Agustus 25, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 15-








Apartemen Maya...


Malam ini adalah malam pertama Maya menginap di apartemennya sejak peristiwa kecelakaan tersebut.


Tampak gadis mungil itu sedang melamun di balkon sambil memandangi sejuta bintang di angkasa malam yang begitu indah.


Pikirannya kembali pada saat-saat ketika dirinya masih berada di kediaman Hayami. Ada kesedihan menyelimuti hatinya. Ada rindu yang mulai menganga dalam relung hatinya kini...


Paman...


Pak Masumi...


Kalian benar-benar orang-orang yang hangat...


Trimakasih...trimakasih...telah merawatku...


Perlahan airmata membasahi pipi putihnya...
Maya mengusapnya pelan...


Setelah itu pikirannya melayang pada sosok pria yang pernah mengisi hatinya...KOJI!!
Pria itu akan segera melangsungkan pertunangannya sebentar lagi.


Koji...sedang apa kau saat ini?
Apa kau masih mengingatku?
Aku hanya bisa mendoakanmu..
Semoga kau bahagia bersamanya...


Koji...aku sudah merelakanmu...
Semuanya telah kukubur...
Biarlah waktu yang akan membuktikan..
Membuktikan ketulusan cinta ...


Maya kembali mengusap airmata yang membasahi pipinya. Wajahnya terlihat lebih segar setelah dia menangis malam itu..


Namun setelah itu dia masih saja melamun...
Kali ini Masumi hadir dalam pikirannya. Entah mengapa pipi gadis mungil itu sedikit memerah mengingat pria yang 11 tahun di atasnya tersebut.


Maya mulai tersenyum simpul mengenang Masumi...


Ada kebahagiaan dari sorot matanya...


Pak Masumi...
Aku mulai merindukanmu sekarang...
Padahal baru sore tadi anda mengantarku...
Mengapa aku seperti ini...?


Bagaimana aku mengatasi perasaan ini?
Apa harus aku utarakan padanya?
Bahwa rindu ini bermuara pada dirinya?
Bahwa saat ini aku begitu ingin bertemu..
Ingin bertemu lagi...


Maya semakin merasa dirinya sedang mabuk kepayang. Seluruh angannya semua dipenuhi oleh bayangan Masumi..


Tiba-tiba...


Ting...tong...


Suara bel apartemen Maya berbunyi...


Maya sontak terkejut mendengarnya...


Maya pun segera menuju pintu untuk melihat siapa tamu yang malam-malam begini berani mengunjunginya...


Cekklleeek!!


Gadis mungil itu berdiri kaku tak bergeming...


Pipinya dan sekujur tubuhnya memanas karena kehadiran Masumi!


Pak Masumiii...


"Malam, mungiil...apa aku mengganggumu?" sapa Masumi hangat.


Maya masih diam dan membisu, kemudian...


Tiba-tiba...


Maya berjalan dan MENDEKAP MASUMI!!!


Mungiiilll...


Masumi pun kaget dengan dekapan gadis mungil tersebut...


Dia pun membalas dekapan Maya erat...


Kemudian kata-kata indah itu keluar begitu saja dari bibir kecil Maya:


"Pak Masumiii...aku...merindukanmu" 


Tentu saja Masumi bengong tak percaya dengan apa yang didengarnya...


"Maya..." desis Masumi.


Mereka pun menghabiskan malam di apartemen Maya dengan bersenda gurau sembari menikmati cemilan yang dibawa Masumi di bawah sinar bintang-bintang dan rembulan malam itu..


Gelak tawa menghiasi apartemen Maya. Semuanya serasa damai dan tentram. Cinta di antara keduanya mulai bersemi seiring malam yang bertambah indah dan syahdu.


*****

Beberapa malam telah berlalu...

Pertunangan Koji pun tiba...

Maya dan Masumi janjian untuk pergi bersama. Masumi menjemput Maya di apartemennya. Masumi sangat terpesona melihat gadis mungilnya mengenakan sebuah gaun sederhana berwarna biru namun tampak sangat elegan.

Mungiiill...

Tangannya langsung menjulur pada gadis itu dengan badan yang sedikit dibungkukkan.

Pak Masumii...

"Genggam jemariku!" ucap Masumi setengah berbisik di telinga Maya.


Maya membalasnya dengan senyuman dan jemari yang segera meraih uluran tangan Masumi.


Keduanya pun berlalu meninggalkan apartemen Maya menuju pesta pertunangan Koji dan Ayumi yang diadakan di sebuah hotel berbintang lima di Tokyo.


*****

Sementara itu di hotel tempat pertunangan Koji...

