Agustus 05, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 5-






Blllaaam...


Pintu ruangan dokter itu baru saja tertutup. Masumi melangkah gemetar tak sabar ingin mendengar apa yang akan dikatakan dokter yang saat ini sudah duduk di hadapannya.


"Bagaimana dok?" tanya Masumi langsung tak kuasa menahan kesabarannya.


Dokter itu memandanginya dengan wajah kaku, terasa ada yang mengganjal di tenggorokannya untuk mengatakan semuanya pada Masumi.


"Dokter..." Masumi memanggilnya sekali lagi.


Sekali lagi dokter itu menunduk dan mengangkat wajahnya lalu memandangi Masumi lirih...


"Tuan...sebenarnya...ini semua sudah menjadi kehendak-NYA. Kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyelematkannya...untuk...saat...ini..." ucap sang dokter ragu.


Masumi tak mengerti apa arti ucapan dokter tersebut...


"Dokter...apa artinya? Untuk...saat...ini....?" tanya Masumi shock.


"Tuan Masumi, saya bisa membuatnya tetap bernafas, asalkan...ada persetujuan dari pihak keluarganya. Karena...karena...nona Maya..." ucapnya terputus karena bentakan dari Masumi!!


"APA ARTINYA ITU, DOKTER!!!" teriak Masumi rapuh.


Dokter meminta Masumi tenang dengan isyarat dari tangannya...


"Tenanglah tuan Masumi...saya akan menjelaskan semuanya pada anda" ujar dokter itu gugup.


Masumi pun langsung duduk lunglai. Nafasnya terpenggal-penggal menahan rasa tak kuasa mendengar keadaan Maya.


"Maaf...maaf dokter, saya...begitu...mengkhawatirkannya, karena...saya...sangat...mencintainya" kata Masumi terbata-bata.


Sementara itu diluar ruangan...


Dari arah pintu masuk, terlihat Rei dan teman Maya lainnya datang karena mendengar berita Maya kecelakaan. Rei langsung menghampiri Koji. Mereka langsung terlibat pembicaraan yang serius.


Beberapa menit setelah kedatangan mereka, Ayumi pun datang dengan terburu-buru. Wanita cantik itu terlihat panik dan lesu sambil meraih tangan Koji, dia langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. 


"Koji, apa yang terjadi pada Maya. Bagaimana kronologisnya? Mengapa?" tanya Ayumi sedih.


Lalu wanita itu memeluk Koji erat, sekedar melampiaskan kesedihannya mendengar berita Maya. Otomatis itu menjadi perhatian teman-teman Maya dan yang lainnya.
Mereka saling berpandangan satu sama lain heran melihat Ayumi yang begitu erat memeluk pria yang jelas-jelas disukai Maya.


Ayumi...


Perlahan Koji melepaskan dekapan Ayumi. Dia mulai melihat yang lainnya heran kepada mereka.


"Kau tenang saja Ayumi, saat ini Pak Masumi sedang bicara dengan dokter yang menangani Maya" kata Koji menenangkan Ayumi dan yang lainnya.


Dari sudut ruangan yang berbeda, Mizuki melihat semua peristiwa tadi. Dalam benaknya muncul pikiran bahwa ada cinta segitiga antara Maya, Ayumi dan Koji.


"Aku yakin itu..." gumamnya santai.


Tiba-tiba...


Cekkllleeekk...


Pintu ruangan dokter itu terbuka...


Koji dan Mizuki langsung menyerbu Masumi. Dan diikuti yang lainnya.


Wajah Masumi terlihat pucat. Pipinya masih basah oleh bekas airmata yang sepertinya baru saja dia hapus untuk tidak membuat yang lainnya gusar.


"Pak Masumi..." sapa Mizuki khawatir.


"Pak Masumi..." Koji pun tak sabar menyapanya.


Masumi duduk di bangku terdekat. Dia masih diam tak menjawab sapaan dari keduanya. Rei dan yang lainnya merasa bingung, mengapa harus pak Masumi yang menerima penjelasan dari dokter mengenai keadaan Maya yang sebenarnya.


Pak Masumi...
Anda juga...


Mizuki memberikan segelas air mineral pada atasannya tersebut. Masumi menolaknya dengan menggelengkan kepalanya...
Lalu dia diam seribu bahasa...


Hening...


Semua pun hanya menatapnya sedih...


Pak Masumi...


Koji...


Masumi menutupi wajahnya...
Lalu dia kembali menyandarkan tubuhnya di bangku tersebut. Masumi sangat gelisah...


