September 12, 2011

Miss You So Much -6-







Add caption
Pesawat yang membawa Maya, Peter dan Mrs.Carol baru saja landing di landasan Bandara Narita, Tokyo.

Setelah menunggu penumpang turun semua, barulah Peter membantu Maya menuruni tangga. Dengan sangat hati-hati pria tampan itu membawa istri tercinta.

Mrs.Carol mengikuti keduanya dari belakang. Sekejap wanita setengah baya itu sempat berhenti memandangi pemandangan di sekitar landasan tersebut.

"Hhhmmm...sudah lama sekali tempat ini tak kusinggahi" desisnya mengenang masa lalu.


Tak berapa lama mereka telah berada di dalam bandara Narita...

Peter sempat menoleh ke arah sang ibu sebelum dia menarik sebuah troli untuk segera mengambil beberapa koper di bagian pengambilan bagasi.

Sedangkan Maya dan sang mertua duduk di beberapa buah bangku di dekat informasi.

"Apa kau lelah, Maya?" tanya sang mertua perhatian padanya.

Maya menjawab sambil tersenyum manis...

"Tidak bu, mudah-mudahan aku masih kuat. Mungkin...karena aku benar-benar merindukan kota ini" ucap Maya sedikit melamun.

Mrs.Carol memperhatikan raut wajah Maya dalam. Tiba-tiba wanita itu mendekati Maya dan memeluknya!

Maya terkejut!!

Ibu...

Wanita itu mengelus rambut Maya perlahan sambil berkata:

"Maya, bila kau merindukan seseorang selain putraku....katakan lah padaku!" 

DEG!!!

Jantung Maya seperti mau copot...

Apa dia tahu sesuatu?

"Ibu..." gumam Maya tak percaya.

Mrs.Carol pun melepas dekapannya pada Maya...

Maya menunduk tak berdaya karena wanita itu mengetahui sebagian isi hatinya!

"Maafkan aku bu...bukan maksudku seperti yang ibu kira!" jawab Maya membela diri.

Namun Maya melihat bahwa raut sang mertua sama sekali tidak menunjukkan kemarahan atau dendam karena nya.

Mrs.Caroline tersenyum tulus sekali pada Maya...

Dan senyuman itu membuat airmata Maya menjadi tak terbendung lagi menahan dan menyimpan segala perasaan yang dia sembunyikan selama ini.

"Ibuuuu...." isak Maya sambil menatap Mrs.Carol pilu.

Wanita itu menggenggam jemari Maya erat...

"Aku pernah mengalaminya, Maya. Kala itu...aku..." ucapannya terputus karena kehadiran Peter.


"Ibu, Maya...mari kita pergi" ajak Peter sambil menghampiri keduanya setengah berlari.


Maya dengan cepat mengusap airmata yang tersisa di mata dan pipinya.


Begitupun sang mertua tampak sedikit gugup karena harus membuyarkan kenangan yang baru saja akan dia ungkapkan pada menantunya.


Tanpa menjawab apa-apa, Maya dan Mrs.Carol pun segera mengikuti kemana Peter membawa mereka.


Tepat di depan gerbang kedatangan, seorang pria muda melambaikan tangannya pada Peter.


"Tuan Peter" panggilnya ramah.


Mereka langsung berpelukan erat...


Mrs.Carol pun tersenyum kepada pria tersebut...


"Bagaimana kabarmu, Hiruka?" sapa Mrs.Carol ramah.


"Saya baik, bibi" sahut pria yang disapa Hiruka tadi.


Mereka bersalaman, lalu Mrs.Carol dan Peter mengenalkanku kepada tuan Hiruka.


"Ini adalah menantuku, Hiruka..." kata Mrs.Carol setengah menggandeng lenganku.


Kamipun bersalaman...


"Maya...."


"Hiruka..."


Setelah perkenalan itu, pemuda itu membawa kami dengan mobilnya ke sebuah apartemen elit Tokyo.


Sepanjang jalan Maya menatap keluar jendela. Sementara Peter dan Hiruka asyik mengobrol di jok depan.


Tanpa Maya sadari Mrs.Carol memandanginya sedari tadi. Tiba-tiba...


Wanita itu menepuk jemari Maya!
Maya pun kaget!


"Ibu...kau mengagetkanku" kata Maya meringis.


"Apa kau bahagia bisa melewati jalanan Tokyo lagi, nak?" tanya Mrs.Carol lembut.


Maya bingung harus menjawab apa. Bathinnya ingin berteriak sekerasnya : 'MASUMII, AKU PULAAAANG!!!'.


