Agustus 08, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 7-







Gedung Daito...


Masumi baru saja tiba di kantornya. Namun kakinya berhenti melangkah saat dia teringat ucapan dokter tadi malam padanya. Dia meraih HP dari saku jasnya. Dia menghubungi seseorang, Koji!!


"Halo...ini Masumi.Bisa kita bertemu?" pinta Masumi pada Koji.


"Baik pak Masumi..." jawab Koji santai.


Mereka pun bertemu di sebuah tempat, taman di sekitar gedung Kesenian. Masumi dudukdi sebuah bangku taman, tak berapa lama Koji pun datang bersama Ayumi. 


Masumi tersenyum kecil saat melihat keduanya. Lalu dia meminta Ayumi untuk meninggalkan mereka berdua dahulu. Ayumi pun dengan raut curiga sedikit menjauh beberapa meter dari bangku tersebut.


Masumi menetap Koji dingin. Koji menjadi bingung di buatnya...


"Pak Masumi, apa ada yang terjadi dengan Maya?" 


Masumi masih menatapnya tak bergeming, lalu raut wajahnya berubah menjadi sendu...
Koji menyadari bahwa pria di sebelahnya begitu peduli pada wanita yang dia cintai.


Pak Masumi...


"Koji, apa kau tahu sesuatu sebelum Maya kecelakaan?"


DEG!


"Apa maksud anda? Sesuatu sebelum kejadian itu?" Koji masih tak mengerti.


Masumi menajamkan matanya pada pemuda di sebelahnya...


Koji menunduk sedih, lalu menarik nafasnya perlahan-lahan...


"Pak Masumi, sebenarnya...pagi itu Maya ke tempat latihan seperti biasa...namun..." ucapnya terhenti.


Pemuda itu menghela nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya...


"Namun apa?" tanya Masumi penasaran.


"Namun ketika mata...kami....saling...beradu, dia....segera berlari dan pergi........" Koji mulai terisak.


"Pak Masumi...apa itu penting?" tanya Koji tiba-tiba.


Masumi hanya menganggukkan kepalanya...


"Koji, tolong lanjutkan ceritamu, aku benar-benar membutuhkannya dan semua itu untuk kesadarannya" 


"Maya berlari, dan aku mengejarnya. Maya tahu bahwa aku mengejarnya...dan itu membuatnya berlari lebih cepat lagi...hingga...di satu persimpangan........Maya tertabrak....dan....terpental..." suara Koji terdengar sengau sedih.


Masumi diam tak bergeming. Pandangannya begitu menyedihkan...


"Koji, itu berarti kau lah satu hal itu...ya...itu kau..." ujar Masumi terbata-bata.


Wajahnya tertunduk menatap tanah yang dipijaknya. Sedangkan Koji menjadi bertambah bingung dengan apa yang dikatakan oleh Masumi barusan.


"Pak Masumi, apa artinya aku adalah satu hal yang penting sebelum kecelakaan itu terjadi?" 


Masumi mengangkat wajahnya dan meraih tangan Koji, lalu dia berkata:


"Koji, kau lah penyebab dia hilang keseimbangan dirinya. Dan itu artinya...kau mungkin...bisa...membuatnya....mengenali suaramu....saat dia berada....di alam bawah sadarnya" terang Masumi semakin terpuruk.


Pak Masumi...


"Maksud anda?"


"Berbicaralah padanya sesering mungkin, ajaklah dia berkomunikasi walau kau lelah. Aku mohon Sakura Koji" pinta Masumi memelas.


"Pak Masumi...apa anda serius? Apa kau tidak marah?"


"Koji, aku mengerti posisiku. Saat ini bukan aku yang ada....di pikiran dan hatinya..."


"Pak Masumi, maaf bila aku berlebihan, tapi terus terang, aku...sangat cemburu pada anda. Anda begitu setia menungguinya sejak kecelakaan itu. Hingga membuatku tak berani datang menjenguknya..."