Semua yang ada di sana memperhatikan itu. Membuat Mizuki akhirnya mendekatinya dan berbisik pada Masumi:


"Sebaiknya anda tenang. Atau anda kembali ke kantor saja. Kalau tidak semua orang akan melihat kelemahan anda, pak Masumi!" suara Mizuki begitu menakuti Masumi.


Masumi menatapnya tajam dan mengcengkram pergelangan tangan wanita itu kuat, lalu dia membalas bisikan Mizuki:


"Terserah! Apa kau kira aku peduli dengan semuanya? Tidak ada yang aku pedulikan sekarang kecuali gadis itu! Hanya dia, Mizuki!" suara Masumi terdengar lirih dan begitu pilu.


Mizuki langsung terdiam mendengar jawaban Masumi...
Dia terhenyak tak menduga sebelumnya dengan jawaban itu...


Pak Masumi...
Sebegitu besarkah anda terpikat gadis mungil itu?
Kau pertaruhkan semuanya untuk Maya...
Semoga ini menjadi baik ke depannya...
Semoga...pak Masumi...


*****


Koji memperhatikan sikap Masumi yang begitu gelisah, perlahan kakinya menghampiri pria itu dan duduk tepat di sebelahnya.


Lalu...


"Pak Masumi, tolong katakan keadaan Maya padaku. Aku mohon..." pinta Koji iba memelas.


Masumi diam saja mendengar permohonan Koji. Dia tak bergeming dari tatapannya lurus ke depan. Koji pun tak berani untuk mengulangi pertanyaannya. Dia duduk sabar menanti di sebelah Masumi...


Tak berapa lama...


Cekkllleeeek...


Seorang perawat keluar dari ruangan emergency itu. Kemudian..


"Maaf, apa ada yang bernama Sakura Koji?" suara perawat tadi begitu jelas memanggil nama Koji.


Masumi dan semuanya langsung menoleh ke arah Koji. Pemuda itu pun berdiri dan mendekati perawat tadi. Sementara Ayumi sudah berdiri hendak menghampiri Koji, namun seseorang menahannya dari belakang. Dia adalah ibundanya sendiri yang baru saja tiba di RS tersebut.


"Saya, Koji...." jawab Koji gugup.


Lalu perawat itu mempersilahkan Koji masuk dengan merentangkan tangan kanannya mengarah ke pintu ruangan Maya.


Masumi sepertinya ingin mengejar keduanya ke dalam, tapi apa daya...


BLLLAAAAMM!!!


Semua kembali kaku dan sunyi...


Hening mencekam pikiran masing-masing di tempat tersebut...


Akhirnya...


Kaki Koji sampai juga mendekati tempat pembaringan Maya. Matanya terlihat sayu tak kuasa melihat begitu banyak selang yang melilit tubuh mungil gadis yang sangat dia cintai.


Maya...Maya...


Tangan dan kakinya gemetar mengikuti naluri untuk melihat Maya lebih dekat lagi. Dekat lagi....di sampingnya...


Koji masih tak percaya melihat semuanya, lalu perawat tadi mengatakan sesuatu padanya...


"Tuan Koji, tadi pasien sempat sadar dan nama anda lah yang dia sebut. Oleh karena itulah saya memangggil anda masuk. Tapi sepertinya dia......tak sadarkan diri lagi" jelas perawat itu.


Koji tak mengerti apa maksud perkataan perawat tadi, karena dia tadi tak mendengarkan penjelasan dari dokter yang menangani Maya.


Perawat itu hendak pergi, Koji menahannya dengan menanyakan:


"Nona, kapan dia akan sadar? Maaf, tadi bukan aku yang mendengarkan penjelasan dari dokter" ujar Koji ingin tahu.


Perawat itu terlihat bingung bagaimana mengatakannya pada Koji. Perlahan dia pun menjelaskannya pada Koji:


"Tuan Koji, gadis itu akan tetap hidup dengan bantuan mesin di sebelahnya. Dan hanya mukjizatlah yang akan membangunkannya nanti. Jadi berdoalah. Permisi" ucapnya pelan dan lirih.


DEEEEEERRRRRR!!!!


Rasanya kepala Koji seperti dibelah dan dihempaskan jauh ke udara. Pria tampan itu menggelengkan kepalanya berulang kali...


Tidak....tidak...


Maya....Maya...


"Maya....bagaimana ini bisa menimpamu" gumamnya pilu.


