September 08, 2011

Miss You So Much -2-






Pementasan Bidadari Merah telah lama terlewati. Semuanya ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan oleh pihak Daito sebagai sponsornya.


Eisuke Hayami sangat murka dengan kondisi tersebut, berulang kali dia bersitegang dengan Masumi gara-gara hal itu.


Apalagi Masumi sudah mencapai level puncak taraf kemarahan dan kekesalannya pada Sang Bidadari Merah.


Obsesinya pada pementasan Bidadari Merah telah membuatnya khilaf dan mengacuhkan hubungannya dengan Maya. 


Segelintir orang bahkan mengatakan bahwa hubungannya dengan Maya hanya untuk mensukseskan Pementasan tersebut.


Dan saat ini semua penundaan sudah memasuki bulan ke delapan...


Eisuke meminta Masumi untuk menyerahkan pemeran Bidadari Merah kepada Ayumi. Namun itu bertolsk belakang dengan Masumi sendiri dan tentunya bu Mayuko sebagai guru akting Maya.


Di satu sisi Eisuke merasa bahwa sejak penundaan itu prilaku dan sikap putranya sudah diluar kebiasaannya. Masumi mulai mengacuhkan segala hal demi pementasan tersebut, termasuk hubungan asmaranya dengan Maya.


Namun jauh di lubuk hatinya, Masumi tetaplah seorang pria yang membutuhkan belaian lembut seorang wanita. 


Masumi sangat merindukan Maya...


Namun tiada seorang pun yang mengetahui hal tersebut...
Semua menganggapnya egois dan tak berperasaan terhadap Maya...


Seperti malam itu, pria tampan tersebut tampak termenung sendiri di balkon kamarnya.


Sendiri memandangi langit yang bertaburan beribu bintang, dirinya kembali terkenang saat di desa Plum bersama Maya...


Mungil...apa kau sedang menatapnya?
Masih bolehkah aku mengenang semuanya...
Semua yang pernah ada antara kita...
Semuanya begitu indah...


Apa kau tidak merindukanku?
Apa kau akan terus seperti ini?


Mungiiil...
Aku benar-benar rindu...
Padamu...


Masumi merogoh kantong kemejanya untuk meraih rokoknya...


Lalu tak lama setelah itu dia sudah tampak asyik menghisap beberapa batang rokok sambil terus memandangi langit malam di kota Tokyo.


Matanya jauh menerawang ke angkasa mengenang segala hal yang pernah dan sedang terjadi dalam kehidupannya saat ini.


"Huuufffthh...mengapa jadi seperti ini? Apa yang harus aku lakukan? Apakah selalu aku yang dianggap egois?"


Sorot matanya mulai terlihat sayu...


Masumi merasa lelah dengan segala prasangka buruk yang dijatuhkan pada dirinya...


"Mungil...kau sudah puas sekarang? Aku benar-benar tersudut sejak kepergianmu?"


"Terpikirkah tentang diriku olehmu saat ini?"


Pria jangkung itu mematikan rokok yang ada di tangannya, lalu dia masuk ke dalam kamarnya.


Menghempaskan tubuhnya dan berbaring dengan mata yang terpejam...


Penat...rasanya tanpamu...Mungil...
Kau pelipur laraku...kau...gadis mungilku...
Bidadari ku....bidadari merahku...
Aku sangat merindukanmu...


*****

Tak beda dengan Masumi...

Malam itu Maya pun melamun sendiri di kamarnya di kediaman Mrs.Carol...

Masih sama seperti beberapa bulan sebelumnya...

Gadis mungil itu selalu saja terbayang akan kisah cintanya dengan Masumi Hayami.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya...

Tok...took..tok...

"Maya...boleh aku masuk?" tanya suara Peter dari balik pintu.

Maya terdiam sesaat sebelum membukakan pintu...

Cekklleeek!!!

"Peter...ada apa?" sapa Maya ketika pintu terbuka.

"Maaf malam-malam begini aku mengganggumu. Boleh kita bicara sebentar?" tanya pria tampan itu pelan.

Maya mengangguk dan mempersilahkan pria itu masuk ke kamarnya...

Selama ini pria itulah yang selalu menghibur Maya di sela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha ternama di kota tua tersebut.

Peter adalah pria yang sangat sopan, dia pengusaha di bidang konstruksi di London. Sikap dan prilakunya benar-benar bersahaja dengan ukuran kekayaan yang dia miliki.