"Maafkan aku juga Koji. Aku begitu serakah, tak memperhatikan perasaanmu pada Maya. Maafkan...itu pun karena aku cemburu padamu"


"Baiklah pak Masumi, bila ini akan membantu Maya. Aku akan melakukannya"


"Trimakasih...." ucap Masumi.


Pria jangkung itu berdiri dan pergi meninggalkan Koji yang masih terkesima mendengar semuanya.


Melihat Koji sendiri, Ayumi pun menghampirinya...


"Koji, apa semua baik-baik saja?"


Wanita itu begitu cemas melihat dua pria tadi...
Dia meyakini bahwa yang mereka bicarakan adalah tentang Maya. Ayumi begitu sedih...


Maya...apa kau tahu perasaanku?
Aku selalu merasa kalah olehmu...
Padahal aku punya segalanya...
Namun kau mengambil segalanya itu dariku...


Maya...mengapa takdir selalu berpihak padamu?
Koji sangat mencintaimu...aku tahu itu...
Tapi aku hanya berkejaran dengan takdir...
Ingin mendahuluinya sebelum semuanya hilang...


Maya, ijinkan aku memiliki pria itu...
Mengalahlah sekali ini...
Aku mohon...


Khayalannya seperti menjadi kenyataan saat Koji mengatakan sesuatu padanya:


"Ayumi, sepertinya pertunangan kita harus diundur"


DEG!!!


"Apa maksudmu?"


"Maaf bila membuatmu kesal, tapi ku mohon biarkan aku menemani Maya sampai dia sadar dari komanya" terang Koji.


Ayumi menajamkan tatapannya pada pria itu. Dia tak percaya Koji rela menunda pertunangan mereka hanya karena Maya koma.


"Koji.........kau......"


"Maafkan aku Ayumi. Itu permohonanku yang harus kau setujui"


Pria itu pun melangkah keluar taman, tentu saja gadis cantik itu mengejarnya dan melingkarkan tangannya manja di tangan Koji.


*****


Koji baru saja tiba di RS setelah mengantar Ayumi ke tempat latihan. Dia teringat wajah Ayumi ketika dirinya akan ke RS. Raut gadis cantik itu sangat sedih melepas kekasihnya yang akan menemui gadis lain.

Ayumi...maafkan aku...
Tidak seharusnya aku menerima dirimu menjadi kekasihku...
Apa yang sudah kulakukan?
Aku...

Langkah kakinya gemetar semakin mendekati ruangan Maya. Detak jantungnya semakin cepat....


Maya...aku datang...
Dengarlah suara langkah sepatuku Maya...
Menolehlah ke arahku...
Dan senyumlah yang indah...


Ceekkklllekk...


Koji membuka pintu ruangan itu dan masuk perlahan...


Dari sudut sana, Masumi memandangi kedatangan Koji sampai dia masuk ke ruangan Maya.


Mungiiil...dia pria yang membuatmu begini...
Aku akan membiarkannya...hingga kau tersadar...
Kenanglah dia, ingatlah dia dalam mimpi panjangmu...
Dan aku akan merelakannya...
Dan aku akan tetap menantimu...


Mungiiil....cepatlah sadar...
Betapa banyak yang ingin aku ceritakan padamu...
Tentang semuanya, tentang apapun...


Tangan pria itu terkepal kaku, dengan raut wajahnya yang begitu memilukan. Tak terasa airmata perlahan mulai melinangi pipinya...


Akhirnya Masumi pun kembali ke kantornya. Dalam setiap langkahnya kembali dia memanggil nama gadis mungil itu, seolah Maya ada di sampingnya...


Mungiil....mungiill....mungiiill...


Sementara itu di ruangan Maya...


Pemuda itu masih berdiri di dekat pintu. Bibirnya masih melongo menatap kondisi Maya. Jemarinya mulai bergetar ingin memeluk gadis itu. 


Dan saat ini langkahnya mulai stabil menuju ranjang Maya. Begitu teliti dia menyusuri Maya dengan matanya. Saat ini dia bisa lega karena luka di sekujur tubuh Maya sudah sembuh. Namun dia belum terbangun juga dari komanya.


Lukamu sudah pulih sayang...


