Desember 16, 2011

Promise -5-







Rumah Sakit...

Maya masih dalam perawatan intensif di salah satu ruangan. Masumi dan beberapa pelayan menanti dengan setia di ruang tunggu dekat ruangan Maya.


Raut wajah Masumi sungguh sangat menyedihkan. Beribu alasan membuatnya tetap bertahan hingga saat ini. Hati kecilnya tidak bisa berbohong jika terlalu mencintai Maya Kitajima. Perasaan bersalah selalu menghantui gerak langkahnya.


"Mungil" desis Masumi lirih.


Entah apa yang membuat Masumi meraih ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.


"Halo" sebuah suara menyapanya dari sebrang ponselnya.


Mendengar suara itu, Masumi menarik nafasnya dalam. Matanya terpejam untuk menenangkan segala rasa di dalam bathinnya. Gejolak kesedihan dan rasa bersalah terus bangkit dalam benaknya.


Lalu...


"Halo, Hijiri bisa kau menemuiku di RS..." kata Masumi akhirnya.


Pria itu memberikan sebuah alamat kepada Hijiri. Entah apa yang direncanakannya.


KLIK!!


Telepon itu terputus!


Kediaman Naori...


Hijiri tampak terburu-buru menuruni anak tangga. Ayah satu anak itu sepertinya akan menemui Masumi di tempat yang sudah dijanjikan Masumi sebelumnya.


TIBA-TIBA...


"Ayaaaah, mau kemana? Boleh aku ikut bersamamu?" tanya Naori mencegah kepergian Hijiri.


Hijiri berbalik dan memeluk gadis kecil itu erat...


Naori pun sempat heran karenanya...


Ayaaah...


"Naori sayang, ayah hanya akan menemui teman lama sebentar. Ayah janji akan cepat kembali" kata Hijiri lembut pada Naori.


Naori cemberut kesal. Dia sangat ingin terus bersama sang ayah. Naori masih ingin menikmati kebersamaannya bersama Hijiri. Sepertinya gadis kecil itu sedang mengalami masa-masa sensitif. Takut kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya.


"Ayaaaaaah...pleaseeeeee" pinta Naori manja dan mengiba.


Matanya berkaca-kaca menatap Hijiri sendu. Hijiri tak sanggup menatap mata Naori yang seperti itu.


Hentikan nak...
Kau membuatku bimbang...
Mata itu...
Benar-benar matamu, Maya...


Hijiri kembali mendekap Naori erat...


"Baiklah" kata Hijiri menyerah.


Dengan lembut Hijiri mengenggam lengan mungil Naori. Keduanya berjalan menuju mobil. Para pelayan menatap pilu kepada tuan dan nonanya.


Entah mengapa ada sesuatu yang membuat para pelayan itu bersedih melihat kebersamaan keduanya ketika itu.


Blam!!


Hijiri mengemudikan mobilnya. Terus melaju menuju tempat yang sudah disepakatinya bersama Masumi.


Naori yang duduk di sebelahnya tak mengerti apa-apa. Gadis kecil nan polos itu tidak akan pernah tahu bahwa beberapa saat lagi akan bertemu dengan seseorang yang paling berharga dalam kehidupannya.


Seseorang yang seharusnya ada di posisi Hijiri. Hijiri tampak menerawang. Mata pria itu membendung berjuta harapan dan keinginan yang begitu besar dari pertemuannya nanti.


Pak Masumi...apa yang ingin anda katakan? Apa ini menyangkut Maya? Mengapa harus di RS?
Atau jangan-jangan...


Tanpa sadar Hijiri menekan gas mobilnya hingga mobil itu sedikit oleng dan tak seimbang...


Terdengar jeritan dari gadis kecil di sebelahnya!


"AYAAAHH, AWAAASS!!!" 


CCIIIIIIITTTTTTTTTT!!!!


Dengan cepat gerakan Hijiri menekan pedal rem. Jika tidak,  mungkin mobil itu telah menabrak seorang pejalan kaki.


HAMPIR SAJA!!!


