Juli 01, 2011

Fall in Love Forever -part 5-





Hijiri dan Mizuki bergegas turun menemui Rei. Mizuki menatap ke arah Naomi.

Naomi memalingkan wajahnya. Dengan mencibir, Naomi masih saja terlihat angkuh.
Mizuki berjalan mendekati Naomi.

"Naomi...kau menyedihkan!" ucap Mizuki iba.

Hijiri memandang Naomi dengan raut wajah jijik. Begitupun Rei...

"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanya Mizuki tiba-tiba.

"Aku sudah melakukannya" jawab Rei semangat.

Naomi bingung dengan apa yang dibicarakan mereka. Dia hanya mencoba menenangkan diri dengan memandang jalanan dan mobil yang lalu lalang.

"Dan ini aku serahkan padamu, tuan Hijiri" ujar Rei sambil mengambil sesuatu dari mobilnya, lalu menyerahkannya pada Hijiri.

"Jadi ini yang baru saja kau dapat, nona?" tanya Hijiri senang, sambil melirik ke arah Naomi.

Naomi mengernyitkan dahinya dan protes:

"Hei...heeei....memangnya apa yang telah kau dapatkan, tombooy?!" teriak Naomi ingin tahu.

"Sabar dokter, nanti kau juga akan tahu" jawab Rei santai.

Mizuki kembali menatap Naomi sedih, dia tak menyangka Naomi akan seperti itu.

Dulu Naomi adalah gadis yang baik hati dan juga pintar. Namun sejak peristiwa itu merenggut kesuciannya, dia berubah drastis.

Hura-hura dan bergaul bersama para berandalan. Hingga terdengar kabar dia tinggal serumah dengan teman prianya.

"Sejak itulah aku menghindarimu" gumam Mizuki terkenang masa-masa nya bersama Naomi.

"Mizuki...ada apa denganmu?" tanya Rei tiba-tiba.

"Ah tidak, aku hanya sedih melihat dia" jawab Mizuki sambil melirik ke arah Naomi.

Rei dan Hijiri tampak mengiyakan omongan Mizuki. Lalu mereka berdiskusi beberapa saat di tempat yang agak jauh dari Naomi.

Akhirnya mereka sepakat membawa Naomi ke suatu tempat...

*****

Masumi membawa Maya ke RS. Maya masih tampak lemah karena kepalanya terasa sangat pusing. Masumi pun tampak gugup dan cemas dengan kondisi istrinya.

Masumi memarkirkan mobil dan membantu Maya turun dari mobil. Mereka berjalan masuk menuju RS. Berulang kali Masumi menatap Maya lembut sehingga membuat pipi Maya merona.

Masumi meminta Maya untuk duduk di sebuah kursi di ruang tunggu. Sementara Masumi menghubungi seseorang dengan ponselnya.
Selang berapa waktu, seseorang berseragam dokter menghampiri mereka dan membawa mereka masuk ke sebuah ruangan.

Di dalam ruangan Masumi menjelaskan kondisi Maya beberapa saat yang lalu. Lalu dokter meminta seorang perawat membawa Maya untuk melakukan beberapa test. Sementara itu Masumi bercerita panjang lebar dengan dokter tersebut.

Beberapa test telah selesai dilakukan. Maya keluar ruangan test tadi dengan tersenyum pada Masumi. Masumi membalasnya dengan mesra.

Tak berapa lama perawat tadi menyerahkan hasil test Maya. Dokter itu tampak terkejut dan langsung menjulurkan tangannya ke arah Masumi.

Maya dan Masumi tampak kaget.

"Selamat tuan Masumi, anda akan menjadi seorang ayah" kata dokter tersebut.

Maya dan Masumi saling pandang. Maya menyenggol lengan Masumi untuk membalas juluran tangan sang dokter.

"Ah...iya dokter. Emm...apa anda...? tanya Masumi bingung.

Dokter itupun menyerahkan hasil test yang di tangannya. Maya pun tampak tak percaya dengan perkataan dokter itu. Dia hanya terduduk bahagia tak percaya mendengarnya.