Semua keluarga sudah berkumpul. Tampak bu Utako dan pak Himekawa sudah siap, begitupun ibunda Koji. Yang belum tampak hanya Ayumi dan Koji. 

Saat ini Ayumi sedang dirias di satu kamar hotel tersebut. Begitupun Koji.

Setelah selesai, Ayumi pun turun ke sebuah aula tempat pertunangannya di dampingi kedua orang tuanya.

Kini semua keluarga telah berkumpul, yang tertinggal hanya Koji. Pemuda tampan itu belum juga turun dan menampakkan batang hidungnya di acara tersebut.

Para tamu undangan sudah mulai berdatangan...

Tak terkecuali Maya dan Masumi...

Mereka baru saja memasuki aula hotel. Namun entah mengapa hampir semua mata tertuju pada mereka. 

Mereka berbisik tentang kebersamaan Maya dan Masumi malam itu yang tampak begitu serasi.

Maya pun sedikit gelisah dengan tatapan dan bisik-bisik mereka. Masumi mencoba menenangkannya...

"Kau tenang saja, mungiil. Aku ada di sampingmu kan?" ucap Masumi santai.

Maya hanya mengangguk terdiam...

Gadis mungil itu menggiring Masumi menuju tempat berdirinya keluarga Himekawa dan ibunda Koji.

Dengan membungkuk hormat Maya dan Masumi memberi salam pada mereka. Bu Utako dan pak Himekawa menyambutnya dengan ramah. Begitupun ibunda Koji.

Tapi berbeda dengan Ayumi, dia hanya tersenyum tipis. Lalu diapun terlihat celingak-celinguk menatap ke arah pintu masuk.

Maya tahu bahwa saat ini, Ayumi sedang resah menanti kehadiran Koji. Dengan meremas jemarinya sendiri dan bibir yang digigit tipis, gadis cantik itu mondar-mandir.

Maya mencoba menghampirinya...

Sedang Masumi mulai asyik mengobrol dengan keluarga Himekawa..

"Ayumi, apa Koji belum datang?" sapa Maya pelan.

Ayumi langsung menatap kehadiran Maya di dekatnya dengan tatapan tajam.

Maya sedikit kaget dibuatnya..

Ayumii...

Kemudian gadis cantik itu mencibirkan bibirnya pada Maya dan berkata:

"Apa sekarang kau bahagia, Maya?" 

Maya bingung dengan pertanyaan Ayumi...

"Bahagia? Apa maksudmu, Ayumi?" Maya bertanya balik.

Maya semakin kaget dengan tatapan Ayumi yang begitu singit padanya. Lalu gadis itu tiba-tiba menarik lengan Maya dan membawanya ke sebuah tempat di luar aula.

Masumi tentu saja memperhatikan kemana Ayumi membawa Maya. Perlahan dia mengikuti mereka.

BUUUKK!!!

Tubuh mungil Maya dihempaskan ke dinding. Maya pun merintih kesakitan...

"Aauuuww...Ayumii...ada apa denganmu?!" bentak Maya heran.

Ayumi masih melihatnya sinis...

Lalu tangan Ayumi mengayun ke arah Maya...

"Kaauuu!!!" desis Ayumi ambil mengayunkan tangannya ke arah wajah Maya.

Hampir saja...

Untung Masumi segera mendapati mereka dan menghalangi tamparan Ayumi tadi...

"AYUMII!!!" bentak Masumi.

Ayumi kaget melihat Masumi berada diantara mereka..

Pak Masumi...

"Ada apa denganmu? HAAHH!!??" teriak Masumi marah.

Ayumi hanya melengos meninggalkan mereka begitu saja tanpa menatap wajah Masumi sedikit pun.

Masumi sempat memandangi kepergiannya. Kemudian dia langsung menatap Maya cemas.

"Mungiil, apa kau baik-baik saja?" 

Maya tertunduk lesu...

Masumi memegang kedua pundak gadis mungil itu untuk membuatnya tenang.

"Mungiil...mari kita masuk ke dalam. Karena Koji sudah hadir beberapa menit yang lalu" ucap Masumi.

Mendengar berita kehadiran Koji tadi, Maya langsung melangkah masuk menuju aula tersebut.

Masumi melihatnya lirih...

Mungiiiilll.....

Maya melangkah perlahan, semakin lama semakin mendekati tempat berdirinya Ayumi dan Koji...

Melihat kehadiran Maya, Koji langsung terkesima menghentikan obrolannya bersama Ayumi dan keluarganya.

Maya...

Koji...

Keduanya sempat saling pandang dari jarak yang hanya beberapa meter saja. Tentu itu menjadi pusat perhatian para tamu yang hadir.

