Mei 29, 2011

Cinta di DAITO





Perusahaan Daito memang sangat ditakuti dan disegani karena sepak terjangnya di dunia teater khususnya. Banyak aktris dan aktor yang dilambungkan oleh Daito. Semua adalah orang-orang yang sangat berbakat dan berkantong tebal tentunya. Namun tidak dengan aku, gadis kecil dari Yokohama yang sangat mencintai akting dan berharap di Tokyo ini bisa mengekspresikan segala kecintaanku tersebut. Sejak bergabung dengan teater Bu Mayuko, aku mulai diperhitungkan oleh dunia akting. Dan tentunya oleh perusahaan Daito, yang dipimpin oleh seorang lelaki berwajah tampan dan sangat kejam katanya. Mendengarnya saja aku sudah takut dan tentunya harus menghindar jauh-jauh. Namun ternyata semuanya tidak seperti yang kuharapkan, sejak mulai berakting bersama Sensei Mayuko, aku selalu mendapat masalah. Perusahaan Daito dan sutradara Onodera selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan teater Mayuko. Itu membuatku semakin membenci lelaki tampan gila kerja itu. Apalagi dia telah menyebabkan aku kehilangan ibu tercintaku. Dan masih banyak lagi hal penyebab rasa benciku padanya. Terlepas dari itu 'lelaki' itu pula ternyata dialah yang selalu memberikan ku kemudahan dan menyemangatiku dalam mencapai kesuksesan aktingku.


Dan tanpa sadar aku telah sedikit memikirkannya. Tapi saat ini bukan sedikit lagi, melainkan perasaan itu semakin besar menggelembung seperti hendak pecah dan menebarkan aroma cinta dan kebahagiaan. Hingga akhirnya kesempatan itu tiba dengan cepat menghampiriku. Sejenak aku terbaring melamunkan apa yang telah kualami selama di Tokyo, khususnya di Daito.


Kisah ini berawal ketika hubungan kami mulai terbuka, namun masih samar-samar. Karena sejak 'kencan Astoria' itu sekitar 1 tahun lalu, kami tidak pernah memproklamirkan cinta sama sekali. Yang ada hanya saling diam dan pandangan dalam setiap kali bertemu. Entah apa dan mengapa 'lelaki tampan' itu seperti menjauhiku, apakah karena seseorang seperti 'Nona Shiori'? Padahal yang aku dengar, pertunangan itu telah dibatalkan oleh Pak Masumi sendiri. Itu membuatku lega, namun sampai saat ini aku merasa terombang ambing. Sampai kapan aku begini? Sementara ada seseorang yang sangat memperhatikanku seperti Koji di sampingku. Dilema apa ini?


*****


Hari ini cukup cerah, seperti biasa aku dan Rei berangkat untuk latihan di studio Kids. Akhirnya kami pun tiba di gedung itu. Tiba-tiba nona Mizuki menghampiriku...


"Nona Maya....bisa ikut aku sebentar? Ada yang ingin kubicarakan" pintanya yang mengejutkanku dan Rei.


"Oh..nona Mizuki, baik" ucapku sambil melambaikan tangan pada Rei, yang langsung pamit untuk segera ke studio.


Kami pun berjalan bersama, aku mengikutinya sambil bertanya-tanya: ada apa ini? Apa yang ingin dibicarakannya ya? Pikirku tanpa memperhatikanku kemana nona Mizuki membawaku. Tiba-tiba kami sudah berdiri tepat di depan ruangan Pak Masumi. Seketika aku hendak pergi, namun tangan Mizuki begitu kuat dan membawaku masuk ke ruangan 'lelaki tampan' itu.


Brraakk....


"Nona Maya sudah disini pak!" ujarnya sambil membungkukkan badan dan berlalu keluar ruangan itu.




Seketika badanku rasanya dingin dan pipiku panas merona. Aku hanya bisa menunduk, namun aku tau bahwa pak Masumi sedang berdiri melihat ke arah jendela. Dan itu membuatku kikuk sendiri, aku harus bagaimana? Apa yang harus kukatakan?


TIBA-TIBA..............


"Duduklah....mungil!" ucapnya sambil membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arahku.


Tanpa menjawabnya, aku berjalan ke arah sofa mewah berwarna khaki itu. Akupun duduk sambil meremas-remas jari-jari tanganku. Jantungku rasanya berdetak kencang. Aku tak bisa menahannya. Bagaimana ini? Tapi itu sedikit sirna karena dia mulai membuka pembicaraan.


"Maya...maaf membuatmu gugup, dan maaf membuatmu menunggu terlalu lama untuk mendengarkan ini" katanya lagi.
Aku mencoba mencerna apa yang dimaksud olehnya. Namun aku tak menemukan jawabannya sehingga membuatku bertanya.


"Pak Masumi.....saya tidak mengerti mengapa anda meminta maaf kepadaku? Aa..aaku rasa tidak ada kesalahan apapun" ucapku sedikit gugup.


