Agustus 19, 2011

Persaingan Dua Bidadari -part 14-







Kini Maya dan Masumi berada dalam satu mobil...


Mesin mobil baru saja dijalankan menuju ke arah kediaman Hayami..


Tanpa sadar Maya masih menggandeng tangan Masumi. Wajahnya terlihat begitu kesal dan marah...


Gadis mungil itu masih memikirkan Koji!


Masumi menatapnya pilu. Hati pria tampan itu kini mulai memahami bahwa gadis mungilnya masih sangat mencintai pemuda tadi.


Mungiil...sampai kapan kau begini?
Membiarkan ku hanya menatapmu?
Aku tidak ingin sebagai pelarianmu...
Aku tidak akan menerimanya...


"Mungiil...sepertinya tanganku gatal..." ucap Masumi menyadarkan Maya yang masih menggandengnya.


Mendengar ucapan Masumi, sontak Maya langsung menghempaskan tangan pria itu, tanpa berpaling...


"Ahh...ma...maaf...aku..." ujar Maya gugup sambil menggigit bibirnya pelan.


Masumi pun merasa lelah...
Dia menyandarkan tubuhnya di jok mobil tersebut...


Maya menoleh ke arah pria itu...


Pria tampan itu sedang memejamkan matanya. Beribu cara sepertinya dia tahan untuk bisa tetap bersabar dan mengerti perasaan gadis mungil di sampingnya.


Maya merasa bersalah, karena memperlakukan Masumi seperti itu di depan Koji. Maya yakin pasti Masumi sangat tersinggung dengan sikapnya itu...


"Pak Masumi..." panggil Maya pelan.


Masumi hanya berdehem menjawab...


"Hhmmm..." 


Maya semakin kikuk dengan jawaban Masumi...
Dia merasa tidak tenang. Sambil meremas kedua jemarinya, Maya memandang keluar jendela resah.


Masumi mengintip Maya dengan membuka matanya sedikit. Senyum kecil tersungging dari bibirnya...


Maya mencoba memanggil Masumi kembali. Buru-buru Masumi memejamkan matanya...


"Pak Masumi...maafkan...aku...tadi itu bukan maksudku...membuatmu kesal" kata Maya ragu.


Masumi pun membuka matanya dan menatap Maya yang masih menunggu jawaban darinya..


"Pak Masumii..." panggil Maya lagi.


Masumi tertunduk dan menghela nafas panjangnya sebelum menjawab...


"Mungil...aku hanya ingin...kau mengerti satu hal..." ucap Masumi terhenti.


"Satu hal? Maksud anda?" tanya Maya tak mengerti.


"Mungil, mulai saat ini...aku akan mengijinkanmu...untuk kembali ke apartemenmu" ujar Masumi kemudian.


Maya terkejut dengan pernyataan dari Masumi tadi. Dia tak menyangka kalau pak Masumi akan mengatakan itu.


"Dan satu hal yang harus kau tahu adalah...aku tidak ingin kau jadikan...sebagai pelarian dari hancurnya hatimu" kata Masumi dingin.


Wajah pria itu mulai kaku dan guratan kecewa jelas terlihat darinya. Entah apa yang ada dalam pikirannya hingga dia bisa mengatakan itu pada Maya.


Sepertinya Masumi mulai hilang kesabaran...


Maya menatap Masumi sedih. Kini gadis mungil itu seperti ditampar...tersadar bahwa dia telah berlaku tidak adil pada Masumi..


Perlahan tangan Maya meraih jemari Masumi...


Masumi terkesima dengan itu...


Mungiill.......


"Pak Masumi...sekali lagi aku mohon maafkan...aku. Aku...aku...sangat takut...membuatmu...kecewa" ucap Maya memelas. Airmata jelas terbendung di pelupuk mata Maya.


Mereka saling bertatapan...


"Mungiill...." desis Masumi iba.


Pria itu luluh dengan airmata tersebut. Begitu lembut dia mengusap pipi Maya.


"Jangan menangis lagi, mungiiil" ucap Masumi perhatian.