Hampir setiap minggu keluarga Caroline mengajak Maya berwisata di sekitar London.

Maya sangat menikmati petualangan nya di kota tersebut, belum lagi teater West End tempatnya bergabung.

Walau masih baru namun para pelatih dan pemain lain sangat senangjuga ramah dengan kehadiran Maya di sana.
Gadis mungil itu kini mempunyai tempat untuk mengekspresikan kemampuan aktingnya.


Walau harus masih banyak belajar, Maya selalu giat dan semangat melakukan berbagai latihan dan saran dari para pelatihnya.


Di sanalah Maya mengetahui betapa diagungkannya dunia teater di salah satu kota tertua di dunia ini.


Pemahaman tentang teater dan dunia akting begitu dibahas secara gamblang dan mendalam di sana.


Teater merupakan seni peran di depan penonton dengan gabungan dari ucapan, gestur, mimik, boneka, tari, musik dan lain-lain. Dan masih banyak lagi yang Maya pelajari dari teater West End yang melegenda di Inggris tersebut.


Dari sanalah bermunculan karya-karya agung dunia yang hingga kini masih saja abadi di teater dunia.


Bersama Peter-lah, Maya diperkenalkan ke setiap sudut perteateran di sana.


Hingga Maya mulai mengerti pendalaman akting yang seharusnya dia pelajari kembali.


Dan malam itu Peter sangat ingin melihat karya besar dunia akting Jepang yang terkenal, yaitu Bidadari Merah.


"Bolehkah aku melihatnya lagi Maya?" tanya Peter berharap.


Maya merengutkan bibirnya...


"Peter? Kau tahu kan ini sudah sangat larut. Aku lelah seharian tadi berlatih bersama Mr. David" tolak Maya dengan satu alasan.


Namun tampaknya Peter tak menghiraukan tolakan Maya tadi. Dia langsung saja duduk di sofa kamar Maya.


"Ayolah Maya...aku sangat ingin melihatnya. Aku tahu tentang itu dari teman sekantorku tadi sore" terang Peter penasaran.


"Tapi...kau sudah melihatnya kan beberapa hari yang lalu di tempatku berlatih" bantah Maya.


Tiba-tiba pria itu berjalan mendekati Maya...


Maya sedikit mundur menghindari nya...


Peter menyadari itu, kemudian diapun tersenyum manis pada Maya...


"Maya...maaf bila aku memaksamu" ucapnya lembut.


Maya hanya tertunduk merasa tidak enak...


Pria itu kemudian menuju ke arah pintu dan sepertinya dia sudah akan pergi dari kamar Maya.


"Peter...maafkan aku" kata Maya.


Pria tampan itu tersenyum kembali...lalu...


"Tidak apa, beristirahalah!" ujar nya sambil berlalu dari kamar Maya.


"Selamat malam Peter" ucap Maya pelan.


Pria itu menoleh kembali ke arah Maya dan...


"Good Night...My Lady" 


Blllaaaammm!!!!


Maya bersandar di pintu kamarnya sambil memegang dadanya...


"Mengapa seperti ini?" gumam Maya tak percaya.


Peter...


Maya tak ingin lebih jauh lagi memikirkan apa yang baru saja dia rasakan malam itu.


Gadis mungil itu bergegas ke tempat tidurnya dan memejamkan matanya untuk segera tidur. Namun wajah Masumi muncul dalam benaknya...


Masumi...aku rindu...


Tiba-tiba...


Ponselnya berbunyi...


Dengan gerakan malas Maya mengangkatnya...


"Halo..." sapanya setengah mengantuk.


"Mungil...ini aku" sahut suara Masumi dari tempat yang berbeda.


Maya sontak kaget dan terdiam sambil memejamkan matanya...


"Maya...pulanglah" ucap Masumi lesu memelas.


"Tidak...aku tidak akan pernah kembali" balas Maya lirih.


Dalam bathinnya dia masih sangat ingin menghabiskan hari-harinya bersama pria yang sedang menghubunginya saat ini.


Air mata gadis mungil itu begitu saja mengalir dengan derasnya. Maya tak kuasa mendengar suara Masumi yang sangat dia rindukan.


"Masumiii..." ucapnya terisak sambil menahan bibirnya agar tak keterusan menangis.


"Mungiiil...aku tahu...kau pun merindukanku"


"Masumiii...." ucap Maya masih terisak.