"Mungil.....apa kau masih ingat dengan ucapanku sepulang berlayar di kapal itu setahun yang lalu?" dia bertanya sambil menatapku sendu.


"Iiiya pak Masumi, aku pasti ingat setiap ucapan anda saat itu" kataku menjelaskan yang membuatnya sedikit terkejut.


"Aku mohon padamu Maya, tolong lupakan semuanya. Lupakan apapun yang terjadi kala itu. Karena aku tidak ingin menyusahkanmu nantinya dan akupun tak ingin susah karenamu" tegasnya yang kemudian membuat sesuatu seperti menghempaskan tubuhku.


"Apa....maksud anda...pak Masumi?" tanpa terasa air mataku menetes di kedua pipiku yang memerah. Dan itu pasti membuatnya sedih, aku tau itu!


"Mungil.....maafkan aku! Maafkan aku!" katanya sambil menghampiriku dan berusaha menepuk pundakku. Namun entah darimana datangnya kekuatanku untuk menepisnya. Aku pun beranjak hendak berlari meninggalkan ruangan tersebut.


BRAAAKK!!!


Aku berlari secepat mungkin, aku tak tahu lagi apa yang ada di depanku, mungkin semua mata  memandangku. Aku lihat Mizuki berusaha mengejarku. Namun akhirnya tidak ada seorangpun yang mengejarku. Aku berjalan gontai di sepanjang jalanan kota Tokyo. Hingga aku tiba di depan taman di dekat apartemenku, tempat biasa aku menyendiri.


*****


Tiga bulan setelah kejadian itu...............


Seperti biasa pagi-pagi aku berangkat untuk latihan, namun kali ini Koji yang menjemputku. Kamipun pergi bersama setiap pagi ke tempat latihan. Koji selalu ada untukku, dia terlalu baik. Berapa kali aku sudah menyakiti hatinya, namun ia slalu saja bersikap baik dan setia kepadaku.
Hari ini ada pertemuan seluruh pemain, sutradara dengan sponsor drama kami.Jadi kami harus berkumpul di aula untuk temu membicarakan jalannya drama nanti. Tentunya ada Pak Masumi sebagai direktur dari perusahaan Daito.
Huuuuffh....pertemuan itu membuatku gugup, namun entah mengapa seperti ada silet yang menyayatku pabila mendengar namanya, apalagi bertatap muka dengannya. Aku selalu menghindari pertemuan dengannya.


"Koji....kau duluan saja, aku ingin ke toilet sebentar" ucapku tanpa melihat Koji dan berlalu menjauh dari pintu Aula tersebut.


"Maya" panggil Koji, namun aku terlanjur berlari dan memasuki sebuah lorong untuk menghindarinya.


Ahhh.....aku selamat pikirku, entah berapa lama aku duduk termenung di dekat toilet itu. Sampai seseorang mengejutkanku.


"Maya!" tegurnya membangunkanku dari lamunan.


"Ahhh...Rei, kau rupanya" jawabku lega.


"Maya...mengapa kau disini? Apa temu sponsornya sudah selesai? Tadi sepertinya masih berlangsung tuh..." ucapnya penuh tanya.


"Rei....aaku..."ujarku namun sebelum kuselesai bicara, Rei sudah meneruskan kata-kataku.


"Pak Masumi.....iya kan? Maya...sampai kapan kau seperti ini? Hidup terus berjalan sobatku. Lupakan dia, lihat sekelilingmu!" tegasnya dengan nada sedikit sebal karena kelemahanku.


Sebelum ini semuanya telah kuceritakan pada Rei, karena Rei lah aku masih bisa datang ke gedung dan latihan. Berkat dukungannyalah aku bisa bertahan. Dia benar-benar sahabat sekaligus kakak bagiku.


"Tapi Rei.....aku merasa tak bisa bergerak, kakiku rasanya kaku pabila berhadapan dengannya. Aku merasa sakit Rei, tapi hatiku masih teramat mencintainya. Reeiiii............" ujarku sambil menangis dan menjatuhkan tubuhku ke Rei di depanku.


"Ma...maya.....kau sebegitu sakitnya? Kau menderita sekali Maya. Aku benci hal ini. Lihat saja!" ucapnya sambil kembali mendudukkanku di bangku itu dan berlalu pergi dari toilet.


Dan aku tahu dia akan kemana. Membuatku sedikit berteriak memanggil namanya.


"Reeiiiiiiiiiii..............please jangan lakukan itu! Itu akan membuatku bertambah sakit Reeeiii......kumohon" ucapku sambil terisak.


Dan itu membuatnya menghentikan langkahnya dan berlari kembali ke arahku. Memelukku dan mengusap air mataku.


"Maya....baiklah....ayo kita pulang. Kau butuh istirahat!" ajaknya sambil menuntunku keluar dari toilet dan gedung Daito. Hingga kami sampai di apartemen. Rei memberiku susu coklat panas dan berusaha menenangkan hatiku. Trimakasih Reii......