Maya terus saja menatap Masumi. Tatapan itu begitu membuat Masumi tak berdaya. Jantungnya berdebar kencang!


Mungiiil...


Kemudian akhirnya Masumi pun menarik gadis mungil itu ke dalam dekapannya...


Sambil membelai rambut Maya, Masumi berbisik:


"Tidak, kau tidak boleh pergi dari rumahku. Tetaplah...di sana sampai....kau bisa...membuka hatimu...untukku" ujar Masumi lirih.


Mendengar ungkapan tulus Masumi, Maya pun terisak menangis di dada pria tampan itu.


Maya sadar bahwa selama ini pria itulah yang selalu membuatnya tenang. Membantunya tanpa pamrih dan menjaga dirinya selama sakit.


Pak Masumii...

"Maafkan aku...aku berjanji...mulai sekarang...akan menjalani...hidupku...bersamamu...." ucapan itu keluar begitu saja dari bibirnya.


"Mungiil..." desis Masumi sembari mengeratkan dekapannya pada gadis mungil itu.


Dekapan itu begitu lama...


*****


Mobil Masumi baru saja tiba di depan teras kediaman Hayami. Maya hendak turun, namun entah mengapa tubuhnya langsung terjatuh lemah tak berdaya. Masumi pun berusaha menahan jatuhnya Maya.


Masumi membopong Maya ke dalam, tampak Eisuke dan Asa telah menanti mereka di ruang tamu.


Dengan wajah yang cemas, Eisuke bertanya pada Masumi...


"Apa dia baik-baik saja?" 


Masumi hanya mengangguk dan terus melangkah membawa Maya menuju kamarnya.


Blllaaammm!!!


Masumi meletakkan Maya di tempat tidurnya...


"Istirahatlah! Aku mohon jangan pergi lagi.......aku....sangat mengkhawatirkan dirimu" ujar Masumi memelas.


Maya menatap pria tampan di hadapannya dan mengiyakan nya dengan senyuman juga anggukkan kepalanya.


Masumi pun pergi meninggalkan Maya...


Blllaaammm...


Kini Maya tinggal sendiri di kamar besar itu. Sepertinya gadis mungil itu tak bisa memejamkan matanya.


Perlahan dia mulai meraba-raba dinding untuk berjalan menuju balkon...


Maya menghempaskan tubuhnya di sofa balkon tersebut...


Sambil memandangi angkasa yang bertaburan bintang dan disinari rembulan malam itu...


Kembali gadis itu merenungi semua yang telah terjadi antara dirinya, Koji, Ayumi dan juga Masumi...


"Apakah semuanya memang harus seperti ini? Tuhan...bila ini takdirku...bila aku harus melepaskannya....aku akan melakukannya"


"Aku tahu, KAU sudah mengirimiku seseorang yang sangat menyayangiku.....merawatku....sampai pulih seperti sekarang ini..."


"Pak Masumii...trimakasih" 


Gadis itu terus bergumam sendiri di malam penuh bintang itu. Entah berapa lama dia seperti itu, yang jelas itu sedikit membuatnya tenang dan nyaman.


*****


Waktu berlalu begitu cepat...

Tak terasa sudah 3 minggu sejak peristiwa itu. Dan selama itu pula Koji berusaha menjelaskan dan penasaran dengan perasaan Maya.

Namun sayang, perlahan Maya mulai melupakan dan ingin menghilangkan asa-nya pada pemuda tersebut.

Mendengar kepulihan Maya, para sahabat dan sang pelatihpun mulai berkomunikasi baik dengannya.

Pelatih meminta Maya untuk datang ke tempat latihan. Untuk tahap awal, pelatih ingin Maya mulai mengingat tentang tempat tersebut. Membangkitkan kembali semangat gadis mungil itu dan melihat teman-teman lainnya yang sedang berlatih.

Maya pun menceritakan itu kepada Masumi. Masumi menyetujuinya dengan syarat, bahwa Masumilah yang akan mengantar dan menjemputnya.

Maya pun senang mendengar itu dari Masumi...


"Baiklah...aku akan menurutinya" kata Maya berterimakasih.


