Agustus 13, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 10-







Satu hari sudah berlalu sejak sadarnya Maya dari koma-nya. Namun Maya hanya diam dan menatapi seisi ruangan kamar tersebut. Masumi begitu sabar menungguinya di sela-sela menyelesaikan beberapa dokumen yang diantarkan Mizuki ke kediamannya.


Sambil membaca salah satu dokumennya, Masumi melirik ke arah Maya. Ternyata gadis mungil itu sedang menatap ke arahnya. Masumi terlihat sedikit grogi dengan tatapan Maya, yang begitu kosong terhadapnya.


Apa dia sedang melamun?
Apa dia memperhatikanku sedari tadi?
Bagaimana ini...
Jantungku menjadi berdebar seperti ini...


Masumi mencoba bertanya kepada Maya:


"Mungiil, apa kau membutuhkan sesuatu?" tanyanya pelan.


Maya menatapnya, lalu mengarahkan tatapannya ke arah lain. Sepertinya dia tidak ingin bertatapan lebih lama dengan pria di sampingnya itu.


"Mungiil...bicaralah! Apa ada yang ingin kau sampaikan? Atau mungkin kau ingat sesuatu?" tanya Masumi tak sabar dengan kebisuan Maya.


Gadis mungil itu menggeleng...


Masumi pun kembali fokus pada dokumen-dokumennya. Baru beberapa kalimat dia baca, tiba-tiba dia teringat Koji. 


Ya..anak itu belum tahu bahwa Maya sudah sadar...
Mungkin saja dia bisa membuatnya mau bicara...
Tapi...tapi...nanti...
Ah tidak...tidak...biar saja seperti ini...


Mungiil...apa aku harus memberitahu tentang keadaanmu padanya?
Tapi aku takut...sangat takut...
Mungiil...
Apakah ini adil untukku?
Adilkah ini untukmu?
Atau untuk dia?


Mungiil...kau membuatku bingung...


Masumi meletakkan dokumen yang ada di tangannya. Perlahan dia berdiri dan berjalan ke arah balkon. Pria tampan itu menarik nafas panjang beberapa kali. 


Dalam bathinnya sedang berkecamuk perasaan takut dan bersalah. Satu sisi dia sangat ingin bisa berkomunikasi dengan Maya dan membuatnya bicara, namun sepertinya itu membutuhkan kehadiran Koji. Di sisi lain, dia takut bila Maya bertemu dengan Koji, maka semuanya akan kembali seperti semula. Yaitu Maya kembali mencintai pemuda itu dan terus mengharapkan cintanya.


Masumi tak mau seperti itu...


Dia terlihat mengacak-acak rambutnya bingung. Masumi benar-benar tak tenang dengan keadaan ini.




*****

Masumi menghubungi Mizuki. Dia ingin meminta pendapat dari orang kepercayaannya tersebut.

"Halo, Mizuki...ke rumahku sekarang!" perintah Masumi singkat di Hp-nya.

Tuuut...Tuuut...Tuuut...

Sepertinya Mizuki belum sempat menjawabnya. Masumi sudah menutup ponselnya.

Kira-kira 20 menit berlalu, Mizuki tiba di kediaman Hayami. Dia segera menuju kamar dimana Maya dan Masumi berada.

Tok...tok...tok...

"Masuklah!" sahut Masumi dari dalam kamar.

Mizuki membuka pintu dan menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat dan sopan.

Lalu matanya terbelalak melihat tempat tidur Maya. Selang, tube dan mesin itu sudah tidak ada...

"Maya..." desis Mizuki kaget.

Masumi menyadari kekagetan Mizuki. Karena dia belum memberitahu siapapun tentang sadarnya Maya kemarin.

"Mizuki, dia sudah sadar sejak kemarin. Tapi kau bisa lihat sendiri kan, tidak ada reaksi sama sekali dengan kedatanganmu" jelas Masumi iba.

"Maksud anda, Maya diam saja sejak sadarnya?" Mizuki balik bertanya memastikan.

Masumi mengangguk mengiyakan pertanyaan Mizuki...

"Pak Masumi, mengapa anda diam saja? Apa anda ingin dia begini terus? Apa yang anda lakukan?" Mizuki mulai sewot mengetahui itu.

Masumi mengerutkan dahinya...

"Lalu, aku harus bagaimana? Apa aku harus membawanya? Kemana?" Masumi terpancing kesal dengan tuduhan Mizuki.

