Juli 07, 2011

Kesetiaan -part 5-





Masumi kembali ke Tokyo...

Semua nya benar-benar berakhir. Tiada satu kepingpun yang tersisa. Semua mimpi dan harapannya untuk bersama gadis itu telah pupus. Tak akan ada lagi tawa dan keceriaan dalam hidupnya kini.

Pergilah...Mungil...
Raihlah bahagiamu bersama Hijiri...
Aku tak akan mengganggumu lagi...
Akulah yang menyebabkan semuanya jadi seperti ini...

Aku egois...
Tidak berguna...
Maafkan aku, sayang...

*****


Tepat 2 minggu sudah sejak kejadian itu. Hari ini Maya dan Hijiri kembali ke Tokyo.


Mereka tiba di Tokyo dan langsung menuju apartemen Hijiri. Karena pastilah Maya menolak untuk kembali ke apartemen yang pernah diberikan Masumi padanya.


Ceekklleek...


"Masuklah Maya..." ajak Hijiri ketika baru saja membuka pintu apartemennya.


Perlahan Maya melangkahkan kakinya masuk. Dia memandangi ruangan yang ada di apartemen Hijiri. Memang lebih kecil dari apartemen pemberian Masumi padanya.


Maya pun langsung menuju ke balkon, sedangkan Hijiri membuatkan susu hangat untuk gadis mungil itu di dapur.


"Ini...minumlah, akan baik untuk kesehatanmu" Hijiri memberikan segelas susu kepada Maya.


Maya menatap Hijiri penuh simpati. Dia merasa sangat berhutang budi pada pria di hadapannya.
Pria yang telah mengisi hari-hari terburuknya. Membalut luka-luka yang digoreskan Masumi padanya.


Dapatkah aku memulai semuanya kini...
Bersama kak Hijiri di sisiku...
Mungkinkah aku bisa...
Sanggupkah???


Maya menerawang dengan mata berkaca-kaca. Hijiri mengerti apa yang sedang dipikirkan wanita itu. Dia bingung harus bagaimana menghadapinya.


"Maya...kau memikirkannya?" tanya Hijiri cemas.


Maya menggeleng sambil tersenyum pilu. Dia tidak ingin membuat Hijiri bersedih. Dia tidak akan pernah bisa menyakiti pria baik di hadapannya. Tidak akan...


*****

Di Kantor Daito...

Masumi baru saja selesai rapat. Dia menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya. Wajahnya terlihat murung sejak kepulangannya dari Amerika.

Mizuki masuk dan memberikan sebuah amplop kepada Masumi. Dia meletakkan amplop itu di atas meja begitu saja, karena Masumi sama sekali tidak peduli dengan kedatangannya.

Lelaki itu melamun memandang keluar jendela. Guratan kecewa dan menderita begitu jelas terlihat dari wajahnya yang tampan.

"Pak Masumi...apa ada yang bisa aku bantu?" Mizuki mencoba membuat Masumi bicara.

"Tidak..." sahut Masumi singkat.

Tanpa berlama lagi, Mizuki pun pamit keluar dari ruangan Masumi.

Blam...

Masumi masih bersikutat dengan lamunannya. Entah apa yang dia pikirkan saat ini. Perlahan dia membalikkan tubuhnya dan menatap amplop di atas mejanya.

Membuka amplop itu dan...

Ekspresi wajahnya dingin menatap lembar demi lembar photo itu. 


"Sudah tidak ada gunanya..." gumam Masumi sambil menatap beberapa photo Maya bersama Hijiri saat mereka tiba di bandara Narita, Tokyo.


"Maya...aku bahagia untukmu" ucap Masumi pelan.


Masumi membuka laci dan menatap beberapa photo dirinya bersama Maya beberapa tahun lalu. Saat semuanya masih indah, masih bersemi seolah dunia pun bahagia dengan apa yang dia rasakan pada waktu itu.


*****

Berita kepulangan Maya telah tersebar, semua media massa berusaha mencari keberadaannya untuk wawancara.

Namun hingga hari ke 3 kepulangannya, Maya enggan bertemu siapapun. Bahkan Rei dan teman lainnya tak bisa bertemu dengannya.