Perlahan kaki Koji melangkah menghampiri Maya. Ayumi pun mengikuti Koji khawatir. Tangan gadis cantik itu langsung menggandeng lengan Koji erat.

Maya masih berdiri kaku menatap Koji yang semakin dekat di hadapannya. Masumi pun tak mau membiarkan itu terjadi. Dia pun mendekati Maya dan memegang kedua pundak gadis mungil itu dari belakang.

"Maya" sapa Koji begitu tiba di hadapan Maya.

Maya masih menatapnya kaku...

"Aku senang kau sudah pulih" ucap Koji lagi.

Maya memberanikan diri menjawabnya...

"Ya, aku sudah baik-baik saja seperti yang kau lihat!" balas Maya.

Baik Masumi dan Ayumi hanya mendengarkan percakapan antara Maya dan Koji. Mereka bingung dengan itu...

"Maya, aku senang mendengarnya. Dan...trimakasih...kau...mau..
hadir...di sini" kata Koji dengan tatapan lesu.

Maya mencoba menarik nafas panjangnya...

"Iya...trimakasih juga atas...undanganmu Koji!" jawab Maya.

"Maya...aku...ingin bicara...berdua...saja denganmu" ajak Koji.

Tampak Ayumi mengeratkan gandengan tangannya pada pemuda itu. Dengan wajah kesalnya, dia pun berusaha menggiring Koji menjauh dari tempat Maya berdiri.

Tapi sayang Koji bersikeras tetap di hadapan Maya. Masumi pun tak suka dengan situasi ini. Dia mencoba memberi masukan pada Koji.

"Koji, pertunangan akan segera dimulai, kembalilah!" kata Masumi mencoba bijaksana.

Padahal hati pria tampan itu sudah sangat ingin melayangkan tinjunya pada pemuda tersebut.

DASAR!!!

Koji pun dengan terpaksa mengikuti saran Masumi. Dia membalikkan tubuhnya berjalan menuju tempat semestinya.

Maya hanya memandanginya kasihan...

Koji...aku tahu isi hatimu...
Tapi semuanya sudah terlambat...
Terlambat...

Maya mencoba menahan airmata dari pelupuk matanya. Dia tidak ingin mengenang lebih dalam tentang pemuda itu. Diapun tak ingin menyakiti perasaan Masumi. Pria yang kini mengisi hatinya!

Selang beberapa menit...

Pertunangan pun dimulai...

DEG!!!

Tampak Koji menyematkan cincin indah di jemari Ayumi...

Ayumi terlihat sangat bahagia, sedang Koji hanya tersenyum yang dipaksakan.

Bergantian Ayumi menyematkan cincin yang satunya di jemari Koji.

Serentak para tamu pun bertepuk tangan meriah dan bahagia...

Pertunangan berjalan sukses...

Para tamu dipersilahkan mencicipi hidangan yang telah disediakan...

Masumi pun segera menggandeng lengan Maya menuju ke sebuah tempat untuk mencicipi satu menu.

Masumi dapat merasakan ada sedikit kesedihan dari sorot mata Maya. Dan Masumi pasti cemburu...

"Mungiill, aku tidak suka melihat raut wajah sedihmu" bisik Masumi lembut.

Maya merasa malu bahwa perasaannya diketahui oleh Masumi. Dia pun segera menarik mesra lengan Masumi.

"Pak Masumi...aku...tidak...sedih" balas Maya.

Kemudian Masumi menatap Maya dalam. Kini mereka berdiri berhadapan dan saling pandang.

Maya berdiri membelakangi para tamu undangan lain. Masumi melihat Koji sedang berjalan ke arah mereka. Tentu saja ini dijadikan kesempatan yang baik olehnya untuk membuktikan bahwa gadis mungil di hadapannya saat ini adalah miliknya.

CUUUUPP!!!

Tiba-tiba Masumi mendaratkan kecupannya di bibir Maya...

Maya kaget setengah mati...

Pak Masumi

Begitupun Koji langsung menghentikan langkahnya dan berdiri kaku di depan keduanya.

Maya...pak Masumi...
Kalian...benar-benar...

Seketika itu juga Masumi menyapa Koji...

"Ah Koji, maaf...kami" ujar Masumi pura-pura.

Maya pun langsung berbalik dan melihat wajah sedih Koji..

Hatinya sangat ingin menjelaskan pada pemuda itu, namun dia mengurungkan niatnya tersebut.

Maya hanya diam menatap Koji...

Karena merasa tidak nyaman, akhirnya Koji menjauh dari tempat Maya dan Masumi..

