Juli 26, 2011

Kejujuran



{IF : Berita Pertunangan Masumi dan Shiory membuat Maya sedih. Gadis mungil itu pun tak mengerti, mengapa perasaannya merasa sedih dan hampa dengan hal itu. Begitupun Masumi masih ragu untuk meneruskan pertunangan itu dan membuang perasaannya pada Maya atau membatalkan pertunangan dan mengungkapkan isi hatinya pada gadis mungil itu. Selain itu desakan Eisuke begitu membuat Masumi kesal. (BBJ)}







Aku akan menunggumu...
Dan terus menunggumu...
Sampai kau dewasa, Maya...


Lalu bagaimana kelanjutannya ini?
Gadis itu pasti masih menaruh dendam padaku...
Gadis itu tidak akan pernah memaafkan aku...
Dan bagaimana aku melanjutkan ini...


Gadis itu...
Gadis pertama bagiku


Gadis yang begitu jujur dan polos...
Yang selalu membuatku khawatir...
Dan ingin tahu apapun yang terjadi padanya...
Mengapa aku menjadi seperti ini...


Apa selamanya aku harus begini?
Hanya sebagai bayangan...
Dan bersembunyi dibalik Mawar Ungu...
Sampai kapan?


Sementara itu berulang kali Eisuke menanyakan kelanjutan dari pertunangan itu. Sepertinya lelaki tua itu sudah tidak bisa menunggu lagi kepastian dari anaknya untuk serius atau berhenti saja dengan pertunangannya.


Seperti pada pagi itu, ketika keduanya baru saja menyantap sarapan bersama di ruang makan...


"Bagaimana Masumi? Kau jangan mempermalukan keluarga ini!" tanya Eisuke mendesak keputusan Masumi.


"Ayah, aku sudah menemuinya. Dan aku akan coba untuk bisa menerima apapun yang kau inginkan" jawab Masumi kaku.


Eisuke tampak tidak puas dengan jawaban putranya...


"Aaaahhh...kau ini! Bukan itu maksudku!" ucap Eisuke kesal.


Masumi pun menjadi bingung...


"Maksud ayah apa?" tanya Masumi juga bingung.


"Apa kau tak mengerti juga, kau harus segera menikahinya. Aku tak mau mendengar ada gosip setelah pertunanganmu ini!!!" ujar Eisuke jelas.


Mendengar hal itu Masumi langsung bertambah kesal dengan sikap ayahnya.


Bagaimana bisa menikah, padahal pertunangan itu baru saja terlaksana. Dan sekarang sudah harus berlanjut lagi...


Karena kesal, Masumi segera meninggalkan Eisuke sendiri. Eisuke pun berteriak kepada putranya itu:


"Jika kau memperlama lagi, lebih baik batalkan saja pertunangan ini" ancamnya emosi.


BLLLAAM!!!


Masumi terus saja berlalu meninggalkan sang ayah dalam kekesalannya.


Pria itu bergegas melajukan mobilnya ke gedung Daito seperti biasa...


*****

Teater Ozawa...

Maya baru saja tiba untuk latihan...

Koji dan pak Kuronuma telah menantinya...

"Maya..." sapa Koji ramah.

Maya hanya tersenyum menyahut sapaan Koji.

Dia segera bersiap untuk latihan. Namun karena wajahnya yang tampak murung dan tak bersemangat, pak Kuronuma menyuruh Koji mengajak Maya untuk sarapan bersama.

"Koji...ajaklah dia sarapan dulu, mungkin dia belum melakukannya pagi ini" perintah pak Kuronuma.

Koji mengangguk lalu mencoba menghampiri Maya dan mengajaknya untuk sarapan.

Maya menolaknya dengan sopan, melihat itu Koji pun memutar akal agar bisa sarapan bersama Maya.

"Maya, bila kau sudah sarapan, maka kau bersediakan untuk menemaniku?" ajak Koji penuh harap.

