Agustus 14, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 11-






Hampir 2 jam Mizuki mencoba menenangkan Masumi. Masumi terlihat sangat kaku dengan tangan yang terus terkepal bersandar pada dinding balkon kamar tersebut.


Mizuki memandanginya dengan perasaan sangat kasihan. Sekali-sekali wanita itu menghela nafasnya panjang. Sekedar membuang kegalauan dan rasa ibanya pada Masumi.


Tiba-tiba...


Klleeeek!!!


Dari arah pintu, tampak Koji dan Maya menghampiri keduanya. Mizuki kaget melihat Maya yang begitu ceria. Wajahnya sangat berseri-seri, tiada ada kehampaan seperti sebelum bertemu Koji tadi.


Begitupun Masumi berdiri tegak dari sandarannya sambil menatap bengong ke arah Maya dan Koji.


"Kalian berdua apa akan pergi?" tanya Mizuki ingin tahu.


Koji dan Maya saling memandang sebelum menjawabnya...


Koji mendekati Masumi ragu. Sepertinya dia akan meminta ijin ke pada pria itu.


"Pak Masumi...apa boleh...saya...membawa Maya...keluar sebentar?" ujar Koji meminta ijin.


Masumi baru saja akan menganggukkan kepalanya, ketika tiba-tiba...


BRRUUUKKK!!!


Maya terjatuh, lemas di lantai...


"MUNGIIILLL...." teriak Masumi secepat kilat melewati Koji dan membantu Maya berdiri.


Koji terpelongo menyaksikan hal tersebut. Perasaan bersalah mulai menggelayut di relung hatinya.


Pak Masumi...


Sedangkan Maya merintih kesakitan. Masumi langsung menggendong gadis mungil itu dan menurunkannya di tempat tidur itu kembali.


Kemudian dia berniat mengatakan sesuatu pada Koji, namun tangannya di tahan oleh Maya...


"Pak Masumi...trimakasih" ucap Maya pelan.


Gadis itu menatap Masumi begitu hangat berterimakasih. Masumi membalasnya dengan tersenyum manis dan anggukkan kepalanya.


Koji dan Mizuki mengikuti mereka...


"Koji, maaf sebelumnya...aku tidak memberitahumu...bahwa dokter mengatakan kalau Maya...membutuhkan...terapi untuk merangsang kembali otot-ototnya sebelum beraktifitas seperti dulu lagi" jelas Masumi kepada Koji.


Koji pun manggut-manggut mengerti penjelasan Masumi tadi kepadanya.


"Maafkan saya, pak Masumi" balas Koji menyesal.


Masumi hanya tersenyum kecil. Akhirnya Koji pun pamit undur diri...


Maya tidak banyak bicara, dia hanya memandangi punggung pemuda itu mulai melangkah keluar kamarnya.


Sekali lagi Koji menoleh ke arah Maya dan tersenyum. Maya membalasnya polos. Masumi terlihat mulai bisa mengendalikan emosi cemburunya. Dia hanya menghela nafas...


Blllaaaammm!!!


*****

Mizuki terlihat sedang memijit kaki Maya yang sakit. Maya sedikit mengerang kesakitan.

"Apa kau merasa ngilu?" tanya Mizuki khawatir.

Maya menggeleng, lalu setelah itu mengangguk. Mizuki bingung sendiri dibuatnya. 

Sementara itu Masumi terlihat sedang berbicara dengan seseorang dari ponselnya. Pembicaraan yang serius sepertinya!!

Kemudian Masumi mendekati Maya, Mizuki pun mundur beberapa langkah dari samping gadis mungil itu.


Masumi menatap Maya lembut kemudian:


"Mungil, nanti akan datang dokter terapi yang akan membantumu untuk memperlancar bicara dan semua otot-ototmu yang lama tak digerakkan" ucap Masumi pelan kepada Maya.


Maya menatap Masumi dalam...


DEG!!!


Masumi bingung dengan tatapan gadis mungil itu. Dia melirik pada Mizuki, tanpa banyak komentar lagi, Mizuki pun perlahan melangkahkan kakinya keluar meninggalkan mereka berdua di kamar.


Entah mengapa Mizuki sedikit mengerti bahwa Masumi ingin berdua saja dengan gadis mungilnya di ruangan tersebut.


Mizuki pun menundukkan kepalanya dan keluar...


Blllaaamm...


Maya masih menatap Masumi...


Masumi mulai tak bisa menahan rasa sayangnya pada gadis itu. Perlahan tangannya menyentuh jemari Maya. Maya membiarkannya...