Melihat itu Maya langsung mencubit kecil pinggang Masumi...

"Pak Masumiii..." desis Maya.

Masumi menyurukkan wajahnya pada Maya sambil tersenyum bahagia dan puas.

"Mungiil, aku bahagia sekali" ucapnya santai.

Melihat raut gembira dari wajah Masumi, Maya pun luluh...


"Pak Masumii..." gumam Maya sambil memukul-mukul dada bidang pria itu.


Malam telah larut...


Maya dan Masumi pun pamit meninggalkan acara pertunangan Koji.


Dengan tatapan pilu pemuda yang baru saja bertunangan itu memandangi kepergian keduanya.


Maya...selamat tinggal...
Aku akan tetap mencintaimu...


*****

Mobil Masumi tiba di depan apartemen Maya...

Keduanya langsung berjalan masuk ke apartemen. Selama itu pula tangan Masumi menggenggam erat jemari Maya. Maya merasa sangat bahagia dibuatnya.

Tepat di depan pintu apartemen Maya, Maya mengeluarkan kunci dari tas kecilnya.

Dia membuka pintu itu...

"Pak Masumi, trimakasih sudah mengantarku" ucap Maya tersipu-sipu. Karena sedari tadi Masumi tak berpaling menatapnya.

Perlahan Masumi melangkah masuk dan tentu saja secara tak sengaja membuat Maya melangkah mundur dan...

Buuukk!!!

Maya terduduk di sofa tamu apartemennya...

Masumi pun duduk di sebelah gadis mungil itu...

Matanya begitu dalam menatap Maya. Maya semakin merona karenanya...

"Pak Masumiiii..." desis Maya lembut.

"Mungiilll...." balas Masumi menahan gejolak nya pada Maya.

Kemudian...

Cuuuuppp!!!

Masumi mendaratkan kembali bibirnya di bibir gadis mungil tersebut..

Kali ini Maya membalasnya hangat...

"Hhhmmm..." gumam Maya.

Keduanya pun melepaskan segala hasrat yang selama ini terbentur beberapa rintangan.

Masumi sangat bahagia bisa merasakan kehangatan cinta Maya. Kini dia yakin bahwa perjuangannya mendapatkan cinta gadis itu bersambut.

Masumi pun sangat yakin bahwa kini gadis mungil itu benar-benar mencintainya...

Maka seluruh jiwa raga akan dia pertaruhkan untuk mempertahankan ikatan cintanya bersama Maya.

Begitupun Maya tampak berbunga-bunga menerima uluran cinta sang direktur muda nan tampan tersebut. Merasakan betapa pria di hadapannya sangat mencintai dirinya.

"Pak Masumi...aku...mencintaimu" bisik Maya.

Masumi pun mendekap Maya erat...

"Aku pun...sangat mencintaimu, sayang" balas Masumi lembut.

Trimakasih...mungil...

Pria itu semakin mengeratkan dekapannya pada Maya...

Tak berapa lama sejak pertunangan Koji, akhirnya Masumi pun melamar Maya untuk menikah dengan gadis mungil itu.

Tepat 6 bulan setelah malam itu...





***the end***

Agustus 19, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 14-







Kini Maya dan Masumi berada dalam satu mobil...


Mesin mobil baru saja dijalankan menuju ke arah kediaman Hayami..


Tanpa sadar Maya masih menggandeng tangan Masumi. Wajahnya terlihat begitu kesal dan marah...


Gadis mungil itu masih memikirkan Koji!


Masumi menatapnya pilu. Hati pria tampan itu kini mulai memahami bahwa gadis mungilnya masih sangat mencintai pemuda tadi.


Mungiil...sampai kapan kau begini?
Membiarkan ku hanya menatapmu?
Aku tidak ingin sebagai pelarianmu...
Aku tidak akan menerimanya...


"Mungiil...sepertinya tanganku gatal..." ucap Masumi menyadarkan Maya yang masih menggandengnya.


Mendengar ucapan Masumi, sontak Maya langsung menghempaskan tangan pria itu, tanpa berpaling...


"Ahh...ma...maaf...aku..." ujar Maya gugup sambil menggigit bibirnya pelan.


Masumi pun merasa lelah...
Dia menyandarkan tubuhnya di jok mobil tersebut...


Maya menoleh ke arah pria itu...


Pria tampan itu sedang memejamkan matanya. Beribu cara sepertinya dia tahan untuk bisa tetap bersabar dan mengerti perasaan gadis mungil di sampingnya.


Maya merasa bersalah, karena memperlakukan Masumi seperti itu di depan Koji. Maya yakin pasti Masumi sangat tersinggung dengan sikapnya itu...