Mereka pun hampir setiap hari pergi pulang bersama. Itu membuat Koji cemburu. Tapi apa boleh buat, Maya benar-benar tidak ingin menggubris rasa cemburu itu.


Akhirnya...tanpa diduga...


Pagi itu seluruh anggota teater mendapat sebuah undangan...


Undangan itu dari Koji dan Ayumi yang akan melangsungkan pertunangan mereka di akhir minggu berikutnya.


Maya menghela nafasnya....mendengar berita itu....


Ada kesedihan dari matanya...


Namun gadis mungil itu begitu pandai menyembunyikannya dari siapapun...


Kemudian....


Masumi datang menjemputnya seperti biasa...


"Mungiill...apa kita bisa pulang sekarang?" tanya Masumi menghampiri Maya.


Maya tersenyum mengetahui kedatangan Masumi...


"Iya, pak Masumi...." jawabnya pelan.


Mereka berjalan keluar tempat latihan, berjalan terus menuruni tangga dan menuju tempat parkiran.


Tidak satupun kata yang terucap dari keduanya...


Masumi tidak ingin mengganggu kesedihan Maya. Dia terus mengamati wajah gadis mungil tersebut.


Dan kini mereka telah duduk berdampingan di dalam mobil...


Maya masih diam...


Masumi mencoba memecah kesunyian dengan bertanya dan mengajak Maya ngobrol...


"Mungiil...bagaimana jika kita bersama ke sebuah tempat?" usul Masumi.


Maya menggangguk menyetujuinya...


Masumi pun membelokkan mobilnya dari jalanan Tokyo menuju luar kota...


Menyusuri keindahan malam di bawah sinar bulan yang terang, mobil itu terus melaju di kawasan sebuah pantai...


Sampai Masumi menghentikan mesin mobilnya dan mengajak Maya untuk keluar dan menikmati malam di pantai tersebut.


Tanpa membantah, Maya pun mengikuti Masumi...


Kini mereka duduk di pasir yang begitu lembut...


Maya melipat kedua kakinya dengan tangan yang dilingkarkan di kedua lututnya...


Masumi memandangi gadis mungil itu dalam...


Maya menatap lurus ke depan...memandangi lautan yang begitu indah walau dalam kegelapan...


"Mungiill, apa kau baik-baik saja?" tanya Masumi khawatir.


Maya menoleh ke arah Masumi. Maya tersenyum begitu manis terhadapnya...


DEG!!DEG!!!


Jantung Masumi berdebar kencang. Begitu pun Maya mulai merasakan pipinya panas karena tatapan Masumi padanya.


Masumi menggeser duduknya lebih dekat lagi dengan Maya...


Maya masih menatap Masumi tak mengerti...


"Pak Masumi...anda?" desis Maya ragu.


"Mungiil..." 


Maya menunduk malu, kemudian dia bertanya sesuatu pada Masumi..


"Pak Masumi, apa anda...pernah menyukai seseorang...dengan tulus?" 


Masumi bingung dengan pertanyaan Maya...


"Apa maksudmu, mungiil?"


"Beberapa minggu yang lalu...aku begitu...sedih...mengingatnya...
bersama...wanita lain..."


Masumi memandangi Maya...


Gadis mungil itu menitikkan airmatanya...


"Jangan lagi...jangan lagi mengingatnya...bila itu membuatmu...menangis....Maya!" 


"Lalu...mengapa anda tidak menjawab pertanyaanku tadi?"


"Mungiil...apa kau sudah mengerti apa itu ketulusan?"


Maya menggeleng ragu...


Masumi menggeser lebih dekat lagi tubuhnya ke Maya...


Pak Masumi...


"Aku sangat tulus menyayangimu...apa kau pernah tahu itu?" ungkap Masumi lembut berbisik di telinga Maya.


DEG!!!


Pipi Maya merona malu karena jaraknya begitu dekat dengan pria tersebut...


Maya menunduk...menghindari tatapan Masumi...


"Pak Masumii..."


"Hhmmm...."


"Mengapa aku selalu merasa...nyaman...bila...bersama...mu?"


