Agustus 10, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 8-







Eisuke terlihat sibuk menyuruh semua pelayan membersihkan satu kamar kosong di kediamannya. Semua meja, kursi sampai karpet tebal dibersihkan dan di tata rapi di kamar tersebut. Begitupun Masumi dan Mizuki sibuk mencari peralatan medis yang dibutuhkan Maya di rumah nanti.


Masumi sempat memberitahukan hal tersebut pada Koji, namun Koji memberi syarat bahwa dia harus diberi ijin untuk mengunjungi Maya sesering mungkin. Dan dengan berat hati Masumi pun mengijinkan nya.


Masumi menganggap sampai saat ini hanya Koji-lah yang ada di hati Maya. Masumi tak pernah tahu bahwa sebenarnya Maya pernah memikirkannya walau tidak sebanyak dia memikirkan Koji.


"Mizuki apa semuanya sudah lengkap?" tanya Masumi ketika mereka akan meninggalkan sebuah toko alat kesehatan.


Mizuki seperti berpikir sebentar, lalu dengan tegas dia mengatakan semuanya sudah lengkap dan mereka siap membawa Maya ke rumah Masumi.


"Saya kira semuanya sudah pak, kita tinggal membawa nona Maya ke rumah anda" jawab Mizuki sedikit mengolok Masumi.


Masumi menatapnya tajam...


"Baiklah, aku hanya bercanda. Saya hanya ingin membuat anda agar tidak terlalu tegang dengan semua ini" terang Mizuki tidak suka dengan tatapan Masumi yang tajam padanya.


Masumi masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Mizuki. Masumi menyuruh supir untuk ke RS guna mengurus segala sesuatunya yang menyangkut dengan kepulangan Maya.


Dengan langkah yang bersemangat, Masumi memasuki ruang dokter untuk membicarakan kepulangan Maya. Setelah berbicara panjang akhirnya dokter membawa Masumi ke ruangan administrasi untuk menyelesaikan pembayaran atas diri Maya.


Mizuki memandangi Masumi iba. Dia menggeleng heran melihat kebaikan hati Masumi atas semua yang dia lakukan pada gadis mungil itu.


Masumi...mengapa kau begitu yakin melakukan semua ini?
Apa Maya akan menerimamu jika dia sadar?
Mungkin itu akan memakan waktu yang sangat panjang..
Masumi...Maya sangat mencintai Koji...


Aku ragu jika Maya akan menoleh ke arahmu...
Masumi...kau sangat percaya diri...
Aku berharap semua itu tidak sia-sia...

 ***** 

Sebuah ambulan memasuki kediaman Hayami, diiringi mobil Masumi dari belakang. Semua pelayan sudah bersiap menyambut dan membantu kehadiran Maya di sana. 

Eisuke terlihat duduk di kursi rodanya di dampingi Asa. Tampak empat orang perawat turun untuk membawa Maya turun. Pak Asa langsung menunjukkan satu ruangan di dekat kamar Masumi. 


Semua peralatan medis segera dipasang dengan telaten oleh para perawat tadi. Masumi dan pak Asa memperhatikan semua penjelasan dari mereka tentang cara kerja dan fungsi masing-masing alat tersebut.


Setelah semuanya selesai, para perawat itu pun meninggalkan kediaman Masumi. Tinggallah Masumi, Eisuke dan pak Asa di dalam kamar Maya.


Mereka berdiri tak bergeming memandangi gadis mungil yang terbaring lemah di tempat tidur. Tidak satu pun dari mereka mengatakan sesuatu. Tatapan yang begitu lirih...


Eisuke menoleh ke arah Masumi. Matanya memandangi putranya sayu. Bathin seorang ayah sepertinya mulai bereaksi dalam dirinya. Rasa iba itu begitu jelas terlihat...


Masumi...bila ini membuatmu bahagia...
Maka aku akan membiarkannya...


Eisuke memberi isyarat kepada Asa untuk meninggalkan Masumi sendiri di kamar tersebut. Mereka pun keluar...


Masumi masih menatap Maya hampa...
Entah mengapa dia ingin tetap berada di sana...
Walau hanya memandangi tubuh yang lemah terkulai...
Hatinya begitu bahagia...damai...


Perlahan kakinya mulai mendekati tempat tidur itu. Mengitarinya sedih, bathinnya sangat benci melihat mesin di samping Maya. Namun berkat mesin itu, Maya masih seperti hidup. 


Masumi menyentuh jemari Maya lembut. Telunjuknya mengusap bekas-bekas tusukan jarum infus yang mulai membirukan kulit Maya yang putih.


"Mungiil, apa kau mendengarku? Saat ini kau ada di rumahku" Masumi mulai bicara sendiri pada Maya yang koma.