Koji menatap sedih gadis yang dicintainya. Ingin rasanya dia menggenggam jemari mungil itu, namun apa daya, itu pun tak bisa karena banyak sekali selang dan sekujur tubuh Maya dipenuhi oleh perban yang menutupi lukanya.




*****


Masumi masih diam kaku dengan wajah sedihnya, duduk di bangku tunggu itu...

Beberapa teman Maya yang lain, satu persatu mulai beranjak pergi karena mendapat penjelasan dari Mizuki 'agar mereka sebaiknya kembali ke aktifitasnya masing-masing karena Maya sepertinya akan lama dalam kondisi seperti sekarang ini'.

Walau Rei dan yang lainnya berat melangkah meninggalkan RS, tapi mereka juga tak bisa mengabaikan pekerjaan mereka begitu saja.

Dan yang tertinggal hanya Masumi, Ayumi juga ibundanya dan Mizuki...

Sedangkan Koji masih berada di samping Maya. Sepertinya pria itu tak ingin jauh dari gadis mungil tersebut.

Sementara itu Ayumi begitu resah menanti Koji yang tak kunjung keluar dari ruangan Maya.

Satu sisi dia merasa iba melihat apa yang terjadi pada Maya. Namun di sisi lain dia sangat cemburu bila Koji berada dalam satu ruangan bersama Maya.

Koji...mengapa kau lama sekali?
Apa yang kau lakukan?
Tak bisakah kau keluar dan meninggalkannya?
Tak cukupkah kau menungguinya bersamaku di sini?

Ayumi menoleh ke arah dimana Masumi duduk kaku. Mata pria itu merah menahan khawatir dan cemburu....

Mungiiill.........
Mengapa namanya yang kau sebut...
Dan bukanlah aku?!

Tiba-tiba Masumi tersadar dalam lamunannya bahwa dia dan Maya memang belum memulai hubungan mereka menjadi sepasang kekasih...

Pria itu mengeluh sedih...
Hatinya begitu hancur...

Dia mengeluh...

"Hhhheeehh...." eluhnya...

Ya...aku lupa bahwa kita belum memulainya mungilll...

Hampir saja...

Baru saja akan dimulai, Maya...

Tapi mengapa kau harus mengalaminya?
Mengapa Tuhan?
Mengapa saat aku mulai berani mengungkapkan isi hatiku padanya...
Kau memberiku ujian ini...

Mengapa Tuhan...

Bathin Masumi benar-benar menangis bersedih....

Maya....apapun yang terjadi padamu...
Aku akan tetap mendampingimu...
Menyayangimu dan selalu mengagumimu...
Selamanya...

Dan sejak saat itu Koji, Masumi dan yang lainnya terlihat sering datang silih berganti mengunjungi Maya di RS itu.


Walau hanya bisa memandangi Maya dari jendela kaca besar yang tembus pandang di ruang perawatannya. Mereka bisa berjam-jam menatap gadis mungil yang terbaring lemah di ranjang penuh peralatan medis tersebut.


Terutama Masumi...
Dia mengunjungi Maya setiap hari, sebelum sampai ke kantor dan setelah dia pulang kantor...


Tatapannya begitu hampa...
Tak ada semangat yang berkobar...
Tak ada gairah yang menggebu...
Untuk mengejar gadis mungilnya dulu...


Gadis mungil yang mampu mengikat hatinya...
Gadis mungil yang mampu memalingkan pandangannya dari gadis-gadis cantik yang mengelilinginya...
Gadis mungil yang senantiasa memainkan imajinasinya berkelana mengikuti alur kehidupan yang begitu indah...


Maya...mungilku...
Tetaplah bernafas...
Tetaplah bertahan...
Demi waktu nanti...
Aku akan mengungkapkan semuanya padamu...
Tentang mawar ungu-mu...
Pengagum setiamu...


Bertahanlah demi mawar ungu-mu...
Bertahanlah demi...aku...
Mungiiil...








***continue to -part 6-***


bersambung...

3 komentar:

  1. Ada apa dg Maya sista.....

    BalasHapus
  2. OMG...lanjut....anastasia

    BalasHapus
  3. Ya Tuhan, bisa bernafas klo pake alat........ayo maya biar 1 % kamu pasti bisa....semoga didalam alam bawah sadarnya May ketemu MH n sadar klo MH sayang bgt sama dia, jadi nanti begitu dia sadar yg dicari MH bukan Koji.....

    Sista Lanjuuuuut :P

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...