"Pak Masumi..." panggil Maya pelan.


Masumi hanya berdehem menjawab...


"Hhmmm..." 


Maya semakin kikuk dengan jawaban Masumi...
Dia merasa tidak tenang. Sambil meremas kedua jemarinya, Maya memandang keluar jendela resah.


Masumi mengintip Maya dengan membuka matanya sedikit. Senyum kecil tersungging dari bibirnya...


Maya mencoba memanggil Masumi kembali. Buru-buru Masumi memejamkan matanya...


"Pak Masumi...maafkan...aku...tadi itu bukan maksudku...membuatmu kesal" kata Maya ragu.


Masumi pun membuka matanya dan menatap Maya yang masih menunggu jawaban darinya..


"Pak Masumii..." panggil Maya lagi.


Masumi tertunduk dan menghela nafas panjangnya sebelum menjawab...


"Mungil...aku hanya ingin...kau mengerti satu hal..." ucap Masumi terhenti.


"Satu hal? Maksud anda?" tanya Maya tak mengerti.


"Mungil, mulai saat ini...aku akan mengijinkanmu...untuk kembali ke apartemenmu" ujar Masumi kemudian.


Maya terkejut dengan pernyataan dari Masumi tadi. Dia tak menyangka kalau pak Masumi akan mengatakan itu.


"Dan satu hal yang harus kau tahu adalah...aku tidak ingin kau jadikan...sebagai pelarian dari hancurnya hatimu" kata Masumi dingin.


Wajah pria itu mulai kaku dan guratan kecewa jelas terlihat darinya. Entah apa yang ada dalam pikirannya hingga dia bisa mengatakan itu pada Maya.


Sepertinya Masumi mulai hilang kesabaran...


Maya menatap Masumi sedih. Kini gadis mungil itu seperti ditampar...tersadar bahwa dia telah berlaku tidak adil pada Masumi..


Perlahan tangan Maya meraih jemari Masumi...


Masumi terkesima dengan itu...


Mungiill.......


"Pak Masumi...sekali lagi aku mohon maafkan...aku. Aku...aku...sangat takut...membuatmu...kecewa" ucap Maya memelas. Airmata jelas terbendung di pelupuk mata Maya.


Mereka saling bertatapan...


"Mungiill...." desis Masumi iba.


Pria itu luluh dengan airmata tersebut. Begitu lembut dia mengusap pipi Maya.


"Jangan menangis lagi, mungiiil" ucap Masumi perhatian.


Maya terus saja menatap Masumi. Tatapan itu begitu membuat Masumi tak berdaya. Jantungnya berdebar kencang!


Mungiiil...


Kemudian akhirnya Masumi pun menarik gadis mungil itu ke dalam dekapannya...


Sambil membelai rambut Maya, Masumi berbisik:


"Tidak, kau tidak boleh pergi dari rumahku. Tetaplah...di sana sampai....kau bisa...membuka hatimu...untukku" ujar Masumi lirih.


Mendengar ungkapan tulus Masumi, Maya pun terisak menangis di dada pria tampan itu.


Maya sadar bahwa selama ini pria itulah yang selalu membuatnya tenang. Membantunya tanpa pamrih dan menjaga dirinya selama sakit.


Pak Masumii...

"Maafkan aku...aku berjanji...mulai sekarang...akan menjalani...hidupku...bersamamu...." ucapan itu keluar begitu saja dari bibirnya.


"Mungiil..." desis Masumi sembari mengeratkan dekapannya pada gadis mungil itu.


Dekapan itu begitu lama...


*****


Mobil Masumi baru saja tiba di depan teras kediaman Hayami. Maya hendak turun, namun entah mengapa tubuhnya langsung terjatuh lemah tak berdaya. Masumi pun berusaha menahan jatuhnya Maya.


Masumi membopong Maya ke dalam, tampak Eisuke dan Asa telah menanti mereka di ruang tamu.


Dengan wajah yang cemas, Eisuke bertanya pada Masumi...


"Apa dia baik-baik saja?" 


Masumi hanya mengangguk dan terus melangkah membawa Maya menuju kamarnya.


Blllaaammm!!!


Masumi meletakkan Maya di tempat tidurnya...


"Istirahatlah! Aku mohon jangan pergi lagi.......aku....sangat mengkhawatirkan dirimu" ujar Masumi memelas.


Maya menatap pria tampan di hadapannya dan mengiyakan nya dengan senyuman juga anggukkan kepalanya.


Masumi pun pergi meninggalkan Maya...


Blllaaammm...


