Juli 04, 2011

Kesetiaan -part 2-




Malam terasa panjang, waktu sudah sangat larut, namun Maya tak dapat memejamkan matanya. Dalam setiap khayalannya Masumi masih saja hadir. Maya sudah berusaha melupakan semuanya, walau kini dia bisa merasa lebih kuat, tapi tetap saja tak bisa menghapus segala kenangannya bersama Masumi.


Pak Masumi...aku masih merindukanmu...
Walau aku tahu kau telah milik orang lain...


Pak Masumi...mengapa kau menerimanya...
Bila kau mencintaiku...
Kau tak akan melakukannya...


Mulai saat ini...
Aku akan melupakan semua asaku padamu...
Walau sulit, aku harus mencobanya...
Aku harus melanjutkan hidup...
Tanpa mu...


Hiks...hiks...hikkss...


Maya menangis tersedu-sedu. Benar-benar menyedihkan. Maya menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Memukul guling dalam pelukannya.


Kau jahat sekali...
Mengapa meninggalkanku seperti ini...
Mengapa Mawar Ungu...
Padahal aku sudah teramat mencintaimu...


Kau memang tak berperasaan...
Pak Masumi...aku benci padamu...
Benciiii....Benciiii....


"Benci..." gumam Maya terisak.


Hingga Maya terlelap, matanya masih basah oleh airmata. Semuanya begitu menyayat hati. Gadis itu sangat terpuruk. Ini adalah tahun-tahun terberat dalam perjalanan cintanya.
Juga karirnya di teater...


*****

Pagi itu Masumi bersiap akan ke kantor. Shiory terlihat sibuk mempersiapkan keperluan suaminya. Dari mulai mempersiapkan pakaian hingga sarapan, semuanya dia kerjakan sendiri.

Terkadang Masumi merasa bersalah, bila mengacuhkan istrinya. Karena selama pernikahan, Shiory tidak pernah mengacuhkannya. Dia selalu melayani Masumi dengan penuh kesabaran. Padahal Masumi tahu dengan pasti bahwa Shiory mengetahui rasa cintanya pada Maya.

Maafkan aku Shiory...
Aku berharap semua akan jelas nantinya...
Aku akan mencoba memberi kebahagiaan padamu...
Walau aku tidak tahu bagaimana caranya...
Shiory...maafkan aku...

"Masumi, hati-hati di jalan" ucap Shiory saat melepas Masumi di teras depan.


Namun Masumi tak membalasnya, dia berlalu masuk ke mobil dan meminta supir segera melaju.

Dengan melambaikan tangan, Shiory masih saja berdiri melepas suaminya hingga mobil itu hilang dari pandangannya.

*****

Di kantor Daito...

Masumi terlihat mondar-mandir di ruangannya. Dia menyuruh Mizuki masuk karena ada yang ingin dibicarakan.

"Anda memanggil saya, pak?" tanya Mizuki sembari membungkuk hormat.

Masumi tak menjawabnya, dia langsung mengajukan beberapa pendapat pada sekretarisnya tersebut.

"Maksud anda?" tanya Mizuki tak mengerti dengan pertanyaan Masumi sebelumnya.

"Apa kau tuli, Mizuki?" tanya Masumi kesal karena harus mengulangi pertanyaannya.

"Maafkan saya, pak" balas Mizuki gugup.

"Mizuki, apa bisa jadwalku di rubah? Aku ingin berlibur sejenak" ulang Masumi dingin.

"Jadwal yang mana pak? Sepertinya semua jadwal itu penting sekali dan tidak bisa ditunda" jawab Mizuki.

"Apa...anda akan bulan madu bersama nyonya Shiory?" tanya Mizuki  lagi dengan polosnya.

Seketika itu juga wajah Masumi tampak mengeras. Dia menatap Mizuki dingin. Mizuki jadi serba salah, karena memang dia tak mengerti dengan maksud ucapan Masumi tadi.

"Ma..maaf pak, saya tak mengerti maksud anda" ujar Mizuki gugup.

Masumi mengangguk perlahan dan mencoba tenang...

"Mizuki...aku ingin menemui Maya!" terang Masumi kaku.

Mizuki terpelongo heran...


"Maaf...apa anda serius pak?" tanya Mizuki memastikan.


Masumi tidak menjawabnya. Kembali dia memandang keluar jendela dan membiarkan Mizuki yang masih tak percaya dengan apa yang didengarnya.