Mendengar itu Maya langsung bersedia untuk menemani teman terbaiknya. Gadis mungil itu tak mau jika lawan mainnya sakit gara-gara tidak sarapan.

"Baiklah, aku tak ingin kau sakit Koji" ucap Maya sambil berdiri dan melangkah keluar tempat latihan.

Mereka pun sarapan tak jauh dari gedung Ozawa tersebut. Koji senang melihat Maya mau sarapan bersamanya.

"Kau harus banyak makan, Maya" kata Koji perhatian.

Maya menatap Koji dengan senyum indahnya. Dia merasa beruntung ada di samping pria baik itu.

"Trimakasih, Koji. Kau selalu baik padaku. Entah bagaimana aku harus membalasnya" balas Maya lembut.

Mendengar ucapan Maya tadi, Koji tersenyum bahagia.

*****

Seharian Maya benar-benar tak konsentrasi dengan latihannya. Selalu saja muncul pikirannya tentang pertunangan pak Masumi. Entah mengapa hatinya begitu merasa kehilangan. Hampa...


Mengapa aku sedih dengan pertunangannya?
Aku benci dia...
Sangat membencinya...


Maya berjalan menyusuri jalanan Tokyo...
Malam itu begitu bertaburan bintang...
Maya merasa sedikit damai berjalan di bawah sinarnya...


Tiba-tiba...


Sebuah mobil menghampirinya...


Dan...


Pak Masumi turun dari mobil tersebut...


DEG!


Dia...?
Mau apa dia?


Seperti biasa dengan wajah kesal Maya menatap kehadiran pria tampan itu. Saat ini mereka benar-benar masih menyembunyikan perasaan masing-masing. Walau Masumi sudah sangat jelas bahwa dia benar-benar mencintai gadis mungil itu, namun tidak begitu dengan Maya. Gadis mungil itu ada di antara ambang benci dan cinta.


"Halo Mungiil...mau ku antar?" sapa Masumi ramah.


Namun Maya tidak menjawabnya, dia tetap melanjutkan langkahnya. Masumi pun tak mau kalah, dia mengikuti Maya di sampingnya.


"Untuk apa anda mengikutiku? Apa anda tidak ada kerjaan lain?" tanya Maya kesal dibuntuti.


"Aku sudah hendak pulang. Dan kebetulan kita searah, jadi aku menawarkan bantuan saja" balas Masumi ramah.


Tapi Maya semakin mempercepat langkahnya...


Tentu saja Masumi tidak suka diacuhkan oleh Maya...


Dengan cepat dia meraih lengan Maya dan menariknya...


Mendekapnya...


DEG!DEG!DEG!


Jantung Maya berdetak kencang sekali. Wajahnya begitu merah merona dengan dekapan pria tampan itu.


Ada apa ini?
Wajahku rasanya panas sekali...
Mengapa jadi seperti ini?
Jangan-jangan...aku...


Tidak...tidak boleh...


"Katakan, mungil....apakah kau cemburu dengan pertunanganku?" tanya Masumi tiba-tiba.


Tentu saja Maya menjadi kikuk dengan pertanyaan Masumi...


Dia memalingkan wajahnya dari pria itu...cemberut...


Namun lengannya masih digenggam erat oleh Masumi...


"Pak Masumi, tolong lepaskan tanganku. Aku tak mau bila tunanganmu melihat ini!" ucap Maya kesal.


Wajahnya terlihat sedih mengatakan hal itu. Masumi bisa membaca pikiran Maya...


Kau cemburu, mungil..
Aku yakin itu...
Mengapa kau menutupinya...
Mungil...


Masumi masih menatap Maya dalam...


Dengan sekuat tenaga Maya melepaskan tangannya dari genggaman Masumi. Dia pun berlari sejauh mungkin dari pria tersebut. Begitu juga dengan Masumi, dia mengejar Maya yang terus berlari.


"Mungiiil...tunggu aku....mungiiiilll....besok aku akan pergi dari Tokyo!" teriak Masumi sekuatnya.