Kini Maya tinggal sendiri di kamar besar itu. Sepertinya gadis mungil itu tak bisa memejamkan matanya.


Perlahan dia mulai meraba-raba dinding untuk berjalan menuju balkon...


Maya menghempaskan tubuhnya di sofa balkon tersebut...


Sambil memandangi angkasa yang bertaburan bintang dan disinari rembulan malam itu...


Kembali gadis itu merenungi semua yang telah terjadi antara dirinya, Koji, Ayumi dan juga Masumi...


"Apakah semuanya memang harus seperti ini? Tuhan...bila ini takdirku...bila aku harus melepaskannya....aku akan melakukannya"


"Aku tahu, KAU sudah mengirimiku seseorang yang sangat menyayangiku.....merawatku....sampai pulih seperti sekarang ini..."


"Pak Masumii...trimakasih" 


Gadis itu terus bergumam sendiri di malam penuh bintang itu. Entah berapa lama dia seperti itu, yang jelas itu sedikit membuatnya tenang dan nyaman.


*****


Waktu berlalu begitu cepat...

Tak terasa sudah 3 minggu sejak peristiwa itu. Dan selama itu pula Koji berusaha menjelaskan dan penasaran dengan perasaan Maya.

Namun sayang, perlahan Maya mulai melupakan dan ingin menghilangkan asa-nya pada pemuda tersebut.

Mendengar kepulihan Maya, para sahabat dan sang pelatihpun mulai berkomunikasi baik dengannya.

Pelatih meminta Maya untuk datang ke tempat latihan. Untuk tahap awal, pelatih ingin Maya mulai mengingat tentang tempat tersebut. Membangkitkan kembali semangat gadis mungil itu dan melihat teman-teman lainnya yang sedang berlatih.

Maya pun menceritakan itu kepada Masumi. Masumi menyetujuinya dengan syarat, bahwa Masumilah yang akan mengantar dan menjemputnya.

Maya pun senang mendengar itu dari Masumi...


"Baiklah...aku akan menurutinya" kata Maya berterimakasih.


Mereka pun hampir setiap hari pergi pulang bersama. Itu membuat Koji cemburu. Tapi apa boleh buat, Maya benar-benar tidak ingin menggubris rasa cemburu itu.


Akhirnya...tanpa diduga...


Pagi itu seluruh anggota teater mendapat sebuah undangan...


Undangan itu dari Koji dan Ayumi yang akan melangsungkan pertunangan mereka di akhir minggu berikutnya.


Maya menghela nafasnya....mendengar berita itu....


Ada kesedihan dari matanya...


Namun gadis mungil itu begitu pandai menyembunyikannya dari siapapun...


Kemudian....


Masumi datang menjemputnya seperti biasa...


"Mungiill...apa kita bisa pulang sekarang?" tanya Masumi menghampiri Maya.


Maya tersenyum mengetahui kedatangan Masumi...


"Iya, pak Masumi...." jawabnya pelan.


Mereka berjalan keluar tempat latihan, berjalan terus menuruni tangga dan menuju tempat parkiran.


Tidak satupun kata yang terucap dari keduanya...


Masumi tidak ingin mengganggu kesedihan Maya. Dia terus mengamati wajah gadis mungil tersebut.


Dan kini mereka telah duduk berdampingan di dalam mobil...


Maya masih diam...


Masumi mencoba memecah kesunyian dengan bertanya dan mengajak Maya ngobrol...


"Mungiil...bagaimana jika kita bersama ke sebuah tempat?" usul Masumi.


Maya menggangguk menyetujuinya...


Masumi pun membelokkan mobilnya dari jalanan Tokyo menuju luar kota...


Menyusuri keindahan malam di bawah sinar bulan yang terang, mobil itu terus melaju di kawasan sebuah pantai...


Sampai Masumi menghentikan mesin mobilnya dan mengajak Maya untuk keluar dan menikmati malam di pantai tersebut.


Tanpa membantah, Maya pun mengikuti Masumi...


Kini mereka duduk di pasir yang begitu lembut...


Maya melipat kedua kakinya dengan tangan yang dilingkarkan di kedua lututnya...


Masumi memandangi gadis mungil itu dalam...


Maya menatap lurus ke depan...memandangi lautan yang begitu indah walau dalam kegelapan...


"Mungiill, apa kau baik-baik saja?" tanya Masumi khawatir.


Maya menoleh ke arah Masumi. Maya tersenyum begitu manis terhadapnya...


DEG!!DEG!!!


Jantung Masumi berdebar kencang. Begitu pun Maya mulai merasakan pipinya panas karena tatapan Masumi padanya.