"Kau dimana, sayang. Aku akan menjemputmu besok!" kata Masumi semangat.


Maya menggelengkan kepalanya perlahan. Gadis mungil itu masih sangat takut akan terjadi hal yang sama nantinya bila dia kembali.


Masumi...maafkan aku!


"Masumi...sudahlah lupakan...semuanya...tentang kita...hubungan kita sudah berakhir!"


"Maya, maafkan segala kesalahanku selama ini. Aku mohon Mungil.." pinta Masumi sungguh-sungguh.


Maya tambah terisak mendengar semua ucapan Masumi...


Cukup...cukup Masumii...


"CUKUUPP!!!! Selalu saja kata maaf menjadi senjatamu!" teriak Maya emosi.


"LALU AKU HARUS MENGATAKAN APA? APA YANG INGIN KAU DENGAR DARI BIBIRKU INI? HAAAH?!!!" balas Masumi pun kesal dan sedih.


"Masumii...aku ingin kau lupakan aku dan berjanjilah bahwa bila suatu saat nanti kita bertemu..." Maya tak meneruskan ucapannya karena airmata begitu membasahi bibirnya.


"Mungiiiill...."


"Bila...kita bertemu nanti, anggaplah...kita...tak pernah saling mengenal....aku mohon Masumii"


Masumi diam sejenak mendengar kata-kata Maya...


Mungiiill...kau benar-benar marah...
Aku tak pernah menyadarinya...


"Maya..."


"Selamat malam, Masumi"


Tuuut...tuuutt...tuuutt...


Maya menutup dan menon-aktifkan ponselnya!!


Gadis mungil itu benar-benar merasa putus asa tentang hubungannya dengan Masumi yang tak pernah menemui titik bahagia.
Selalu saja ada bongkahan es yang menghadang tinggi. Keduanya tak pernah bisa menghancurkan dan melewati hal tersebut.


Maya menangis di kamarnya...


"Masumi...aku benar-benar ingin menjadi pendampingmu"


"Tapi...aku belum mampu menutup mata dan telingaku bila berada di sampingmu"


"Aku tahu, kau pun begitu...masih banyak obsesimu yang ingin kau raih"


"Dan aku tak akan pernah bisa menjadi salah satu obsesimu tersebut"


"Mulai saat ini aku akan menjalani hidupku di sini tanpa memikirkanmu lagi"


Aku berjanji...


Walau aku....aku....membutuhkanmu...


Sungguh...


*****

Satu tahun sudah berlalu...

Baik Maya maupun Masumi sudah sibuk dengan urusan masing-masing di tempat yang berbeda.

Dan saat ini Maya sedang mencoba menjalin hubungannya bersama Peter. Tentu saja Mrs. Carol sangat senang mendengarnya.

Wanita penyabar dan baik hati itu berniat akan meresmikan hubungan keduanya ke jenjang pernikahan.

Tidak ada penolakan dari Maya maupun Peter. Keduanya terlihat sangat serasi dan bahagia.

Maya sudah benar-benar melupakan kisahnya bersama Masumi sejak janjinya di malam itu.

Akhirnya pernikahan itu terlaksana dengan lancar dan meriah. Hampir semua saudara Mrs.Carol hadir dari berbagai negara pun hadir menyaksikan acara sakral Maya dan Peter.

Dan diantara tamu undangan tampak hadir pula Eisuke Hayami, ayahanda dari Masumi Hayami!

Lelaki tua itu terhenyak menyaksikan sang pengantin wanita. Dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Maya" desisnya kaget.

Mata dan bibirnya terus melongo kaget setengah mati...

Akhirnya Maya pun menyadari kehadiran Eisuke, namun sikap dan wajahnya benar-benar tanpa ekspresi terkejut.

"Paman..." sapanya ketika dia menghampiri tempat duduk lelaki tua tersebut.

Eisuke tersenyum kecil, hatinya benar-benar sedih dengan kenyataan yang sedang dia hadapi.

Maya memegang jemari lelaki tua itu. Matanya mulai berkaca-kaca menatap kekosongan dan kehampaan dari Eisuke.

"Maafkan aku, paman" ucap Maya pelan.

Eisuke pun mulai menyadari bahwa putranya pernah bahkan sering menyakiti gadis mungil di hadapannya.

Dia mengangguk mengerti dan menepuk pundak Maya...