Masumi tercengang dengan pernyataan Maya barusan...


"Benarkah?"


Maya mengangguk perlahan...


"Mungiil, apa kau masih bersedih memikirkan Koji?"


Maya menatap Masumi kembali...


"Mungkin beberapa saat lalu...aku...sempat...merasakannya"


"Mungiil..."


"Pak Masumi...saat ini...rasa itu...tidak sama...aku...mulai...biasa saja"


Masumi tahu bahwa gadis itu telah berusaha keras melupakan Koji dari dalam hatinya...


Entahlah...


Masumi teringat kembali ucapan Maya saat di depan apartemen bersama Koji. Bahwa dia akan menikah bersama dirinya!


"Maya...apa kau benar-benar ingin menikah denganku?"


DEG!


Maya melotot kaget mendengar pertanyaan Masumi yang tiba-tiba mengingatkannya pada peristiwa itu...


"Pak Masumi...aku..."


Namun Maya memutuskan untuk diam dan menggelengkan kepalanya...


"Mungiil, apa itu semua...hanya...pelampiasanmu? Apa aku...kau anggap seperti itu? Apa kau benar-benar mempermainkanku?" tanya Masumi bertubi-tubi.


Maya merasa iba padanya...


Dengan bibir yang menganga, sepertinya begitu banyak yang ingin dikatakan Maya kepada Masumi...


Maya sangat ingin menjawab semua pertanyaan Masumi...


Pak Masumiii...


Tiba-tiba...


CUUUUUPPPP!!!


Masumi mengecup bibir mungil Maya...


Lalu dia menahan pundak Maya dan menatapnya mesra...


Maya hanya diam terpaku...
Tak bisa berbuat apa-apa...


Kemudian perlahan kedua wajah mereka mulai mendekat kembali...


Masumi pun mencium lembut bibir Maya sekali lagi...


Maya membalasnya hangat...


"Aku mencintaimu, Maya!" bisik Masumi di telinga Maya.


Maya hanya menatap Masumi dengan pipi yang sedikit merona...


Maya melipat bibirnya sambil menghela nafasnya dalam-dalam...


Masumi semakin ingin merasakan kembali hangatnya bibir gadis mungil di hadapannya tersebut.


"Mungiill...buka hatimu...untukku...aku ingin membawamu...ke dalam kehangatan cintaku..." 


Maya merasa sangat tersanjung mendengar semua pernyataan Masumi malam itu...


Sedikit demi sedikit rasa itu mulai hadir...


Maya tersenyum bahagia dan lega...


"Pak Masumi...trimakasih..."


Pak Masumi...
Aku sudah mulai membuka hati ini untukmu...
Kan kubiarkan kau berkelana di dalamnya...
Menari di setiap sudut relung hatiku...


Trimakasih pak Masumi...


*****

Malam telah berganti pagi...

Kediaman Hayami...

Maya keluar dari kamarnya menuju ruang makan untuk sarapan bersama Eisuke dan Masumi.

Begitu langkah itu baru saja memasuki ruang makan, gadis mungil itu sedikit ragu melanjutkan.

DEG!!!

Entah mengapa jantungnya mulai berdebar kencang memasuki ruangan tersebut.

Tampak Eisuke telah menunggu kehadirannya dengan senyuman yang sangat tulus.

Maya menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat pada pria tua itu.

Eisuke pun mempersilahkan Maya mengambil tempat duduk di hadapannya.

"Duduklah Maya!" perintahnya sambil merentangkan tangan kanannya menunjuk sebuah kursi.

Maya pun mengikuti perintah Eisuke. Hatinya sedikit lega karena ternyata Masumi belum ada di ruangan besar tersebut.

Gadis mungil itu menarik nafasnya lega...

Entah mengapa sejak semalam, pikiran Maya diselimuti rasa bahagia yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Pak Masumi...

Tak lama kemudian...

Tak...tak...tak...

Suara langkah sepatu terdengar mendekati ruang makan...


Maya semakin berdebar sambil memejamkan matanya...


Eisuke memperhatikan sikap Maya yang tak biasanya, ada senyuman kecil tersungging dari bibir lelaki tua itu.