"Mungilll...kita akan menjadi orang tua" ucap Masumi setelah membaca lembaran test Maya tadi.

Maya menatap Masumi dalam, mata keduanya berkaca-kaca.

Maya mengangguk bahagia. Dia pun memeluk Masumi erat. Begitupun Masumi membalasnya penuh cinta.

Perlahan Masumi menyentuh perut Maya. Menciumnya dan menciuminya lagi.

Anakku...ada di dalam perut mungil ini...
Hampir 6 tahun aku menantinya...
Anakku...anakku...anak kita...

Dokter tersenyum melihat keduanya. Dia memberikan beberapa resep obat agar Maya bisa merasa lebih nyaman menjalani bulan-bulan pertama kehamilannya.

Akhirnya merekapun keluar ruangan dengan raut yang begitu bahagia.
Entah apa yang ada dalam pikiran masing-masing. Yang tampak hanya saling tatap dan senyuman mesra.

*****

Rei membelokkan mobilnya ke arah RS.

Mizuki dan Rei tampak turun dari mobil yang sama. Tampak Naomi di antara mereka. Dengan wajah yang lesu Naomi memohon pada mereka untuk melepaskan ikatannya. Namun keduanya menolak dengan membiarkan Naomi mengemis berulang kali.

"Sudah diamlah, Naomi! Aku semakin sedih mendengar rintihanmu" ucap Mizuki kesal.

Baru saja memasuki lobby RS. Langkah mereka terhenti karena Maya dan Masumi sedang memperhatikan mereka dari kursi tunggu tepat di depan mereka.

Maya menatap Naomi, dia merasa pernah melihat dokter tersebut. Dengan memicingkan matanya, Maya berjalan mendekati Naomi. 

Masumi berusaha mencegah, namun Mizuki memberi kode kepada Masumi untuk membiarkan Maya melakukannya.

"Apakah kau...wanita itu?" tanya Maya ragu.

Masumi tampak pucat dengan pertanyaan Maya. Dia tak bisa membiarkan Maya mengenang photo-photo tak berguna itu. 

Masumi menarik tangan Maya, namun Maya menepisnya. Begitupun dengan Rei dan Mizuki tampak kebingungan dan tak tahu harus menjelaskan apa pada Maya.

Tiba-tiba...

"Iya...aku memang wanita itu, Maya" ucap Naomi dingin.

Maya menarik nafasnya dalam-dalam. Dia menoleh ke arah Masumi.

Masumi menggelengkan kepalanya perlahan. Dia ingin menjelaskan yang sebenarnya pada Maya. Namun Rei mendahuluinya...

"Maya...ada yang ingin disampaikan oleh wanita ini!" ujar Rei sambil menekan pundak Naomi.

Mata Naomi tampak merah karena malu. Seisi tempat itu memperhatikan mereka. Berkali dia menatap Maya dan menunduk lagi.

Maya masih menatapnya dingin. Masumi mencoba menggenggam jemari Maya. Maya membiarkannya...

"Ayo! Bicaralah Naomi. Katakan yang sebenarnya" kata Mizuki sedih.

Naomi mulai menangis sambil menunduk.

"Aku...aku...yang melakukannya" ujar Naomi terbata-bata.

"Apa yang kau lakukan dokter?!" tanya Rei tak sabar.

Mizuki menahan Rei untuk tetap sabar. 

"Photo-photo itu...tidak benar. Itu hanya rekayasa...ya...rekayasaku" ucap Naomi terisak.

"Benarkaah..." tanya Maya lega.

Naomi mengangguk pelan dan menangis sejadinya.

Maya menoleh ke arah Masumi. Kemudian dia meraba perutnya. Masumi hendak mendekap istrinya, hingga dari arah belakang seseorang mengatakan sesuatu:

"YA...semuanya benar! Dan dengan kebenaran itu, kami segenap keluarga besar RS disini memohon maaf atas perilaku salah satu rekan kami" ucap seorang dokter senior tersebut.