"Aku sudah mengerti, Maya. Jadi kau jangan ragu melangkah! Aku ingin melihatmu bahagia" balas Eisuke sambil tersenyum.

Ketika keduanya sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Mrs.Carol mengejutkan mereka.

"Ah...Eisuke...anda datang rupanya. Tamu jauhku" sambutnya menyapa Eisuke.

Tanpa canggung wanita itu membungkuk dan mencium kedua pipi Eisuke lalu menggenggam jemari lelaki tua tersebut.

Eisuke tampak gembira sekali bertemu dan berjabat tangan dengan Mrs.Carol.

Keduanya sudah tampak asyik bercerita beberapa menit kemudian. Karena merasa tidak nyaman, Maya pun pamit sebentar untuk menemui Peter yang sedang asyik juga mengobrol dengan rekan-rekan bisnisnya yang hadir.

"Ah...sayang, kemarilah" ujar Peter ketika melihat Maya menghampirinya.

Satu persatu Peter memperkenalkan Maya pada semua temannya. Mereka sangat sopan dan ramah. Maya merasa menikmati keakraban bersama rekan dan teman Peter.

Acarapun selesai juga pada sore hari. Semua tamu dan undangan mulai berpamitan dan meninggalkan rumah megah kediaman Mrs.Carol.

Tinggallah beberapa sahabat dekat keluarga tersebut dan termasuk Eisuke Hayami.

Lelaki tua itu masih asyik mengobrol dengan Mrs.Caroline. Hingga seorang body guard Eisuke membisikkan sesuatu di telinganya.

"Ya ampun, aku hampir lupa" kata Eisuke tersadar.

Lelaki tua itu harus segera berangkat lagi karena pesawatnya sudah terjadwal kembali sore itu juga.

Eisuke pun pamit...

Berat hatinya meninggalkan Maya terlihat dari sorot matanya.

Lelaki tua itu lama menggenggam jemari mungil Maya. Mrs.Carol sudah mengerti akan kesedihan teman baiknya Eisuke Hayami.

Lelaki tua itu telah menceritakan semuanya pada Mrs.Carol...

Mrs.Carol pun merasa tidak enak karena hal itu, namun Eisuke menegaskan sekali lagi bahwa putranya memang sudah tidak bisa lagi dimaafkan oleh Maya.

Tak lupa Eisuke meminta agar Mrs.Carol menjaga dan menyayangi Maya.

"Tolong sayangi dan jaga menantumu itu untukku!" pinta Eisuke sebelum menaiki mobil yang akan mengantarnya ke bandara.

Mrs.Carol tersenyum sambil menganggukkan kepalanya...

Blllaaaamm!!!

Mobil itu membawa Eisuke menuju bandara dan segera menaiki pesawat yang akan membawanya kembali ke Tokyo.


Eisuke merasa bingung harus mengatakan apa pada putranya. Satu sisi dia sangat sedih dan kecewa melihat Maya menjadi menantu orang lain, namun di sisi lain dia gembira akhirnya Maya menemukan seseorang yang bisa membuatnya bahagia.


Masumi...semuanya sudah berakhir...
Benar-benar berakhir...
Aku berharap ada seseorang yang akan mengerti dirimu...
Menerimamu dan mencintaimu seperti Maya...


Melangkahlah selagi kau bisa...
Lupakan dia...
Lupakan semua obsesimu...
Carilah cinta yang sesungguhnya...








***continue to -part 3-***

7 komentar:

  1. wah jgn2 nt Peter suka lagi sm Maya...XD *sotoy*

    tina

    BalasHapus
  2. samapi part berapakah ini ??
    kelihatannya bakal lama yach,masa maya menikah dg Peter sich.

    BalasHapus
  3. masumi..
    aku juga cinta kamu.kekeke~

    BalasHapus
  4. akhirnyaaaaaaaaaaa ... go go Maya !!!!




    * keliatan banget ye gw sebel ama Masumi ...jiakakakakakak *

    BalasHapus
  5. tuh, kan bener kalo peter n maya bakal nikah. eh, nanti pas eisuke ngasih tau sama masumi gimana, yah??? masumi pasti murka n dateng2 kelondon bawa pergi maya *sotoy*. XD ceritanya bagus, mbak. terima kasih untuk cerita yang GOOD ini. ^^

    BalasHapus
  6. Ini beneran ceritanya? Ga mau...

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...