Mei 16, 2011

Pak Masumi....





Cerita ini dimulai ketika hubungan Maya dan Masumi sudah diproklamirkan 4 bulan yang lalu. Semuanya terkejut dan banyak gadis yang merasa iri pada Maya. Mereka selalu mencari celah dan kelemahan untuk bisa memisahkan keduanya.


Hari itu Pak Masumi sangat sibuk karena ada tamu dari perfilman Korea. Mereka hendak menjalin kerjasama dengan Daito tentunya. Acarapun berlangsung dan baru selesai ketika akan malam tiba.
Maya pun bergegas setelah latihan menuju ruangan Pak Masumi. Hatinya sangat senang karena malam ini mereka akan makan bersama.


Tok...tok...tok..


Maya mengetuk pintu ruangan pak Masumi, namun tidak ada jawaban. Maya memberanikan diri untuk membuka pintu itu. Dan....


Bagai dijatuhi benda yang sangat besar, Maya hampir saja terjatuh melihatnya. Maya melihat Pak Masumi sedang memeluk seorang wanita. Mereka berdua kaget dan Pak Masumi segera melepas pelukan wanita itu sambil mendekatiku. Namun tangan wanita cantik itu meraihnya dan menahan agar membiarkan Maya melihat semuanya. Pak Masumi berusaha berontak namun aku segera berlari meninggalkan mereka.


Apa itu? Mengapa Pak Masumi seperti itu? Ada apa dengan mereka? Semua pertanyaan muncul dan terus mencari jawabannya...


Malam itu terasa amat panjang dan membosankan. Aku berjalan tanpa arah hingga aku tiba di taman biasa tempatku menangis. Aku merasa baru saja merasakan indahnya cinta bersamanya. Tapi mengapa jadi seperti ini?


Pak Masumi....ada apa dengan anda? Mengapa secepat ini semuanya berlalu? Siapa wanita itu dan ada hubungan apa diantara kalian?


Pikiran itu terus muncul, begitupula kejadian itu terus terbayang di pikiran dan mataku.


Seminggu telah berlalu....


Kegiatan Maya masih seperti biasa, tidak ada yang berubah. Hanya dalam 7 hari ini Maya merasakan kehampaan yang tak terhingga. Hari-hari indahnya telah hilang, begitupun dengan Pak Masumi tidak pernah menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya dan siapa wanita itu.


"Maya...apa kau tidak ingin keluar dan menikmati hari libur ini?" tanya Rei ketika melihat Maya melamun di tempat tidurnya.


"Ah Rei...kau mengejutkanku, sepertinya aku tidak ingin kemana-mana" ucap Maya pelan.


"Maya apa kau tidak ada kencan dengan Pak Masumi?" tanya Rei sambil memegang pundakku lagi.


"Ng...itu, eh aku tidak ada janji apapun dengan dia, Rei" jawab Maya sambil sedikit terisak.


Seketika Rei sadar, bahwa ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu. Rei berusaha mengorek informasi yang sebenarnya dari Maya, namun Maya hanya menangis dan menangis lagi.


"Maya....boleh aku memberi saran padamu?" ucap Rei sambil memegang kedua tanganku.


Akupun menganggukkan kepalaku. Aku merasa lega menceritakan apapun pada Rei. Aku sangat membutuhkan dia saat-saat ini.


"Maya....bila hubunganmu dengan pak Masumi mengalami halangan, berusahalah mencari penyebabnya. Jangan kau biarkan berlarut-larut" tegas Rei yang membuatku merasa takut.


"Tapi...tapi Rei itu tidak mungkin, aku tidak ingin seperti anak kecil yang merengek karena mainannya direbut orang lain" ucapku sedikit membela diri.


"MAYA!" nada Rei keras sekali hingga aku menutup kupingku.


"Apa kau pikir dia adalah MAINAN? Kau adalah miliknya dan dia adalah milikmu! Apa kau tau itu teman?!" ujar Rei sambil mengguncang pundakku.


"Besok aku akan mengatakan ini padanya, kau tenang saja Maya!" ucap Rei dengan nada kesal.


Dan itu membuatku takut, aku berusaha menenangkannya. Aku tau dia sangat marah dengan apa yang kuceritakan tadi. Tapi aku tak menyangka akan membuatnya jadi seperti ini. Aku akan berusaha mencegahnya, pikirku.


Keesokan harinya, Maya terbangun saat sadar bahwa Rei tidak ada di apartemen. Maya teringat perkataan Rei semalam. Dia bergegas untuk mandi dan pergi menyusul Rei.


