Agustus 16, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 12-






Kediaman Himekawa...


Koji baru saja pulang mengantarkan Ayumi dari latihan mereka. Sebelum pulang Ayumi mengajak Koji untuk sekedar minum teh dan mengobrol di rumahnya. Sepertinya pasangan ini sedang bertengkar.


"Baiklah, tapi aku tidak bisa lama-lama. Hari sudah larut" kata Koji pada Ayumi.


Ayumi menatap Koji kesal, lalu dia menarik tangan pria itu dan menggiringnya masuk.


"Koji, aku tidak ingin menunda pertunangan kita kali ini!" kata Ayumi sembari menghempaskan tubuhnya duduk di sofa.


"Ayumi, aku mohon kau bisa mengerti aku!" balas Koji ragu.


Wajah gadis cantik itu langsung bertambah kesal...


"Tidak mau. Aku tidak akan menunggu lagi" ujar Ayumi manja.


Dia berpindah duduk ke dekat Koji. Lalu menggelayut manja di dada pemuda itu.


Koji merasa tidak enak dengan situasi tersebut. Dengan sopan dia menepis tubuh Ayumi dan sedikit bergeser dari duduknya.


"Ayumi, jangan seperti ini. Ini tidak sopan, aku tidak mau orang tuamu menganggapku tidak baik" terang Koji meluruskan.


Seketika itu juga Ayumi duduk tegak dengan kedua tangan bersidakep di dadanya. Wajahnya merah karena malu dengan sikapnya tadi...


Lalu tak berapa lama, seorang pelayan datang menyuguhkan dua cangkir teh hangat untuk mereka.


"Silahkan diminum, tuan Koji..." ujar pelayan itu mempersilahkan.


"Trimakasih..." balas Koji sopan pada pelayan tersebut.


Lalu dia meneguk teh tersebut. Dan setelah itu dia langsung berdiri hendak pamit. Namun tiba-tiba dari arah pintu, terlihat nyonya Utako dan pak Himekawa baru saja tiba.


Akhirnya Koji mengurungkan niatnya. Kemudian mereka duduk berempat di ruang tamu. Kali ini pak Himekawa sangat ingin bicara serius dengan Koji.


"Koji, kami sudah dengar dengan penundaan pertunangan kalian dari putriku. Jadi saat ini aku hanya bisa menyerahkannya padamu" kata pak Himekawa datar.


Mendengar ucapan dari calon ayah mertuanya, Koji pun akhirnya memutuskan akan memberi kepastian mengenai pertunangan mereka pada keesokan harinya.


Setelah berpamitan dengan orang tua Ayumi, Koji pun segera beranjak dari kediaman Himekawa. Ayumi mengantarnya sampai ke gerbang.


"Hati-hati ya" ucap Ayumi perhatian.


"Hhmm...trimakasih" balas Koji sambil mengenakan helm-nya.


Ayumi masih memandangi kepergian kekasihnya sampai tak terlihat lagi. Gadis cantik itu begitu mencintai Koji. Entah apa yang terjadi bila Koji membatalkan acara pertunangan mereka nantinya.


*****

Sementara itu di kediaman Hayami...

Waktu telah menunjukan pukul 10 malam itu. Tapi Maya masih belum tertidur. Gadis mungil itu duduk sendiri di balkon kamar. Pandangannya lurus ke depan. Entah apa yang dia pikirkan. 

Tiba-tiba...

Tok...tok...tok...

Maya menoleh ke arah pintu. Tampak Masumi baru saja membuka pintu dan masuk.

Pak Masumi...

Masumi berjalan menuju balkon karena pintu balkon terbuka maka dia sudah tahu kalau Maya ada di sana.

"Mungil, kau belum tidur?" sapa pria tampan itu lembut.

Dia duduk di samping Maya...

Maya hanya menggeleng menjawab pertanyaan darinya. Ada sedikit kebimbangan dalam hati gadis itu. Satu sisi dia sangat ingin kembali ke apartemennya dan berlatih seperti semula, namun kondisi fisiknya belum sembuh benar.

Maya harus masih terapi dalam jangka waktu satu bulan ke depan. Tapi entah mengapa malam itu dia begitu sedih dan sepertinya membutuhkan seseorang yang menghiburnya.

"Pak Masumi...kapan aku...bisa...kembali...ke apartemenku?" tanya Maya gugup.

Masumi tercengang mendengar pertanyaan gadis mungil tersebut. Dia menoleh kepadanya dengan raut wajah yang begitu sedih.

Maya...

"Mungiil, apa kau tidak betah berada di sini?" tanya Masumi tanpa menjawab pertanyaan konyol Maya.

Pria itu menghela nafasnya...
Seolah membuang segala kegelisahan hatinya...