Masumi menggeser duduknya lebih dekat lagi dengan Maya...


Maya masih menatap Masumi tak mengerti...


"Pak Masumi...anda?" desis Maya ragu.


"Mungiil..." 


Maya menunduk malu, kemudian dia bertanya sesuatu pada Masumi..


"Pak Masumi, apa anda...pernah menyukai seseorang...dengan tulus?" 


Masumi bingung dengan pertanyaan Maya...


"Apa maksudmu, mungiil?"


"Beberapa minggu yang lalu...aku begitu...sedih...mengingatnya...
bersama...wanita lain..."


Masumi memandangi Maya...


Gadis mungil itu menitikkan airmatanya...


"Jangan lagi...jangan lagi mengingatnya...bila itu membuatmu...menangis....Maya!" 


"Lalu...mengapa anda tidak menjawab pertanyaanku tadi?"


"Mungiil...apa kau sudah mengerti apa itu ketulusan?"


Maya menggeleng ragu...


Masumi menggeser lebih dekat lagi tubuhnya ke Maya...


Pak Masumi...


"Aku sangat tulus menyayangimu...apa kau pernah tahu itu?" ungkap Masumi lembut berbisik di telinga Maya.


DEG!!!


Pipi Maya merona malu karena jaraknya begitu dekat dengan pria tersebut...


Maya menunduk...menghindari tatapan Masumi...


"Pak Masumii..."


"Hhmmm...."


"Mengapa aku selalu merasa...nyaman...bila...bersama...mu?"


Masumi tercengang dengan pernyataan Maya barusan...


"Benarkah?"


Maya mengangguk perlahan...


"Mungiil, apa kau masih bersedih memikirkan Koji?"


Maya menatap Masumi kembali...


"Mungkin beberapa saat lalu...aku...sempat...merasakannya"


"Mungiil..."


"Pak Masumi...saat ini...rasa itu...tidak sama...aku...mulai...biasa saja"


Masumi tahu bahwa gadis itu telah berusaha keras melupakan Koji dari dalam hatinya...


Entahlah...


Masumi teringat kembali ucapan Maya saat di depan apartemen bersama Koji. Bahwa dia akan menikah bersama dirinya!


"Maya...apa kau benar-benar ingin menikah denganku?"


DEG!


Maya melotot kaget mendengar pertanyaan Masumi yang tiba-tiba mengingatkannya pada peristiwa itu...


"Pak Masumi...aku..."


Namun Maya memutuskan untuk diam dan menggelengkan kepalanya...


"Mungiil, apa itu semua...hanya...pelampiasanmu? Apa aku...kau anggap seperti itu? Apa kau benar-benar mempermainkanku?" tanya Masumi bertubi-tubi.


Maya merasa iba padanya...


Dengan bibir yang menganga, sepertinya begitu banyak yang ingin dikatakan Maya kepada Masumi...


Maya sangat ingin menjawab semua pertanyaan Masumi...


Pak Masumiii...


Tiba-tiba...


CUUUUUPPPP!!!


Masumi mengecup bibir mungil Maya...


Lalu dia menahan pundak Maya dan menatapnya mesra...


Maya hanya diam terpaku...
Tak bisa berbuat apa-apa...


Kemudian perlahan kedua wajah mereka mulai mendekat kembali...


Masumi pun mencium lembut bibir Maya sekali lagi...


Maya membalasnya hangat...


"Aku mencintaimu, Maya!" bisik Masumi di telinga Maya.


Maya hanya menatap Masumi dengan pipi yang sedikit merona...


Maya melipat bibirnya sambil menghela nafasnya dalam-dalam...


Masumi semakin ingin merasakan kembali hangatnya bibir gadis mungil di hadapannya tersebut.


"Mungiill...buka hatimu...untukku...aku ingin membawamu...ke dalam kehangatan cintaku..." 


Maya merasa sangat tersanjung mendengar semua pernyataan Masumi malam itu...


Sedikit demi sedikit rasa itu mulai hadir...


Maya tersenyum bahagia dan lega...


"Pak Masumi...trimakasih..."


Pak Masumi...
Aku sudah mulai membuka hati ini untukmu...
Kan kubiarkan kau berkelana di dalamnya...
Menari di setiap sudut relung hatiku...


Trimakasih pak Masumi...


*****

Malam telah berganti pagi...

Kediaman Hayami...

Maya keluar dari kamarnya menuju ruang makan untuk sarapan bersama Eisuke dan Masumi.

Begitu langkah itu baru saja memasuki ruang makan, gadis mungil itu sedikit ragu melanjutkan.

DEG!!!