Maya menelan ludahnya berkali-kali. Kemudian dia menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan mertuanya.


"Syukurlah...aku senang mendengarnya. Maya...aku berjanji akan membuatmu bisa tersenyum kembali di kota ini" ujar Mrs.Carol sungguh-sungguh.


Maya terpelongo mendengar penuturan sang mertua...


Dan pembicaraan itu berakhir ketika Hiruka menghentikan laju mobilnya di depan sebuah parkiran apartemen mewah.


Blllaaamm!!


Mereka berbarengan keluar dari mobil...


Setelah memasuki apartemen, dan mengobrol beberapa jam, akhirnya Hiruka pun pamit. Besok dia akan mampir lagi untuk membawa Peter berjalan-jalan, janjinya sebelum meninggalkan apartemen kami.


Peter sangat antusias mendengarnya...


Maya pun merasa lelah, dia masuk ke kamar yang sudah dipersiapkan untuknya dan suami. Sedangkan Mrs.Carol juga menuju kamarnya untuk beristirahat.


Hari mulai menjelang senja...


Maya masih membaringkan tubuhnya di tempat tidur sembari menatap ke arah jendela. 


Menatap langit Tokyo yang telah lama dia tinggalkan. Tak terasa airmata itu mengalir lagi.


Aku bahagia sekali...
Aku pulang...
Apakah ada yang tahu?
Siapa yang pertama akan aku temui?
Siapa?
Rei? Mina? Sayaka? Koji?
Atau...
Masu...mi...


Tiba-tiba Maya teringat sesuatu, dia harus segera memberitahu Eisuke atas kepulangan dirinya ke Tokyo.


Wanita mungil itu meraih ponselnya, kemudian menekan satu nomor telepon yang tak lain adalah nomor rumah Masumi.


Tuuutt....tuuutt....


Kklliiikk!!


"Halo!!!" suara seorang pria menyapa Maya dari kediaman Hayami.


DEG!!DEG!!DEG!!!


Maya langsung pucat seketika mendengar suara itu. Dia sangat mengenalnya! Itu suara Masumi!


Tubuh Maya gemetar...


Segera dia menutup ponselnya!


"Oh mengapa harus dia? Mengapa aku tidak menghubungi ponsel paman saja! Bodohnya aku?!" gerutu Maya pada dirinya sendiri.


Namun tanpa Maya sadari, Peter telah memperhatikannya sebelum Maya menelepon.


Pria itu mendekati Maya yang masih memegang dadanya sembari terpejam.


"Maya, kau baik-baik saja?" sapa Peter lembut.


"HAAAHH?!!! Kauu..." Maya sedikit terkejut dibuatnya.


Peter langsung duduk disamping Maya. Pria itu mendekap Maya erat. Hanya ingin menenangkan hati sang istri...


"Sayang...." desis Peter membelai rambut Maya.


Maya menjatuhkan kepalanya di dada pria itu...


"Peter...aku sedikit gugup saat ini" aku Maya pelan.


"Aku mengerti itu. Aku tahu...kau pasti punya kenangan tersendiri di kota ini, kan?! Beritahu aku semua kenanganmu di sini ya! Agar aku bisa merasakan apa yang kau rasakan sayang" ujar Peter polos.


Maya menegakkan tubuhnya dari dekapan Peter. Dia menatap suaminya lekat. Perkataan Peter barusan mengusik rasa ingin tahunya apakah dia mau menerima permintaan Maya untuk mengunjungi Masumi nanti.


"Peter, apa kau serius ingin mengetahui kenanganku di sini?" tanya Maya memberanikan diri.


Peter menatap Maya...


Mereka saling bertatapan beberapa saat...


"Maya, semua orang pasti pernah punya masa lalu, bukan? Aku, kau dan yang lainnya pasti punya itu. Namun...bila kita sudah berkomitmen dengan seseorang, maka semua masa lalu itu tinggal kenangan. Dan itu tidak berarti apa-apa. Hanya kenangan..." jelas Peter.


Maya terhenyak mendengar uraian suaminya itu...


Hanya kenangan...???


Maya tertunduk lirih...


Wanita itu hanya tersenyum yang dipaksakan menanggapi uraian sang suami barusan...


Maya sedikit takut akan pertanyaan lainnya dari Peter. Dia takut bila sampai Peter tahu dia menghubungi siapa tadi. Walaupun Maya tidak punya niat sama sekali untuk menghubungi Masumi. Hanya kebetulan...


Ternyata Peter tak mengetahuinya. Buktinya dia langsung menawarkan makan malam di luar kepada Maya.