Saat ini Maya baru merasa benar-benar sakit. Jiwa dan raganya seakan pergi melayang ke dunia mimpi yang tak akan pernah dia raih.

Hijiri menyadari keadaan Maya saat ini. Dia tahu bahwa gadis yang dicintainya tidak akan bisa melupakan Masumi Hayami.

Matanya mulai berkaca-kaca...
Hijiri bingung harus berbuat apa, di satu sisi dia memang benar tulus mencintai gadis mungil itu. Namun di sisi lain, dia tahu bahwa gadis itu hanya mencintai seorang pria saja yaitu Masumi Hayami.

Anda telah menikah...
Bagaimana dengan Maya...
Tuan...ijinkan aku membahagiakannya...
Aku berjanji tidak akan melukainya...
Ijinkan aku, tuan...

"Ijinkan aku, tuan..." desis Hijiri sambil menyelimuti Maya yang tertidur di sofa tamunya.

Dia memandangi gadis itu lekat...
Menggenggam jemarinya dan mencium jemari itu lembut...

Beberapa saat Hijiri tampak berpikir. Dia ingin segera menyelesaikan dilema ini. Semakin lama seperti ini maka akan semakin membuat gadis itu lebih menderita lagi.

"Maya, aku keluar sebentar untuk menyelesaikan semuanya" gumam Hijiri pamit pada Maya yang masih tertidur pulas.

Sebelum pergi, Hijiri memandangi Maya sekali lagi...

Maya...tidurlah yang nyenyak...
Ketika kau bangun nanti pasti kau akan bahagia...
Lebih bahagia dari sebelumnya...
Aku percaya itu...

Trimakasih atas perhatianmu slama ini...
Aku tahu kau berusaha membuka hatimu untukku...
Namun aku pun tahu bahwa hatimu telah kau berikan untuknya seorang...
Dan itu tidak akan berubah...
Sampai kapanpun...

Maya, kenanglah aku sebagai penghubungmu...
Ingatlah aku sebagai orang yang membantumu...
Membantumu menemukan cinta sejatimu...
Selamat tinggal, Maya...
My Love...


*****

Hijiri melajukan mobilnya menuju kantor Daito. Dia bertekad menyelesaikan masalah dirinya dan direktur muda Daito tersebut.

Aku yakin, anda telah tahu semuanya...
Aku akan menjelaskannya padamu...
Semuanya...

Tak berapa lama, Hijiri telah sampai di depan pintu ruangan Masumi. Wajahnya terlihat sayu memandangi pintu di depannya.

Mizuki heran dengan kehadiran pria itu. Dia seperti pernah mengenalnya, namun Mizuki lupa entah dimana.

"Apa anda sudah ada janji?" sapa Mizuki menyambut tamu penting itu.

Hijiri hanya mengangguk. Mizuki pun mempersilahkan Hijiri masuk.

Ceklleekk!!

Hijiri sudah memasuki ruangan Masumi. Namun Masumi masih menghadap jendela dan tak mengetahui bahwa tamu yang datang adalah Hijiri.

"Pak, ada tamu untuk anda" ujar Mizuki hormat.

Mizuki pun meninggalkan keduanya. Blaam!!

Masumi tidak menjawabnya. Dia masih menatap keluar jendela dan tentunya membelakangi Hijiri.

Hijiri perlahan menghampiri meja kerja Masumi dan menarik dalam-dalam nafasnya.
Dengan tangan yang terkepal, Hijiri memberanikan diri untuk memulai pembicaraannya.

"Selamat...sore, tuan..." sapa Hijiri sopan.

Terlihat dahi Masumi mengkerut mendengar suara itu. Dia tak percaya siapa yang berdiri di belakangnya. Dia memastikannya...
Masumi memutar kursi kerjanya...

Deg...deg...deg!!!

Matanya langsung menatap tajam pria di depannya...

Kini keduanya saling berhadapan dengan tatapan yang penuh amarah, cemburu, emosi, haru dan lainnya.

Tangan Masumi mengepal geram dengan kehadiran pria itu.

"Kau..." sahut Masumi dingin.

Cukup lama mereka saling pandang. Kini semuanya telah berubah. Dahulu mereka adalah atasan dan bawahan yang saling setia. Namun kini mereka berdiri sebagai dua orang pria yang mencintai satu orang wanita.

