Juli 14, 2011

Story about You -part 6-





Kampung Bidadari Merah...


Terdengar suara kicau burung bersahutan pagi itu. Sinar mentari mulai menampakkan keberadaan dua insan di sebuah rumah tua dan lembab itu.


Maya merasa silau dengan matanya. Dia terbangun setelah semalaman tertidur pulas di samping putrinya.


"Hhmmm...segar sekali" Maya mencoba menarik nafas dan menghirup udara segar desa terpencil tersebut.


Maya memandangi putrinya yang masih tertidur pulas. Maya tersenyum bahagia memandangnya.


"Putriku..." desis Maya sambil menyelimuti Yuriko dengan baju hangatnya.


Perlahan Maya berjalan keluar rumah dan menatap ke sekeliling dekat rumah tua itu.


Kembali wanita itu menarik nafas untuk menghirup udara segar pagi itu. Maya berjalan menyusuri tanaman di dekat rumah. Memetik beberapa bunga yang tumbuh di sekitarnya.


Entah mengapa sesaat Maya merasa nyaman berada di sana. Kesedihan yang selama ini dia alami mendadak hilang entah kemana. Sesaat pula bayangan Masumi hadir dalam benaknya.


Maya menggelengkan kepalanya untuk bisa menghilangkan bayangan itu, namun dia tak mampu.


Masumi...kau masih di hatiku...
Maaf bila aku tidak bisa...
Tidak bisa melupakanmu...
Maafkan aku...


Kembali Maya meneruskan langkahnya menyusuri sekitar. Tanpa terasa Maya telah sedikit menjauhi rumah tua itu.


Hingga seseorang mendapatinya dan terkejut...


"Nona..." sapa orang itu tak percaya.


Maya menoleh ke arah suara itu dan...


"Pak Genzo..." sahut Maya kaget melihat siapa yang ditemuinya.


Mereka sama-sama kaget dan tak percaya bisa bertemu kembali setelah cukup lama tak bersua.


Lelaki tua itu tersenyum bahagia bertemu Maya, begitupun sebaliknya. Perlahan Maya membawa langkah mereka ke arah rumah tua tempat dia menginap tadi malam.


Sambil mengobrol mereka tampak menikmati pemandangan alam yang begitu indah dan alami.


"Nona...saya sangat senang bisa bertemu lagi" ucap Genzo tulus.


"Bukan hanya anda, tuan. Akupun sangat bahagia bisa bertemu lagi disini" balas Maya senang.


Genzo heran mengapa Maya membawanya ke rumah tua itu. 


"Nona Maya, jadi anda menginap disini?" tanya Genzo heran.


Maya mengangguk mengiyakan pertanyaan tuan Genzo. Dia mengajak Genzo masuk dan menunjukkan putrinya pada pria tua itu.


Genzo lebih tercengang lagi menatap putri kecil itu sedang tertidur pulas di tempat seperti ini.


"Nonaa...." desisnya iba.


Pria itu bergegas mendekati Yuriko dan menggendongnya. Lalu menyuruh Maya mengikuti kemana dia pergi. Dengan tergesa-gesa Maya menuruti ajakan Genzo.


Maya sangat terharu dengan perhatian lelaki tua pengabdi ibu gurunya dulu. 


Pak Genzo...trimakasih....


Mereka tiba di depan sebuah rumah yang tidak begitu besar. Maya merasa pernah di rumah ini. Namun ada yang beberapa bangunan yang berubah.


"Pak Genzo...inikah rumah tempat aku berlatih dulu?" tanya Maya ragu.


Tampak pak Genzo mengangguk...


Lalu dia meletakkan Yuriko di sebuah karpet tebal dan menyelimutinya dengan pelan.


Lalu dia mengajak Maya berkeliling rumah itu. Entah mengapa Maya sangat sedih melakukannya...