"Baiklah sayang, bagaimana jika kita makan malam pertama berdua saja malam ini. Dan tentunya di tempat yang pernah kau kunjungi" usul Peter riang.


"Ehh..." Maya kaget.


"Yaa...kau maukan?" tanya Peter memelas.


"Tapi...ibu..." 


"Ah...kau tenang saja, sebentar lagi juga dia sudah dijemput oleh teman-temannya" terang Peter santai.


"Maksudmu?" Maya tak mengerti.


Peterpun memegang kedua pundak Maya lembut...


"Maya, kau belum tahu banyak tentang ibuku, kan? Dia pernah menghabiskan masa kuliahnya di kota ini. Makanya dia sangat senang saat aku menawarkan untuk berkunjung ke Jepang" ujar Peter menerangkan sedikit masa lalu sang ibu.


"Benarkah?" Maya tak percaya.


"Dan paman Eisuke Hayami adalah salah satu kakak kelasnya dulu. Dan mungkin saja, ibuku punya sedikit bahkan banyak kenangan di kota ini....sama seperti dirimu, Maya" ucapnya menggoda sembari mencubit kecil dagu Maya.


Maya merengutkan bibir mungilnya manja...


"Kau ini!" balas Maya.


"Hahaha....baiklah aku bersiap dulu" tawa Peter sambil berlalu ke kamar mandi.


Maya terlihat memikirkan semua obrolannya bersama Peter tadi.


Hhhmmm....
Banyak yang belum aku ketahui tentangnya...
Mungkinkah...


*****


Waktu makan malam hampir tiba...

Peter baru saja selesai merapikan rambutnya. Sedangkan Maya tampak sibuk mencari pakaian yang akan dikenakan malam itu. Wanita mungil itu tampak menggerutu mencari pakaian yang cocok dia kenakan.

"Hhhuuuuffth...aku bingung" gumamnya.

Peter mendengar itu langsung menyahut gumaman istrinya...

"Ada apa sayang?" 

Maya tidak menjawabnya, dia masih asyik membongkar koper yang tergeletak di lantai. Melihat sang istri yang mulai tampak kecapekan, Peter-pun mendekatinya...

"Kau kenapa? Apa kau bingung mencari pakaian yang akan kau kenakan malam ini?" tanyanya perhatian.

Maya memandangi suaminya dengan wajah sendu dan sedikit kesal..

Peter membalasnya dengan senyuman, sambil membantu Maya mencari pakaian di koper tersebut.

Maya diam saja memperhatikan sang suami yang mau bersusah payah membantunya membongkar koper-koper besar itu.

Peter...aku benar-benar membutuhkanmu...
Kau terlalu baik...

Akhirnya Maya pun mengenakan pakaian yang sudah dipilihkan Peter untuknya...

"Maya, kau selalu cantik bagiku. Jadi kau tak usah bingung mencari pakaian apa yang cocok untukmu" kata Peter sambil memandangi Maya yang sedang berdiri di depan cermin.

Maya balas menatapnya melalui cermin tadi...

Mereka pun telah siap untuk makan malam...

Sebelum meninggalkan apartemennya, Peter dan Maya sempat mengetuk pintu kamar sang ibu. Namun tidak ada jawaban, Peter mencoba membuka pintu tersebut.

"Ibu, kami..." ucapan Peter terhenti ketika melihat ke sekeliling kamar tidak mendapati sang ibu.

Secarik kertas tergeletak begitu saja di meja riasnya...


Anak-anakku....
Peter dan Maya tersayang...

Ibu ada janji makan malam dengan teman lama..
 kalian tidak usah khawatir...
Besok pagi kita akan sarapan bersama kembali...
Nikmatilah malam kalian di kota ini berdua yaa...
Selamat bersenang-senang...

salam hangat
- ibu -


Tanpa banyak komentar, Maya dan Peter segera meninggalkan apartemen mereka. Peter merasa tenang bila ibunya pergi dengan meninggalkan pesan atau note kecil.

Dengan menggandeng Maya mesra, pria tampan itu memanggil sebuah taksi. Tak berapa lama mereka sudah tampak berada di dalam taksi tersebut.

Maya menyebutkan nama sebuah restoran kepada sang supir taksi. Tentunya restoran yang paling Maya hafal dan ingat dahulu.

Hanya butuh waktu 15 menit, taksi itu telah berada tepat di samping restorang yang Maya sebut sebelumnya.

"Trimakasih banyak, pak" kata supir itu ketika Peter memberinya biaya melebihi hitungan argo yang tertera.

Maya berdiri memandangi restoran itu perlahan. Dia mengelilingi bangunan itu dengan kedua matanya.

Sorot mata itu sedikit menerawang menatapnya...

