September 30, 2011

Miss You So Much -9-







Maya duduk termenung di pelataran ruang operasi.

Matanya terlihat sembab karena selama beberapa jam tadi selalu menangis.

Wanita mungil yang sedang hamil muda tersebut sangat terpukul dan depresi mendengar semua penjelasan dari Eisuke tentang penyakit yang menimpa Masumi.

Seluruh raganya seakan kaku dan melayang ke udara kala itu...

Dan kini dia lebih cemas lagi karena kedua pria yang ada di hatinya sedang berjuang melawan maut. 

Masumi...

Peter...

>>>>>

"Apakah itu semua benar, paman? Bagaimana...bagaimana bisa Masumi menderita penyakit Leukemia?" tanya Maya tak percaya.

Pria itu hanya menganggukkan kepalanya lesu...

Dan Peter pun mendekap sang istri yang tampak mulai gemetar dalam sekejap setelah mendengar berita tersebut.

"Maya, duduklah dahulu. Kau harus benar-benar menjaga kehamilan mu" kata Peter khawatir akan keadaan istrinya.

Pria tampan itu mendekap sang istri dengan penuh kasih sayang...

"Paman, apa yang harus kita lakukan untuk menolongnya? Apakah ada? Apakah itu paman? Aku...aku benar-benar ingin dia sembuh... dia harus sembuh......hhuuuuuuuuhuuuuhhuu..." isak Maya tak tertahankan.

Eisuke dan yang lainnya tampak berpikir sejenak. Tiba-tiba!!!

"Ayah, ijinkan aku...membantunya...darahku golongan O. Bukankah ...bukankah tadi dokter mengatakan bahwa mencari cairan sumsum dari golongan darah itu?" ujar Peter serius.

DEG!!!

Sontak semua yang ada di sana langsung terkejut mendengar apa yang diutarakan oleh Peter.

"Peter..." desis Maya tak percaya.

"Anakku..." gumam Mrs.Carol cemas.

Peter...kau....

Eisuke memandangi putra kandungnya tajam. Namun perlahan airmata mengalir dari matanya.

"Anakku...kau sungguh-sungguh? Apa kau tahu segala resiko dan kemungkinan yang akan terjadi setelah kau mendonorkan cairan tersebut?" tanya pria tua itu takut.

Namun sepertinya Peter sudah bertekad bulat untuk membantu Masumi, yang merupakan saudara tirinya.

Pria tampan itu mengangguk perlahan...

Maya...semua ini untukmu...
Untuk anak kita...
Akan aku lakukan agar kau bahagia...
Maya...rasa cintaku terlalu dalam...
Hingga aku menepis semua rasa cemburu yang ada...

Aku tahu...
Bila dia sembuh, maka kau akan bahagia...
Aku tahu itu sayang...
Aku tahu...

Lama Eisuke menatapi putranya tersebut...

Begitupun Mrs.Carol...

Dan juga Maya, sang istri tercinta...

Peter berusaha mengerti arti dari tatapan mereka. Dengan tersenyum dia berjalan ke arah ruangan sang dokter yang menangani Masumi tadi.

Diikuti oleh Eisuke, Asa, Mrs.Carol dan Maya...

Hingga selang berapa waktu, akhirnya Peter pun menjalani beberapa test kesehatan untuk memastikan kondisinya sebelum pendonoran.

Walau Peter hanya menyumbangkan beberapa cc cairan di tulang belakangnya, namun itu bisa menjadi fatal akibat yang ditimbulkan bila terjadi kesalahan dan kondisi pendonor yang tiba-tiba tak stabil.

Maya pun tak henti berdoa untuk keselamatan keduanya...

<<<<<

Mrs.Carol mencoba membawa Maya duduk di deretan bangku untuk menenangkannya.

Tak terasa 3 jam sudah operasi itu dilaksanakan...

Akhirnya...

CEEKKKKLLLEEEKK!!!!

Pintu ruang operasi terbuka...

Dokter keluar dengan wajah yang sedikit menegangkan...

Dokter...

Semuanya langsung menghambur ke arah dokter tersebut...

"Dokter bagaimana operasinya?" tanya Eisuke tak sabar.

DEG!!DEG!!

Dokter itu tersenyum...

Dia menepuk bahu Eisuke beberapa kali...

Lalu berkata:

"Kedua putra anda benar-benar pria yang kuat dan tangguh. Operasinya berjalan lancar. Dan tinggal kita menunggu beberapa jam ke depan dari reaksi kedua tubuh. Selamat!" terang sang dokter itu tenang.

Semua raut wajah berubah menjadi senyuman dan sumringah. Ada secercah harapan yang ada di depan mereka.

Berharap beberapa jam ke depan akan berjalan baik dan semuanya baik-baik saja.

Masumi...Peter....