Mizuki menghela nafasnya...

Kemudian dia berjalan lebih mendekati Maya. Memandangi gadis mungil itu yang sepertinya mulai mengantuk. Dia menguap...

"Maya, apa kau mengenalku?" tanya Mizuki pelan.

Maya menoleh ke arah Mizuki sebentar, lalu kembali dia menatap langit-langit...

Mizuki melirik Masumi yang hanya mengangkat bahunya...

"Pak Masumi, sebaiknya anda memberitahu pemuda itu! Koji!" kata Mizuki yakin.

Mendengar nama Koji, Masumi langsung menolak usulan Mizuki. Dia tak mau melakukan itu karena sebelumnya dia sudah memikirkan hal tersebut. Tapi tetap saja hasilnya buntu...

Masumi menggeleng menolak usulan Mizuki. Mizuki pun tak mengerti dengan sikap Masumi. Dia mulai kesal dengan sikap egois bos-nya itu.

"Pak Masumi, jika anda tidak mau melakukannya, maka saya yang akan ambil alih!" ucap Mizuki menggertak Masumi.

"Kau ini. Aku menyuruhmu ke sini untuk memberitahukan itu saja, bukan yang lain? Kau jangan mengaturku!" bentak Masumi emosi.

Mizuki pun jadi terpancing emosi karena Masumi...

"Pak Masumi, ayolah...anda jangan seperti anak kecil. Pengorbanan anda sangat besar pada gadis ini. Aku tahu itu!!! Tapi pengorbanan itu akan sia-sia bila Maya menganggap itu semua untuk memisahkan dia dari teman-teman dan termasuk pria yang dicintainya, Koji" terang Mizuki pada Masumi.

"Mizuki, apa kau pernah merasa takut kehilangan seseorang?" tanya Masumi lesu.

Mendengar suara pelan dan lesu dari Masumi, Mizuki menjadi kasihan.

Pak Masumi...sebegitu takutnya dirimu...
Aku sangat berharap gadis itu mau menoleh ke arahmu...
Menambatkan cintanya padamu...
Aku harap itu!!

Mizuki tak menjawab pertanyaan Masumi. Hatinya dapat merasakan bagaimana hancurnya hati pria itu bila Koji kembali mendekati Maya.


"Baiklah pak Masumi, terserah anda. Saya hanya berharap apa yang anda lakukan akan berakhir bahagia" ujar Mizuki tertunduk.


Kakinya akan melangkah meninggalkan kamar itu, tapi tiba-tiba Masumi mengatakan sesuatu:


"Mizuki, tolong kau beritahu pemuda itu!" perintah Masumi pelan.


Nada bicaranya begitu getir dan bimbang dalam ketakutan...


Mizuki pun mengangguk mengerti apa yang dimaksud oleh pria tersebut.


Dengan yakin Mizuki meraih HPnya dan menekan beberapa angka...


Tuut...tuut...tuut...


Sementara belum ada jawaban, Mizuki menoleh ke arah Masumi. Pria itu berdiri dan tegak di samping tempat tidur Maya. Matanya memandangi gadis yang sedang terbaring tidur di hadapannya.


Pak Masumi...tatapan itu...


Mizuki berusaha menahan kesedihannya memandangi Masumi yang sedang menatap Maya. Mizuki berat melakukan ini, namun dia harus menghubungi Koji demi kebaikan Maya dan tentunya atas persetujuan Masumi.


"Halo..." terdengar sapaan dari HP Koji.


"Tuan Koji...ini saya Mizuki. Ada yang harus saya sampaikan, bisa tuan ke kediaman Hayami sekarang juga?" tanya Mizuki.


"Kediaman Hayami? Nona...apa Maya baik-baik saja? Baik...baiklah aku akan segera ke sana. Trimakasih!" jawab Koji tergesa.


Tuuuuuuutttt....


Mizuki melihat ponselnya tak ada nada sambung lagi. Pemuda itu telah memutuskannya dan sepertinya dia terburu-buru akan menuju ke kediaman Hayami.


Masumi melirik Mizuki. Mereka saling bertatapan cukup lama. Tatapan Masumi seolah ingin mengadu bahwa dia sangat takut untuk beberapa waktu ke depan nanti.


Mizuki memberinya senyuman kecil lalu tertunduk...


"Mizuki...tetap di sini bersamaku, bantu aku...menghadapi semua ini...aku gemetar...apa kau tahu itu?" ucap Masumi lirih.