Walau sebenarnya Mizuki sudah sangat tahu bahwa perasaan bos-nya tersebut tak akan pudar hanya dengan statusnya sebagai suami Shiory.


Cinta itu terlalu dalam...
Aku sudah tahu sejak dulu...
Kau telah melekat dalam hatinya, Maya...
Tak kan bisa lepas...
Dengan apapun itu...


Mizuki pun memberikan beberapa solusi kepada Masumi. Mizuki sadar akan resiko yang akan dihadapinya bila membantu Masumi mengkhianati Shiory.


Mizuki membuat tawaran yang sangat mengejutkan Masumi. Hingga Masumi tercengang mendengarnya.


"APA!" sontak Masumi.


"Iya pak, aku pikir itu adalah cara yang paling baik dan bijaksana" ujar Mizuki.


"Bagaimana bila Shiory tidak menyetujuinya? Mizuki...apa tidak ada jalan lain?" tanya Masumi bimbang.


Keduanya tampak berpikir keras menyelesaikan masalah Masumi. Mizuki tak tega melihat Masumi tak bahagia. Dia selalu memperhatikan bos-nya tersebut. Sejak pernikahannya Masumi memang terlihat lebih dingin dan kaku.


Semua pegawai Daito pun merasakannya. Masumi seolah menjadi lebih tidak berperasaan dari sebelumnya. Tidak ada keceriaan dari matanya.


"Pak Masumi, sebaiknya anda bicarakan ini langsung dengan ayah anda. Saya rasa, beliau akan mengerti keinginan anda" ucap Mizuki kemudian.


Masumi merenung sejenak lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan usul Mizuki.


*****

Di Negeri Paman Sam...

Maya sedang menerima telepon dari Hijiri. Wajahnya sekali-kali tersenyum dengan gurauan pria itu dari suatu tempat.

"Kak Hijiri, ternyata kau pintar juga membuat lucu" gelak Maya menahan tawanya.

"Baiklah...sampai bertemu nanti. Bye..." balas Maya lagi dan menutup ponselnya.

Maya masih tersenyum mengingat pembicaraannya bersama Hijiri tadi. Maya kelihatan bahagia hari itu, entah mengapa hatinya mulai merasa damai bersama pria tampan tersebut.

"Kak Hijiri...kau begitu baik. Trimakasih..." desis Maya kemudian.

Dia pun segera bersiap-siap karena sebentar lagi akan berjalan-jalan bersama Hijiri. Mereka akan belanja sesuatu untuk mempersiapkan makan malam nanti.

Dengan hanya mengenakan jeans dan kaos berwarna peach dengan gambar unik di depannya, Maya terlihat sangat menawan. Ditambah dengan syal yang melingkar di lehernya, Maya benar-benar menggemaskan.

Maya menuruni anak tangga teras apartemen, tampak Hijiri menatapnya tanpa kedip.

"Kak Hijiri...." sapa Maya polos.

Hijiri masih saja menatapnya, Maya merasa pipinya panas karena tatapan pria itu.
Maya pun mencoba tenang dengan sikap Hijiri. Dia berdehem...

"Ehheeemm...." 

Hijiri baru tersadar dan pipinya merona malu.

"Ah..eh...maaf nona, aku..." ucap Hijiri kikuk.

Maya tersenyum karenanya dan langsung menggayut lengan Hijiri. Tak berapa lama, mereka terlihat berjalan seperti sepasang kekasih di sepanjang trotoar jalanan kota megah itu.

Mereka masuk ke sebuah supermarket. Langsung menuju tempat sayuran dan berbagai macam kebutuhan untuk bahan masakan.

Hijiri mengambil sebuah troli dan mendorongnya mengikuti Maya yang mulai memilih beberapa sayuran segar.
Keduanya begitu larut dengan aktifitas belanja. Lebih dari 2 jam mereka mengitari tempat itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.

Setelah membayar Hijiri pun mengajak Maya untuk segera menuju apartemen Maya.

Perlahan Maya membuka pintu apartemen dan mempersilahkan Hijiri masuk. Sementara Maya langsung pamit untuk berganti pakaian santai.
Hijiri langsung masuk ke dapur mini apartemen Maya. Satu persatu sayuran dan bahan lainnya di keluarkan dari tas belanjaan.

Begitu telatennya Hijiri dalam hal masak memasak. Dia tampak menikmatinya. Maya melongo heran dengan kepandaian Hijiri meracik bahan-bahan masakan tersebut.