*****


Hari yang menyakitkan itu telah berlalu, saat ini aku sudah jauh dari-nya. Jauh dari pengagum setiaku, jauh beribu kilometer dari Daito tempat cintaku bersemi, namun tak sempat untuk kutuai. Karena alasan itulah aku berani memutuskan untuk meneruskan pendidikan universitas di Korea. Suatu keputusan yang sulit bagiku, namun itu harus kulakukan.
Dukungan Rei dan Koji saat itu sungguh membuatku paham akan pentingnya pendidikan. Agar aku bisa menjadi aktris yang pandai dalam segala bidang. Koji memutuskan kuliah di Paris, dan kami berjanji akan kembali bertemu di taman Asahi 3 tahun mendatang.




*****


Tak terasa sudah hampir tiba waktunya, pikirku. Bagaimana kabar teman-temanku Tokyo. Begitupula Koji di Paris. Ahh.....aku merindukan saat-saat bersama mereka semua. Sebentar lagi...ya!!


Hari ini adalah hari kepulanganku. Tepat siang itu pesawatku mendarat di Bandara Tokyo. Senang rasanya bisa menginjakkan kaki di negara kelahiranku. Setelah mendapatkan koperku, aku pun beranjak keluar 'pintu kedatangan'. Bergegas ku dorong troli menuju tempat taxi. Tak berapa lama aku telah berada di sebuah taxi dan segera menuju apartemenku. Ah pasti Rei terkejut dengan kepulanganku, karena aku tak memberi kabar pasti padanya tentang ini. Akhirnya tibalah di depan apartemen dan aku pun langsung masuk lift dan akhirnya sampai di depan pintu kamar.


Tiiiing.....Tooong!


Aku tekan bel di samping pintu dan pintupun terbuka. Ah....Rei....
Kami bertatapan dan saling berpelukan. Biasa airmataku pasti mengiringi perasaan haru dan rinduku pada Rei, sobatku.


"MAYA! Kenapa kau tidak memberi kabar yang pasti tentang kepulanganmu ini...haahh?" tanyanya dengan nada kesal.


"Maaf...maafkan aku Rei....Aku tidak ingin yang lain tau, aku hanya ingin kita bisa menikmatinya dulu bersama tanpa ada gangguan media Rei" ucapku sambil memeluknya kembali.


Rei senang mendengar alasanku, dia segera menyambar jaketnya dan membawaku keluar apartemen. Entah kemana dia akan membawaku. Tapi aku sadar ini harus dirayakan, yaa hanya aku dan para sahabatku tentunya.


*****


Perjuangan hidupku di Tokyo akan di mulai lagi. Aku harus memulai hidup dengan suasana hati yang baru. Walau sulit aku akan mencobanya.


Hari ini ada pertemuan dengan manajemen Daito, mereka ingin bertemu sebelum diadakan Konfrensi Pers denganku. Rei menemaniku untuk datang ke gedung itu. Ada rasa ingin bertemu dengannya, namun aku segera menepisnya. Yaa..aku akan mencoba tidak mengingatnya kembali. Tidak membangkitkan rasa cintaku padanya.


*****


Sementara di kantor Daito, Masumi Hayami telah mendengar akan kepulangan Maya dan pertemuan dengan manajemen Daito tersebut.


"Mizuki...apa semuanya sudah dipersiapkan?" tanyanya pada Mizuki.


"Sudah pak, oiya pak...apa anda akan hadir di pertemuan tersebut?" mizuki balik bertanya, dan itu membuat Boss-nya kesal.


"Apa kau sengaja?Apa maksudmu?" Pak Masumi bertanya kesal.


"Ma..af pak....kalau begitu saya permisi" ucapnya segera keluar ruangan.


Maya....maya....bagaimana perasaanmu setelah bertahun kita tak bertemu? Maafkan aku telah membiarkanmu pergi. Aku sangat merindukanmu. Tapi lampu merah di sekelilingku sepertinya tidak pernah hijau.


*****


Pagi-pagi sekali Maya bangun dan mencoba berolah raga sendirian di sekitar apartemen.


Waah cerah sekali tapi memang agak dingin, sudah lama aku tidak merasakan udara pagi kota ini. Senangnya aku bisa berada disini kembali.
Tiba-tiba Maya ingin menuju taman tempat biasa dia menyendiri bila ada masalah.
Ah...aku ingin ke sana dan harus ke sana, pikirnya sambil berlari menuju taman itu. Dengan semangat dia berlari tanpa memperdulikan ada beberapa orang menatapnya tajam.


Setibanya di Taman...


Maya langsung duduk di sebuah ayunan sambil mengayunkan kakinya. Dia kembali teringat semua yang dilaluinya di taman ini. Betapa banyak kenangan disini, pikirnya.....
Maya terus tenggelam dalam lamunannya, hingga tak sadar seseorang telah memperhatikannya dari tadi.