Mendengar teriakan Masumi, Maya langsung menghentikan langkahnya. Dia berdiri kaku, sampai Masumi berada tepat di hadapannya.


Terlihat mata Maya sudah basah oleh airmata sedari tadi. Masumi merasa telah menyakiti gadis mungilnya.


"Mungiiill...kau menangis" ujar Masumi sambil mengusap airmata di pipi Maya.


Namun Maya menepisnya perlahan...


Dan menatap Masumi lekat...


"Pak Masumi, apakah...itu...benar...? Kau...akan pergi?" tanya Maya gugup.


Masumi menatap Maya penuh arti. Dia dapat merasakan bahwa gadis di hadapannya sedang merasa kehilangan.


Masumi menganggukkan kepalanya...


"Mengapa? Untuk apa?" Maya bertanya lagi.


Masumi mendekatkan wajahnya pada gadis mungil itu. Dan mengecup keningnya.


Maya tercengang kaget...


Selama ini mereka selalu terlibat keributan...


"Pak Masumi..." desis Maya sedih.


"Aku akan ke Italy untuk pengembangan perusahaan selama 1 tahun" terang Masumi tenang.


Mendengar itu Maya langsung bertambah sedih...


Sedikit demi sedikit dia mulai menyadari arti kehadiran pria di hadapannya.


Aku tidak ingin dia pergi...
Aku ingin dia selalu ada di sini...
Walau hanya pertengkaran...
Aku menikmatinya...


Pak Masumi...jangan pergi...


"Lalu...pertunangan anda?" Maya memberanikan diri menanyakan itu.


Masumi memegang kedua bahu Maya lembut...
Maya pun membalas dengan menatap pria itu...


"Maya...aku akan memutuskan pertunanganku dengan Shiory. Untuk itu aku akan menghindar dulu sampai keadaan benar-benar membaik" terangnya serius.


Maya tak mengerti apa artinya itu...


Mengapa dia mengatakannya padaku?
Apa ada hubungannya denganku?


Maya tertunduk bingung...


"Mungiill...apakah kau mau menungguku?" tanya Masumi.


Maya semakin tak mengerti dengan semuanya...


"Maksud anda apa pak Masumi? Mengapa aku harus menunggu?" balas Maya bertanya kembali.


Masumi merasa bodoh sudah mengatakan itu pada Maya. Gadis mungil itu belum mengerti dengan perasaannya sendiri.


"Maya, bila kau mau menunggu kepulanganku setahun nanti. Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Hanya...hanya...beri aku isyarat" ujar Masumi berharap.


"Isyarat?" Maya mengernyitkan dahinya bingung.


Masumi menganggukkan kepalanya sebelum menjawab...


"Besok, aku ingin mengajakmu makan siang di sebuah tempat. Bila kau akan menungguku, maka kau harus datang" kata Masumi.


"Bila...aku tak datang?" tanya Maya kemudian.


Masumi menajamkan tatapannya pada gadis itu...


"Itu artinya, aku akan kembali untuk orang lain. Bukan untukmu lagi Mungiiil" jawab Masumi sedih.


Maya pun semakin sedih mendengar kata 'orang lain' dari bibir Masumi...


Airmatanya menetes lagi...
Gadis itu berlari kembali dan terus berlari meninggalkan Masumi yang masih shock setelah mengatakan sedikit dari isi hatinya...


Pria tampan itu hanya memandangi punggung Maya dari belakang hingga Maya menghilang...


"Mungiill, aku tak tahu apa kau mengerti maksudku atau tidak" gumamnya lirih.


Malam begitu indah...
Malam yang panjang...
Perlahan titik terang itu muncul...


Diantara mereka...
Semoga 


*****

Keesokan harinya...

Maya baru saja bangun dari tidurnya...

Badannya terasa sakit semua. Rei datang menghampirinya...

"Maya, kita harus latihan pagi ini" ajak Rei, sahabatnya.

Maya diam saja...

Wajahnya terlihat pucat dan bibirnya pecah-pecah kering...