Jelas terlihat dari mata Masumi, kebencian dan api cemburu begitu menyala. Tidak begitu dengan Hijiri yang lebih menerima keadaan. Karena Hijiri tahu tidak akan ada gunanya marah pada pria di hadapannya.

"Tuan...maafkan aku" ucap Hijiri sopan.

Masumi menarik nafas agar bisa lebih tenang. Dia berusaha tenang!

"Tidak ada yang perlu dimaafkan" sahut Masumi kaku.

Keduanya masih saling memandang...
Tiba-tiba...

"Ini tuan..." Hijiri menyerahkan sebuah kunci di atas meja Masumi.

Perlahan Hijiri membungkuk hormat dan membalikkan tubuhnya akan pergi.

"Tidak...aku tahu, dia bahagia bersamamu" ucap Masumi kaku.

Hijiri menggelengkan kepalanya lemah.

"Aku sudah mencobanya tuan, namun dia tidak bisa..." terang Hijiri gugup.

Ada nada kesedihan dari suaranya. Dia sudah lama menyadari itu. Namun entah mengapa dia sangat takut kehilangan Maya pada waktu itu. Karena baru kali inilah dia menambatkan hatinya pada seorang gadis. 

Mata Hijiri berkaca-kaca. Masumi mulai merasa iba pada Hijiri. Walau bagaimanapun berkat Hijirilah dia pernah melewati masa-masa indah bersama Maya.
Masumi bangkit dan menghampiri Hijiri yang pipinya mulai basah oleh airmata.

"Hijiri...maafkan aku" Masumi pun memeluk Hijiri lirih.

Keduanya berpelukan dengan mata yang menahan tangis.

Perlahan Hijiri melepaskan dekapan Masumi. Dan tersenyum tulus pada pria itu.

"Aku akan pergi, tuan. Aku percaya...anda akan membuatnya tersenyum kembali" ucap Hijiri gemetar.

Sebelumnya Hijiri telah mengetahui perceraian Masumi dengan Shiory. Oleh karena itulah dia memutuskan untuk mengakhiri semuanya dan meletakkan semua itu ke tempat semula.

Masumi menatap kepergian Hijiri dengan hati pilu. Sebenarnya dia berusaha membujuk Hijiri untuk tetap tinggal dan bekerja untuknya. Namun Hijiri menolaknya. Karena baginya akan lebih baik bila dirinya jauh dari Maya.

"Trimakasih tuan...aku akan baik-baik saja" ujarnya hendak pamit.

Namun tangan Masumi mencegahnya dan kembali memeluk mantan bawahannya tersebut.

"Trimakasih Hijiri...dari dulu kau selalu baik padaku. Aku lah yang tak mengerti perasaanmu" aku Masumi sedih.

Hijiri pun keluar ruangan Masumi...

Bllaaam!!

Masumi memandangi pintu yang telah tertutup dengan sedih.

"Hijiri...maafkan aku" gumamnya pilu.

Tiba-tiba Masumi tersadar dengan apa yang baru saja diberikan Hijiri padanya.

Dia menoleh ke arah meja dan menemukan sebuah kunci. Dia tahu bahwa kunci itu adalah kunci apartemen Hijiri.

Seketika itu juga Masumi bergegas meninggalkan kantor dan menuju apartemen Hijiri. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. 

Masumi benar-benar tidak sabar ingin segera sampai ke apartemen itu. Hingga akhirnya dia tiba di depan pintu apartemen Hijiri.

Buru-buru turun dari mobil dan masuk menuju apartemen. Dan saat ini dia telah berada di depan apartemen Hijiri.

Jantungnya berdetak kencang. Masumi mencoba tenang dengan meraba dada kirinya. Berulang kali menarik nafas panjang.

Deg...

Masumi mengambil kunci dari saku jasnya dan memasukkan ke lubang kunci di pintu apartemen tersebut.

Tangannya terlihat gemetar menahan gugup luar biasa...

Ceekklleekk!!!

Pintu terbuka!!

Perlahan Masumi melangkahkan kakinya. Kembali menarik nafas dan menelan ludahnya.