Semuanya kaget, tampak Hijiri dan beberapa dokter berjalan ke arah mereka.

"Tuan Masumi, kami sudah mempertimbangkan semua bukti atas kejahatan rekan kami, dokter Naomi" ucap dokter yang lainnya.

Masumi dan Maya tak mengerti dengan ucapan dokter-dokter tersebut. Begitupun Naomi, dia tak mengerti bukti apa yang dimaksud rekan-rekannya.

Hijiri berjalan menghampiri Masumi dan membisikkan sesuatu ke telinga Masumi. Masumi tampak kaget. Dia langsung menatap ke arah Mizuki dan Rei. Keduanya langsung menganggukkan kepala tanda mengiyakan bisikan Hijiri.

Lalu salah seorang dokter membawa Naomi pergi dari tempat itu. Yang lainnya memberikan sebuah amplop pada Masumi.

Masumi langsung membukanya...

Di dalam amplop itu ada 2 lembar kertas.

Masumi dan Maya membaca satu persatu kalimat yang tertera di surat tersebut.

Di lembaran itu dinyatakan bahwa pihak RS dan seluruh ikatan dokter Jepang, telah memberikan sanksi pada dokter Naomi.

Dokter Naomi harus pergi dari Jepang. Begitu pula ijin kedinasan dan prakteknya di cabut.

Ijin itu akan berlaku kembali pabila Naomi mau menjalani dan mengabdi selama 5 tahun di sebuah desa terpencil dengan pengawasan dari beberapa pihak terkait.

Maya tampak tak tega membaca isi lembaran berikutnya. Dia meminta Masumi memohon pada pihak RS untuk meringankan sanksi pada Naomi.

"Apa maksudmu, sayang?" tanya Masumi.

Begitupun yang lain menatap Maya heran...

"Tidak, Masumi...apakah itu terasa berat baginya? Aku hanya kasihan padanya" ucap Maya polos.

Masumi langsung mendekap Maya erat. Dan mencium lembut kening Maya.

"Mungiil...aku semakin mencintaimu" gumam Masumi pelan.

Akhirnya Masumi membawa Maya pulang. Sedangkan Hijiri masih mengurus sesuatu di RS tersebut. Mizuki dan Rei kembali ke kediaman masing-masing.

Rei belum mengetahui bahwa Maya hamil saat itu. Dia hanya bersyukur sahabatnya telah kembali berkumpul dengan suami yang dicintainya.

Aku selalu bahagia untukmu, Maya...
Walau aku merindukan hari-hari bersamamu...
Maya...Maya...semoga kau bahagia...

*****

Suasana kediaman Hayami telah kembali normal. Maya berangsur kembali latihan dan syuting di studio. Walau jadwalnya sangat terbatas karena kehamilannya. Masumi tak mengijinkan Maya berlama-lama meninggalkan rumah.

Di Hari ketiga...
Sore itu Maya baru saja selesai latihan, dia duduk sejenak melepas lelah di sebuah kursi.

Tiba-tiba seorang pria menghampirinya. Maya kaget dengan kedatangan pria itu.

"Maya..." sapa pria itu lembut.

Maya menoleh ke arahnya dan terdiam sesaat...

"Kau...Ryo..." balas Maya tersenyum.

Ryo duduk di sebelah Maya. Dengan tatapan lembut, Ryo tampak bahagia melihat Maya telah pulih.

"Maya...aku senang kau telah pulih. Aku..." ucap Ryo terputus karena Maya mengucapkan:

"Trimakasih Ryo. Aku sudah mendengarnya dari ayahku. Selama aku sakit, kau selalu memberiku semangat" ujar Maya senang.

Ryo tampak tercengang dengan pernyataan Maya. Dia tak menyangka Maya akan mengingatnya.

"Maya...bolehkah aku....." ucapan Ryo terhenti tiba-tiba karena dia menyeka airmatanya.

Dari sudut yang berbeda, Masumi menyaksikan mereka. Tangannya mengepal cemburu dengan apa yang dilihatnya. Namun Masumi mencoba memahami Ryo dan mengingat kebaikan pemuda itu.