"Maya...." panggil Rei sambil menyentuh kening Maya.

Rei kaget sekali dibuatnya...

"Maya, kau demam..." ujar Rei yang langsung berlari menuju kotak obat.

Maya terkulai lemah di ranjangnya. Tubuhnya panas sekali. Dia merasa menggigil saat ini.

Setelah meminumkan obat pada Maya, Rei menyelimuti sahabatnya itu dengan selimut tebal.

"Tidurlah, nanti aku akan memberi tahu pelatih. Jangan lupa makan ya Maya. Aku sudah menyiapkannya. Kau bisa mengambilnya sendiri, bukan?" tanya Rei iba.

Maya hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum...

Rei pun membalas senyuman pada Maya...

*****

Sementara itu di kediaman Hayami...

Sarapan pagi itu benar-benar sangat dingin dan kaku...

Masumi tak berbicara sepatah katapun pada ayahnya, begitu juga Eisuke hanya menatap marah pada putranya tersebut.

Hingga ponsel Masumi berbunyi...

Masumi mengangkatnya...

"Halo...Masumi di sini" sapa nya dingin.

Terdengar suara seorang wanita, yang tak lain adalah Shiory, tunangannya.

"Masumi, apa nanti kita bisa makan siang bersama?" tanyanya.

Masumi terdiam sesaat, hingga dia teringat bahwa hari ini dia sudah ada janji dengan Maya. Walau dia belum tahu kepastian dari gadis mungil itu...

Masumi menolaknya...

"Maaf Shiory, mungkin lain waktu kita bisa makan siang bersama" jawab Masumi pelan.

"Baiklah, tidak apa.Aku mengerti kesibukanmu. Trimakasih" ucap Shiory menutup ponselnya.

Masumi pun melanjutkan sarapannya. Dan Eisuke menatapnya tajam sedari tadi.

Dan...

"Kenapa kau menolaknya? Apa kau punya janji dengan gadis lain?" tanya Eisuke curiga.

Masumi menghentikan suapannya...dan menatap ayahnya kaku...

"Ayah, aku sudah memutuskan untuk membatalkan pertunangan ini" terang Masumi santai.

DEG!

Eisuke terlihat murka dan emosi mendengar pernyataan putranya...

Gila...

"Apa kau sudah gila?! Aku pikir pernikahan akan segera terlaksana!" kata Eisuke sedikit berteriak.

Masumi santai saja menanggapinya...

"MASUMI!!! Apa maksudmu?" bentak Eisuke kesal.

"Aku akan ke Italy selama 1 tahun, dan aku berharap semuanya akan membaik setelah kepergianku" terang Masumi lagi.

Mendengar itu Eisuke bertambah marah...

Dia membanting piring makannya ke lantai...

PRRAAANGG!!!

Asa dan pelayan lainnya terkejut mendengar suara itu dan langsung menuju ruang makan...

Sementara itu Masumi terlihat santai dan tenang menghadapi sikap keras ayahnya.

Dia melanjutkan sarapannya...

"Masumi...aku sudah memperingatkanmu! Apa kau pikir kau bisa lepas begitu saja dari pertunangan ini?!!! HAAAAHH?!!" bentak Eisuke kemudian.

"Maafkan aku, ayah. Aku hanya berharap ayah mengerti diriku sebagai seorang laki-laki. Bukan sebagai ayah yang selalu memaksakan kehendaknya..." ujar Masumi penuh arti.

Tangan Eisuke mengepal keras. Tubuhnya sedikit gemetar dengan sikap putranya...

Dia tidak menyangka akan ditantang oleh anaknya sendiri...

"Baik. Hari ini juga aku akan ke kediaman Takamiya dan mengatakan keinginanmu itu. Apa kau puas?!" ungkap Eisuke kesal.

Masumi kembali menatap ayahnya...

"Trimakasih, ayah...aku kerja dulu" jawab Masumi sembari pamit akan berangkat ke kantornya.