Peter...terimakasih...
Kau memang orang baik...
Pria terbaik yang pernah kukenal...
Pria yang sangat tulus mencintaiku...
Aku berjanji akan membahagiakanmu...
Aku akan membuatmu bangga...
Bangga menjadi suamiku...
Karena aku begitu bangga...
Bangga menjadi istrimu...

Peter...


*****

Dua jam telah berlalu...

Kini Peter telah dibawa ke ruangan lain, sedang Masumi dipindahkan ke ruang pensterilan.

Mrs.Carol mencoba mengikuti ranjang Peter yang didorong oleh beberapa orang suster menuju ruangan lain tersebut.

Sedangkan Eisuke, Maya dan Asa mengikuti kemana suster membawa Masumi.

Ada tatapan sedih dari Mrs.Carol tatkala Maya lebih memilih mengikuti kemana Masumi akan dibawa...

Betapa malangnya kau, Peter...

Tapi wanita itu mencoba menerima semua kenyataan. Dia hanya ikhlas bila suatu saat nanti menantunya itu kembali memilih ke sisi Masumi.

Dengan menarik nafas panjang, dia melanjutkan langkahnya mengikuti suster yang membawa Peter.

Namun tanpa Mrs.Carol ketahui, Maya menyadari sikapnya yang tidak layak sebagai istri dan menantu.

Dengan langkah lesu, wanita mungil itu membalikkan arahnya untuk mengikuti kemana suster membawa Peter, suaminya.

Eisuke dan Asa hanya menatap kepergian Maya dengan lirih...

Bingung harus bagaimana...

Saat beberapa suster yang membawa Peter baru saja selesai melaksanakan tugasnya, mereka pun keluar ruangan tersebut. Mereka sempat tersenyum dan berpesan pada Mrs.Carol yang ada di belakang mereka:

"Nyonya...kami mohon agar menjaga ketenangan pasien. Dan mohon juga untuk segera menghubungi kami bila ada sesuatu. Nyonya bisa menekan tombol merah di samping ranjang. Terimakasih!" ujar salah satu suster itu.

Mrs. Carol pun mengangguk beberapa kali kepalanya tanda mengerti...

"Baiklah suster. Terimakasih kembali" jawabnya ramah.

Blllllaaammm!!!

Tinggallah Mrs.Carol menemani Peter sendiri...

Jemarinya mulai membelai kening putra tercinta dengan sedih...

"Haruskah kau melakukannya, anakku?" ucap Mrs.Carol pilu.

Kembali dia menjelajahi raut wajah sang anak dengan tatapan sedih dan sedikit terisak.

TIBA-TIBA!!

Mata dan jemari Peter bergerak...

"Peter...anakku, kau sudah sadar?" tanyanya haru.

Peter membalas pertanyaan sang ibu dengan tatapannya yang mulai lebar terbuka walau masih tampak sayu.

"I..buu...ma..na...Ma...yaaa" tanya Peter terbata tentang istrinya.

Mrs.Carol menutupi bibirnya untuk menahan kesedihannya dan kecewanya dengan sikap menantunya itu.

Wanita itu tak mampu untuk menjawabnya...

Padahal tanpa Mrs.Carol ketahui, Maya telah berada di sana sejak ucapan pertamanya pada Peter.

Maya pun sangat sedih dengan ketulusan Peter...

Perlahan kakinya mendekati ranjang dimana Peter terbaring lemah tak berdaya...

"Peter...aku....di sini...." ucap Maya terisak.

Mrs.Carol dan Peter sangat terkejut dengan kemunculan Maya yang tiba-tiba.

"Maya..." gumam Mrs.Carol senang.

Peter menatap lemah ke arah istrinya. Maya membalas tatapan itu dengan penuh harapan.

"Peter...." desisnya sambil menggenggam jemari Peter erat.

"Sayang..." balas Peter lemas.

Mrs.Carol pun keluar ruangan dan membiarkan pasangan suami istri itu melepaskan kebimbangan masing-masing. Menyelesaikan semua perasaan yang mengganjal di antara keduanya.

Sekalian Mrs.Carol berniat untuk memberitahu langsung kepada pada suster jaga bahwa kini Peter telah sadar.

Semua nya pasti akan baik-baik saja, pikir wanita itu tenang...

Blllllaaaaammm....


*****

Hampir satu jam sudah Maya berada di ruangan Peter...

Hanya berdua...

Tak henti-hentinya Peter menggenggam jemari istrinya. Seolah ingin terus berada di sampingnya.
Walau Peter menyadari bahwa Maya gelisah, yang terlihat jelas dari sorot matanya yang sendu.

"Sayang, apa kau senang berada di sisiku saat ini?" tanya Peter mengejutkan Maya.

DEG!!!

Maya terperanjat mendengar pertanyaan suaminya yang tak terduga. Wanita mungil itu bingung harus menjawab apa.

Maya menelan ludahnya dan menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Peter.