Rei....kemana kau? Pliiz jangan membuatku malu di depannya. Aku tidak ingin dikatakan lemah Rei....
Namun aku senang ternyata Rei mau mengerti itu. Dan ucapannya semalam hanya agar aku merasa kuat dan bisa melupakan kesedihanku. Trimakasih Rei....


1 BULAN BERLALU

Tiba-tiba Hpku berbunyi saat aku sedang menikmati sarapan bersama Rei.


"Halo...Maya disini, halo....ahh kak Hijiri! Ada apa?" jawabku sedikit kaget.


Kak Hijiri ingin mengajakku bertemu.Itu membuatku senang tentunya. Hingga membuatku tak mendengar panggilan Rei berulang-ulang.


"MAYA!" panggil Rei lagi.


"Rei....apa kau tau tadi itu siapa?" tanyaku sambil mencubit pipiku sendiri.


"Ya...pasti aku tau, dia penghubungmu dengan lelaki itu kan? Lalu apa kau ingin menemuinya?" Rei bertanya sedikit sinis. Aku tau dia marah dengan kelemahanku. Keinginanku untuk bertemu dan melewati hari bersama pak Masumi. Rei membenci itu, maafkan aku Rei....


*****


Pagi itu kak Hijiri telah menjemputku di apartemen. Seperti biasa dia selalu tersenyum untukku. Membuatku lega dan merasakan kehangatan seorang kakak.


"Maya...maaf aku baru menghubungimu" ujarnya pelan.


"Tidak apa kak, aku mengerti itu. Kak Hijiri pasti sibuk sekali ya?" jawabku sedikit gugup.


Tidak seperti biasa dia terlihat sedih. Dan itu membuatku sedikit resah, apakah yang akan dikatakannya nanti.
Apa ini akhir dari penasaranku akhir-akhir ini? Mengapa Mawar Ungu? Pak Masumi.....


Kak Hijiri menghentikan mobilnya di tepi pantai, dimana telah menanti sebuah mobil. Dan aku tidak asing lagi dengan pemilik mobil itu. Yaa...dia pak Masumi...
Jantungku tiba-tiba berdetak kencang, entah aliran listrik apa yang menyengatku. Tak terasa airmataku mengalir membasahi pipiku. Kak Hijiri menyuruhku menunggu. Lalu dia keluar dan menghampiri mobil itu.


Tak berapa lama pintu mobil terbuka, dan Pak Masumi keluar sambil berjalan menuju ke arah mobil yang kunaiki.


DEG!!!


Pak Masumi melajukan mobil perlahan dan tanpa ada kata terucap dari bibirnya. Akupun berusaha menenangkan diri, menahan airmata ini agar tak menangis di depannya.


Tiba-tiba mobil berhenti tepat di depan sebuah restourant seafood. Pak Masumi menyuruhku turun untuk sarapan.


"Mungil...kita sarapan dulu. Turunlah!" ucapnya tanpa basa-basi sambil berlalu keluar mobil dan berlalu masuk restaurant.


Tidak ada kata yang keluar baik dari Maya maupun Masumi. Mereka diam sambil memandangi ombak yang saling berkejaran. Seperti perasaan Maya berkejaran dengan detak jantungnya. Maya terlihat tak berdaya, banyak sekali penjelasan yang ingin dia dengar. Namun sang Arjuna tak mau bicara apapun hingga hidangan tiba di hadapan mereka.


"Mungil....makanlah dulu" ucap pak Masumi lembut.


"Hmm baiklah" Maya mengiyakan tanpa menoleh.


Mengapa anda diam saja pak Masumi? Sampai kapan anda membiarkan rasa sakit ini mengiris relung hatiku? Aku mohon bicaralah....beri aku penjelasan walau hanya beberapa kata. Aku akan menerima apapun itu. Siapapun wanita itu, aku akan mengerti anda. Ku mohon bicaralah pak Masumi...pak Masumi...


Sampai sarapan selesai kami masih diam. Hingga pak Masumi mengajakku berjalan menyusuri pantai. Dia terlihat bingung, wajahnya lelah. Hatiku jadi iba, mungkinkan aku hanya menjadi beban baginya? Apakah sebaiknya aku tidak usah mempertanyakan peristiwa waktu itu padanya? Tapi itu akan membuatku semakin sakit dan menderita. Begitupun dia pasti akan lebih menderita.


Tiba-tiba dia menarik lenganku....


"Mungil....sini aku tuntun lenganmu" katanya sambil menjulurkan tangannya dan itu mengejutkanku.


Pak Masumi...pak Masumi....sudah lama sekali tangan ini tak tersentuh olehmu. Aku begitu merindukannya....