Naori tampak ketakutan! Wajahnya pucat. Gadis kecil itu memandangi sang ayah dalam...


Hijiri memperlambat laju mobilnya dan menepi ke sebelah pinggir jalan.


"Huuuuuufftthhh....." gumam Hijiri sambil menyandarkan tubuhnya di kursi mobil.


"Ayah kenapa?" tanya Naori khawatir.


Gadis kecil itu mengusap kening sang ayah lembut. Matanya gusar menyaksikan kegalauan Hijiri.


Ada apa dengan ayah?


Hijiri menoleh, membalas tatapan Naori yang mengkhawatirkannya. Hijiri tersenyum berusaha menenangkan sang putri.


"Ayah hanya sedikit lelah saja, Naori sayang" kata Hijiri pelan sambil meraih tangan Naori yang ada di keningnya.


Meraih tangan mungil itu dan menepuknya berulang kali...


Aku baik-baik saja, nak...


Keduanya saling pandang lirih...


Setelah agak tenang, Hijiri pun kembali menghidupkan mesin mobilnya. Dengan berdoa pada Tuhan, pria itu berharap bisa membahagiakan gadis kecil di sebelahnya...


Tuhan, ijinkan dia tetap berada di sisiku...
Biarkan dia tetap memanggilku 'ayah'...
Aku takut akan kehilangan segalanya...
Jangan pisahkan aku dan dia kali ini!


Dia anakku, putriku...
Walau bukan darah dagingku...
Tapi dia sangat berharga bagiku...
Aku mohon...Tuhaaaan...


Hijiri terus mengemudikan mobilnya. Dia tahu bahwa sedari tadi, mata Naori terus mengawasinya, memandanginya, karena takut bila Hijiri lengah lagi mengemudikan mobil. Dan Hijiri sangat bahagia karenanya.


Naori...putriku...
Sampai kapanpun, kau tetap putriku!




*****



Parkiran RS...

Hijiri memasuki gerbang dan memarkirkan mobilnya di sebuah sudut tak jauh dari pintu masuk.

Naori yang keheranan dengan tempat yang dikunjunginya. Matanya memandangi sekeliling. Ada keganjalan yang dia rasakan.

Mengapa ayah membawaku ke RS?
Apa ayah sedang sakit saat ini?

Naori menoleh pada Hijiri. Hijiri pun membalas tatapan itu tak mengerti.

"Ada apa Naori?" 

Naori menaikkan alisnya. Bingung dengan pertanyaan yang keluar dari sang ayah...

"Apa? Mengapa ayah yang bertanya seperti itu? Seharusnya aku, yah!" 

Hijiri pun baru menyadari bahwa sedari tadi dirinya tak pernah mengatakan akan membawa Naori kemana.

Hijiri tersenyum malu...

"Oooh...maaf nak, ayah yang salah. Ayah sudah mengatakan padamu bahwa akan menemui teman lama ayah. Dia sedang berada di RS ini. Jadiiii...." Hijiri menghentikan penjelasannya karena Naori terus memandanginya dengan mata curiga.

Dengan lembut, Hijiri membelai rambut gadis kecil itu...

"Oke-oke, Naori tolong jangan tatap ayah seperti itu. Ayah bingung dengan tatapanmu itu, nak!"

Naori menunduk sejenak...

Kemudian...

"Apa aku pernah mengenal teman lama ayah itu?"

DEG!!!

Pertanyaan dari bibir kecil Naori sekilas membuat jantung Hijiri berdegup kencang. 

Naori...

"Ayaaah" gumam Naori heran melihat Hijiri yang bengong dengan pertanyaan darinya tadi.

"Aaah, iyaya...mungkin saja kau mengenalnya Naori" kata Hijiri gugup.

Tiba-tiba...

Gadis kecil menyentuh jemari sang ayah dan menggenggamnya erat. Hijiri menjadi sedikit tenang dibuatnya...

Anak ini...

Hijiri terus menatap Naori lekat-lekat...

Tatapan itu terhenti ketika ponselnya kembali berbunyi...

Dengan cepat Hijiri mengangkatnya!

"Ya, halo" sapa Hijiri datar.