Suasana begitu tegang...

Eisuke tampak memegang dadanya sesak...dan nyeri...

"Anak itu...dasar...dia membuatku bisa....cepat mati!!!" gumamnya lelah dan shock.

Lalu dia memanggil Asa...

"Iya tuan, anda memanggil saya?" sahut Asa hormat.

"Siapkan kunjunganku ke kediaman Takamiya" perintah Eisuke dingin.

Asa pun mengikuti perintah Eisuke...
Menyiapkan segala sesuatunya untuk memutuskan pertunangan antara Masumi dan Shiory...

*****

Di apartemen Maya yang sederhana...

Maya tampak lemah dan pucat sekali...

Terlihat matanya basah oleh airmata. Sedari tadi dia memikirkan semua yang dikatakan Masumi padanya semalam.

Mengapa aku terus memikirkannya...
Semakin lama ini semakin membuatku tersiksa...
Aku tidak pernah begini sebelumnya...
Pak Masumi...

Apa arti perkataan mu semalam...
Apa yang harus aku lakukan...
Katakan...
Katakan padaku...

Gadis mungil itu masih saja bingung dengan perasaannya...
Namun yang jelas, dia tidak menginginkan kepergian Masumi...
Tidak inginkan itu...!!!

Maya pun tertidur kelelahan memikirkan pria tampan yang kini mulai mengisi relung hatinya...

Pria yang sangat dia benci dahulu...
Pria yang membuatnya selalu menangis itu...
Kini dia...
Selalu membuat Maya bahagia...
Walau hanya melihatnya dari jauh...
Dan membuat Maya menangisi pertunangannya...

*****

Waktu makan siang pun tiba...
Masumi tampak buru-buru meninggalkan kantornya...

Masumi melajukan mobilnya menuju ke sebuah restoran kecil. Dia duduk di sebuah kursi dan mencoba menunggu beberapa saat. Namun setelah satu jam berlalu, gadis mungil yang ditunggunya tak jua muncul. 
Lalu pria itu mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Maya, tapi tetap tidak ada jawaban. 
Tak habis akal. Masumi pun menghubungi ponsel Rei, sahabat Maya. 

Rei mengangkatnya kaget...

"Halo...Rei di sini" sapa Rei ramah.

"Halo...ini Masumi Hayami" balas Masumi santai.

Rei sempat terdiam sesaat mengingat siapa yang menghubunginya...

"Ehh maaf, apa ada yang bisa aku bantu, pak Masumi?" tanya Rei gugup.

"Apa Maya ada di sana?" tanya Masumi penasaran.

Maya?
Mengapa mencari nya?

Rei bertambah curiga dengan pertanyaan Masumi...

"Oh maaf pak, tapi hari ini Maya tidak bisa latihan" balas Rei.

Masumi heran mengapa gadis mungil itu tak latihan, apa dia sudah mempersiapkan makan siangnya bersama Masumi...
Masumi senang mengingat dan membayangkannya...

"Lalu kemana dia sekarang?" tanya Masumi lagi.

"Maya sakit. Dan saat ini dia di apartemen kami" jawab Rei sedih.

Tuut...tuuutt...tuutt..

Telepon terputus!

Rei menyapanya berkali-kali, namun sepertinya Masumi tergesa sekali mendengar 'Maya sakit'. Hingga tak sempat mengucapkan salam dan terimakasih pada Rei.

*****

Sepanjang perjalanan, Masumi merasa sedih karena memikirkan Maya yang sedang sakit.

Itu bukan berarti dia tidak akan menungguku kan?
Mungil, andai kau tidak sakit, apa kau akan datang?
Mungiiil...
Bertahanlah...

Aku akan menemuimu...
Dan mengatakan yang sebenarnya...
Sebelum aku pergi...

Mobil Masumi tiba di apartemen Maya...
Dia pun berlari dan segera masuk ke apartemen tersebut..

Tok...tok..tok...

Masumi mengetuk pintu pelan...