"Kak Hijiri, aku bantu apa?" tanya Maya pelan.

Hijiri menatapnya lembut. Dia memasangkan celemek di pinggang Maya. Maya tersipu malu dengan sikap Hijiri yang begitu perhatian padanya.

"Kau cukup mencuci bahan-bahan yang telah kupersiapkan saja, nona" jawab Hijiri.

Maya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Sesaat mereka tampak sibuk dengan tugas masing-masing.

Hingga tak mendengar suara ponsel keduanya berbunyi secara bergantian.

Tak butuh waktu lama untuk mempersiapkan makan malam kali ini. Tepat pukul 6 senja itu, semuanya telah siap.
Tinggal penyajiannya saja. Hijiri dengan terampil mengambil beberapa piring dan mangkuk kecil untuk meletakkan masakan yang telah matang.

"Akhirnya...selesai juga" ujar Hijiri lega.

Keduanya saling pandang gembira...


Hijiri merapikan meja makan dan semua peralatan makan. Setelah beres semuanya, Hijiri pun pamit untuk pulang terlebih dulu.


"Oiya nona, aku akan pulang untuk mandi dan kembali lagi nanti untuk makan malam kita" kata Hijiri ketika di depan pintu.


"Iya kak, aku akan menunggumu, sebelumnya...trimakasih kak" balas Maya.


Tiba-tiba....


Hijiri mendekati Maya dan mengecup pipi gadis itu.


Maya kaget setengah mati. Dia tak sempat menghindarinya.
Hijiri begitu tiba-tiba melakukannya. Maya hanya tercengang hingga Hijiri berlalu dari pandangannya.


Entah mengapa kecupan itu membuat Maya sedih...
Kembali dia mengingat Sang Mawar Ungu...
Tak terasa airmata membasahi pipinya...


Pak Masumi...
Mengapa bukan kau yang melakukannya...
Mengapa harus orang lain...
Mengisi hari-hari terburukku...


Mengapa harus kak Hijiri...
Bagaimana jadinya nanti...
Selama ini dia begitu perhatian...
Salahkah aku bila...bila...


Maya tak melanjutkan lamunannya, buru-buru dia ke kamar mandi untuk bebenah diri .

*****

Waktu makan malam pun tiba...
Namun Hijiri belum kembali lagi ke apartemen Maya.
Maya bolak balik memperhatikan jam dindingnya.

Mencoba menghubungi ponselnya namun tidak ada jawaban. Maya mulai gelisah. Waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 malam. Maya memutuskan untuk menunggunya di teras apartemen.

Maya pun mengambil baju hangat di kamar. Lalu terdengar bel berbunyi...

Ting...tong...

"Ah kak Hijiri..." gumam Maya berlari ke arah pintu.

Ceekkleeekk...

Hening...

"Nona Maya..., maaf saya terlambat" sapa Hijiri sopan.

Maya masih berdiri tak bersuara. Dia sedikit terpesona dengan pria di hadapannya.

Hijiri tampak berbeda malam itu, dia mengenakan jeans panjang dipadu dengan kemeja lengan panjang kotak-kotak yang agak digulung hingga ke siku. Sangat serasi dengan perawakannya yang atletis.

"Nona Maya...." panggil Hijiri mengulangi.

"Eh...ah...iya, aku mengkhawatirkanmu dari tadi" balas Maya grogi.

Keduanya tersenyum dan Maya pun menyuruh Hijiri masuk.

Namun baru saja akan duduk, tiba-tiba...

Semuanya gelap gulita. Tak ada cahaya yang menerangi ruangan itu. Mati lampu!!!

Hijiri mengambil ponsel dari sakunya namun ponsel itu terjatuh. Dia berusaha meraih tangan Maya dan menenangkannya.

"Nona...apa kau baik-baik saja?" tanyanya cemas.


"Kak...aku disi..." sahut Maya terputus, karena wajah mereka beradu dalam kegelapan malam itu.


Maya merasakan nafas pria itu hanya berjarak beberapa inchi dari wajahnya.


Begitupun Hijiri tampak berdiri kaku tak bergerak. Sepertinya dia begitu menikmati kedekatannya dengan wanita yang disebutnya 'nona' tersebut.


DEG...DEG...DEG!!!


Jantung keduanya terasa berdetak kencang. Baik Maya maupun Hijiri masih terdiam saling tatap dalam kegelapan.