Entah mengapa Maya merasa beberapa bayangan terbersit begitu saja dalam benaknya. Sementara kakinya mengikuti genggaman erat sang suami yang membawanya memasuki restoran itu.

"Maya...ada apa?" tanya Peter bingung dengan reaksi Maya yang sedikit melambatkan langkahnya.

Maya menggelengkan kepalanya. Peter pun menggandeng tangan Maya erat dan meneruskan langkahnya.

TING...TONG....!!!

Suara bel restoran di setiap tamu yang datang...

Peter mulai mencari tempat dimana mereka duduk. Karena suasana malam itu lumayan agak ramai oleh pelanggan.

Maya mengikuti saja kemana arah langkah kaki Peter membawanya...

Tepat di dekat sebuah jendela, Peter menyuruh Maya duduk...

"Nah, sayang...kita dapat tempat yang cocok bukan?" kata Peter senang.

Maya pun tersenyum mengiyakan ucapan suaminya...

Wanita itu juga tempat yang Peter carikan untuk mereka makan malam saat itu.

Seorang pramusaji menghampiri mereka untuk menanyakan menu yang akan mereka pesan.

Setelah memesan menu, Peter pergi untuk ke toilet...

"Sayang, aku ke toilet sebentar" katanya berbisik pada Maya.

"Baiklah..." jawab Maya.

Sepeninggal Peter, Maya kembali memandang keluar jendela. Dari kaca tersebut dia bisa melihat keadaan di luar restoran yang mulai ramai karena waktu makan malam telah tiba.

Mobil yang berlalu lalang dan cuaca yang sedikit agak dingin membuat orang berusaha mencari tempat untuk menghangatkan diri.  Jadi mereka mencari restoran yang masih kosong dan enggan untuk berada di teras restoran atau lesehan semacamnya.

Maya mengetatkan kerah jaketnya karena kedinginan. Kemudian dia menoleh ke arah toilet berada, mengharapkan suaminya segera muncul dari sana.

Namun...

Seseorang terlihat baru saja keluar dari toilet tersebut. Diikuti Peter yang juga keluar dari jalan yang sama.

Orang itu melihat sekeliling dan...

"Maya....!!!" desisnya.

Mereka saling berpandangan kaget!

MASUMIII...!!!

Maya terdiam dan kaku menatap lurus ke arah pria yang sangat dia kenal, yang saat ini berdiri tak jauh dari suaminya Peter.

Melihat orang di depannya tak bergeming, Peter mencoba mencari jalan lain.

"Maaf tuan, saya mau lewat" tegurnya pada Masumi.

Namun Masumi masih saja berdiri kaku menatap ke arah meja Maya.

Hingga Peter melewati Masumi begitu saja dan sedikit membuat Masumi tersungkur. Namun dia masih berusaha menatap ke arah Maya dan tak menghiraukan tubuhnya yang telah mengganggu orang lain yang akan masuk ataupun keluar dari toilet restoran tersebut.

"Orang aneh" desis Peter sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kepada Masumi.

Dia pun kembali ke mejanya dan mendapati Maya yang tengah terdiam menatap ke arah Masumi.

Sontak Peter menoleh mengikuti arah tatapan istrinya!!

Beberapa kali dia memandang keduanya bergantian untuk memastikan bahwa istrinya dan orang tadi sedang saling menatap.

Dan tentu saja hati Peter mengetahui bahwa itu benar!

Maya....
Apakah mereka saling kenal?
Mengapa terasa sakit di dadaku?
Maya...

Peter terduduk dan membiarkan keduanya saling tatap. Pria tampan itu melayangkan pandangannya ke luar jendela.

Hatinya sangat pedih malam ini...

Pria itu meneguk segelas air putih yang telah disajikan di meja tersebut.

Mendengar suara dentingan gelas dan pot bunga kecil yang ada di atas meja mereka, Maya pun tersadar bahwa suaminya telah ada beberapa saat yang lalu di sana.

Wanita itu segera menyapa Peter grogi...

"Ah...eh...Peter, kau sudah lama?" 

Peter menoleh ke arah Maya dan tersenyum...

"Baru saja, sayang" ucapnya lesu.

Maya pun merasa bersalah karenanya. Dia menarik jemari Peter yang baru saja menaruh gelasnya.

Peter menatap Maya lirih...

Maya menelan ludahnya kikuk....

"Kau mengenalnya?" tanya Peter tiba-tiba mengejutkan Maya.

"Ehh...siapa?" 

Peter ingin menunjukkan orang yang sedari tadi berdiri memperhatikan istrinya pada Maya.