"Aku membawamu kemari karena aku ingin selalu di dekatmu. Apa kau lupa bahwa saat ini...kita...adalah...sepasang...kekasih?"


Airmata nya mulai terbendung di sudut matanya...


"Mungil, belahan jiwaku...aku akan tetap menjagamu, walau aku tahu kau belum bisa memikirkanku, namun aku yakin...."


Masumi mengusap airmata di pipinya...


"Aku yakin suatu saat nanti.....aku akan ada di hatimu..."


Masumi menangis tersedu-sedu, rasa pedih itu tak tertahankan lagi. Bagaimana dia bisa merawat seorang gadis yang mencintai pria lain. Terkadang perasaan itu muncul begitu saja dalam pikirannya.


Heehh...aku hanya membesarkan hatiku..
Aku begitu percaya diri membawamu kemari...
Maafkan aku Maya...
Maafkan aku...


Sementara itu jauh di alam bawah sadar Maya...


Gadis itu terlihat sedang mementaskan 'akoya' nya bersama 'isshin' dalam uji coba 'bidadari merah' di sebuah gedung kesenian yang cukup megah.


Dialog ini begitu jelas sekali:


"Kekasihku...aku ingin jumpa denganmu..."


"Akoya-Akoya...aku tak bisa melupakanmu....biar hanya sesaat!"


Juga dialog dengan gerakan lainnya sangat membuat penonton terhanyut pada kisah cinta 'Akoya dan Isshin'.


Gerak tubuh dan suara mereka begitu menjelma menjadi sosok yang berbeda. Penonton pun bertepuk tangan ramai sekali...


Setelah pentas uji coba selesai, Ayumi menghampiri mereka dan mengatakan sesuatu yang membuat Maya shock...


"Selamat Maya, kalian bagus sekali tadi, tapi tetap saja kau bukanlah saingan yang patut diperhitungkan!"


Maya kaget mendengar kata-kata Ayumi yang begitu kasar..


Kemudian...


Tangan Ayumi menggelayut pada 'Isshin' nya, Maya pun menjadi cemburu dan sangat marah. Sampai akhirnya dia menepiskan tangan Ayumi dari Koji.


Ayumi kaget sekali melihat sikap Maya. Lalu entah mengapa tiba-tiba Ayumi langsung begitu saja menampar pipi Maya. Spontan semua yang ada di sana kaget. Tak terkecuali Masumi yang sejak tadi berdiri memperhatikan mereka.


"Ayumiii...kau?!" desis Maya kaget.


Ayumi mengangkat wajahnya angkuh menatap Maya. Koji berusaha menahannya.


"Sudahlah Ayumi. Ayo kita pulang!" ajak Koji yang pergi begitu saja dengan menggandeng tangan Ayumi.


Maya sangat shock ditinggal Koji. Gadis mungil itu menangis tak percaya kalau Koji meninggalkannya begitu saja demi Ayumi...


"Kojiii...tunggu...tunggu..." Maya berlari mengejar Koji dan Ayumi yang sudah mulai hilang dari pandangan.


Namun Maya terus berlari dan berlari, hingga akhirnya dia melintasi sebuah persimpangan...


Dan hampir saja dia tertabrak jika seorang pria tidak menyelamatkannya dalam kecelakaan itu.



DEEEEEERRRRRR....!!!


Suara itu jelas sekali di telinga Maya. Tubuh pria itu terseret dan terpental jauh dari tempatnya berdiri.


Maya berlari berusaha menolong pria yang menyelamatkannya tadi.


Tubuhnya gemetar ketika mendekati pria itu sudah berlumuran darah di sekujur tubuhnya.


Maya tertunduk lemah di sisi pria itu. Perlahan Maya mengangkat wajah pria yang menolongnya, dan....


"Pak Masumii..." gumam maya kaget.


Pak Masumi, mengapa anda menolongku?


Selang berapa lama, orang-orang mulai datang berkerumun untuk membantu mereka. Sampai akhirnya ambulan datang dan membawa mereka ke RS terdekat. Suara sirene ambulan begitu terngiang-ngiang di telinga Maya.


Dan kejadian itu berulang-ulang terjadi pada Maya di dalam alam bawah sadarnya....


*****




Tiga hari sudah Maya berada di kediaman Hayami. Sore itu Koji menghubungi Masumi meminta ijin untuk mengunjugi Maya di kediaman nya. Masumi mengijinkannya...


Mengetahui Koji akan menemui Maya, Masumi pun bergegas menyelesaikan pekerjaannya cepat. Dia begitu terburu-buru keluar dari ruangannya dan langsung menuju parkiran.