Rumah itu adalah salah satu kenangannya bersama guru besarnya. Setelah bu Mayuko wafat, tinggallah Genzo yang merawatnya. Sungguh ironis, pria itu begitu setia mengabdikan seumur hidupnya pada bu Mayuko. Hingga akhir hayatnya pun, pria itu ada di sampingnya.


Walau dia bukan belahan jiwa bu Mayuko, namun dia melakukan itu semua dengan ketulusan hatinya.


Tanpa Maya sadari airmata membasahi pipinya. Genzo melihat semua itu. 


Pria tua itu yakin bahwa sang Bidadari Merah di depannya ini sedang dalam masalah. Langkah mereka semakin lama semakin mendekati lembah Plum.


Tepat di depan jembatan itu, Maya menghentikan langkahnya. Dia berdiri kaku. Bulu kuduknya serasa berdiri merasakan aura dari tempat itu. Dia tidak ingin melanjutkan...


"Hentikan..." ucapnya pelan.


Genzo heran dengan permintaan Maya. Namun dia berusaha memahami keinginan Maya.


"Baiklah nona, mari kita kembali..." ajaknya kemudian.


Sebelum beranjak dari tempat itu, sekali lagi Maya menatap tempat di sebrang jembatan dengan pilu.


"Semuanya telah berakhir..." gumamnya lirih.


Genzo mendengarnya namun berusaha mengacuhkannya dan melanjutkan langkahnya kembali ke rumah.


*****

2 hari sudah Maya dan Yuriko menghilang...

Masumi sedang menyantap sarapannya dengan santai. Namun jelas terlihat wajahnya begitu murung. 

Asa mendekatinya dan ingin berpamitan untuk mencari Maya juga Yuriko. Masumi mengernyitkan dahinya dan menatap dalam ke arah pria tua tersebut.

"Kemana kau akan mencarinya?" tanya Masumi dingin.

"Kemanapun tuan, aku akan mencarinya" sahut Asa pelan.

Masumi semakin menajamkan tatapannya. Entah apa arti tatapan itu, Asa tak mengerti sama sekali. Dengan sedikit membungkuk, perlahan Asa meninggalkan Masumi.

Ada apa dengannya? Semakin lama semakin aneh...

"Ahhh...." gumam Asa berlalu menjauh dari kediaman Hayami. Dan menemui seseorang di sebrang jalan depan rumah tersebut.

"Kau sudah lama menunggu tuan?" tanya Asa menyapa Koji yang sudah memarkirkan mobilnya di depan sana.

Koji membungkuk hormat dan menggelengkan kepalanya. Tak berapa lama keduanya pun tampak memulai pencarian kembali menyusuri kota Tokyo dan kota-kota kecil sekitar Tokyo.

Tidak ada rasa lelah dari keduanya. Mereka sangat bersemangat melakukannya. Sambil sekali-kali berhenti untuk makan dan minum di warung-warung kecil sepanjang jalan.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat...
Satu malam lagi telah terlewati tanpa hasil...

Baik Koji maupun Asa kembali dengan kecewa di kediaman masing-masing.

Koji menghempaskan tubuhnya di tempat tidur kamarnya. Lagi-lagi Koji meraih buku diary dan mendekapnya erat.

"Maya...dimana kau sekarang?" gumam Koji menerawang.

Airmata kerinduan dan khawatir membasahi pipinya. Koji mencoba berpikir jernih saat ini. Dia berusaha membuang semua perasaan buruknya akan semua ini.

Ada apa ini? Mengapa setelah kembali ke kota ini aku merasa ada yang tidak wajar....
Mengapa semuanya berubah, setelah kepergianku?
Apa penyebabnya? 
Maya...aku sangat mengkhawatirkanmu...
Begitu juga Yuriko, gadis kecil itu...
Hhhmmm.......

Koji berusaha mengingat-ingat semuanya. Sementara malam pun semakin larut dan hening.

Tanpa Koji sadari, seseorang sedang menatapnya pilu...