"Aku tau kau pasti akan datang kesini, Maya" pria itu memastikannya.


Maya sangat kaget dan segera membalikkan tubuhnya mengikuti arah suara itu.


"Ahh...Koji...kau kah itu?" ucap ku sambil berlari dan entah mengapa aku langsung memeluknya. Itu membuat Koji kaget, aku bisa lihat itu dari raut wajahnya.


"Maya...kau baik-baik saja kan? Ada apa Maya? Aku sangat mengkhawatirkanmu!" ujar Koji lembut.


"Koji, aku baik dan sangat senang bisa bertemu denganmu sekarang ini. Ahhh...maafkan aku telah..." ucapku sambil melepaskan pelukanku padanya.


"Tidak...aku senang kau memelukku Maya" katanya membuat pipiku merah.


Lalu kami saling menceritakan pengalaman selama jauh dari Jepang, Koji tidak berubah sedikitpun, dia tetap Koji yang dulu...


Tiba-tiba HPku berbunyi...
Kuangkat dan terdengar suara Rei diseberang sana. Dia mengingatkanku akan pertemuan dengan manajemen Daito jam 10 pagi ini.


"Koji...maaf aku hampir lupa, bahwa hari ini aku ada janji. Tadi Rei meneleponku" kataku sedih karena harus berpisah dengannya.


"Oh..iya aku hampir lupa, kau pasti akan sangat sibuk mulai sekarang. Begitupun aku, nanti pasti kita bertemu lagi" ujarnya sambil memegang tanganku.


"Koji...trimakasih kau datang hari ini" ucapku sebelum berpisah. entah mengapa aku merasa dekat dengannya.


"Maya, ada apa? Apa kau sedang dalam masalah? Apa kau membutuhkanku? Katakan Maya!" tanyanya menggebu-gebu, membuatku sedih dan merasa membutuhkannya.


"Koji...maukah kau menemaniku hari ini? Menjagaku dan menghiburku?" pintaku dalam padanya.


"Maya...aku akan selalu menjagamu tanpa kau pinta, apalagi kau yang memintanya" ujarnya sambil menggandeng tanganku.


Kami pun tiba di depan apartemenku, aku akan dijemputnya untuk menuju ke pertemuan itu.
Tepat jam 9.30, Koji datang menjemputku dan Rei. Dia turun dari sebuah mobil mewah dan mempersilahkan kami naik.


*****


Aku duduk di tengah-tengah antara Rei dan Koji. Aku sudah berjanji dalam hati bahwa aku tidak akan mengingat rasa itu. Aku harus bersikap profesional mulai sekarang. Akhirnya Pak Masumi muncul juga. Dia bersama Mizuki dan yang lainnya. Kami pun saling memberi hormat dan pembicaraanpun dimulai.
Sudah hampir 2jam pertemuan ini membuatku bosan, entah mengapa aku merasa harus segera menyetujui apa-apa saja kesepakatannya. Aku katakan pada Rei untuk segera mengakhiri pertemuan ini. Aku lelah....
Akhirnya pertemuan selesai, Koji menggenggam jemariku. Aku merasa tenang karenanya. Kami pun meninggalkan ruangan tersebut. Aku tau, dia memperhatikanku dari sudut matanya, namun aku berusaha tak ingin meliriknya. Jadi tidak ada pandangan kami yang bertemu. Aku mensyukurinya.


*****


Aku, Rei dan Koji akan makan siang setelah pertemuan itu. Tiba-tiba Mizuki menghampiriku dan ingin berbicara berdua saja denganku.
Akhirnya Rei dan Koji menungguku di sebuah Restoran.


"Nona Mizuki...ada apa? Aku masih ada kegiatan sampai sore" ucapku memulai pembicaraan.


"Maya...Pak Masumi menunggumu di ruangannya" tegasnya sambil menunjuk sebuah pintu di sebelah sana.


"Maaf....aku rasa tidak ada yang harus dibicarakan lagi. Semuanya sudah jelas di pertemuan tadi" jawabku sambil hendak melangkahkan kaki.


Namun Mizuki menarikku dan memaksaku ikut dengannya.
Kamipun tiba di ruangan Pak Masumi. Hatiku tiba-tiba berdebar kencang. Aku sudah berusaha meredam rasa itu. Oh Tuhan....


"Biarkan kami berdua...Mizuki" ujarnya sambil mengunci pintu, lalu memasukkan kunci itu ke dalam jasnya.


"Maaf pak....aku harus pergi" kataku berusaha tegar.
Aku tidak ingin memandangnya, aku merasa lemah, seluruh badanku memanas. Tak terasa airmataku menetes dan segera kuhapus.


"Mungil..." ucapnya lembut.


"Jangan panggil aku dengan sebutan itu pak Masumi. Aku sudah dewasa dan aku bukan Mungil anda! kataku lebih lugas lagi.