"Apa kau sudah sampai? Masuklah terus dan tunggulah di bangku dekat lift pertama!" suara Masumi memberi perintah dari sebrang ponselnya.

"Tapi, aku bersama..." sayang pembicaraan di ponsel itu terputus dari sana.

Bagaimana ini?

Hijiri belum sempat memberitahukan pada Masumi bahwa saat ini dia membawa Naori. Hijiri takut bila apa yang akan dikatakan Masumi nanti bisa menyakiti Naori.

"Siapa ayah? Apa dia teman lama ayah itu?" tanya Naori mengejutkan Hijiri.

Wajah Hijiri sedikit memutih karena cemas...

Hijiri hendak melangkah turun setelah membuka pintu mobilnya kala tangan Naori menahannya kuat...

"Aku ikut ayah!"

Hijiri menelan ludahnya perlahan. Lalu dengan berat hati kepalanya mengangguk...

Seketika raut wajah Naori sangat gembira. Dengan semangat gadis kecil itu membuka pintu mobil dan membantingnya.

BBLLAAAMM!!!

Syyuuuut!!!

Kemudian dengan tersenyum bahagia pula, gadis kecil itu menggandeng lengan sang ayah yang sedang menutup pintu mobilnya.

Hijiri membalas senyuman itu. Dia tidak ingin mengecewakan putri kesayangannya.

Keduanya pun berjalan masuk menuju lobby. Terus mendekati lift pertama. Terlihat di sana ada beberapa deret bangku besi dari steinless.

Hijiri pun duduk diikuti oleh Naori...

Sambil menunggu Naori berjalan di sekitar tempat itu. Sepertinya gadis kecil itu gembira bisa terus berada bersama sang ayah.

Hijiri melihat jam tangannya beberapa kali. Memandangi ponselnya...

TIBA-TIBA!!!

Pintu lift terbuka!

Sontak mata Hijiri memperhatikan lift tersebut. Dari dalam lift keluar seorang perawat. Hijiri menyandarkan kembali duduknya. Namun ternyata perawat itu menghampirinya!

Eeeh...

"Apa anda tuan Hijiri?" tanyanya ramah.

Hijiri mengangguk lalu "IYA!"

"Mari ikut saya!" ujar perawat itu.

"Apa? Sebentar..." Hijiri kemudian melambaikan tangannya pada Naori yang berada tak terlalu jauh darinya.

Naori pun tampak berlari menghampiri Hijiri...

Lalu keduanya mengikuti perawat itu, menaiki lift kembali...

Sepanjang perjalanan singkat itu Hijiri merasa berada dalam ketakutan luar biasa. Waktu seakan berjalan sangat lambat. Menyeretnya perlahan dalam kegelapan dan kehampaan...

Apa arti semua ini, pak Masumi?


*****


Pintu lift mulai terbuka perlahan...

DEG!!!

Kemana perawat ini akan membawaku?

Tampak raut galau ada di wajah Hijiri. Tangannya semakin erat menggenggam gadis kecil di sebelahnya. 

Mata Hijiri mulai mengelilingi ruangan setelah keluar dari lift tersebut. Kemudian perawat itu mempersilahkan Hijiri untuk masuk ke sebuah ruangan VVIP tepat di depan lift tadi.

Dengan langkah yang ragu Hijiri menatap perawat tersebut. Perawat itu menganggukkan kepalanya dan berkata:

"Seseorang telah menanti anda di dalam. Silahkan masuk, tuan" 

Perawat itu merentangkan tangan kanannya dengan sangat sopan...

Hijiri menoleh ke arah Naori. Dan gadis kecil itu tersenyum untuk meyakinkan ayahnya.

Kaki Hijiri mulai melangkah mendekati pintu ruangan tersebut, diikuti Naori! Naori memperhatikan dengan seksama sang ayah. Gadis kecil itu mengayunkan tangannya untuk memberi isyarat pada sang ayah agar mempercepat langkahnya.

Ayo, ayah...
Mengapa ragu untuk bertemu teman lama?!
Ayaaaah...come ooooonn!!!