Koji terperanjat ketika dia menangkap sosok sang ibu sedang memandangnya di pintu.

"Ibuuu......." ujar Koji kaget.

Namun ibu hanya tersenyum tipis padanya. Dan kembali menutup pintu kamar.

Blllaaaamm!!!

"Oh...mengapa aku tak tahu ibu masuk? Sejak kapan..." gumam Koji masih shock karena kaget tadi.

Karena penasaran, Koji pun keluar kamarnya dan turun menuju ruang keluarga.

Tiba-tiba...

Koji benar-benar lebih kaget lagi melihat siapa yang sedang berbicara dengan ibunya...

Dia...

Koji segera bersembunyi tak ingin terlihat oleh mereka. Dengan hati-hati dia mendengar apa yang dibicarakan oleh mereka.

"Apa...? Apa arti semua ini?" desisnya tak percaya.

Maya...Masumi...
Apa kalian...
Bagaimana ini...
Mengapa menjadi seperti ini...
Ibu.......
Maya.....

Koji terduduk lemah di belakang kursi ruang keluarga itu. Dia benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya...
Tak percaya...


*****

Sementara itu di kediaman Hayami...

Masumi tampak berdiri memandangi malam di balkon kamarnya. Raut wajahnya begitu sedih dan tak berdaya...

"Maya...Yuriko...dimana kalian?" gumamnya pilu.

Airmata membasahi pipinya. Masumi menangis...

Kembali memandangi malam yang ditaburi bintang. Kembali dia mengenang semua peristiwa yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu.

>>>

"Mungil, aku ingin kita meninggalkan kota ini" usul Masumi, ketika masih dalam suasana berkabung ditinggal sang ayah.

Maya berpikir keras dengan usul suaminya...

"Masumi...aku pikir sebaiknya kita tunggu hingga Yuriko genap 2 tahun" tolak Maya menjelaskan.

Masumi menatap istrinya sedih. Dia menghampiri, menggenggam jemari mungil itu dan mengecupnya lembut.

"Aku mohon, Maya...ikutlah bersamaku..." rayu Masumi penuh harap.

"Masumi coba kau pikirkan kembali. Kasihan putri kita bila harus membawanya kesana kemari. Dia masih terlalu kecil" terang Maya bingung.

Masumi mendekapnya erat dan membawanya untuk melihat putri mereka yang sedang terlelap di tempat tidur mereka.

Senyuman keduanya begitu tulus saat itu. Dan saat itu terlihat Masumi pun masih akan mempertimbangkan kepergiannya meninggalkan Tokyo.

Hingga di suatu pagi, ada seorang tamu ingin menemui Masumi. Masumi sangat kaget mendengar semua yang dikatakan tamu itu. Dalam kegelisahan ditinggal sang ayah, Masumi seolah semakin terpuruk mendengar apa yang dikatakan tamu itu padanya.

Dan keesokan harinya Masumi pun meneguhkan keberangkatan nya ke Paris.
Meninggalkan semuanya, kenangannya dan tekadnya untuk melupakan cintanya pada Maya.

Selamat Tinggal Maya...
Aku akan kembali bila tiba waktunya...
Dan kembali padamu...
Membawa semua penderitaan yang kurasakan...
Karena ulahmu...
Dan kebohonganmu...

Kala itu Masumi berusaha mempercayai semua yang telah Maya korbankan untuknya. Namun semuanya telah terhapus oleh perkataan tamu yang datang menemuinya.

Apakah itu benar? Mengapa jadi begitu rumit semua ini?

<<<

"Apa yang telah kuperbuat?" gumam Masumi tersadar dalam kenangannya.

Tok...tok...tok...


Terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya...


Ceeklekk...


Masumi membukanya dan...


"Lola..." sapa Masumi kaget dengan siapa yang datang.


Wanita itu tersenyum dan masuk begitu saja menghampiri Masumi di kamarnya.