"Hhhmmm...tentu saja, Peter" jawab Maya pilu.

Peter menatapnya dalam...

Mereka saling memandangi beberapa saat...

Maya mencoba menahan airmata yang sepertinya akan menetesi pipi putihnya.
Hati nya sangat tidak ingin sampai membuat Peter sakit hati. Dia harus bisa menahan diri untuk tidak menemui Masumi dahulu.

Masumi...maafkan aku
Peter...adalah suamiku...
Ayah dari anak yang sedang kukandung ini...
Aku tidak sanggup...
Bila harus menyakitinya saat ini...
Tidak bisa...Masumiii...

Namun sepertinya Peter tahu bahwa saat ini istrinya sangat ingin berada di sisi Masumi, bukan dirinya....

Dengan lembut, pria baik itu meremas jemari sang istri berulang kali dan berkata:

"Sayang, bantu aku untuk bisa mengetahui kondisi saudara tiriku!" ucap Peter pelan.

Maya terkesima mendengar permintaan suaminya...

Peter...

"Apa maksudmu, sayang?" jawab Maya cemas.

Peter menggelengkan kepalanya...

"Bawa aku menjenguknya, aku mohon Maya!" ucap Peter lirih.

TIBA-TIBA!!!

Pria tampak itu terisak dan mendekap Maya...

Sepertinya hatinya benar-benar perih karena kegelisahan Maya...

Maya pun mendekapnya erat...

Maafkan aku...Peter
Maafkan aku...
Selalu menyakitimu...
Maafkan...

"Peter...aku mohon jangan seperti ini. Di sana sudah ada ayahmu dan Asa. Aku rasa mereka akan menjaganya" ujar Maya membuang sedih dan rasa bersalahnya.

"Maya, aku sangat mengenalmu. Aku tahu...saat ini...kau...sangat
ingin...berada di...sisinya. Untuk itu...aku memintamu...menemanimu mendampingi Masumi" jelas Peter sambil terisak.

Maya terdiam mendengar ucapan Peter yang memang benar adanya...

Itulah perasaanku...
Aku memang mengkhawatirkannya...
Tapi...aku tak bisa begini terus...
Peter...jangan membuatku bimbang...

Aku pernah berjanji...
Akan tetap menjadi pendampingmu...
Setia akan pernikahan kita...
Setia...

Maya masih terdiam kaku memandangi Peter...

Tiba-tiba, pria tampan itu berusaha bangun dari ranjangnya!

"Eeh...Peter, apa yang kau lakukan? Aku mohon jangan bergerak dulu. Kau masih lemah" cegah Maya.

Namun sepertinya Peter sudah sangat ingin bangun dari ranjangnya dan menemani Maya melihat Masumi.

Maya...aku hanya ingin membuatmu bahagia
Hanya itu saja...

Akhirnya Maya pun menekan tombol merah agar suster membantunya membawa Peter dengan kursi roda menuju ke ruangan dimana Masumi berada.

Maya mendorong kursi roda yang membawa Peter. Dengan wajah yang sedih Maya berusaha menahan semua perasaannya saat ini.

Masumii...
Pengorbanan ini tak akan sia-sia...
Apa kau tahu?
Di relung hatiku?
Masih ada dirimu bersemayam...

Terlalu sulit untuk aku abaikan...
Terlalu sukar untuk aku hapus...
Aku hanya berharap...
Kau baik-baik saja...
Bisa melihatmu tersenyum...
Itu sudah cukup bagiku...

Cukup...Masumi...


*****

Mrs.Carol memandangi lirih saat Maya dan Peter meninggalkan ruangan nya menuju ruangan Masumi. Perlahan wanita itu mengikuti sang anak tercinta dan menantunya tersebut.

Apa yang terjadi?
Mau kemana mereka?
Apakah akan menemui Masumi?

Peter...Peter...
Sedari dulu kau selalu baik dan tulus...
Sikap keras dari ayahmu sama sekali tak menurun padamu...

Terkadang aku bimbang...
Bagaimana nasibmu kelak...
Putraku...
Aku mohon sekali ini...
Pertahankanlah cintamu dan Maya...
Aku hanya berharap itu...

Dengan hati-hati Mrs.Carol duduk tepat di depan ruangan Masumi. Maya dan Peter baru saja masuk ke ruangan tersebut.

DEG!!!

Rasa cemas menghantui wanita itu. Bathinnnya merasa akan terjadi sesuatu yang akan menyakiti anaknya di dalam sana.

Ingin rasanya dia masuk dan mendampingi sang anak, namun rasa segannya pada Eisuke menahan keinginannya itu.

Bagaimana ini?
Peter...
Maya...
Aku mohon jangan membuat keputusan yang salah...

Kalian akan memberiku cucu sebentar lagi...
Oh...Tuhan...bantu mereka...
Satukanlah terus ikatan suci itu...
Jangan pisahkan mereka...
Jangan...Tuhan...