Entah apa yang membuatku begitu tegar, aku hanya ingat kata-kata terakhir kami bertemu. Bahwa dia memintaku melupakan semuanya!


"Pak Masumi, semuanya sudah aku lupakan, jadi tolong anda jangan mengingatkannya kembali" pintaku dengan terisak.


"Maya...aku tidak pernah ingin kau benar-benar melupakannya! Aku..." ucapnya lagi, namun segera aku tengahi.


"Maaf pak...saat ini aku sudah mulai melupakan Anda, aku....aku..." ujar ku sambil menahan airmataku mulai deras mengaliri pipiku.


Tiba-tiba dia memelukku erat dan aku membiarkannya. Harum tubuhnya begitu lekat dalam ingatanku. Aku begitu merindukan pelukan ini.


Pak Masumi.....pak Masumi....


Entah berapa lama kami berpelukan, hingga membuat tubuhku lemas dan hampir terjatuh. Dia menyadari itu dan membopongku ke sofanya.
Akupun terbaring di sofa itu, dia memberiku air putih dan meminumkannya.


"Mungiiil....maafkan aku, ternyata aku tak bisa hidup tanpamu" ucapnya lirih.


"Pak Masumi...mengapa anda seperti ini? tanyaku dengan kesal.


Namun nafasnya terasa sangat dekat denganku, bibir itu begitu tak berjarak dengan bibirku. Dan tak lama aku bisa merasakan kehangatan desahan nafasnya. Dia melumatnya beberapa kali, membuatku sedikit terengah-engah bernafas.
Sekian lama aku merasakan kehangatan bibirnya, tiba-tiba aku merasa sesuatu yang berat berada di atas tubuhku. Kami pun tenggelam dalam kerinduan yang teramat dalam. Hingga tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara Handphone-nya.


"Pak Masumi....handphone anda.." ucapku pelan.


“Aah...ya maaf" ujarnya sambil mengeluarkan Hp dari saku jas nya.


Akhirnya pertemuan istimewa kami usai, dia mengantarku sampai di depan apartemen. Tidak banyak hal yang kami bicarakan, entah mengapa aku dan mungkin juga pak Masumi enggan membicarakan tentang perasaan masing-masing.
Akupun turun dari mobil dan dia mengantarku sampai depan pintu kamar.


"Mungil...aku ingin selalu seperti ini! Walau aku tau itu butuh waktu yang lama" katanya lembut.


"Pak Masumi...aku berusaha mengerti keadaan itu dari dulu" jawabku namun tiba-tiba dia menghentikannya.


"Sudah Maya...aku sudah tau itu. Aku lah yang tidak pernah mengerti dirimu Mungil! ucapnya sambil menarik lengan dan memelukku.


Pak Masumi.....Mawar Unguku......


Selang beberapa hari...
Hari ini kami mulai latihan drama terbaru yang akan dipentaskan.
Seperti biasa aku dan Rei berangkat latihan ke studio Kids. Hari-hariku akan dimulai kembali di Daito.Dan saat ini aku merasa lebih bergairah karena hubunganku dan pak Masumi sudah sedikit mencair. Walaupun dia tidak mengatakan apapun. Namun aku merasakan kerinduan yang dalam saat dia memelukku kemarin.
Pak Masumi....pak Masumi...aku benar-benar masih mencintaimu!
Tiba di ruang latihan, aku berusaha membaca skrip yang diberikan pak Kuronuma. Begitupun Koji serius sekali menghayati peran baru yang akan diperankannya. Dia melihat ke arahku dan menghampiriku.


"Kau sudah baikan Maya? Sepertinya kau bahagia hari ini, boleh aku tau karena apa itu?" tanya nya sambil memberiku segelas susu hangat.


"Koji...hari ini aku sudah bisa beradaptasi. Kita kan sudah bertahun-tahun jauh dari Tokyo" jawabku sedikit malu seakan tau bahwa aku bahagia karena Pak Masumi.


"Maya...aku mengenalmu sudah lama, dan aku tau bila kau sedih ataupun bahagia seperti sekarang" ujar Koji lembut.


"Trimakasih Koji...kau selalu baik padaku" balasku menunduk.


"Oh iya...nanti kita makan siang bareng ya!" ucapnya lagi sembari berlatih kembali.


"Baiklah Koji...kita harus merayakan kembalinya kita ke Tokyo" ujarku semangat dan kembali membaca skrip lagi.


Akhirnya waktu makan siang tiba, Koji menghampiriku dan menarik lenganku. Aku pun merasa resah dengan hal itu. Aku tak ingin ada salah paham pabila kami bertemu dengan pak Masumi.
Kamipun keluar studio dan benar dugaanku, pak Masumi tepat berjalan menuju ke arah kami. Seketika itu juga Koji berhenti dan memandang ke arahku. Sampai pak Masumi dan Mizuki menyapa.


"Ah...mungil, apa kau akan makan siang?" sapanya ramah.