Tepat di depan pintu, Hijiri berhenti dan menarik nafas dalam...

"Hhhuuuuufftthh...."

CKLEK!!!

Pintu telah dibuka oleh tangan Hijiri. Naori yang tak sabar pun mendorong pintu itu perlahan. Kepalanya melongo duluan ke dalam ruangan...

DAN!!!

IBUUU!!!!

"IBUUUUUUUUUUUU!!!!" teriak Naori sembari berlari mendekati ranjang perawatan.

"Naoriiii...." gumam Maya pelan.

Mendengar teriakan putrinya, Hijiri segera melebarkan matanya dan melongo masuk untuk memastikan.

MAYA...

"Mayaaaa...kau kah itu?" gumam Hijiri tatkala melihat langsung siapa yang sedang terbaring di ranjang perawatan.

"Hijriiii...." desis Maya lemah.

"Mayaaa...Mayaaa...." 

Tak lama sudah terdengar tangisan haru dari ruangan tersebut. Tampak Naori sedang memeluk sang ibu yang masih terbaring lemah tak berdaya di tempat tidur...

Begitupun Hijiri mendekap erat tubuh lemah Maya di samping Naori. Walau tidak ada reaksi sama sekali dari Maya. Maya masih dalam keadaan belum stabil.

Namun demikian, ibu satu anak itu dapat merasakan apa yang sedang terjadi. Dari matanya yang bening, mengalir deras airmata dan membasahi pipinya yang putih.

Naori sayang...
Hijiri...suamiku...
Akhirnya...
Inikah akhir dari perjalanan kisahku?

Kalianlah...tujuan akhirku sekarang...
Tiada dusta lagi...
Tiada nestapa lagi...
Aku merindukan saat-saat indah bersama kalian...

Hijiri menatap lekat mata sang istri...

Terimakasih, pak Masumi...
Terimakasih...

Maya membalas tatapan itu dalam...

Naori pun tak luput memperhatikan keduanya. Perlahan tangannya meraih tangan sang ibu, kemudian menaruhnya di atas tangan Hijiri.

Maya semakin sedih dengan apa yang dilakukan putrinya. Maya tersedu-sedu menahan tangis...

Airmata mengalir deras dari mata Hijiri. Berulang kali dia mencium mesra kening sang istri. Membelainya dengan sangat lembut. Naori dan Hijiri benar-benar sangat merindukan Maya. Keduanya begitu larut dalam keharuan yang besar. Meluapkan seluruh rindu yang mereka simpan untuk Maya selama ini.

Tanpa mereka sadari, Masumi memperhatikan dan menatap pilu peristiwa itu dari balik pintu.

Airmata membasahi pipinya. Wajahnya memandang lirih kepada ketiganya...

"Maafkan aku, Hijiri"

"Maafkan aku telah memisahkan kalian sekian lama"

"Maafkan aku Maya, Mungilku......"


"Dan terimakasihku padamu, Mungil...karena kau telah mengatakan sesuatu yang membuatku sadar"

"Naori...maafkan ayah, nak...tak bisa menemani perjalanan hidupmu kelak. Ayah yakin dan percaya bahwa Hijiri adalah ayah terbaik untukmu"

"Dia-lah ayahmu, Naori"

"Selamat Tinggal Maya..."

"Selamat tinggal putriku, Naori..."

Berbahagialah selamanya...

Goodbye My Love...


Dalam dekapan sang ibu, Naori sempat melirik ke arah pintu dimana Masumi berdiri. Matanya cukup terkejut dengan sosok pria tersebut. Perlahan dia melepaskan dekapannya dan membiarkan Maya dan Hijiri untuk saling melepas rindu. 


Naori mencoba memperhatikan gerak-gerik Masumi yang mulai mundur keluar ruangan...

Tak lama kemudian pria tampan itu melangkah berbalik dan menjauh dari ruangan Maya. Pergi meninggalkan wanita-wanita yang dicintainya. Menjauh dari kehidupan yang sebenarnya sangat ingin dia raih. Mengubur segala mimpi yang pernah ada. Membuang semua kenangan yang kini hanya ada dalam angan yang tak bertepi.