Entah mengapa jantungnya mulai berdebar kencang memasuki ruangan tersebut.

Tampak Eisuke telah menunggu kehadirannya dengan senyuman yang sangat tulus.

Maya menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat pada pria tua itu.

Eisuke pun mempersilahkan Maya mengambil tempat duduk di hadapannya.

"Duduklah Maya!" perintahnya sambil merentangkan tangan kanannya menunjuk sebuah kursi.

Maya pun mengikuti perintah Eisuke. Hatinya sedikit lega karena ternyata Masumi belum ada di ruangan besar tersebut.

Gadis mungil itu menarik nafasnya lega...

Entah mengapa sejak semalam, pikiran Maya diselimuti rasa bahagia yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Pak Masumi...

Tak lama kemudian...

Tak...tak...tak...

Suara langkah sepatu terdengar mendekati ruang makan...


Maya semakin berdebar sambil memejamkan matanya...


Eisuke memperhatikan sikap Maya yang tak biasanya, ada senyuman kecil tersungging dari bibir lelaki tua itu.


Masumi...kau berhasil...


"Selamat pagi semuanya..." sapa Masumi sambil membungkukkan sedikit kepalanya.


"Hhmm...duduklah, gadis mungil di hadapanku ini sudah lama menunggumu" ujar Eisuke tiba-tiba.


DEG!!!


Sontak pipi Maya merona malu dibuatnya...


Gadis mungil itu semakin menundukkan kepalanya bingung...


Masumi hanya tersenyum kecil menanggapinya. Dia tahu ayahnya sedang meledek dirinya dan Maya.


Sarapan pagi pun dimulai...


Selama sarapan berlangsung Maya merasa jika dirinya sangat gugup. Entah mengapa dia pun tak mengerti mengapa jantungnya berdebar lebih kencang sejak Masumi berada di sampingnya untuk sarapan.


Eisuke dan Masumi saling bertatapan seolah memberi kode bahwa saat ini Maya sedang sangat tegang.


Eisuke tersenyum lebar memandangi keduanya...


Selesai sarapan, diapun segera meninggalkan Maya dan Masumi di ruangan tersebut.


DEG!!DEG!!


"Apa kau sudah selesai, mungil?" tanya Masumi memecah kesunyian diantara mereka.


"Eh...a...iya...sudah" jawab Maya gugup.


Masumi merasa iba melihat Maya grogi seperti itu...


Perlahan dia menyentuh jemari gadis mungil di sampingnya...


"Mungiil...jangan gugup seperti ini. Aku merasa bersalah bila membuatmu begini" ucap Masumi lembut.


Maya masih menunduk malu...


Tapi sepertinya pagi itu Maya harus segera membuat satu keputusan..


Gadis mungil itu memberanikan diri berbicara apa yang ada dalam benaknya...


"Pak Masumi...sekarang ini...semuanya telah kembali normal" ujarnya ragu.


Masumi tersenyum mendengarnya...


"Lalu?" tanya Masumi bingung kemana maksud ucapan Maya tadi.


Maya menarik nafas sebelum melanjutkannya...


"Aku akan kembali ke apartemenku...dan aku...ingin..." Maya tak melanjutkan ucapannya.


Wajahnya sangat memerah...


Masumi penasaran dengan kelanjutan dari ucapan Maya...


Dia mengeratkan genggamannya pada jemari mungil Maya...


"Apa yang kau inginkan, mungil? Aku penasaran dibuatnya!" 


Maya memberanikan diri menatap Masumi...


Masumi pun membalas tatapan itu hangat...


"Aku ingin...kita tetap seperti...ini"


"Mungiil..." desis Masumi tak percaya dengan apa yang didengarnya.


"Pak Masumiii...tetaplah menjagaku...memperhatikanku...dan menemuiku nanti...karena...karena...."


Gadis mungil itu menitikkan airmatanya...


Mungiill...


"Karena aku...sangat membutuhkanmu...aku.."


Belum sempat Maya melanjutkan ucapannya...


Masumi telah mendekapnya erat...


"Mungil...trimakasih..."


Maya pun menenggelamkan wajahnya lebih dalam di dada pria tersebut.


Hatinya merasa damai dan nyaman...


Walau dia menikmati tinggal satu atap dengan pria itu, namun dia merasa itu belum saatnya.


Mereka akan bersama bila satu ikatan suci telah terlaksana. Maya merasa saat ini hatinya mulai berbunga-bunga dibuat pria didekapannya.


Pak Masumi...


Pak Masumi-ku...


Aku benar-benar membutuhkanmu...


Sungguh-sungguh...


Membutuhkanmu...








***continue to -part 15-***