***continue to -part 10-***

September 24, 2011

Miss You So Much -8-




Add caption





Ambulan baru saja tiba di pelataran Unit Gawat Darurat RS...






Beberapa perawat dan petugas jaga, berusaha membantu menurunkan Masumi menuju ruang gawat darurat.


Semua nya tampak panik, tak terkecuali Peter yang langsung berlari mendampingi Maya yang sedari tadi terus menggenggam jemari Masumi.


Perasaan haru menyelimuti semua yang ada di sana. Saat jemari Maya harus melepaskan jemari Masumi untuk dibawa ke ruangan darurat.


Maya...kau masih mencintainya...


Wajah Peter begitu pilu memandangi istrinya yang begitu setia mendampingi sang mantan kekasih.


Pria itu terduduk lemah di bangku tak jauh dari sana. Hatinya sangat hancur menghadapi semua kenyataan.


Mrs.Carol dan Asa mencoba menahan Maya agar membiarkan para dokter dan perawat memeriksa keadaan Masumi.


Maya duduk tepat di bangku di depan Peter. Kini mereka saling bertatapan sendu.


Tidak ada sepatah katapun yang terucap. Yang ada hanyalah kebisuan dari tatapan kesedihan dalam hati masing-masing.


Eisuke memandangi keduanya dengan perasaan bersalah. Wajahnya tertunduk lesu sambil menarik beberapa kali nafas panjang.


Ada setitik airmata dari pelupuk mata pria tua itu. Dalam keadaan kalut seperti itu, pria itu terus saja bergumam menyebut nama anak tirinya.


"Masumi...anakku" gumamnya lirih.


"Aku berharap kau akan baik-baik saja, nak"


Pipinya mulai dibasahi linangan airmata yang mulai deras mengalir di wajah keriputnya.


Mrs.Carol pun menghampiri nya untuk membantu menenangkan hati pria tua itu.


Perlahan wanita itu menggengam jemari Eisuke lembut. Eisuke sedikit terkejut dengan genggaman tersebut.


Caroline...


Mereka saling bertatapan...


"Eisuke...biarkan aku membantumu menghilangkan semua rasa gundahmu saat ini" ucapnya setengah berbisik pada Eisuke.


Eisuke terus menatap Mrs.Carol dengan tatapan sedih...


Kemudian Mrs.Carol menepuk dadanya sendiri, dan berkata:


"Di sini, di hati ini masih ada dirimu, Eisuke. Apa kau tahu bagaimana aku dulu membuat keputusan yang salah" ujarnya terisak.


Isakan itu membuat Maya dan Peter heran. Keduanya langsung mendengarkan apa yang dikatakan Mrs.Carol pada Eisuke.


"Ibu...." desis Maya dan Peter serentak.


Mrs.Caroline masih terisak menahan perasaannya...


Eisuke menatapnya dengan dahi yang berkerut...


"Carol, sudah...lupakan itu. Bukan saatnya...anakku sedang sekarat. Aku mohon!" jawab Eisuke lirih.


Mrs.Carol tambah terisak mendengar tanggapan dari Eisuke...


"Apa? Kau bilang, lupakan? Bagaimana bisa Eisuke? Bagaimana bisa aku melupakan semua yang pernah terjadi di antara kita? Bagaimana bisa aku menepis semua bayanganmu dari hidupku?" pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan Mrs.Carol tepat di hadapan wajah Eisuke.


"Sudah aku bilang! Hentikan!!" kata Eisuke mulai terpancing emosi karena Mrs.Carol sangat ngotot mengungkit masa lalu di antara keduanya.


Tiba-tiba...


Wanita itu berdiri dan mendekati jejeran bangku yang diduduki Maya dan Peter.


Tangannya menarik tangan Peter dan membawa putranya tersebut berdiri di depan Eisuke.


"Eeehhh...." desis Maya kaget sambil mengusap sisa airmata yang ada di pipinya.


Peter pun kaget setengah mati oleh ulah sang ibu yang menyeretnya berdiri di depan pria tua yang dikenalnya sebagai ayah dari Masumi.


"Ibuuu...ada apa?" tanya Peter penasaran.


"Eisuke, dia...ANAKMU!" kata Mrs.Carol getir.


DEG!! DEG!! DEG!!


Tentu saja mata Eisuke terbelalak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Mrs.Caroline.


"Omong kosong apa ini? HAAAHH!!!" bentak Eisuke pada Mrs.Caroline.


Seketika Asa mencoba menenangkan tuannya dari belakang...


"Tuan..." katanya prihatin.


Mrs.Caroline menangis sejadinya. Dia berlutut di hadapan Eisuke. Peter melarangnya melakukan itu.


"Ibu...kebohongan apalagi ini? Aku tak mengerti!" ucapnya sedih.