"Iya pak Masumi" ucap Koji mendahuluiku menjawab.


"Baiklah aku pikir itu bagus bila kalian sering melakukannya" kata Masumi sedikit cemburu.


Aku hanya menatapnya dan dia membalas dengan senyuman. Lalu pamit dan berlalu menjauh dari kami.


Koji pun semakin menunjukkan bahwa dia bahagia bisa lunch bersamaku. Dia terus tersenyum hingga kami selesai makan siang. Namun aku masih diam kebingungan dengan sikap pak Masumi tadi. Dia pasti cemburu, namun dia begitu acuh padaku. Huuuh...pak Masumi...kau membuatku bimbang dengan sikapmu...selalu...
Sorepun tiba, pak Kuronuma menghentikan latihan karena dia akan mengantarkan istrinya ke dokter. Akhirnya latihan selesai. Koji dan Maya pulang bersama dengan berjalan kaki. Namun sepanjang jalan Koji banyak diam. Maya pun merasa aneh dengan sikap Koji yang tiba-tiba diam.


"Koji...ada apa denganmu? Bukankah tadi kau bersemangat sekali?" tanya Maya memecah kesunyian.


"Hm...tidak Maya, aku hanya sedikit tak mengerti dengan perasaanku ini" ucap Koji pelan.


"Perasaanmu? Ada apa dengan perasaanmu Koji?" tanya Maya kemudian.
Tiba-tiba Koji menghentikan langkahnya dan menghadapkan wajahnya pada Maya. Maya terkejut dan hanya diam memandang Koji. Merekapun saling pandang beberapa saat. Hingga Maya mengalihkan tatapannya ke arah lain.


"Maya...sebelumnya aku sangat ingin menanyakan hal ini padamu" ucap Koji pelan.


Aku hanya diam dan mulai merasa takut dengan apa yang akan dikatakan Koji nanti.


"Maya...aku sudah berusaha membuang perasaanku padamu. Kukorbankan menjauh darimu ke Paris. Namun ternyata itu hanya sia-sia" ujarnya penuh pengharapan.


"Aku hanya ingin kau tau bahwa rasa yang kumiliki untukmu, tidak akan pernah hilang Maya" ucapnya Koji lagi.


"Koji...aku..aku tak ingin mengecewakanmu” ucap Maya lembut.


“Maya katakan apakah perasaanmu pada pak Masumi masih ada?” Tanya Koji mengejutkan Maya.


“Koji…aku sudah letih seharian latihan, jadi kumohon jangan bicarakan yang tidak-tidak” pinta Maya lesu.


“Tapi Maya…aku dan pak Masumi butuh kepastianmu” ujar Koji membingungkanku.


“Aaapa maksudmu Koji? Aku akan sangat menghargai perasaanmu tentunya. Tapi aku hanya mohon padamu untuk tidak membawa-bawa nama pak Masumi” kata Maya kesal.


“MAYA!” ucap Koji sedikit keras.


“Sudahlah….aku ingin pulang sekarang” kata Maya sambil berjalan melanjutkan langkahnya.


“MAYA…MAYA…MAYA! Dengarkan aku dulu…” ucap Koji sambil berlari mengejar Maya.
Maya hanya diam dan berjalan dengan lebih cepat. Hingga tiba-tiba sebuah mobil berhenti di dekatnya. Dan yang pasti mobil itu kepunyaan lelaki tampan ‘Masumi Hayami’.


Maya langsung berhenti dan hanya bengong melihat Masumi turun dan menghampirinya. Koji pun hanya menatap keduanya. Perlahan dia melangkah mendekati Maya dan Masumi.
Masumi sedikit cemburu karena ternyata Maya dan Koji pulang bersama. Dia tersenyum pada Koji.


“Oh…kalian baru pulang latihan? Ayo aku antarkan kalian” katanya tegas sambil mendorong Koji untuk masuk mobilnya.


Setelah Koji masuk dan duduk di kursi depan bersama supir.
Masumi pun menarik Maya dan mereka duduk di kursi belakang. Terlihat Koji cemburu, dia meremas jemarinya sendiri sambil menggigit bibirnya. Lalu pak Masumi memberitahu supir untuk mengantar Koji terlebih dahulu.
Ternyata Koji menolaknya, karena dia ingin Masumi mengantar Maya terlebih dahulu. Koji merasa curiga nanti Maya dan Masumi akan bisa berduaan. Akhirnya Masumi dengan terpaksa menuruti kemauan Koji.
Sepanjang jalan Masumi terus memandangi Maya yang duduk di sebelahnya. Entah apa yang terjadi Masumi tiba-tiba menggenggam jemari Maya. Maya tampak gugup dan gemetar. Maya takut Koji melihat itu. Dia tak ingin menyakiti hatinya. Maya berusaha menepisnya, namun tangannya terlalu kecil melawan tangan Masumi yang besar.
Ketiga orang itu sedang dalam keresahan, hanya pak supir yang santai dan tetap melajukan mobil dengan tenang.
Akhirnya mobilpun sampai di apartemen Maya. Koji langsung turun dan membukakan pintu Maya. Masumi kalah cepat rupanya, dia hanya mendekati Maya dan…


TIBA-TIBA!!!