Dia masih saja berharap lebih...
Mengapa harus Maya?
Apa dia tidak merasa malu?
Banyak wanita lain diluar sana..
Mengapa haruuss....Mungilku...

Sementara Maya tampak kasihan pada Ryo. Dia menjulurkan tangannya dan menggenggam tangan Ryo.Ryo tampak kaget dengan itu.

Begitupun Masumi langsung emosi hendak menghampiri keduanya. Namun langkahnya terhenti mendengar apa yang diucapkan Maya...

"Ryo...selama ini aku menganggapmu hanya sebagai teman. Seperti yang telah aku utarakan padamu sebelumnya" ucap Maya lembut.

Ryo menunduk sedih. Kembali dia menatap wanita yang dicintainya.

"Maya...apa aku salah?" 

"Tidak Ryo, kau tidak salah. Hanya..." jawab Maya, namun Maya merasa iba pada Ryo, hingga dia tak sanggup mengutarakan lanjutannya.

Ryo menatap Maya dalam....

"Baiklah...aku mengerti. Aku hanya berharap bisa tetap menjadi teman baikmu, Maya" ucap Ryo lirih.

Maya mengangguk bahagia dengan keputusan Ryo. Tak berapa lama Ryo pun meninggalkan Maya. Langkahnya terasa berat beranjak dari hadapan wanita yang dicintainya.

Maya memandang kepergian Ryo dengan rasa iba. Dia menyadari bahwa pemuda itu sangat baik. Maya tidak akan melupakan semua kebaikannya sampai kapanpun.

Trimakasih Ryo...
Aku berharap kau mendapatkan wanita yang baik...
Trimakasih sekali lagi...
Atas apa yang telah kau lakukan...
Ryo...

Maya masih memandang ke arah Ryo yang lambat laun menghilang dari pandangannya. Masumi datang menghampirinya dengan senyuman.

Maya terkejut dengan kehadiran suaminya. 

"Masumi....." sapa Maya lembut.

Masumi hanya diam dan menghampiri istri tercintanya. Masumi menggenggam jemari mungil itu dan menciumnya.

"Trimakasih sayang..." ucap Masumi perlahan.

"Masumi..." gumam Maya cemas.

"Tidak sayang, aku melihat dan mendengar semuanya" ujar Masumi.

Maya tampak khawatir bila suaminya cemburu dan berpikiran yang bukan-bukan tentang dirinya dan Ryo barusan.

"Aku...aku...." ucap Maya terbata-bata.

Masumi menatap Maya mesra dan mencium lembut bibir mungilnya.

"Aku sangat mencintaimu...mungil" ucap Masumi lagi.

Pipi Maya langsung merona dan tertunduk malu.

"Aku juga....sangat mencintaimu" balas Maya pelan.

Keduanya tampak bahagia. Perlahan Masumi menyentuh perut istrinya. Mata keduanya tampak berkaca-kaca.

"Di sini...cinta kita, sayang" kata Masumi senang.

Maya hanya mengangguk bahagia, dia tak pernah membayangkan akan ada bayi mungil dalam pernikahannya.

Ini adalah buah cinta kita...
Bertahun aku merindukannya...
Mengharapkan keajaiban...
Anakku...

Keduanya pun saling berpelukan. Semakin lama semakin erat. Menyatu bersama buah cinta yang akan menghiasi pernikahan mereka. 
Buah cinta yang akan menyatukan cinta Maya dan Masumi lebih dalam lagi. Tak akan terpisahkan oleh peristiwa apapun. 
Selamanya....





*****the end*****



3 komentar:

  1. bagoooos, endingnya menyentuh

    BalasHapus
  2. waaaah the end.....thanx sist, menghibur sekali Happy ending yg menyenangkan seperti juga dirimu yg tau menyenangkan kita para DC..... "Hilang satu tumbuh seribu...."

    lanjoooooooottt :P

    BalasHapus
  3. AKHIRNYA HE, Makasih apdetnya ya mba Rose :)

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...