Pak Masumi...


"Semua akan baik-baik saja pak Masumi" balas Mizuki berusaha menenangkan pria itu.


Tiba-tiba...


Maya terbangun dan menggeliat...


"Hhmmmm...." 

Matanya langsung mengelilingi samping kanan kirinya. Di sana ada Masumi dan Mizuki. Mereka serempak senyum pada gadis mungil itu.


Maya membalasnya...


Masumi dan Mizuki sedikit terkejut dengan reaksi Maya....


"Mungiil..."


"Maya..."


Lalu...


Tok...tok...tokk...


Sontak Masumi dan Mizuki saling bertatapan kembali. Mereka sama-sama menghela nafas...


"Masuklah!" sahut Mizuki.


Cekkklleeeeek!!!


Terlihat kaki Koji melangkah memasuki kamar tersebut...


"Permisi, nona Mizuki....saya..." ucapannya terhenti saat mata itu menangkap ada yang berbeda dengan Maya.


Maya...


"Maya...kau..." desis Koji sambil terus melangkah mendekati tempat Maya berada.


Maya pun akhirnya menoleh ke arah pintu dan melihat seorang pemuda yang sangat dia kenal sedang menghampirinya...


Mereka saling bertatapan lama...


Koji...


Tiba-tiba...


Jemari Maya mulai bergerak ke arah pemuda itu. Sepertinya Maya berusaha menyambut kehadiran Koji...


"Ko...jiii...." ucap Maya lembut dengan bibir yang tersungging bahagia.


Tanpa ragu Koji pun menyambut juluran jemari mungil Maya. Mereka saling bergenggaman tangan dan saling pandang.


DEG!!DEG!!


Mizuki langsung memperhatikan wajah Masumi. Kini wajah pria itu sangat kaku. Diam tak bergeming di samping Maya.


Perlahan kakinya mundur menjauhi tempat tidur tersebut...


Mizuki sangat sedih menyaksikan hal itu. Dia dapat merasakan kepiluan hati Masumi karena ketakutannya telah terbukti...


Pak Masumi terus mundur menuju balkon kamar itu. Mizuki mengikutinya.


Mizuki membiarkan Koji dan Maya melepas rindu di kamar itu. Dia menutup sedikit pintu kamar menuju balkon.


Kemudian dia mencoba menghibur Masumi yang berdiri kaku menatap lurus-lurus ke depan di balkon tersebut...


"Pak Masumi...anda baik-baik saja?" tanya Mizuki setengah berbisik.


Masumi tak langsung menjawabnya...


Dia masih menatap pemandangan dari balkon dengan tatapan hampa dan tak bergairah...


Mungiiilll......


"Mizuki, dia mengingat-nya! Itu berarti...di hatinya...selalu ada...Koji..." ucap Masumi lirih.


"Pak Masumi..." desis Mizuki sedih.


"Setahun ini, selama dia koma...dia memimpikan...anak itu..." ucap Masumi lagi.


Mizuki terus menatap ke arah Masumi. Sebenarnya dia tidak tega melihat keadaannya, namun dia harus berusaha kuat agar atasannya itu bisa lebih sabar dari sebelumnya.


"Bukan aku...seperti yang dikatakan dokter waktu itu.....bukan aku yang ada di hatinya..."


"Pak Masumi, saya mohon bersabarlah sedikit"


Masumi menatap Mizuki dingin...


Sepertinya kata-kata 'bersabarlah sedikit' membuat Masumi mulai tak kuasa menahan semua kecemburuannya, semua ketakutannya...


"Apa yang kau katakan barusan?! Kau menyuruhku bersabar?! HEEEHHH...!!!" balas Masumi pilu.


"Pak Masumi...saya mohon" balas Mizuki mengiba agar Masumi tak terpancing emosi.


Masumi menggelengkan kepalanya...


Lalu dia menganggukkan kepalanya...


Mungiill...
Aku akan tetap bersabar...
Sampai kau membuka hatimu...untukku...
Hanya untukku...








***continue to -part 11-***








2 komentar:

  1. Tenang Masumi chayank, orang baik n sabar bakal dapat balasan yg setimpal...Maya pasti bakalan ngebales rasa sayang MH deh....secara MH baik n sabar banget.....semua juga mau heheheheh (sotoy.com)

    thanx ya sist lanjuuuuut

    BalasHapus
  2. semoga Maya cepet sadar kalo dia suka ama MH

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...