Masumi mendaratkan kecupan di kening Maya. Sontak Koji dan Maya kaget. Koji sangat geram dengan tingkah laku Masumi. Sekali lagi dia menahan emosi dengan meremas jemarinya.
Maya pun kaku dan mengucapkan trimakasih kepada keduanya.


“Pak Masumi…trimakasih telah mengantarku” ucap Maya sembari melirik Masumi.


“Dan Koji…trimakasih juga atas hari ini” ucap Maya lagi kepada Koji.
Maya pun membungkukkan badannya dan masuk ke apartemen.




Beberapa saat akhirnya tiba di kediaman Koji. Masumi pun pamit namun sebelum ia beranjak, Koji menahannya dengan ucapan:


“Apa yang anda lakukan tadi?” Tanya Koji nyelidik.


“Ooiya aku hampir lupa mengatakan sesuatu padamu” ujar Masumi mulai panas.


“Aku sudah tau apa yang akan anda katakan, jadi lebih baik tidak usah dibahas” pinta Koji sambil hendak pergi.


Namun Masumi menjelaskan bahwa:


“Koji…apa kau tau perasaan Maya padaku? Dan aku berniat mewujudkannya” kata Masumi bangga.


“Anda keterlaluan pak Masumi. Apakah anda pikir Maya seperti layangan? Anda bolak-balik mengulur perasaanNYA!” bentak Koji kesal.


“Koji…jangan asal bicara. Aku sangat menyukainya, mana mungkin aku seperti yang kau tuduh!” kata Masumi lebih santai.


“Jika seperti itu, mengapa tidak dari dulu anda wujudkan? Mengapa anda membiarkannya pergi ke Negara lain dalam kebimbangan” ucap Koji lagi.


“Bukan…seperti yang kau sangka Koji. Saat itu…” ucapan Masumi terhenti karena Koji tiba-tiba memukul wajahnya.


Pak Masumi tersungkur, pak supir pun turun untuk melerainya. Masumi memandang Koji dan mengusap bibirnya yang sedikit berdarah.


“Jadi aku peringatkan anda, tn Masumi! Jangan pernah menyakiti hati Maya. Karena aku teramat mencintainya” ucap Koji datar.


“Bagus…aku senang ada saingan, jadi ini semakin menarik bukan?” kata Masumi sambil masuk ke mobil dan berlalu dari kediaman Koji.


Koji masih memandang mobil itu hingga hilang dari pandangan. Dia sangat kesal pada Masumi.


Pak Masumi…aku hanya ingin kau bisa bahagiakan gadis itu. Karena aku sadar bahwa gadis itu pun sangat mencintai anda. Aku bahagia bila dia bahagia…pak Masumi…

Keesokan harinya…


Studio penuh dengan para pemain baru yang akan bergabung. Tampak pak Kuronuma sibuk mengatur semuanya. Tak terkecuali Maya dan Koji.
Tiba-tiba Masumi masuk dan berbicara langsung pada pak Kuronuma. Sedang Maya dan Koji hanya terpaku. Lalu terdengar pak Kuronuma memanggil Maya.


“Iya pak” kata Maya menghampiri.


“Ini…pak Masumi meminta ijin padaku untuk bisa mengajakmu bolos latihan hari ini. Apa kau mau?” Tanya pak Kuronuma membuatku malu.


Namun belum sempat aku menjawab. Tangan Masumi langsung menarik dan membawaku meninggalkan studio. Dan yang pasti semua mata memandang kami heran. Apalagi Koji yang protes kepada pak Kuronuma atas ijinnya.


Pak Masumi dan aku naik mobil ke suatu tempat. Aku tidak tau akan dibawa kemana ini. Tapi aku tak bisa berkata apa-apa. Badanku terasa keringat dingin. Jantungku masih sama berdetak kencang seperti saat aku pergi meninggalkan Tokyo.
Begitupun Masumi berpikir pasti Maya akan terkejut dengan keputusannya ini.
Tunggulah mungil…kau akan tau kubawa kemana. Aku tidak mau main-main lagi dengan perasaanku. Cukup sudah aku membiarkanmu sendiri.
Mobilpun memasuki sebuah pekarangan yang cukup luas. Rumah itu begitu besar dan di gerbang tadi tertulis “kediaman Hayami”.
Maya mulai curiga, jangan-jangan ini rumah pak Masumi. Mau apa dia membawaku kesini kalau memang benar. Aduuh aku harus bagaimana?


Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttt….


Mobil berhenti dan Masumi turun lalu membukakan pintu untukku. Maya turun dengan bertanya-tanya dalam hati. Wajahnya terlihat cemas.


“Sudah mungil…ayo kita masuk” ucap Masumi lembut.