Masumi pun memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu pada gadis mungil itu:


"Mungil, apa kau masih mengingatku?" tanya Masumi ingin tahu.


Maya menajamkan tatapannya kepada Masumi sebelum menjawabnya...


"Iya...ingat...pak Masumi..." jawab Maya terbata-bata.


Masumi tersenyum mendengarnya. Tiba-tiba jemari Maya yang satunya mulai menyusuri wajah Masumi.
Masumi pun heran karenanya...


Mungiiil....


"Apa anda...sudah...sembuh?" tanya gadis mungil itu ragu.


Masumi mengerutkan dahinya bertambah bingung...


"Sembuh? Maksudmu...aku sakit sebelumnya?" tanya Masumi.


Maya menggeleng...


Tiba-tiba gadis mungil itu menangis dan mendekap Masumi. Masumi kaget sekali!


Ada apa mungill...


"Aku...takut...sekali..." ucap Maya sambil terisak.


Masumi pun membelai rambut Maya lembut. Dan melepaskan dekapan gadis mungil itu pelan. Dia menatap Maya begitu dalam untuk menenangkan nya.


"Kau akan baik-baik saja. Jangan takut..." ujar Masumi kemudian.


Lalu...


Tok...tok...tok...


"Ah...mungkin itu dokternya" kata Masumi sambil membenarkan posisi tubuhnya di samping Maya.


"Iya, masuklah!" sahut Masumi.


Cekkleeek...


Seorang dokter menundukkan kepalanya memberi hormat pada Masumi. Masumi pun membalasnya sopan...


"Silahkan dokter, kami sudah menunggumu" sapa Masumi.


Dokter itu segera menghampiri keduanya...


Lalu tanpa banyak basa basi, dia mulai memeriksa kondisi Maya. Memancing reaksi dari kedua lutut Maya dengan sebuah alat.


Masumi pun duduk di tempat yang agak jauh dari tempat tidur Maya. Kembali dia melanjutkan memeriksa dokumen-dokumennya.


Sebentar-sebentar dia menoleh ke arah Maya. Gadis itu sedang diterapi bicaranya. Urat-urat di sekitar wajah dan leher gadis mungil itu mulai tampak tegang. Lalu bergantian dengan otot kaki dan tangannya...


"Aaaaa....iiiiiii.....uuuuu......eeeeee......ooooo" kata Maya dalam salah satu terapinya.


Gadis mungil itu kemudian di minta duduk di tempat tidurnya dengan tatapan lurus ke arah balkon.


Lalu berulang-ulang mengatakan kalimat tadi...


Dan kegiatan itu berlangsung sudah hampir satu minggu berlalu...


Kini Maya mulai terapi berjalan dan mengangkat benda kecil sampai benda yang lebih besar.


Semua itu tak luput dari pengawasan Masumi. Pagi, siang dan malam, pria tampan itu begitu setia menunggui Maya.


Eisuke tak bisa berbuat banyak, selain mengikuti kemana Masumi akan menyelesaikan ini.


Dia hanya berharap putranya bisa bahagia dengan pilihan dan jalan yang diambil dalam hidupnya.


Maya...
Tolong jangan kecewakan anak bodohku itu...
Dia benar-benar tulus menyayangimu...
Aku hanya berharap padamu, Maya..
Bahagiakan dia...
Jangan kau sia-siakan ketulusannya...
Aku tidak akan tinggal diam...
Bila kau lakukan itu...!!!










***continue to -part 12-***

4 komentar:

  1. huuuuuuuuuaaaaa koji.....menyebalkan sekali sih....bodoh apa bodoh2 maya baru sembuh mau lgsg diajak keluar..... Masumi sabar ya.....mudah2an Maya segera sadar klo yg ada dimimpinya itu Masumi n yg tulus sayang sama dia itu Masumi.....

    BalasHapus
  2. ini masih panjang ceritanya yak....kasian masumi...makasih apdetnya mba Rose

    BalasHapus
  3. iya mb tina, masih byk sebagian udh di ketik ampe part 13, tp blm sempat di edit..
    ini lg sibuk bgt, maaf ya semua sista...

    BalasHapus
  4. mayaaa, tolong jangan kecewakan masumi-ku, itu permintaan tulusku padamu.

    masumiii sayaaang, sabar yaaa, suatu saat maya pasti akan menyadari ketulusan cintamu.

    mbak rose, makasih apdetannya yaa.

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...