Namun dia terus menatap ke arah Eisuke. Dengan tatapan yang sangat memilukan, Peter menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.


"Peter, dia adalah ayahmu! Maafkan atas kebohongan ibumu selama ini" kata Mrs.Carol menangis.


Peter berdiri kaku di depan keduanya. Dia bingung harus bagaimana. Seluruh jiwa raganya seperti ingin melayang tak bernyawa.


BRRRUUUUKKK!!!!


Peter terjatuh ke lantai!


"PETER!" teriak Maya, Mrs.Carol serentak.


Maya bergegas menghampiri suaminya yang terduduk lemas di depan Eisuke dan sang ibu.


Maya mencoba menepuk pipi suaminya sedih...


"Peter...." panggil Maya lirih.


Wanita mungil itu mendekap tubuh snag suami dengan erat. Hatinya ikut merasakan apa yang sedang dialami sang suami. Keduanya tampak berderai airmata yang tak terbendung lagi.


Sementara Eisuke masih duduk kaku karena shock dengan apa yang didengarnya.


Dalam hatinya, ada terlintas rasa bahagia karena ternyata dia mempunyai anak kandung.


Benarkah?


Pria tua itu mulai menyadari dan meresapi apa yang dikatakan Mrs.Caroline.
Dia menatap wanita itu dengan rasa iba dan luluh. Kemudian dia bergantian menatap Peter yang masih dalam dekapan Maya.


"Dia...anakku? Carol, apa benar? Malam itu..." kenangnya akan masa lalu yang sangat indah bersama wanita Inggris nan cantik.


Mrs.Carol berdiri untuk duduk di sebelah Eisuke. Dia kembali menggenggam jemari pria tua itu. Hangat....


"Carol, mengapa kau tak pernah cerita sebelumnya. Mengapa kau menanggung beban itu sendiri" kata Eisuke terisak.


Mrs.Carol tampak menggeleng-gelengkan kepalanya...


Dengan bibir yang gemetar, wanita itu mendekap Eisuke erat...


"Eisuke, Peter bukan beban bagiku, walau aku membesarkannya sendirian. Dia adalah buah cintaku dan dirimu...yang akan terus abadi dalam hidupku"


Caroline...


Eisuke pun membalas dekapan Mrs.Carol...


Melihat sang ibu berkapan dengan Eisuke, Peter mencoba mendekati keduanya. 


Telah lama Peter merindukan sosok ayah yang selama ini selalu disembunyikan oleh sang ibu. Mrs.Carol selalu mengatakan bahwa ayahnya telah lama meninggal.


Peter pun mendekap pria tua itu erat. Airmatanya menetes begitu saja.


Ayah...


Dia ayahku...


Mrs.Carol melepas dekapannya pada Eisuke. Dengan lembut dia mempersatukan jemari Peter dan Eisuke sambil tersedu.


"Maafkan ibu, nak" ucapnya terharu.


Peter menganggukkan kepalanya bahagia. Mata nya begitu tampak bercahaya memandangi sang ayah yang kini ada di hadapannya.


Perlahan dia memberanikan diri menyebut:


"Ayah..." ucapnya ragu.


Eisuke pun tersenyum bahagia menatap anak kandungnya. Mrs.Carol, Asa dan Maya sangat terharu melihat keduanya.


"Maafkan ayahmu ini, Peter" kata Eisuke getir.


Mereka saling berdekapan kembali...


Mrs.Carol pun tak mau ketinggalan, dia berusaha mendekap keduanya dengan erat.


Anakku...


Eisuke...


Semuanya begitu larut dalam kenangan masa lalu yang pernah Mrs.Carol alami bersama Eisuke. Pandangan haru yang membahagiakan terpancar dari ketiganya. Sunyi...


Hingga....


CEEKKKKLLLEEKKK!!!!


Pintu ruangan gawat darurat pun terbuka!!


Seorang dokter dan dua orang perawatnya keluar dari ruangan tersebut.


Sontak itu membuat semuanya tersadar dengan apa yang sebenarnya mereka tunggu saat itu.


Kembali raut wajah mereka semua berubah menjadi ketakutan...


Maya, Peter, Mrs.Carol dan Eisuke bergegas menghampiri sang dokter. Wajah yang was-was dan khawatir yang mendalam terlihat dari mereka.




*****

Maya dan Peter terlihat mondar-mandir di depan sebuah ruangan yang tak jauh dari Unit Gawat Darurat tersebut.

Sedangkan Mrs.Carol menemani Eisuke untuk mendengarkan beberapa penjelasan dari dokter tentang kesehatan Masumi.

Tak terasa airmata melinangi pipi putih Maya yang tampak sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi nanti.

Peter berusaha menenangkan sang istri tercinta, walau di lubuk hatinya terasa diiris sembilu karena cemburu bila melihat Maya memikirkan sang mantan kekasih.