Sejenak Masumi berdiri kaku dengan apa yang dilihatnya. Dia segera ingin bertemu pujaan hatinya. 


Masumi melangkah masuk lebih jauh lagi ke dapur, balkon bahkan kamar tidur dan kamar mandi.


Wajahnya mulai panik karena tak menemukan sosok yang diinginkannya.


"Mungill...mengapa kau tidak ada? Apakah Hijiri mengerjaiku?" Masumi mulai keki dengan perasaannya sendiri.


Masumi tampak berkeringat mencari Maya. Beribu pikiran muncul dalam sesaat. 


Masumi terduduk lemah di sofa. Matanya menerawang sejenak, sebelum tiba-tiba matanya menangkap selembar kertas di atas meja ruang tamu itu.


Masumi membaca lembaran kertas itu...




Kak Hijiri...
Aku baru saja terjaga...
tapi kau sudah pergi..kau kemana kak?
Maaf aku membuatmu khawatir...

Kak, aku pergi untuk membeli sesuatu...
Malam ini kita akan makan bersama kan...
Kini giliranku membalasmu...
Aku tahu kau pasti kesal dengan sikapku...
selama ini...

Kak...semuanya terasa berat...
Kini aku berada di kota yang sama dengan nya...
Kau juga pasti mengerti...
Aku masih sulit melupakannya...

Kak Hijiri...tunggulah aku...
Aku yakin masih ada waktu untuk kita...
Memulai segalanya dari awal...

Kakak...aku akan mencobanya...
Percayalah...

..Maya..






*****




Maya asyik memilih beberapa bahan masakan. Saking asyiknya, Maya tak sadar telah menabrak seseorang.


Brrruuuk!!


"Aaarrrhhgg..." rintih orang yang ditabrak Maya.


Maya kaget dan tanpa memperhatikan orang itu, Maya segera membungkuk meminta maaf.


"Maya..." panggil orang itu kaget.


Perlahan Maya mengangkat wajahnya dan...


"Ah...nyonya Shiory" sahut Maya kaget.


Maya tak menyangka bisa bertemu wanita yang telah membawa mimpinya pergi. Dia bingung harus tersenyum atau marah.
Namun Shiory langsung tersenyum pada Maya.


Maya heran dengan sikap wanita di hadapannya. Dia terlihat tulus kepada Maya.


"Kapan kau kembali, Maya?" tanya Shiory ramah.


Tidak ada kebencian dari rona wajahnya. Belum sempat Maya menjawabnya, tiba-tiba tangan Maya ditarik oleh Shiory. Kemudian Shiory membawa Maya ke sebuah tempat makan yang tidak jauh dari sana.


"Duduklah, aku ingin berbicara padamu sebentar. Bisakan?" ajak Shiory sambil tersenyum pada Maya.


Maya semakin bingung dengan sikap Shiory. Dulu wanita itu mati-matian memisahkannya dengan Masumi. Segala cara akan dia lakukan untuk memisahkan dirinya dan Masumi.


Namun mengapa sekarang berubah?
Ada apa ini? Apa dia punya rencana lain?
Tapi...tapi...wajahnya terlihat tulus...
Apa dia telah menyadarinya?
Atau....


Maya enggan meneruskan lamunannya tentang wanita itu. Dia berusaha bersikap tenang dan sopan.


"Maaf nyonya, aku ditunggu seseorang" ucap Maya hendak berdiri.


Namun tangannya ditahan oleh Shiory...


Deg...deg...deg...


Jantung Maya terasa lebih kuat berdetak. Ada apa ini, pikirnya...


"Maya...apa dia yang menunggumu saat ini?" tanya Shiory kemudian.


Maya mengernyitkan dahinya tak mengerti...


"Maksud anda, nyonya?" sahut Maya balik bertanya.


"Masumi...ya Masumi...apa kalian akan bertemu malam nanti?" Shiory bertanya lagi.


Maya menggelengkan kepalanya...


"Bukan...bukan nyonya. Kami sudah usai. Semuanya sudah berakhir sejak pak Masumi memutuskan menikahi anda" jawab Maya pilu.


Maya menunduk sedih. Pikirannya benar-benar tidak bisa lepas memikirkan pria tampan itu. Walau ada Hijiri yang selama ini menemaninya.