"Maya, kau sudah sembuh? Aku lihat luka di tubuhmu sudah kering dan tidak berbekas lagi"


Koji mencoba berbicara apa saja pada Maya...


"Maya, maaf bila aku baru datang. Maafkan aku yaa"


"Aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu....namun...aku..."


Koji menghapus beberapa tetes airmata yang membasahi pipinya...


"Aku hanya...ingin berbakti...pada orang tuaku...hanya itu...tapi bila kau mau....menerimaku....aku akan membatalkan semuanya....percayalah Maya....percayalah itu!"


Koji pun terisak menahan kesedihan dan kebimbangan yang menyelimuti hatinya. 
Dengan lembut dia menyentuh jemari Maya. Menunduk lalu menciumi jemari mungil yang terlihat pucat dan lemah itu.


"Aku di sini Maya, mulai sekarang aku akan selalu ada di sisimu..."


"Menjagamu hingga kau terbangun..."


"Maya...aku di sini....di sampingmu....menolehlah..."


"Bukalah matamu...apa kau tak ingin melihatku?"


"Apa kau tak merindukanku?"


"Mayaaaaaa......."


Koji terisak lagi, tangisnya terdengar sampai ke luar ruangan. Dan itu membuat seorang suster datang dan menegurnya...


"Maaf tuan, sebaiknya anda bisa mengendalikannya. Agar pasien bisa tetap tenang" ujar suster itu.


Koji hanya mengangguk lemah. Sepertinya tidak ada lagi kekuatan setelah melihat kondisi Maya yang diam terbaring kaku.
Dia menutup wajahnya lalu duduk di sebuah kursi di samping ranjang itu.


Tatapannya mulai kosong memandangi gadis yang terbaring di dekatnya. Jemarinya masih menggenggam jemari Maya. Meletakkannya di pipinya secara bergantian.


Maya...aku rindu...sangat rindu padamu...
Perasaan itu selalu saja hadir...
Apa kau tahu bahwa aku juga sakit...
Membiarkan pak Masumi menjagamu...


Benarkah seperti itu hubungan kalian?
Aku tak mengerti semuanya...
Tak mengerti...



*****


Satu minggu sudah Koji menjaga Maya di RS tanpa henti. Ayumi berbaik hati membawakan pakaian dan makanan untuk Koji.
Gadis cantik itu mencoba mengerti , mau menahan rasa cemburunya pada Koji. Semuanya dia lakukan karena takut kehilangan Koji dan rasa ibanya pada apa yang menimpa Maya, saingannya.


Namun di lain pihak, Masumi terlihat sangat menderita. Dia sangat ingin masuk dan mengunjungi Maya, tapi apa boleh buat....semua dia relakan untuk kesadaran Maya sendiri.


Seperti hari itu, Masumi datang dan hanya berdiri di dekat jendela. Memandangi jemari Koji yang sedang menggenggam jemari gadis mungilnya.


Maya...apa kau tahu saat ini ada Koji di sisimu?
Apa kau merasa bahagia?
Apa kau merasakan getaran cintanya padamu?
Maya...aku ingin tahu apa yang kau rasakan?


Aku takut...
Aku sangat takut kau terus saja mengingatnya....


Tiba-tiba seorang dokter menghampiri Masumi...


"Maaf, tuan Masumi...bisa bicara sebentar?" sapanya mengejutkan Masumi.


Masumi menoleh ke arah suara itu dengan ekspresi kaget...


"Eh...oh ya dokter, tentu saja" jawab Masumi ramah.


Mereka duduk di beberapa kursi yang tersedia dekat situ..


Lalu dokter itu mulai mengatakan sesuatu:


"Tuan Masumi, maaf...sepertinya saya dan rekan-rekan lainnya di RS ini harus menyerah dengan kondisi nona Maya"


DEG!!!


Masumi tercengang tak percaya dengan apa yang dikatakan dokter tersebut.


"Dokter...."


Mereka saling bertatapan...kaku...


"Tuan Masumi, saya ingin menjelaskan sedikit mengenai kondisi nona Maya pada anda, sehingga mengapa kami memutuskan seperti tadi" ujar dokter itu kemudian.