"Orang i...." ucapnya terhenti karena kini orang tadi telah berdiri tepat di depan meja makan mereka.

DEG!!!

"Kau..." desis Peter menatap Masumi.

Maya lemas menghadapi suasana malam itu. Dia tak pernah menyangka akan bertemu Masumi di saat seperti ini.

Maya tertunduk bingung...

Masumi menjulurkan tangannya pada Peter di depan Maya. Maya melihat ke arah keduanya.

Dua orang lelaki yang ada di hatinya...

"Masumi..." ucap Masumi kepada Peter.

"Peter" balas Peter ramah.

Karena Maya diam saja, akhirnya Peter pun berdiri dan berpindah duduk di samping Maya. Kemudian...

"Silahkan duduk, dan kita makan malam bersama, bagaimana tuan Masumi?" ajak nya sopan.

Tanpa ragu, Masumi pun duduk di depan keduanya...

Maya bertambah kikuk dibuatnya...

GILAAA...
Mengapa malah seperti ini?
Bagaimana ini?
Peter....
Apa yang kau lakukan?

Melihat Maya yang masih juga terdiam. Peter tambah merasa yakin bahwa diantara keduanya memang pernah ada 'kenangan' yang terlalu sulit untuk dilupakan.

Mungkinkan dia orangnya, sayang?
Pria yang selalu ada dalam hatimu?
Dan karena dia pula kau menikahiku?
Untuk bisa melupakannya?

Maya...

Karena merasa tidak nyaman, tiba-tiba...

"Aku ingin pulang!" kata Maya sambil berdiri dan berlalu meninggalkan meja mereka.

"Mungiill!!!" cegah Masumi begitu saja.

"Mungiil?" gumam Peter tatkala mendengar Masumi mencegah kepergian Maya.

BLLAAAAAAM!!!

Maya keluar dari restoran itu. Masumi mengikutinya begitu pun Peter....

Maya terus melangkah menjauhi restoran...

"MUNGIIILLL!!!" teriak Masumi akhirnya.

Maya pun berhenti kemudian menghadap ke arah Masumi...

Menatap tajam pada pria di hadapannya tersebut...

Tak lama Peter datang dan berdiri di samping Maya...

"Maya, mengapa kau seperti ini?" tanya Peter khawatir.

Maya masih menatap tajam Masumi..

Peter mencoba menyenggol lengan istrinya karena merasa tidak sopan pada Masumi.

Kemudian Masumi bertanya:

"Apakah dia suamimu?" tanya Masumi pilu.

Peter langsung tercengang dengan pertanyaan Masumi...

"Ah...Masumi, maaf sebelumnya jika Maya tidak mengundangmu" ujar Peter polos.

Dan itu membuat Maya murka...

"PETER!! KAU TIDAK PERLU MENJELASKAN APA-APA PADANYA!!!" kata Maya dengan suara yang tegas.

Masumi menatap Maya sedih...

Lalu...

"Kau...tidak pernah memaafkanku?" tanya Masumi terisak.

Melihat Masumi yang terisak, Peter pun semakin bingung untuk melerai keduanya.

Apa-apaan ini?
Apa mereka tidak melihatku?

Dengan cepat Peter mengambil langkah tegas untuk mengakhiri pertengkaran Maya dan Masumi.

"Maaf tuan Masumi, kami harus segera kembali" ucapnya sambil menggandeng tangan Maya.

Maya tak membantahnya...

Peter pun menyetop sebuah taksi yang lewat...

BLLLAAAAM!!

Keduanya berlalu meninggalkan Masumi yang masih shock berdiri di jalanan tersebut.

Tatapannya terus mengikuti arah taksi itu pergi. Dan tanpa pikir panjang, dia menyetop taksi untuk membawanya membuntuti taksi yang ditumpangi oleh Maya dan Peter.

Pria tampan itu begitu terlihat murung...
Masumi sungguh tak menyangka...

Mungiiiilll...kau benar-benar!!!
Mengapa kau kembali?
Mengapa?

Peter...
Dia suamimu?
Benahkah semua itu?
Bagaimana mungkin itu bisa terjadi...


Berita itu benar...
Berita itu benar adanya!!!!
Tidak...
Aku harus bagaimana?


Itu berarti kaliann...
Kau sedang mengandung anaknya, mungiiil?
Kau mengandung anaknya!
Mungiiil...mengapa?
Mengapa?


MENGAPAAA???!!!!


Sementara taksi itu membawa Masumi terus mengikuti kemana arah taksi yang ditumpangi oleh Maya dan Peter....








***continue to -part 7-***








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Frens, pliz comment in here...