Aku tetap akan bersabar Maya...
Menanti semua yang terbaik untuk kita...
Aku akan tetap mencintaimu...
Walau aku tahu...
Cinta itu masih ada hanya untuknya...

Maya...
Aku berjanji...
Akan melakukan apapun untuk membuatmu tersenyum..
Membuatmu bahagia kembali...
Bersama buah hati kita...
Di depan sana pasti ada pintu...
Pintu terang penuh cahaya...

Maya...cahayaku...
Cintaku...
Apa yang harus kulakukan?
Untuk membuatmu senang?
Wajahmu begitu murung mencemaskannya...

Maya...i love you...
Please, don't make me sad like this...
I really love you...
Forever...
Forever...



***continue to -part 9-***

September 22, 2011

Miss You So Much -7-




Add caption







Taksi yang membawa Maya dan Peter baru saja tiba di apartemen mereka. Maya bergegas segera berlari keluar dari taksi. Tentu saja itu membuat Peter sangat khawatir dengan kandungan istrinya.


"MAYA, HENTIKAN!!!" teriak Peter tak tahan lagi dengan sikap Maya.


Sontak Maya menghentikan langkahnya. Perlahan Peter pun mendekati Maya.


Pria itu sangat terkejut saat melihat istrinya yang telah berlinangan airmata. Pipinya begitu basah...


"Maya..." ucap Peter sembari mengusap airmata di pipi Maya.


Maya tertunduk lemah...


Peter tak bisa melihat istrinya bersedih seperti itu, dengan lembut dia menarik Maya ke dalam dekapannya yang hangat.


"Maafkan aku sayang, berteriak padamu tadi. Aku takut akan janin yang kau kandung, sayang" ujar Peter pelan.


"Hanya itu saja kah Peter?" sahut Maya.


Mendengar jawaban istrinya, Peter menjadi bingung dengan maksud pertanyaan Maya.


"Tentu saja sayang, aku juga mengkhawatirkan dirimu. Kau dan calon anak kita, sayang" jelas Peter serius.


Peter...
Maafkan aku...


Maya menatap suaminya sendu. Airmatanya begitu membasahi pipinya yang memerah.


Perlahan Peter membawa Maya masuk ke dalam apartemen. Namun tiba di depan pintu...


"TUNGGU MUNGIIL!!" teriak Masumi dari belakang.


Keduanya langsung menoleh ke arah Masumi. Terkejut!!!


Ketiganya saling menatap tajam...


Mereka masih saling terdiam menatap satu sama lain, sampai sebuah mobil mewah berhenti tepat di dekat mereka.


"Masumi..." gumam Eisuke dari dalam mobil.


Begitupun wanita di sampingnya yang tak lain adalah Mrs.Caroline menatap bengong ke luar jendela mobil.


"Peter...Maya...dan...." desisnya sambil melirik ke arah Eisuke.


Eisuke pun langsung mendelik kaget...


"Dialah putraku, Masumi!" kata Eisuke sedih.


Mrs.Carol pun tampak shock. Dia tak menyangka ketiganya akan bertemu secepat ini.


Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?
Peter anakku...


Mrs.Carol membiarkan ketiganya menyelesaikan masalah mereka sendiri. Cukup menonton saja...


"Aku pikir, sebaiknya kita membiarkan mereka dahulu. Aku tidak ingin semuanya akan menjadi buram karena keberadaan kau dan aku, tuan Eisuke" ujar Mrs.Carol serius.


Eisuke menganggukkan permintaan Mrs.Carol...


"Baiklah, aku setuju denganmu" balas Eisuke.


Akhirnya keduanya hanya duduk menonton dari dalam mobil dengan apa yang akan dibicarakan dan dilakukan oleh Maya, Peter dan Masumi.


*****

Perlahan Masumi mendekati Maya dan Peter. Ketiganya terlihat tegang. Beribu pemikiran masing-masing mulai tergambar dari raut wajah Maya, Peter dan Masumi.

Mau apa dia?

Peter mengeratkan genggamannya pada Maya. Maya pun menelan ludahnya berkali-kali.

Calon ibu muda itu terlihat menahan segala rasa, prasangka dan amarahnya pada Masumi.

Akhirnya Peter mencoba membuka pembicaraan diantara ketiganya.

"Maaf tuan Masumi, sedari tadi kau mengikuti aku dan istriku. Apa ada kepentingan mendesak?" tanya Peter penasaran.

"Sangat mendesak, tuan Peter. Aku hanya ingin meminta ijin darimu, untuk memperbolehkan aku berbicara empat mata saja dengan Maya!" jawab Masumi kaku.

Peter langsung terdiam mendengar jawaban dari Masumi. Dia tak menyangka pria di hadapannya berani untuk mengatakan itu.

"Tuan Masumi, aku rasa setelah pernikahan kami, semua urusan istriku sudah menjadi urusanku juga. Jadi kau bisa mengatakan maksudmu kepada kami berdua" ujar Peter mulai cemburu.