Biarlah waktu akan menghempaskan semuanya...

Biarlah waktu yang akan kembali bicara...

Suatu saat bahagia pasti akan datang menghampirinya...


Namun tak begitu dengan Naori...


Gadis kecil itu rupanya sangat ingin tahu keberadaan teman lama yang akan dikunjungi Hijiri tadi. Dia pun mencoba mengikuti kemana Masumi pergi.


Masumi baru saja hendak membuka pintu mobilnya...


TIBA-TIBA!!!


"TUNGGUUU!!!" teriak Naori lantang.


Suara lantang dari seorang gadis kecil itu membuat Masumi berdiri kaku tak bergeming. Entah mengapa ketika itu jantungnya seketika berdetak kencang. Nadinya berdesir amat deras. Nalurinya seperti di benturkan sesuatu.


Suara itu...
Suara...Na...
Apakah dia putri...
Ku....dari mu Maya?
Mungkinkah?


Benarkah putriku mengejarku?
Naori...
Naoriku?


Masumi masih enggan membalikkan tubuhnya...
Tubuhnya gemetar mengetahui bahwa saat ini dia berada sangat dekat dengan putri kandungnya. Naori ada di belakangnya saat ini!


"Paman Masumi..." panggil Naori kemudian.


DEG!!!


Panggilan itu membuat Masumi semakin pilu. Tanpa sadar airmata menetesi pipinya. Masumi menangis! Mata dan hatinya sangat sedih kala itu...


Dia mengetahui namaku?
Putri ku memanggil namaku?
Tuhaaaaan...
Bagaimana ini?
Apa yang harus aku lakukan?


Masumi menarik nafasnya berulang kali. Matanya terpejam untuk menenangkan jiwanya...
Tampak tangannya mulai mengepal dan mengeluarkan keringat dingin...


Melihat sikap Masumi yang hanya berdiri saja, membuat Naori penasaran dan cemas. 


"Paman, apa kau baik-baik saja?" tanya Naori khawatir.


Kaki kecil gadis itu melangkah maju mendekati Masumi! Masumi mengetahui keadaan tersebut. Hatinya semakin kaku dan gugup...


Satu gerakan lagi yang membuat Masumi tambah gugup dan gemetar!


"Paman!" ucap Naori sambil menyentuh dan menarik pelan ujung jas Masumi dari belakang.


DEG!!DEG!!


Naori...


NAORIIIII....


PUTRIKU!!!!


BRRUUUKKK!!!


Masumi membalikkan tubuhnya dan langsung membungkuk lalu memeluk tubuh kecil Naori!


Paman...


Tentu saja hal itu membuat Naori kaget dan terheran-heran. Matanya terpelongo tak percaya dengan apa yang dialaminya.


"Paman Masumiii..." gumam Naori.


Masumi tak sadar telah sangat erat memeluk tubuh Naori. Dalam kelirihannya itu Masumi semakin terhanyut dengan kerinduannya pada sosok mungil Naori. Anak yang selama ini diketahuinya sebagai anak dari Maya dan Hijiri.


Sungguh menyakitkan!


AKHIRNYA!!!


Kata-kata itu pun keluar...


"Maafkan ayah, nak!" desis Masumi tak sadar.


Apa!!!????


Naori masih bisa mendengar desisan dari Masumi!


"Apa?" gumam Naori ragu.


DEG!


Masumi tersadar dengan gumaman Naori. Perlahan dia melepaskan pelukannya...


"Bukan, maksudku...kau seperti...seorang anak...yang kukenal!" kata Masumi tiba-tiba untuk mengalihkan perhatian Naori.


Mata keduanya beradu...


Naori menatap lekat-lekat Masumi!
Naori semakin heran melihat airmata yang begitu deras membasahi pipi Masumi!


Dengan lembut gadis kecil itu mengusap airmata yang masih ada di pipi Masumi...


Masumi berusaha menahan semua gejolak kerinduan dan keharuannya pada sikap Naori tersebut...