"Mungil....aku tau banyak pertanyaan yang ingin kau ungkapkan padaku kan?" tanyanya dengan tatapan sendu tanpa melihatku.


"Tidak...pak Masumi, saya tidak ingin membuat anda risau dengan itu. Aku tidak akan bertanya apapun, sampai anda mau menjelaskannya sendiri" ucapku dengan keberanian yang tiba-tiba muncul.


Pak Masumi diam sejenak, sebelum melanjutkan langkahnya menyusuri pantai kembali. Tatapannya kosong memandang deburan ombak. Begitupun genggaman tangannya semakin kuat pada jemariku.


"Trimakasih Maya....semua ini begitu sulit untukku. Selama ini aku memikirkan bagaimana cara menjelaskannya padamu" ucapnya lagi  dengan nada sedih.


"Pak Masumi...saya tidak pernah memaksa apapun. Jadi tolong jangan membuat hati saya bimbang" kata ku pelan.


Tak terasa airmataku menetes. Aku jadi bingung sendiri, apa yang seharusnya kukatakan padanya. Aku tak ingin melihatnya seperti ini. Dia kelihatan menderita sekali. Segera mungkin kuhapus pipiku yang basah, agar dia tak melihatnya. Namun semakin aku hapus, semakin banyak butiran-butiran mengalir dari mataku...
Dan akhirnya dia menyadari itu....


"Mungil....kau menangis? Maafkan aku membuatmu seperti ini" ucapnya lirih, langkahnya pun terhenti dan mengusap butiran itu di pipiku.


"Ah sudahlah pak Masumi....saya tidak apa-apa" jawab Maya sedih.


"Aku memang bodoh, ini kebodohanku Mungil...."
"Aku pernah berjanji untuk selalu menjagamu, untuk membahagiakanmu, tapi aku sendiri yang mengingkarinya" ujar pak Masumi dengan raut wajah yang memelas.


Akhirnya pak Masumi menceritakan semua yang sebenarnya terjadi...
Dia menceritakan bahwa saat ada pertemuan dengan klien dari perusahaan asing, pak Masumi bertemu dengan teman SMAnya dulu. Mereka pernah dekat kala itu, walau hanya sebatas teman. Namun hampir semua teman dan guru menganggap ada hubungan khusus antara keduanya. Hingga akhirnya tamat dan wanita itu melanjutkan sekolah ke luar negeri. Cukup ada kisah yang perlu dikenang, menurutku.
Pertemuan kembali itu ternyata awal dari peristiwa waktu itu. Pak Masumi dan wanita itu bercerita tentang masa SMA sambil minum. Seteguk demi seteguk mengiringi perbincangan mereka malam itu. Hingga akhirnya mereka tanpa sadar telah menghabiskan malam bersama. Dan terjadilah.... Hingga wanita itu datang menemui pak Masumi mengatakan bahwa dia mengandung anaknya!


Lututku rasanya hampa, ingin rasanya aku menjerit dan berlari dari nya. Apakah ini nyata atau hanya mimpi. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya, bagaimana dengan perasaanku yang begitu besar padanya...
Dengan hangat dia membawaku masuk ke mobil dan melajukan mobil ke arah yang aku belum pernah lalui.


"Maya....maaf....maafkan aku" ucapnya getir.


Aku hanya diam, berusaha mengerti situasi yang dia alami. Aku harus mengerti dia! Namun kejadian itu muncul berulang-ulang di benakku. Begitupun kebahagian-kebahagiaan yang hanya beberapa saat aku lalui bersamanya. Secepat inikah harus pergi....Tidak....tidak....TIDAAAAAAAAAAAAAAAK!!!
Pikiran itu muncul dan entah mengapa aku menjadi benci dengan semuanya. Aku tidak bisa disakiti lagi seperti ini. Aku tidak akan kalah!!!




Ciiiiiiiiiiiittttt...............


Mobil berhenti di sebuah rumah di pinggiran pantai, rumah itu cukup mewah dengan styles ala eropa. Pak Masumi membukakan pintu dan akupun turun. Lalu dia memegang tanganku dan menggenggamnya. Kami pun menaiki sebuah tangga kecil dan langsung masuk ke area belakang rumah yang berhadapan dengan pantai.


Seseorang telah menunggu disana. Baru aku sadari bahwa dia adalah wanita yang ada di ruangan pak Masumi waktu itu. Yaa... Dia cantik sekali dengan rambut panjangnya, bahkan lebih anggun dari Shiori. Dia menatap kedatangan kami. Dan Tersenyum...


"Kau sudah datang Masumi" ucapnya sambil mencium pipi pak Masumi.