Mobil mewah itu membawanya kembali ke kediaman nya. Dari jauh Masumi sudah melihat sepeda motor Koji terparkir di dekat teras.


Cepat sekali dia datang...


Perasaan cemburu langsung menyergap hatinya. Tangannya mengepal geregetan dan ingin teriak...


Koji tersenyum saat Masumi masuk ke kamar Maya dan mendapati Koji di sana.
Keduanya saling bertatapan sesaat...


"Apa kau sudah lama, Koji?" selidik Masumi.


"Ah, tidak pak Masumi, aku baru saja tiba" jawab Koji polos.


"Baiklah, aku ganti pakaian dulu. Nanti aku akan menemuimu lagi" ujar Masumi sambil pergi meninggalkan kamar Maya.


Sebenarnya Masumi tidak ingin berlama-lama meninggalkan Koji terlalu lama di sana. Tapi dia berusaha bertindak rasional...


Hampir satu jam Koji mengunjungi Maya. Dia hanya menceritakan hari-harinya sejak Maya kecelakaan. Semua perasaan nya dia tumpahkan pada Maya, termasuk hubungannya dengan Ayumi yang sebenarnya tidak dia inginkan.


"Maafkan aku Maya, aku tak bisa menolaknya"


"Baiklah Maya, aku pulang dulu. Aku ingin saat aku kembali menjengukmu.........kau sudah dapat membuka matamu" ucap Koji sambil mengecup kening Maya lembut.


Lalu perlahan dia meninggalkan kamar Maya dan pamit pada Eisuke yang ada di ruang keluarga.


"Trimakasih atas ijinnya, pak Hayami" ucap Koji sopan.


Pemuda itu membungkuk hormat sebelum keluar pintu dan meninggalkan kediaman Masumi.


Sementara itu Masumi pun masuk ke kamar Maya!


Masumi memandangi Maya...


"Mungiil, apa kau tahu tadi 'Isshin' mu datang?" ucap Masumi cemburu.


"Apa yang dia katakan Mungiil? Aku ingin tahu" Masumi berputar mengitari tempat tidur Maya. 


Memperhatikan satu persatu tubuh Maya dari ujung rambut hingga ujung kaki...


Lalu Masumi mengucapkan kata-kata yang membuat Maya sedikit mengalami kontak dengan dunia nyata saat ini...


"Mungil, apa kau merindukan belahan jiwamu? Apa kau percaya dengan belahan jiwa itu? Isshin-mu di kehidupan nyata, apa sudah kau temukan? Apa kau hanya memikirkan Koji seorang?"


Masumi mengusap airmatanya lagi...


Perlahan dia menggenggam jemari mungil Maya dan meletakkan jemari itu di pipinya...


"Mungiil, bagaimana dengan pengagum rahasiamu? Mawar Ungu-mu? Apa kau pernah memikirkannya? Dia sangat merindukan pentasmu. Sangat!!!"


"Mungiil...akulah Mawar Ungu-mu"


"Masumi Hayami"


DEG!!!


"Yaa...akulah pengagum rahasia itu. Kau sangat ingin bertemu dengannya bukan?"


"Sadarlah! Dia ada di sisimu saat ini"


Masumi masih ingin melanjutkan ucapan-ucapannya pada Maya, tapi suaranya terhenti tatkala....


Pipinya seperti ada yang menggerakkan. Masumi tersadar bahwa gerakan itu berasal dari jemari mungil yang ada di pipinya...


Mungiil...kau...


Masumi langsung melongokkan wajahnya pada Maya. Masumi sangat terkejut dengan reaksi dari Maya barusan. Dia langsung berteriak memanggil Eisuke...


"AYAH....AYAAAHH" teriaknya begitu keras hingga terdengar kemana-mana.


Tak berapa lama, Eisuke dan Asa pun sudah berada di kamar tersebut...


"Ada apa, Masumi? Suaramu keras sekali!!" ujar Eisuke heran.


"Ayah, Maya sadar....dia sudah sadar....ayah...tadi....tadi...." suara Masumi begitu gugup dan parau.


Dia masih menahan senangnya melihat ada gerakan dari Maya. Walau hanya sesaat, namun itu sudah cukup membuatnya yakin dan percaya akan kesembuhan Maya.


Eisuke dan Asa sama gembiranya, Eisuke langsung menyuruh Asa untuk menghubungi dokter agar segera memeriksa kondisi Maya.






***continue to -part 9-***















2 komentar:

  1. laanjjjjutttt,,, kekuatan cintaaa datangglaaahhhhhhh

    BalasHapus
  2. Makin hari makin greget deh sista....mudah2an Maya akan bangun karena suara Masumi, true love..... indahnya :P

    Chapt 9nya lom ya :P

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...