Anakku? Kau benar-benar anakku?
Bodohnya aku menyia-nyiakanmu!
Betapa kejamnya aku!


Setelah beberapa saat...


"Paman, terimakasih kau telah menemukan ibuku" ucap Naori polos.


Masumi terkesima mendengar penuturan polos Naori. Dia pun menyadarkan dirinya lagi bahwa sudah saatnya dia pergi dari kehidupan Maya dan Naori.


Dia sudah berjanji!


"Iya Naori...semua berkat Tuhan. Aku tidak ingin melihatmu menangis lagi" jawab Masumi.


Naori mengangguk dengan senyuman manisnya...


Lalu gadis kecil itu menyentuh jemari Masumi perlahan...


"Paman, ini untukmu" 


CUP!!


Sebuah kecupan mendarat di pipi Masumi. Kecupan dari Naori yang begitu polos dan indah mengharukan...


Apa?!!!
Naori...dia menciumku?!


Masumi tercengang dengan apa yang baru saja dialaminya. Sambil menatap dalam ke arah Naori yang mundur dan melambaikan tangannya...


Gadis kecil itu tersenyum tulus sambil terus melangkah masuk ke arah lobby RS...


"BYE...BYEEE, pamaaaaaann...." teriaknya sembari berlari memasuki RS dan terus berlari...


Hingga hilang dari pandangan Masumi...


Dia sudah pergi...


Masumi masih jongkok menatap pilu ke arah dalam RS tersebut. Hatinya sangat ingin kembali mengejar gadis kecil itu dan memeluknya erat...


Tapi Masumi pun mengerti, bahwa itu harus segera dia lupakan. Semuanya demi kebahagiaan Maya dan Naori...


"Bye...byeee....Naoriiii....putrikuuu..." gumam Masumi lirih.




It's Time to say Goodbye....




SELAMAT TINGGAL CINTA...






the end

13 komentar:

  1. hadeeeehhhhhh si hijiri
    baek2 dijalan napa sekh ...klo ada apa2 kan susah semua jdnya ....

    huks ...kuranggggggg ....

    BalasHapus
  2. Aku tetap mendukung: MAYA <3 HIJIRI
    Biarkan Hijiri tetap mjd ayah Naori...

    BalasHapus
  3. aku setuju dengan sis nisa. maaf untuk para penggemar MM, untuk cerita yang satu ini, maya harus tetap dengan hijiri :D

    BalasHapus
  4. Ga setojooooo....Maya tetep sama Masumi, tapi ga papa d klo Naori tetep sama Hijiri....

    BalasHapus
  5. Stujaaa......biar maya m hijiri....hidup maya n hijiri...:)asik..asik....asiiiiikkkkk.....
    and Gk pa pa naori punya dua ayah...hehehe

    BalasHapus
  6. Ahhh ada apa sii... Dikit bgd... Huwee... Huweeee sistaaa...

    BalasHapus
  7. setuju dah maya sm hijiri ajeh khusus utk ff ini XD

    BalasHapus
  8. aku dukung maya hijri...!!!
    wakakaka...
    utk ff satu inni memang masumi-sama TERLALU..!!!
    tapi walo terlalu aq tetap padamuh hayami-san *wink wink*
    *culik masumi, sekep di kondo selama-lamanya*

    BalasHapus
  9. keanjutan cerita ini sangat ditunggu, sangat!:D

    BalasHapus
  10. sedihhhhhh tapi ini memang yg seharusnya secara Maya masih terikat pernikahan sama Hijiri, tapi apakah tidak lebih baik klo Naori juga berhak tau klo Masumi itu ayah kandungnya??? kasian Masumi... T.T

    BalasHapus
  11. horeeee.... Maya <3 Hijiri....
    yawdah MH sm saya aja yaaahhh hihihiii....
    suatu saat pasti Naori bakalan tau kalo MH itu ayah kandungnya... saya menerima Naori dengan tangan terbuka kok ;p


    Thank you sis Rosa for the story....

    BalasHapus
  12. Ngomong-ngomong, ini ngarang atau beneran? aku baru buka blog ini sih..

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...