Tidak ada jawaban..

TOK...TOKK...TOK!!!

Semakin lama ketukannya semakin keras...

Juga tidak ada jawaban...


Masumi mencoba membuka gagang pintu...


Tidak dikunci!


Dia masuk dan menatap sekeliling...


Bathinnya begitu miris memandangi tempat gadis yang dicintainya itu tinggal...


Mungiill...


Tak berapa lama, terdengar suara Maya berdehem lemah...


Masumi pun menghampiri ke arah suara itu...


Dan...


Masumi kaget dengan apa yang dilihatnya!


"Mungiill..." desis Masumi lirih.


Tubuh Maya tampak lemah terkulai di ranjangnya. Dengan wajah yang pucat, dia menatap siapa yang datang ke apartemen sederhananya...


"Pak...Masumi..." sapanya lemah.


Masumi langsung mendekatinya...


Menggenggam jemari mungil itu dan menyentuh kening Maya.


Panas sekali!!


"Mungil, kita ke dokter!" ajaknya sambil langsung menggendong Maya.


Maya tak berdaya untuk menolaknya...


Masumi membawa Maya pergi ke Rumah Sakit...


Wajah pria itu begitu cemas dan ketakutan...


Sepanjang jalan dia menggenggam jemari mungil gadis itu...
Sambil membisikkan kata-kata....


"Mungil, bertahanlah...aku akan menjagamu....selalu....di sisimu..." desisnya lirih.


Maya tak bisa mendengar apapun itu...
Dia benar-benar lemah!


Mereka tiba di Rumah Sakit...


Dokter dan perawat langsung memeriksa kesehatan Maya keseluruhan. Masumi tampak mondar-mandir sendiri gelisah di dekat ruang emergency.


Setelah beberapa saat, dokter keluar dari ruangan emergency dan menghampiri Masumi yang sedari tadi menunggu di depan ruang emergency tersebut.


"Tuan, apa anda keluarganya?" tanya dokter itu.


Masumi langsung menjawab:


"Iya dok, saya tunangannya" jawab Masumi berbohong.


Dokter mengangguk, lalu mengatakan:


"Nona itu menderita penyakit biasa. Sepertinya kelelahan dan kekurangan vitamin. Jadi aku berharap, anda akan memperhatikan itu" jelas dokter itu sambil menepuk pundak Masumi.


"Baik dok, lalu apakah dia harus dirawat dahulu?" Masumi cemas.


"Iya tentu sampai kondisinya stabil. Nanti akan dipindahkan ke ruang perawatan. Dan tuan bisa mengurusnya di loket pendaftaran pasien rawat inap" terangnya pada Masumi.


Masumi mengangguk mengerti dan mengucapkan trimakasih...


Dokter itu pun pamit...


*****

Setelah pendaftaran pasien, Masumi pun menemui Maya yang masih di ruang emergency.

Tubuhnya tampak lemah...

Masumi memandanginya sedih...

Masumi baru saja hendak menyentuh jemari Maya, tiba-tiba beberapa perawat muncul dan mengabarkan bahwa Maya sudah akan dipindahkan ke ruang inap nya.

Masumi pun mengikuti kemana perawat membawa Maya-nya...

Sebelumnya Masumi sudah mengurus semua administrasinya. Dia meminta Maya di tempatkan di ruang VVIP.

Dia tak ingin melihat Maya sengsara lagi..
Tekadnya muncul untuk segera membahagiakan gadis mungil itu...

Bllaaam!!!

Perawat-perawat itu baru saja meninggalkan Maya di ruangan inap mewahnya.

Tampak Masumi berdiri di samping ranjang Maya...

Maya menatapnya bingung...

Masumi membalasnya dengan senyuman...

Lalu tangannya mulai menggenggam jemari gadis mungil itu...

DEG!!!

Untuk kesekian kalinya, jantung Maya berdetak kencang...

Pak Masumi...

"Mungiilll, maaf aku memaksamu memikirkannya" ucap Masumi merasa bersalah.