Entah apa yang merasuki Hijiri malam itu. Dia seperti mendapat semangat dan keberanian untuk menyentuh gadis di hadapannya.


TIBA-TIBA!!!


Hijiri mengecup lembut bibir Maya.


"Ma...ya..." gumam Hijiri gugup.


Maya tak menjawabnya. Dia hanya berusaha tenang dengan keberanian pria tampan tersebut. Maya tertunduk malu. Rasanya ingin berlari menjauh, namun ruangan itu begitu gelap.


Hijiri menggenggam jemari Maya perlahan. Maya membiarkan dan membalas genggaman Hijiri erat. 


"Kak Hijiri..." panggil Maya.


"Maafkan kelancanganku, nona...aku..." ucap Hijiri malu.


Ucapan Hijiri terputus karena jemari Maya menutupi bibirnya. Seolah memberi isyarat untuk tidak bersuara lagi.


Sunyi...


Kemudian Hijiri mencoba membawa Maya menuju sofa ruang tamu. Dan mencari-cari ponsel yang terjatuh tadi. Ponsel itu tepat di bawah kakinya, Hijiri menyalakannya. Ruangan mulai terlihat samar-samar.


Kini mereka duduk berdampingan di sofa lembut tersebut. Tanpa kata, diam seribu bahasa...


Hening menyelimuti malam...


Entah apa yang mereka pikirkan, keduanya hanya membisu.


Perlahan tangan pria itu menyentuh lembut jemari gadis mungil di sisinya. Menciumnya dengan penuh kasih sayang.


Gadis itu pun membiarkannya, pipinya mulai merona bahagia. Dia benar-benar terharu dengan perhatian pria yang bernama Hijiri tersebut.


"Trimakasih...kak" ucapnya pelan.


Hijiri menatapnya dalam dengan senyuman manisnya. Maya pun membalas nya.


"Nona...bolehkah aku hanya memanggil namamu saja?" tanyanya sopan.


Maya menganggukkan kepalanya dan tersenyum lagi.


"Maya, ijinkan aku selalu di sisimu...menjagamu dan mengasihimu" ucap Hijiri penuh kelembutan.


Maya tak menjawabnya. Dia hanya menganggukkan kepala dan...
Maya memeluk pria itu erat.


Hijiri pun membalasnya mesra. Keduanya saling membutuhkan.


Hijiri merasakan kepedihan hati Maya. Kemejanya mulai dibasahi airmata gadis itu.


Maya menangis sejadinya dalam pelukan Hijiri.
Tampak Hijiri mengepalkan jemari tangannya. Wajahnya terlihat kaku seolah mengerti bahwa saat ini gadis itu pasti sedang memikirkan Masumi Hayami.


"Maya...biarkan aku mengobati luka hatimu" ucapnya pilu.


Maya tak bergeming, dia masih saja mendekap erat pria itu. Dekapannya bertambah erat. Hijiri pun semakin sedih melihat kondisi Maya.


Perlahan Maya melepaskan dekapannya pada Hijiri. Wajahnya tertunduk malu. Hijiri menatapnya sedih...


"Kak Hijiri...aku.....membutuhkanmu..." ucap Maya kemudian.


Hijiri terlihat bahagia mendengar apa yang dikatakan Maya. Dia menggenggam jemari Maya dan menciumnya mesra.


"Maya..." desis Hijiri.


Hijiri pun mendaratkan ciuman lagi di bibir mungil Maya. Maya membalasnya lembut. Keduanya mulai terlihat lepas kendali.


Baik Maya dan Hijiri saling melepas kesedihan mereka selama ini. Larut bersama malam yang semakin gelap. Namun malam itulah awal bagi Maya menemukan kembali hidup dan cintanya.


Tiada lagi kesepian berkepanjangan...
Kini ada seorang pria yang setia menemaninya...
Hanya akan ada tawa dan senyum bahagia...
Tiada beban lagi..
Maya menyandarkan beban itu di bahu Hijiri..
Membawanya melayang ke dunia lain..
Melepaskan segala kesedihan...


Kak Hijiri...trimakasih...
Setelah ini hanya akan ada kau dan aku...
Akan kucoba membawamu ke dalam hatiku...
Menempatkanmu di ruang istimewa di hatiku...


Yaa...hatiku...kak...
Kini untukmu sepenuhnya...






***continue to -part 3-***

1 komentar:

  1. hadeeeh krg suka ama ff ini tapi tetep penasaran ama lanjutannya makasih apdet nya.... :)

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...