Masumi begitu serius memperhatikan gerakan bibir sang dokter...


"Tuan Masumi, gangguan kesadaran pada nona Maya cukup berat. Padahal scanning sudah kami lakukan berulang kali. Dari hasil scan yang kami lakukan, tidak menunjukkan adanya sesuatu yang menghambat di batang otaknya. Semuanya normal, namun tetap saja aktifitas otaknya tidak berfungsi dengan baik"


"Lalu....dokter..."


"Iya sebelumnya saya sudah pernah mengatakan pada anda, bahwa ada hal lain yang mungkin bisa mempengaruhi aktifitas otaknya. Yaitu lewat rangsangan dari orang yang sangat dekat dengannya"


"Siapapun orang itu harus mampu mencoba masukan visual melalui mata, suara dari telinga, sentuhan dari kulit dan masukan dari setiap organ sensorik lainnya untuk melengkapi tingkat kesiagaan yang tepat untuk nona Maya"


"Tapi mengapa harus berhenti sampai di sini, dokter?" wajah Masumi sangat menyedihkan.


"Begini...tuan...."

"Bagaimana bisa dokter? Apa maksudnya?" tanya Masumi tak mengerti.


"Tuan, karena dari aspek medis, nona Maya tidak mengalami gegar di kepalanya, oleh karena itu mungkin dia bisa lebih santai berada di sekeliling orang-orang yang selama ini mengisi hidupnya. Kemungkinan sembuh dengan cara itu bisa sampai 20%. Jadi kami menyarankan agar tuan Masumi bisa membawa nona Maya pulang secepatnya" jelas sang dokter.


Masumi tampak berpikir sejenak..


Lalu dokter itu menambahkan:


"Selain itu dari segi biaya, akan jauh lebih ringan di rawat di rumah" 


"Tapi bagaimana bisa dokter? Aku dan keluargaku bukan orang yang mengerti medis" jawab Masumi bingung.


"Anda tenang saja, nanti setiap hari akan ada suster yang datang untuk memeriksa keadaannya"


Masumi mulai mengangguk-anggukkan kepalanya, dia mulai mengerti maksud baik dari dokter tersebut...


Lalu dia mengambil HP dari sakunya. Dia menghubungi seseorang...


Mereka terlihat bicara serius...


"Apa kau bilang?" suara Eisuke terdengar keras sekali dari sebrang sana.


"Ayah, aku mohon...." bujuk Masumi pada ayahnya.


"Kau ini bodoh atau apa Masumi? HAAAAHHH?!!!" bentak Eisuke heran dengan usul putranya.


"Ayah...aku mohooon..."


"Apa kau yakin dengan semua yang sudah kau lakukan?" tanya Eisuke marah.


"Ayah, aku mencintai Maya"


"Alaaaaah, aku sudah menduga itu. Kau bahkan tidak bisa ke lain hati lagi sepertinya"


Lama Masumi tak menjawab emosi ayahnya...


Masumi sedang berpikir keras...


"Hei Masumi...sudahlah, bawa saja gadis itu kemari. Percuma saja aku melarangmu"


Tuuuut...ttuuuut....ttuuuutttt...


Hp itu ditutup...


Masumi langsung tersenyum lega setelah Eisuke menyetujuinya untuk membawa Maya ke kediaman mereka.


Trimakasih ayah...
Aku tahu kau akan menyetujuinya...
Dalam sikap dingin dan angkuhmu...
Kau adalah ayah yang baik...
Sangat baik...


Trimakasih ayah...










***continue to -part 8-***

2 komentar:

  1. Hai sista...waduh idenya buanyaaak sekali ya....kpn maya bangun lgpl atas biaya siapa ya...kalau masumi yg tanggung ms maya jadian ama koji...he..he...protes aja kt ya...btw lanjut sista...ditunggu karya dan idenya yg menggunung itu...

    BalasHapus
  2. Mudah2an maya sembuh di rumah masumi lalu jadian deh...cuit...cuit berharap.com

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...