Seketika itu juga aku mengepalkan jemariku. Aku menatapnya tajam, aku tak menyadari tatapanku sebegitu tajam. Hingga pak Masumi memperkenalkan aku padanya.


"Maya.....ini Michiko Nawami, dia teman SMA ku dulu" ujar pak Masumi kaku.


Akupun mengulurkan tangan, begitupun dengannya. Kami berjabat tangan dengan tatapan yang kosong. Tidak ada senyum baik darinya ataupun aku. Hanya menyebutkan nama masing-masing.


"Michiko Nawami" ujarnya datar.


"Maya Kitajima" aku ku padanya.


Kami saling memandang, akhirnya wanita itu berjalan menuju balkon. Dia membiarkan aku dan Pak Masumi berdua.


"Maya....dia adalah wanita....." ucapnya terhenti karena aku menyuruhnya berhenti bicara, lewat isyarat tanganku.


Lalu pak Masumi menghampiri wanita itu dan mengajaknya untuk duduk di sofa dekat tempatku duduk. Aku merasa bingung harus berbuat apa. Ingin pergi meninggalkan mereka berdua, tapi aku merasa benar-benar tak ingin mereka sampai berduaan kembali. Bayangan itu muncul dalam lamunanku. Pak Masumi melihatku dengan tatapan sedih. Dan aku tidak ingin kelihatan lemah di hadapan wanita itu. Aku berusaha menahan sebisa mungkin agar airmata ini tak jatuh. Kuatkan aku, Tuhan.....!


Cukup lama kami saling diam. Wanita itu meremas jemarinya, begitupun aku. Pak Masumi tampak bingung dengan keadaan ini.
Namun akhirnya wanita itu berbicara juga...


"Maya....aku dan Masumi akan segera menikah. Mungkin Masumi sudah menjelaskan nya padamu" kata Michiko pelan.


"MICHIKO! Apa yang kau bicarakan?!" bentak pak Masumi sambil menarik tangan Michiko dan membawanya ke balkon.


Entah apa yang mereka bicarakan. Kakiku gemetar, rasanya keringat dingin mengaliri tubuhku. Akhirnya airmataku menetes dan menetes lagi. Aku pandangi mereka, pak Masumi terlihat marah dan menunjuk-nunjuk wajah Michiko. Michiko menangis dan berlari melewatiku dan masuk ke satu kamar.


Pak Masumi mengejarnya, entah apa yang mereka bicarakan. Aku tak tau berapa lama mereka di dalam, hingga aku perlahan keluar rumah itu dan perlahan menjauh dari sana. Aku berjalan tanpa menoleh, kususuri pantai, hingga aku sadar bahwa pak Masumi mengejarku.


"MAYA....MAYA....MAYA" teriak nya keras sekali. Padahal jarak kami cukup jauh.


Tak kuhiraukan teriakkannya, aku begitu larut dalam kesedihan. Pandanganku kosong, rasanya semua menjadi gelap.


Mengapa seperti ini jadinya? Apakah dia memang mencintai wanita itu? Atau hanya terpaksa harus mempertanggung jawabkan yang telah terjadi. Bagaimana ini? Aku terduduk lemas di tepi trotoar. Sambil menangis terisak aku bergumam: Pak Masumi....pak Masumi....apakah ini akhir dari cinta kita?


TIBA-TIBA.............


"Mungil...." panggil pak Masumi lembut.


Dia pun terduduk dan menarik lenganku. Lalu dia memelukku erat dan semakin erat.


"Mmmaafkan aku sayang" ucapnya lagi pelan.


Aku melihat sekeliling gelap, rasanya tubuhku melayang. Aku tak tau apa yang terjadi pada wanita itu. Begitupun dengan diriku. Hingga aku terjaga dari ketidak sadaranku.










Bersambung ke  Pak Masumi -2-

6 komentar:

  1. kok dikit amat....tambahin dong....siapa yg dipeluk masumi...penasaran nih...

    BalasHapus
  2. yah cm dikit, LANJUTKAAAAAAAAAAAAAANNNN sista ^^, salam kenal

    BalasHapus
  3. Thanks dah apdet sista, tp kuraaaaaaaaaaaanggggg buaaaanyaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkk, lagi lagi lagi......hehehehe *piss*

    BalasHapus
  4. woaaaa makin seru ceritanya makasih dah apdeet sista :)

    -fagustina-

    BalasHapus
  5. kurang....kapan sambungannya...jgn lama..lama ya.... salam kenal..

    BalasHapus
  6. thengkyu mb silvia, tapi ini lagi error bloggernya jd pd kacau deh...
    mudah2n bisa cepat diperbaiki lagi...

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...