"Kau...ada apa malam-malam begini kesini?" tanya Masumi heran.


Namun tangan wanita itu begitu cepat menarik Masumi ke tempat tidur. Tak berapa lama mereka sudah terbaring bertindihan di tempat tidur itu.


Masumi memandangi Lola tajam. Sementara wanita itu semakin membuat Masumi kewalahan melawan nafsunya.


Dia pun menghempaskan tubuh Lola dan berdiri menjauhinya. Tentu saja Lola tidak terima dengan perlakuan suaminya itu.


"Sayang ada apa? Kau tidak menginginkannya?" tanya Lola sedih.


Masumi tampak berpikir dan menatap Lola tajam. Lalu...


"Keluarlah...ini kamar Maya" ujar Masumi kaku.


Lola menatapnya heran, tidak seperti biasanya...


"Ada apa dengannya?" gumam wanita itu sambil berlalu keluar kamar.


Blam!!


Asa memperhatikan kejadian itu. Dia merasa kesal dengan kelakuan istri kedua tuannya tersebut.
Dengan tangan yang terkepal, perlahan dia mengikuti wanita itu pergi...


"Beraninya dia datang dan masuk ke kamar, nyonyaku" gumamnya kesal.


Namun Asa kalah cepat mengikuti langkah wanita cantik itu. Wanita itu telah pergi berlalu dengan mobilnya.


Lelaki itu masih memandangi mobil yang membawa pergi wanita kedua tersebut. Bathinnya begitu lirih mengingat semuanya. Hatinya berontak menolak semua peristiwa yang menimpa kediaman tuan dan nyonya-nya.


*****

Di kampung Bidadari Merah, cuaca begitu gelap. Maya tak dapat memejamkan matanya. Perlahan Maya keluar kamar dan duduk di teras rumah.


Pandangannya jauh menerawang ke angkasa. Mencari kedamaian dan ketenangan yang pernah dia rasakan jauh sebelum semuanya menjadi seperti ini.


Semilir angin malam itu begitu membuat Maya terhanyut dan tanpa sadar dia melangkah menjauhi rumah tempat nya tadi. Terus melangkah dan melangkah jauh...


Hingga saat ini Maya berdiri di depan jembatan menuju lembah Plum. Maya kaget dan tak percaya mengapa bisa sampai ke sana dalam keadaan gelap gulita.


Sepertinya ada seseorang yang menuntun langkahnya. Maya bergegas hendak kembali ke rumah, namun sekilas dia melihat seseorang melambaikan tangan padanya dari sebrang jembatan itu.


Maya menajamkan pandangannya. Maya kaget melihat siapa yang melambaikan tangan ke arahnya tersebut...


"Masumi..." gumamnya ragu.


Maya pun melangkah perlahan menyusuri jembatan. Hingga tiba-tiba langkahnya ditahan oleh tarikkan tangan seseorang dari belakang. Maya menoleh...


"Tuan Genzo...." ujar Maya terperanjat.


"Mengapa malam-malam begini nona Maya?" tanya Genzo heran.


Maya tak menjawabnya. Dia menuruti tangan Genzo yang membawanya pergi menjauh dari jembatan tersebut.


Mereka tiba di rumah dan duduk di ruang tamu. Genzo menyuguhkan teh hangat untuk Maya.


"Minumlah, nona..." ucapnya sopan.


"Trimakasih tuan..." balas Maya gugup.


Maya terlihat gugup. Tubuhnya gemetar seperti kebingungan. Genzo memahami itu. Dia mengambil sesuatu dari laci dapurnya. Dan memberikannya pada Maya.


"Bawalah ini nona..." kata Genzo berhati-hati.


Maya memperhatikan benda kecil yang diberikan Genzo padanya. Sebuah cincin bermatakan permata berwarna biru. Cincin itu disimpan di sebuah kotak transparan berbentuk prisma kecil. Maya tak percaya ada benda seunik itu.