Maya menggelengkan kepalanya, lalu dia berkata...

"Anda begitu baik, mau menemaniku selama aku koma. Aku...jadi...merasa...tidak enak" kata Maya grogi.

Masumi menyentuh jemari Maya, tapi Maya menepisnya pelan...

"Maaf, bila membuatmu tidak nyaman. Tapi aku..." ucapan Masumi terhenti begitu saja. Ada ketakutan dalam hatinya...

Maya menatap Masumi dalam. Seolah ingin memberitahukan bahwa saat ini dia sangat jenuh...dan sedih...

"Pak Masumi, aku...malu pada diriku sendiri. Selama ini...sikapku begitu buruk...padamu. Maafkan aku...dan kini...aku harus menerima....segala kebaikan dari anda. Aku tidak bisa...melakukan itu lagi lebih lama..." jelas Maya panjang pada Masumi.

"Apa maksudmu Mungiiil?" Masumi tak mengerti.

Maya menarik nafas panjangnya...

"Pak Masumi, ijinkan aku kembali ke apartemenku. Aku rasa, aku sudah sembuh" pinta Maya pelan.

Masumi menatapnya...lama...

Maya tertunduk takut...

"Mungiil, aku ingin kau tetap di sini sampai kondisi fisikmu benar-benar pulih" kata Masumi meyakinkan Maya.

"Tapi, pak Masumi...aku merasa terbebani dengan semuanya. Dan aku tidak ingin begitu" jawab Maya.

Masumi lebih dekat menatap gadis mungil itu...
Kata-kata 'terbebani' dari bibir mungil Maya membuatnya menyadari semua...

"Mungiil, maaf bila selama ini kau merasa seperti itu. Aku dan ayahku tidak merasa begitu" ujar Masumi.

Tiba-tiba...

Masumi melihat airmata mengalir dari pipi Maya...

Mungiil...kau menangis...

"Maya, apa kau begitu tersiksa berada di rumahku?" tanya Masumi tak tega.

Maya masih menunduk, bibir gadis mungil itu bergetar menahan tangisnya...

Perlahan Masumi menggeser duduknya dan mendekap tubuh mungil itu ke dalam dadanya.

Maya membiarkannya...

"Mungiil, aku sangat mencintaimu...jadi akan kulakukan apapun itu untukmu" ucap Masumi lembut.

Maya semakin menenggelamkan wajahnya ke dada pria itu...

Kemudian Masumi berkata lagi...

"Tetaplah di sini, sampai kau bisa membuka hatimu...untukku. Aku mohon...walau pun aku tahu...bukan aku yang ada...di hatimu...saat ini" ucap Masumi lirih.

Kata-katanya membuat Maya semakin merasa bersalah. Karena saat ini memang Koji-lah yang masih ada di hatinya.

Maaf...
Maafkan aku, pak Masumi...
Aku akan mencobanya...
Membuka hatiku...untukmu...

"Pak Masumi, trimakasih...atas pengertiannya...anda selalu baik padaku....trimakasih...." balas Maya lembut.

Mereka masih berdekapan erat. Malam itu Masumi menyadari betapa dia sangat takut kehilangan gadis mungilnya. Walau dia tahu cinta itu masih membutuhkan waktu panjang untuk meraihnya...

Begitupun Maya, saat itu dia menyadari betapa perhatiannya Masumi selama ini padanya. Padahal Maya selalu menyambutnya dengan rasa kesal dan marah.

Pria itu begitu sabar menghadapi sifat kekanak-kanakannya. Karena perasaan itu pula, Maya akan mencoba menghargainya. Mencoba membuka hati untuk Masumi. Walau itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit...

Dalam dekapan Masumi...
Maya kembali teringat akan Koji...
Satu sisi dia masih sangat mencintai pemuda itu...
Di sisi lain, dia tidak ingin mengecewakan kebaikan Masumi...

Koji...mengapa kau tak datang mengunjungiku...
Mengapa kau begitu sibuk dengan Ayumi pasti...
Apakah ini perasaanmu sesungguhnya?
Koji...beri aku jawaban...

Aku tidak bisa begini lebih lama lagi...
Tidak bisa...






***continue to -part 13-***

3 komentar:

  1. Makasih mba white Rose updatenya^^.Smoga Maya sadar kalo mencintai Masumi.

    BalasHapus
  2. Memang cinta tidak bisa dipaksakan...tp kasihan Masumi...Semoga Maya bs membuka hatinya...ayolah Maya....

    BalasHapus
  3. waahhh,,,,masih kurang banyak ceritanya,,, mudah2an aja maya membuka hatinya buat masumi,,,, kasihan masumiku chayank,,, ditunggu update selanjutnya y sista white rose *mutia na rival*

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...