Maya membuang wajahnya ke samping. Dia merasa kesal dengan sikap Masumi yang memaksa. Begitu juga sikap suaminya yang masih sabar menghadapi Masumi.

Kemudian...

"Sudah Peter, kita sebaiknya masuk! Lebih lama berhadapan dengannya malah akan membuat kita jengkel!" ucap Maya sambil menarik lengan suaminya.

Masumi pun segera mengikuti keduanya yang masuk ke dalam apartemen.

Sampai memasuki lift dan berdiri di depan apartemen mereka...

Masumi masih berdiri di belakang mereka...

Maya bertambah kesal dibuatnya...
Maya pun berterus terang tentang perasaannya malam itu...

"Pergilah Masumi! Di antara kita sudah tidak ada urusan lagi. Aku sudah menemukan kehidupan yang baru" kata Maya lirih.

Hatinya begitu berat mengatakan semuanya di depan Peter, pria yang sangat baik padanya selama ini.

Masumi dan Peter terdiam mendengar perkataan Maya...

Wanita mungil itu mulai terisak...

"Masumi...dulu aku memang pernah mencintaimu, perasaan itu terus mengembang dan bersemayam di hatiku. Namun sekarang semuanya telah berbeda. Rasa itu sudah lama kukubur. Jadi aku mohon padamu, jangan pernah menggalinya kembali." jelas Maya tersedu.

Peter mendekap kedua pundak Maya sedih...

"Maya..." desis Peter terharu.

"Mungiiill...kau...." gumam Masumi tak kuasa menahan tangisnya.

Benarkah itu semua?
Kau sudah melupakannya?
Mungiiil...
Kau bohong kan...
Pasti kau sudah berbohong...

Suasana menjadi sunyi...
Hening...

Tak satupun yang bersuara...

Tiba-tiba!!!

Tak...tuk...tak...tuk...

Terdengar suara sepatu berjalan mengarah ke depan pintu apartemen Maya.

"Apa semuanya sudah selesai?" tanya sebuah suara wanita dari sana.

Tentu saja semuanya menoleh ke arah suara tersebut!!

"Ibu..." 

"Mrs.Carol..."

"Ayah...kalian..."

Semuanya saling berpandangan!!


*****

Cekklllllleeekkk!!!

"Masuklah!" pinta Mrs.Carol pada semua yang telah berada di depan pintu apartemen dirinya.

Eisuke dan Asa masuk terlebih dahulu. Diikuti oleh Masumi. Maya masih berdiri kaku di belakang Peter.

Peter hendak menggiringnya masuk, namun Maya menolak...

"Peter...apa kau sudah siap mendengar semua nya?" tanya Maya getir.

Peter pun melangkah ragu menatap sang istri yang sudah berlinangan airmata.

"Sayang, apa maksud perkataanmu tadi? Satu hal yang harus kau ketahui Maya: apapun kenyataan nanti yang kudengar, aku akan tetap mencintaimu sepanjang hidupku" kata Peter meyakinkan Maya.

Mendengar uraian suaminya, Maya menangis tersedu-sedu menahan kesedihan dan rasa harunya akan ketulusan Peter.

Akhirnya semua telah duduk berkumpul di sofa apartemen Maya dan Peter.

Maya menelan ludah dan menarik nafasnya berulang kali. Ketakutannya semakin menjelma di raut wajahnya yang sendu.
Satu persatu, dia pandangi orang yang berada di dekatnya saat ini...

Paman...

Pak Asa...

Mrs.Caroline...

Dan dia...Masumiii...

Juga kau...suamiku...Peter...

Tanpa terasa airmata Maya mengalir deras. Begitupun Masumi, dan Peter.

Mrs.Carol menatap ketiganya silih berganti. Ada raut kesedihan dari tatapannya.

Wanita itu mencoba bersikap bijaksana dalam hal ini...

"Baiklah, sebenarnya hari ini sudah lama kunantikan. Aku berpikir akan lebih baik jika segera diselesaikan" kata Mrs.Carol tegas.

Peter semakin bingung dengan ucapan sang ibu...

"Apa maksudnya bu? Mengapa kalian sepertinya memahami satu rahasia, sedang aku tidak..." tanya Peter penasaran.

Mrs.Carol menarik nafas panjangnya...

Kemudian Eisuke mencoba menenangkan suasana kaku di dalam ruangan tersebut.

"Caroline, sebaiknya aku yang menanyakan kepada putraku" kata Eisuke tenang.

Mrs.Carol memberi isyarat setuju dengan anggukkan kepalanya...

"Masumi, aku mengetahui semua perjalanan cinta kau dan Maya. Aku sangat hafal dengan semua peristiwa yang terjadi pada hubungan kalian selama ini. Hingga kau berbuat satu bahkan berulang kesalahan yang menyakiti hati Maya. Selama ini aku berpikir itu akan kembali, tapi ternyata tidak" jelas Eisuke sembari menatap Masumi.

