membawa Maya ke kamarnya.


Tentu saja ibu dan adik Koji ingin tahu apa yang mereka lakukan di dalam kamar itu.


Mereka pun menguping dari pintu kamar Koji. Terdengar suara rintihan dari kamar itu. Mereka semakin curiga dan yakin telah terjadi sesuatu antara Koji dan Maya. Perlahan adik Koji membuka pintu kamar itu dan...dugaan mereka benar!!!


Jantung ibu begitu berdegup kencang, begitupun sang adik. Mereka saling bertatapan bingung.


Mereka saling berpegangan tangan. Perlahan menjauh dari kamar Koji. Meninggalkan keduanya dan membiarkannya...


<<<


"Membiarkan mereka..." gumam sang ibu sedih.


Tangan Masumi mengepal, dia sudah tahu kejadian sebenarnya beberapa tahun lalu, walau belum tahu pastinya. Berkali dia menarik nafas dan menelan ludahnya untuk menenangkan diri.


"Aku sudah tahu semuanya...!!?" tanya Masumi kesal.


Ibu Koji menatap Masumi dalam...


Lalu Masumi mulai berpikir dengan khayalannya sendiri. Dia harus menemui seseorang. Masumi hendak pergi meninggalkan pemakaman itu, namun wanita tua itu menahannya...


"Saat ini sudah terlambat...tuan Masumi..." ucapnya dingin.


Masumi berbalik memandangi wanita itu...


"Mengapa tidak dari dahulu kau meminta penjelasan? Kau bodoh....!" ucap ibu Koji mengejek Masumi.


"Kau sudah menduakannya! Dan sekarang biarkan putraku di sisinya" ujar wanita itu dingin.


Masumi kesal mendengar ucapan wanita tua itu. Dia mendekati wanita tua itu dan meremas bahunya kuat.


"Katakan...KATAKAN apa maksudmu!" bentak Masumi marah.


Ibu Koji hanya tersenyum tipis dengan cibiran bibirnya, lalu...


Dia tertawa terbahak-bahak...


Semakin lama semakin tak terkendali...


Masumi semakin gila mendengarnya. Dia harus segera pergi dari tempat itu.


Perlahan dia melepaskan pegangannya di bahu wanita tua itu. Sambil berjalan mundur menjauhinya...


"Aku sudah mengatur semuanya, tuan. Seorang pelayan di rumahmu...ya...hahaha....pelayan itu mengawasi gerak-gerik kalian...hahaha...lalu...lalu..." jelasnya terbata-bata.


Masumi penasaran dengan apa yang ingin dikatakan wanita itu...


Dia menghentikan langkahnya dan berdiri kaku mendengarkan apa yang dikatakan wanita itu.


"Lalu apa, nyonya?!" tanya Masumi ingin tahu.


"Hahahaha...pelayan itu membuatmu berpaling kan?" ibu Koji terbahak-bahak menceritakannya.


Itu membuat geram Masumi. Dia mendekati wanita itu dan menarik kerahnya...


Ibu Koji terlihat terkejut dengan sikap Masumi. 


"Jawab pertanyaanku tadi! Nyonyaaa...!" pinta Masumi memaksa.


Namun ibu Koji hanya tertawa sejadinya dan tak lama dia pun menangis terisak sedih...


"Dia...cucuku..." ucapnya pelan.


Masumi bagai disambar petir! Dia semakin mempercayai gadis yang datang menemuinya 8 tahun lalu itu.


Lalu Masumi beranjak meninggalkan wanita tua itu dan menjauhinya.


Pak Asa heran dengan wajah pucat tuannya. Dia berniat menanyakan apa yang terjadi, namun kemudian dia mengurungkan niatnya karena raut wajah tuannya benar-benar terpukul.


Masumi menghempaskan tubuhnya di jok empuk itu...


"Huuuuufffhh....." desis nya lesu.


Asa mengikuti tuannya. Dan akhirnya mobil itu kembali ke kediaman Hayami.


*****

Sementara itu di kampung bidadari merah...

Di tepi sungai jernih itu, terlihat Yuriko masih asyik bermain air. Sedangkan Maya dan Koji saling pandang hangat.

Maya seolah melampiaskan kegundahan hatinya kepada pria itu. Dia menggenggam jemari Koji haru.

"Koji...ada yang ingin kukatakan padamu..." ucap Maya ragu.

Koji menatap wajah Maya penuh kagum...

"Apa itu?" sahut Koji ingin tahu.

Maya menarik nafasnya dalam-dalam...

"Dia...putrimu..." ucap Maya pelan sambil menoleh ke arah Yuriko.

Koji menatap Maya dan tak menghiraukan ucapan Maya barusan.

Maya memercikkan air ke arahnya. Dan Koji baru tersadar...

"Maya...apa maksudmu?" ucapnya gugup.

Maya tersenyum dan menganggukkan kepalanya...

"Tidak...Maya!?" Koji lesu mengatakannya.

Wajahnya mendadak pucat mendengar itu. Lalu dia menoleh ke arah gadis kecil yang sedang asyik bermain air itu.

Perlahan dia mendekatinya...

Koji memeluk Yuriko dengan mata yang berkaca-kaca...

Maya menangis memandangi keduanya...

Dia benar-benar lega mengungkapkannya pada Koji sekarang...

Yuriko masih terheran-heran dengan sikap pria yang dipanggilnya 'paman' itu.

Maya pun menghampiri keduanya dan mendekap erat mereka. Terdengar isakan pilu dari keduanya. Lalu tak berapa lama Koji tersadar dengan apa yang terjadi 10 tahun lalu...

Dia merasa berdosa melakukannya...
Dia merasa telah berbuat curang pada Masumi...

"Tidak...tidak..." gumamnya sambil melepas dekapannya pada Maya dan Yuriko.