Masumi...kau berhasil...


"Selamat pagi semuanya..." sapa Masumi sambil membungkukkan sedikit kepalanya.


"Hhmm...duduklah, gadis mungil di hadapanku ini sudah lama menunggumu" ujar Eisuke tiba-tiba.


DEG!!!


Sontak pipi Maya merona malu dibuatnya...


Gadis mungil itu semakin menundukkan kepalanya bingung...


Masumi hanya tersenyum kecil menanggapinya. Dia tahu ayahnya sedang meledek dirinya dan Maya.


Sarapan pagi pun dimulai...


Selama sarapan berlangsung Maya merasa jika dirinya sangat gugup. Entah mengapa dia pun tak mengerti mengapa jantungnya berdebar lebih kencang sejak Masumi berada di sampingnya untuk sarapan.


Eisuke dan Masumi saling bertatapan seolah memberi kode bahwa saat ini Maya sedang sangat tegang.


Eisuke tersenyum lebar memandangi keduanya...


Selesai sarapan, diapun segera meninggalkan Maya dan Masumi di ruangan tersebut.


DEG!!DEG!!


"Apa kau sudah selesai, mungil?" tanya Masumi memecah kesunyian diantara mereka.


"Eh...a...iya...sudah" jawab Maya gugup.


Masumi merasa iba melihat Maya grogi seperti itu...


Perlahan dia menyentuh jemari gadis mungil di sampingnya...


"Mungiil...jangan gugup seperti ini. Aku merasa bersalah bila membuatmu begini" ucap Masumi lembut.


Maya masih menunduk malu...


Tapi sepertinya pagi itu Maya harus segera membuat satu keputusan..


Gadis mungil itu memberanikan diri berbicara apa yang ada dalam benaknya...


"Pak Masumi...sekarang ini...semuanya telah kembali normal" ujarnya ragu.


Masumi tersenyum mendengarnya...


"Lalu?" tanya Masumi bingung kemana maksud ucapan Maya tadi.


Maya menarik nafas sebelum melanjutkannya...


"Aku akan kembali ke apartemenku...dan aku...ingin..." Maya tak melanjutkan ucapannya.


Wajahnya sangat memerah...


Masumi penasaran dengan kelanjutan dari ucapan Maya...


Dia mengeratkan genggamannya pada jemari mungil Maya...


"Apa yang kau inginkan, mungil? Aku penasaran dibuatnya!" 


Maya memberanikan diri menatap Masumi...


Masumi pun membalas tatapan itu hangat...


"Aku ingin...kita tetap seperti...ini"


"Mungiil..." desis Masumi tak percaya dengan apa yang didengarnya.


"Pak Masumiii...tetaplah menjagaku...memperhatikanku...dan menemuiku nanti...karena...karena...."


Gadis mungil itu menitikkan airmatanya...


Mungiill...


"Karena aku...sangat membutuhkanmu...aku.."


Belum sempat Maya melanjutkan ucapannya...


Masumi telah mendekapnya erat...


"Mungil...trimakasih..."


Maya pun menenggelamkan wajahnya lebih dalam di dada pria tersebut.


Hatinya merasa damai dan nyaman...


Walau dia menikmati tinggal satu atap dengan pria itu, namun dia merasa itu belum saatnya.


Mereka akan bersama bila satu ikatan suci telah terlaksana. Maya merasa saat ini hatinya mulai berbunga-bunga dibuat pria didekapannya.


Pak Masumi...


Pak Masumi-ku...


Aku benar-benar membutuhkanmu...


Sungguh-sungguh...


Membutuhkanmu...








***continue to -part 15-***

5 komentar:

  1. kuraaaaaaaaaaaaaaaangggggggggg!!!!!!!

    BalasHapus
  2. Belum ada update lg sista??? Anastasia

    BalasHapus
  3. akhirnya Maya sadar juga...senang sekali mpga2 semua berjalan lancar utk mereka ber2 :P

    BalasHapus
  4. akhirnya masa2 bahagia MM datang, bye Koji... :D
    ty sista.....

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...