"Maya...apa kau...telah bersama orang lain?" selidik Shiory curiga.


"Hhhmmm...iya nyonya" angguk Maya pelan.


Shiory menarik nafas panjang dan menyentuh jemari tangan Maya. Memandangi gadis mungil di hadapannya dengan rasa iba.


"Maya...apa kau mencintai pria yang sekarang bersamamu?" Shiory masih bertanya lagi.


Maya menatapnya sendu. Airmata mulai mengaliri mata keduanya.
Shiory semakin erat menggenggam jemari Maya. Maya mulai terisak. Bibir dan matanya bergetar. Hidung gadis mungil itu seketika memerah.


Shiory pun mengerti bahwa gadis itu tidak akan bisa mencintai pria lain selain Masumi. Dia menyadari itu sejak lama, namun baru sekarang dia bisa merelakannya...


"Maya...aku tahu kau sangat menderita. Maafkan aku...akulah yang membuatmu mengalami semua ini" ujar Shiory terisak.


"Nyonyaaa..." desis Maya sedih.


"Dan saat ini, jangan kau buat dirimu lebih menderita lagi, Maya" ucap Shiory yang semakin membuat Maya bingung.


Shiory menyeka airmatanya...


"Maya....mohon maafkan Masumi. 2 tahun lalu dia membuat keputusan yang salah. Akulah penyebabnya..." aku wanita anggun itu.


"Maksud nyonya...?" Maya bingung.


"Maya...selama menikah...selama itu dia tidak pernah sekalipun menyentuhku...tidak pernah...." isak Shiory begitu lirihnya.


"Nyonyaa..." desis Maya tak percaya.


"Aku sudah berusaha...semampuku, namun semuanya sia-sia. Aku tak akan pernah bisa memilikinya...sampai kapanpun..." ucap Shiory lagi.


Matanya begitu sembab. Begitupun Maya. Mereka menangis tersedu-sedu dengan pikirannya masing-masing.


"Maya....di hatinya hanya ada kau seorang. Percayalah" terang Shiory berulang-ulang.


"Tapi nyonya...aku...tidak bisa melakukannya. Akan banyak orang yang tersakiti nanti" jelas Maya mencoba bijaksana.


"Tidak Maya.......kami telah berpisah" ucap Shiory lemah.


Maya terdiam sesaat menatap Shiory. Dia merasa pendengarannya mulai aneh, pikirnya...
Maya mencoba mengingat apa yang baru saja dikatakan wanita itu.


"Maya...kembalilah pada Masumi. Jangan bohongi lagi perasaanmu" Shiory mencoba tegar.


Dia meremas sekali lagi tangan Maya. Lalu berdiri dan pergi meninggalkan Maya dalam keadaan bingung.


*****

Maya berjalan menyusuri trotoar menuju apartemen Hijiri. Dia tidak sempat belanja apapun karena Shiory.

Pandangannya menerawang jauh entah kemana. Langkahnya semakin lama semakin gontai. Hingga tepat berdiri di depan pintu apartemen Hijiri.

Maya menyandarkan tubuhnya pada dinding di samping pintu itu. Kembali mengingat semua pembicaraannya dengan Shiory.

"Benarkah itu?" gumamnya ragu.

Bila itu benar, mengapa tidak ada yang memberitahuku...
Lalu bagaimana dengan kak Hijiri?
Perasaannya dan kasih sayangnya padaku?
Bagaimana cara mengatakannya?

Ohh...tidak...
Pak Masumi...aku merindukanmu...
Sangat...

Maya pun menekan bel apartemen...
Beberapa kali pintu tidak terbuka...

Maya mencari kunci cadangan. Pastilah kak Hijiri belum kembali, pikirnya...

"Mengapa kakak belum pulang ya?" desis Maya.

Dia temukan kuncinya dan segera membuka pintu tersebut.

Pintu terbuka...

"Kak...apa kakak sudah pulang?" tanya Maya sambil menutup pintu itu kembali.

Maya mendengar suara tv. Wajahnya langsung riang mendengar itu karena pastilah Hijiri sedang menonton. Maya pun segera melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga.