Terdengar suara isakan dari Maya. Peter mendekapnya erat.

Peter pun lemas mendengar uraian Eisuke di hadapannya.

"Aku sudah menduganya!" gumamnya lesu.

Masumi menatap Maya sedih. Begitupun Maya...

"Ayah, ijinkan aku berbicara pada Maya" kata Masumi berharap.

"Tidak ada yang perlu kalian bicarakan lagi!" jawab Peter kesal.

Raut wajah pria tampan itu menjadi dingin dan api cemburu begitu membara dari sorot matanya yang tajam.

"Kau..." desis Masumi angkuh.

"DIAM!!!" teriak Eisuke marah.

"Ayah, aku hanya ingin katakan bahwa Maya sudah menjadi milikku sebelum kepergiannya dari Tokyo!" teriak Masumi memaksa.

DEG!!!DEG!!DEG!!!!!!

APA?!!!!

Sontak Peter terkejut mendengar pengakuan Masumi...

Mrs.Carol dan Eisuke hanya menelan ludah perlahan. Karena sebelumnya mereka memang sudah mengetahui itu.

Peter memandangi Maya kaku dan lirih...

"Benarkah sayang?!" tanyanya lembut.

Maya tertunduk lesu. Bibir mungilnya bergetar menahan semua kegundahan yang kini terungkap.

Wanita itu menganggukkan kepalanya lemah...

Airmatanya semakin deras mengalir...

"Maafkan aku Peter, tak berterus terang padamu sebelumnya, tapi... tapi..." Maya kembali terisak.

"Tapi Maya sudah menceritakannya padaku, Peter! Aku sudah mengetahuinya" ujar Mrs.Carol tiba-tiba menyambung uraian Maya.

Peter tentu saja shock menghadapi kenyataan yang tak dia duga sebelumnya.

Pria itu berdiri, kemudian....

BRRRUUUUKKKK!!!

Sebuah tinjuan dia arahkan ke arah Masumi...

"Aaarrrrrrggggghhh....." teriaknya puas.

"Aaaaaaaaauuuu...." jerit Masumi kesakitan.

Tentu saja semuanya kaget dan langsung berdiri melerai keduanya..

"HENTIKAN!!!" teriak Eisuke.

"Peter!!!" panggil Maya tersedu.

"Sudah Peter, jangan tambah lagi bebanmu!" kata Mrs.Carol tenang.

Maya dan Asa langsung menolong Masumi yang tersungkur ke karpet.

Peter menatap tajam ke arah Masumi...

"MASUMIII!!!" jerit Maya tiba-tiba.

Semua mengalihkan pandangan serius ke arah Masumi.

Dari hidung dan mulutnya keluar darah segar!

"Anakku" gumam Eisuke.

Masumi sempat menatap sekeliling sebelum matanya terpejam perlahan.

Brrrruuuukkk!!!!

"MASUMI!!!"

"Masumiiiiiii....." panggil Maya berulang kali.

Semua yang ada langsung sibuk mencari pertolongan. Peter, Asa dan Mrs.Carol langsung bergegas akan membawa Masumi menuju RS terdekat.

Maya menangis tersedu menggenggam jemari Masumi...

Masumiiii...
Bertahanlah...aku mohon...

Eisuke sangat shock. Di dalam mobil semuanya hening. Perjalanan mengikuti mobil ambulan yang membawa Masumi pun semakin hening dan menyedihkan.

Anakku...maafkan aku...
Kuatkanlah dirimu...

Maafkan aku membiarkan semuanya terjadi...
Aku yang bersalah...
Masumi...putraku...

Peter dan Mrs.Carol saling bertatapan sedih...

"Peter...tabahkan hatimu" ucap sang ibu.

Peter tampak tak bersemangat mendengar apapun juga. Hatinya terasa sangat sakit telah dibohongi selama ini.

Apakah aku yang salah?
Maya...
Mengapa kau tak mengatakannya?
Aku tetap akan mencintaimu...

Maya...
Istriku...
Ibu dari anak-anakku...

Mobil Eisuke yang membawa Peter dan Mrs.Carol begitu cepat melaju mengiringi ambulan.


Ngggiiiiiungg....nngggiiuuuunnggg....


Serene ambulan menerobos jalanan Tokyo yang sepi di malam itu. Keheningan malam seakan turut merasakan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kesedihan mendalam....


Kehidupan Maya dan Peter. Masumi dan Eisuke, bahkan Mrs.Carol pun akan menjadi taruhannya. Semua berdoa untuk keselamatan dan kesembuhan Masumi.


Waktu seolah lambat bergulir mengilingi mereka semua.


Waktu akan membuktikan semuanya...


Kenyataan yang sebenarnya...








***continue to -part 8-***