Maya menggeleng pelan...

"Tidak...anda baik, trimakasih...." sahut Maya lirih.

Tak terasa airmatanya menetesi pipi putihnya. Masumi mengusap airmata itu lembut.

"Mungiilll, aku...aku mengkhawatirkanmu...sungguh..." aku Masumi dengan pipinya yang mulai merah.

Keduanya saling pandang...

Sesaat hening...

Kemudian Maya berkata:

"Pak Masumi...jangan pergi...tetaplah di sini...di sisiku..." ungkap Maya gugup.

Masumi tercengang dengan perkataan Maya barusan...
Sepertinya dia melayang tinggi sekali...

Masumi mencoba tenang dan menelan ludahnya...

"Mungiill....kau..." ucap Masumi tak percaya.

Maya menggeleng perlahan...

"Aku...membutuhkan...anda...." ungkap Maya kemudian.

Masumi semakin terharu mendengarnya...
Dia tak pernah menyangka akan semua pengakuan gadis mungil di hadapannya tersebut..

Gadis yang selama ini selalu dia olok-olok...
Selalu bertengkar dengannya...
Selalu menunjukkan wajah jijik bila melihatnya...
Namun sekarang...

"Maya..." Masumi langsung mendekap gadis mungil yang sedang lemah terbaring tersebut.

Dan...

Maya membalas dekapan itu dengan melingkarkan tangannya di punggung Masumi...

Masumi terlihat sangat bahagia...

"Tidak mungil, aku tidak akan pergi...mulai saat ini aku akan berada di dekatmu....selalu...menjagamu..." terang Masumi senang.

Maya membalasnya dengan anggukkan kepala dan menenggelamkan nya ke dekapan pria itu.

"Aku mencintaimu, mungiil...aku lah penggemarmu....akulah mawar ungu itu....sayang..." aku Masumi lagi.

Maya semakin tak kuasa untuk berkata apa-apa lagi...

Dia tak pernah membayangkan orang yang selalu bertengkar dengannya adalah pengagum rahasia itu sendiri.

Kebahagiaannya bertambah mendengar itu...

Maya pun menguatkan dekapannya pada Masumi...

"Trimakasih...trimakasih...pak Masumi....aku bahagia sekali..." ucap Maya terharu.

Lalu Masumi ingin meyakinkan lagi hatinya akan cinta gadis mungil itu padanya. Perlahan dia melepas dekapannya dan menatap wajah Maya dalam...

"Mungil...aku sungguh mencintaimu. Dan kau?" tanya Masumi penasaran.

Maya pun tak beda dengan Masumi. Dia sangat bahagia dengan semuanya...

"Pak Masumi...aku...juga...sangat...menyukaimu...sungguh-sungguh...mencintaimu..." aku Maya grogi.

Mendengar itu Masumi langsung mendekap Maya erat, bertambah erat.

Trimakasih mungil...
Penantian ini berakhir bahagia...
Aku akan menunggumu dewasa...

Dengan cinta yang kau berikan...
Aku akan sanggup menunggu selamanya...

Mungiil...trimakasih...


Pak Masumi...
Trimakasih atas semua perhatianmu...
Mawar Ungumu selalu ada di hatiku...

Tunggulah aku...
Aku yakin bisa membuatmu bangga...
Dan bahagia selamanya...

Berdua denganmu...
Seterusnya...
Selamanya...
Di sisimu...








the end

3 komentar:

  1. dikit bener..
    tambahhh...

    BalasHapus
  2. he eh ... belum bisa nangkep konflik atau alurnya nih. tapiii...emang si mbak ini sering bikin penasaran di awal2 story-nya :) hehehe...

    BalasHapus
  3. bener banget deh prolog-nya pake kata2 " IF " ... soalnya mereka 2 mahluk yg sulit banget buat jujur sama perasaannya. Sekalinya jujur, eh telat :( Coba jujurnya lebih cepat kyk cerita ini ... :) thanks for the story

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...