“Tapi…iiinni…” Tanya Maya cemas.


Masumi langsung merangkul punggung Maya dan membawanya ke satu ruangan.


“Ayo Maya…seseorang telah menunggumu” kata Masumi senang.


Maya dan Masumi pun masuk. Di depan mereka telah menunggu sang jendral tertinggi itu. Dengan tatapan tajam dia menatap Maya. Maya tampak kaget bahwa orang tua itu adalah ‘Paman Es Krim’ yang pernah beberapa kali ditemuinya.


“Ppaman? Mengapa anda disini?” Tanya Maya polos.
Pertanyaan Maya sontak membuat Masumi geli. Dan membuat wajah Eisuke sedikit merah karena malu.


“Mungil…mengapa kau menyebut Ayahku, paman es krim?” Tanya Masumi sembari tertawa kecil.


Mayapun kaget dengan sebutan Ayah dari Masumi dan terdiam kebingungan. Eisuke lalu mendorong kursi rodanya dan mendekati Maya. Dia menarik lengan Maya.


“Iya Maya…aku paman es krim itu. Dan aku juga adalah ayah dari lelaki yang kau bilang menjengkelkan itu bukan” ucapnya pelan sambil melirik Masumi.


Masumi tampak heran, apa Maya curhat tentang aku pada ayahnya itu. Namun dia senang melihat Eisuke bisa tersenyum dan bersahabat pada Maya.


“Maaf paman, aku benar-benar tak tau jika anda..adalah..” kata Maya kikuk.


“Sudahlah…sekarang aku ingin kau mendengarkan penjelasanku ini” kata Eisuke kebapakan.


“Maya…maaf membuatmu menderita atas kejadian yang lalu. Aku sebenarnya sudah tau lama akan perasaanmu dan Masumi. Namun aku begitu memaksakan kehendakku” ujarnya perlahan dengan suara getir.


“Ah…paman…aku tidak pernah mempermasalahkan itu. Karena aku sadar siapa diriku sebenarnya” ucap Maya terharu.


“Aku tau itu….kau gadis yang sangat baik dan tulus. Oleh karena itu aku bertahun-tahun memikirkannya. Aku merasa berdosa memisahkan kalian. Aku ingin Masumi bahagia dengan pilihanku” kata Eisuke sambil terisak.
Matanya berkaca-kaca menatapku. Dia kelihatan sedih sekali dan terus menggenggam tangan Maya. Sebelum melanjutkan pembicaraannya, dia mengusap air matanya dengan sapu tangan. Melihat itu Maya langsung membantunya. Eisuke pun semakin terisak, Masumi mencoba menenangkan dengan menepuk punggung ayahnya dari belakang.


“Maya menikahlah dengan Masumi” ucap Eisuke bahagia.


Maya masih bengong sampai Masumi memanggilnya.


“Mungil…mungill…” panggil Masumi.


Mayapun gemetar. Tubuhnya terasa kaku mendengar ucapan pak Eisuke.


“Mulai sekarang panggil aku ‘Ayah’ ya Maya!”pintanya sambil tersenyum.


Lalu Eisuke menyuruh mempersiapkan semuanya. Dia terlihat semangat sekali. Sedangkan Maya hanya terduduk melihat ayah dan anak itu berdebat sendiri membicarakan pernikahan.
Mungkinkah ini nyata…atau hanya mimpi? Masumi akan menikah denganku? Dan tuan Eisuke menyetujuinya? Aku tak percaya dengan semua ini…mungkinkah…
Maya memberi salam ketika Eisuke akan meninggalkan ruangan tersebut. Maya terduduk lemah, namun Masumi langsung menghampiri dan merangkulnya.


“Mungil…sebentar lagi kau akan menjadi milikku” ucap Masumi lembut sambil mendekatkan wajahnya ke Maya.


“Pak Masumi…jangan seperti ini, nanti ada yang lihat” ucap Maya ketakutan.


Namun Masumi tak memperdulikannya, dia terus saja menciumi Maya hingga Maya bersandar pada sebuah bantalan kursi. Masumi memandangi wajah wanita yang dicintainya. Sambil membelai rambut Maya, Masumi menciumi seluruh wajah kekasihnya itu.


Sementara itu Eisuke melihat mereka dengan bahagia. Dia membiarkan mereka beberapa saat seperti itu. Dia merasa bersalah telah memisahkan mereka.
Masumi…anakku, aku bahagia bila kau bahagia. Aku tenang sekarang…pikir Eisuke..
Sementara Maya dan Masumi tampak bahagia. Akhirnya cinta yang begitu panjang tiba juga di pelaminan. Walau harus bertahun-tahun memendam, semuanya tak akan bisa tenggelam dan berlalu begitu saja. Merekapun tersenyum bahagia menyambut hari esok bersama.





***the end***

1 komentar:

  1. c'est une belle histoire vraimet j'ai aimé félicitation.

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...