Maya menyuruh Yuriko kembali ke rumah. Dan membiarkan ibunya untuk berbicara dengan Koji.
Gadis kecil itu menuruti semua permintaan sang ibu.

"Koji...kita mabuk waktu itu..." ucap Maya sedih.

"Maya...aku benar-benar tak menyadarinya...maafkan aku..." sahut Koji pilu.

Koji merasa semakin bersalah ketika menyadari bahwa gadis kecil yang memanggilnya 'paman' itu adalah....

Maya menatapnya pilu. Maya menggenggam jemari Koji dan mengecup kening pria itu.

"Maya..." gumam Koji.

Lalu dia mendekatkan wajahnya ke arah wanita itu dan mengecup lembut bibirnya.

Mereka berciuman begitu lama. Namun ciuman itu begitu penuh dengan airmata. Keduanya menangis terharu...

Lalu Koji melepaskan dekapannya dan menatap Maya lirih...

Dia meremas jemari Maya dan berkata:

"Maya...Yuriko bukan anakku..." ucap Koji datar.

Maya kaget dengan apa yang didengarnya. Dia tak percaya!!!

"Apa maksudmu, Koji...?" tanya Maya bingung.

"Maafkan aku...setelah aku berada di Kanada..." Koji berhenti menarik nafasnya.

Maya tak sabar dengan penuturan pria itu. Dia pun mengguncang-guncangkan tubuh Koji.

"Kojiii...katakan apa maksudmu...? Aku mohon, apa kau tak tahu betapa selama ini aku merasa tak berdaya ketika Masumi menduakanku?" Maya terisak mengenang rumah tangganya.

"Maafkan aku Maya...terlambat mengatakan ini padamu" terangnya sesal.

"Aku memeriksakan diri untuk memastikannya. Di sana aku sempat akan kembali bila hasil pemeriksaan itu mengatakan aku baik-baik saja. Namun...ternyata...aku tidak akan bisa mempunyai keturunan" ujar Koji pilu.

"Kojiii...apakah itu benar?" tanya Maya tak percaya.

"Maya...Yuriko adalah anak Masumi" kata Koji terharu.

Maya tertunduk lesu, padahal dia sudah akan mengambil keputusan untuk memulai hidup bersama pria di hadapannya. Karena selama ini dia merasa bersalah pada Masumi juga pada Koji.

Lalu Maya menangis sejadinya. Dia merasa tak pantas dicintai oleh dua orang pria yang sangat baik.

"Maya..." panggil Koji lembut.

"Koji...sejak menikah aku selalu dihantui perasaan bersalah padamu dan Masumi. Aku ingin berterus terang padanya, namun sepertinya dia sudah tahu dari seseorang" jelas Maya menerawang.

Koji mengangguk mengiyakan...

Maya menatapnya penuh tanda tanya...

"Koji..." desis Maya bingung.

"Dia tahu ketika dalam keadaannya terpuruk ditinggalkan ayah mertuamu" ujar Koji kemudian.

"Maksudmu?" tanya Maya penasaran.

"Ibuku dan adikku lah penyebabnya..." ujar Koji sedih.

Maya menggelengkan kepalanya tak mengerti...

"Maya...maafkan mereka, aku mohon...mereka melakukan itu karena sangat peduli padaku..." terang Koji membujuk.

"Maya...kini kembalilah pada Masumi. Dia tak bersalah. Aku yakin dia menduakanmu karena ibu dan adikku" aku Koji pilu.

Maya menganggukkan kepalanya mengerti...

Diapun sangat tahu perasaan Masumi padanya. Maya tahu betapa berat dia untuk tidak mempercayainya.

"Karena itulah aku diam, walau dia menduakanku...karena...akulah yang telah membohonginya...membohonginya..." isak Maya sedih.

"Kembalilah...Maya...kembalilah...padanya..." pinta Koji lirih.

Perlahan dia pergi menjauhi Maya yang masih meratapi semua kesalahannya pada Masumi. Dia benar-benar merasa tak berguna dan sedih dengan semuanya...

"Koji...koji...." panggilnya lemah menatap punggung pria itu yang semakin jauh dari pandangannya.

Dan akhirnya menghilang...

Tinggalah Maya sendiri menangis tersedu-sedu...

Bersama gemericik air dan alam yang hangat hari itu. Sinar matahari telah beranjak menjalar tepat di atas kepala. Namun Maya masih menangisi semuanya...

Segalanya...
Kesalahannya...
Kebohongannya...
Pada Masumi...

Maafkan aku Masumi...
Maafkan aku...

Aku begitu takut kau akan mengetahuinya...
Aku takut kehilanganmu...

Masumi pasti kau menunggu keterus teranganku...

Masumi...aku malu padamu...
Aku yang salah...
Maafkan aku, sayang...
Maaaaaaaafff...

Maya sangat terpukul, beribu penyesalan hadir dalam benaknya. Beribu rasa bersalah menghampirinya...


*****








***continue to -part 8-***

5 komentar:

  1. kuraaaaaannnnnnnng masih penasaraaaannn.....>0<

    BalasHapus
  2. kuraaaaaannnggg masih penasaraaaaannn...>0<

    BalasHapus
  3. Kukira masumi, eh ternyata koji, very well, so far so bikin makin gemes

    BalasHapus
  4. jangan2 MH kira si yuriko anaknya Koji.....trus yg ngobrol sama ibunya Koji siapa ya ??? apa pak ASa?/ hubungan nya apa tuh makin deg2an ada apa sih dibalik tragedi Maya Mh ini???? sista updatenya GPL ya :P maksa nih......

    BalasHapus
  5. Semakin sedih.....Apa iya Maya bisa pindah kelain hati.....Masumi plakplakplak....sadar dong :D

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...