"Pak Genzo, apa ini?" tanya Maya sambil mengelus-elus kotak tersebut.


Genzo hanya tersenyum hangat pada Maya. Lalu dia tidak menjelaskan apa-apa lagi. Berlalu masuk ke kamarnya meninggalkan Maya yang masih bingung penuh tanda tanya.


*****

Malam telah menunjukkan pukul 3 pagi. Namun Koji belum terlelap. Begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya? Dengan apa yang beberapa jam lalu dilihatnya. Apa hubungan semua ini?

Ibu...apakah ada hubungannya dengan Maya?
Tapi mengapa kau berbicara dengan pelayan itu?
Ada apa bu?

Mengapa pelayan keluarga Hayami menemuimu?
Ada apa?

Koji benar-benar tak mengerti dengan semuanya. Pikirannya beralih memikirkan Maya...

Maya....kau dimana?
Mengapa kau berbohong pada tuan Asa?
Kau tidak di Yokohama...
Lalu kau dimana saat ini?

Koji mulai berpikir tempat-tempat yang mungkin disinggahi oleh Maya. Dari mulai apartemen Rei, Sayaka, Mina dan teman lainnya. Dia akan mulai bergerak pagi ini juga, pikirnya...

Tiba-tiba...

Koji melompat meraih jaket dan kunci mobilnya. Dia menuju keluar rumah dimana mobilnya terparkir. Namun ibu Koji menghalanginya.

"Kau mau kemana lagi, Koji?" tanya ibu mengagetkan putranya.

Koji berbalik mengarah pada suara itu...

Wajahnya seketika itu juga kaku menatap sang ibu...

"Koji, apa kau tidak mendengarku!?" tanya ibu dengan suara sedikit keras.

"IBU!! Hentikan! Jangan memperkeruh suasana hatiku bu" teriak Koji sedih.

Selama ini dia tidak pernah sekalipun berbicara keras pada ibunya seperti sekarang ini. Dia merasa setelah melakukannya.

Sang ibu sangat terkejut dengan sikap putranya. Sambil memegang dadanya, dia berusaha mengatakannya pada Koji...

"Koji...bagaimana kau bisa begini? Putraku....." ujar ibu terbata-bata. Kemudian dia terisak menatap putranya.

Namun Koji tak menghiraukannya. Dia berlalu pergi meninggalkan ibunya yang menangisinya di depan pagar rumah mereka di pagi buta yang sepi itu.

*****

***continue to -part 7-***

3 komentar:

  1. sebenarnya apa sih yang terjadi antara masumi n maya? siapa tamu yang menemui masumi? Trus apa yg dikatakannya tntag Maya? Trus knapa masumi percaya begitu aja. Kok bisa masumi menikahi lola? Siapa sebenarnya lola? apa yg disembunyikan ibu koji dan knapa dia yakin skali klo maya akan kembali pada koji? Apa maya pernah berselingkuh hingga masumi membalasnya dgn selingkuh pula? Apa yuriko anaknya koji? Ahhhhhh..... Jadi bingung n smkin penasaran. Sist....buruan lanjut ya! Biar cepat terjawab teka - teki ini?

    BalasHapus
  2. aaarrrggghhhhhhh makin penasaraaaannnn, tamu itu pasti ibunya koji...*sotoy* trs dia bl \g klo Yuriko bkn anaknya....*sotoylagi*...itu kali yang jd masalah semua ini .... *tbh sotoy*....XDD

    masih teka-teki.........

    BalasHapus
  3. apa mungkin si tamu bilang Maya pernah ada maen ama Koji walau ga sampe hamil sehingga bikin sakit hati Masumi ? ga mungkin Yuriko bukan anak Masumi ...kan pasti Masumi udah cek DNA (sotoy mode on ) ...eh tapi bisa jd jg bukan anak Masumi..sesudah di cek tp dia diam aja tdk blg pada Maya ... hmmmmm ....


    * angsty lover *

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...