"Kak...menga...pa..." ucapnya terhenti ketika melihat seseorang duduk dan sedang menatapnya.

Maya memandang tak percaya dengan pria di hadapannya saat ini. Jantungnya berdegup kencang dan semakin kencang.

Mereka saling pandang lama. Baik Maya maupun Masumi masih menatap dengan tatapan tanpa ekspresi.

Hingga akhirnya Masumi berdiri dan menghampiri gadis mungil itu. Dia memandangi Maya dalam. Perlahan dia menyentuh wajah gadis itu. Menyeka airmata Maya yang mulai tak terbendung di pelupuk matanya.

Begitupun Masumi, dengan mata berkaca-kaca, dia menarik lembut gadis itu dan mendekapnya erat.

Keduanya saling berpelukan mesra. Tiada kata terucap, yang terdengar melainkan hanya isak tangis haru dari mereka berdua.

Maya menenggelamkan tubuhnya dalam dekapan pria itu...

Mata keduanya terlihat sembab. Perlahan Masumi melepaskan dekapannya. Dia membawa Maya duduk di sofa. Kini mereka bertatap kembali...

"Mungiilll......" ucap Masumi lembut.

Maya menatapnya penuh kerinduan. Dia tak percaya bisa merasa damai kembali. Seolah semua kebencian selama ini sirna dengan hanya sekali tatap.

"Pak Masumi...." balas Maya tanpa berkedip memandang pria yang dicintainya.

"Mungiilll, maafkan aku..." pinta Masumi memelas.

Maya tak menjawabnya, dia hanya menganggukkan kepalanya. Lalu Maya mendekatkan wajahnya dengan pria itu dan...

Maya mengecup lembut bibir Masumi. Masumi kaget dengan sikap Maya. Tanpa aba-aba, Masumi pun membalas kecupan itu mesra.

"Pak Masumii...maafkan aku juga" ujar Maya bahagia.

Entah mengapa sekilas raut kesedihan yang selama ini menyelimuti keduanya seolah hilang. Berganti dengan raut bahagia dan rasa cinta yang begitu dalam.

Masumi kembali mengecup bibir mungil itu...

"Pak Masumi...jangan tinggalkan aku lagi" ucap Maya.

Tanpa harus menjelaskan apa-apa, mereka terlihat telah melupakan semua dendam dan pengkhianatan selama ini. Seolah semua masalah yang selama ini terjadi, telah hilang.

Hilang...dan pergi terhembus angin...
Segala asa yang lalu akan menguap...
Kini akan ada asa yang baru...
Yang akan menjadi sandaran hati sebenarnya...

Perasaan itulah yang tak mau pergi...
Tetap terjaga di ruang hati tersembunyi...
Menjaga nya dan tetap bersabar...
Percaya akan ada keajaiban...

Pak Masumi...


Maya...


Berkali mereka saling tatap. Berkali pula bibir, wajah bahkan tubuh itu beradu. Desahan demi desahan begitu terdengar jelas memecahkan kesunyian. Melepaskan seluruh kerinduan dan kesepian selama ini. Hingga malam terasa begitu sangat berarti bagi keduanya...


Tidak akan ada lagi perpisahan...
Tidak akan ada lagi kesepian...


Yang ada hanya kebahagiaan...
Dan kesetiaan yang akan menjaga cinta mereka...
Kini dan selamanya...








*****the end*****

4 komentar:

  1. WOOOOOOOOOOOWWWWWWWWW So SWEEETTTTT

    BalasHapus
  2. Sugoiiiiiii neeeeeee.... :D
    " Pak masumi.. jangan tinggalkan aku lagi" kata2 itu ga nahan buat dicerna... omg.. top de.. makaci udah di update...

    --Chuuby--

    BalasHapus
  3. ah akhir nya HE, uhuy maya dpt dureeeen, tp Hijiri T_T aq akan menghiburmu cepcepcep....XDD

    BalasHapus
  4. hijiri dan shiory apes gara2 cinta belahan jiwa yang mendalam... XD,,, tambahin sequelnya...tentang cerita hijiri dan shiory oya, koji, rei, sayaka, mina, taiko, dll juga, ya... *ngarep.com*
    thank you for it's nice and good story, Mrs. White Rose (!)

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...