Juni 01, 2011

My Weakness is My Strength (the end)



Beberapa hari kemudian...
Maya berlatih keras di Studio. Pak Kuronuma merasa sulit untuk mencari pengganti sosok 'Ishin' selain Koji.
Dia jadi bingung, apalagi Maya merasa sangat terpukul pabila Koji tak bisa pentas bersamanya.


*Di Ruangan Masumi*


Lelaki tampan itu sedang memeriksa beberapa dokumen. Namun dia tak bisa konsentrasi, pikirannya selalu pada Maya.


Maya...sedang apa kau saat ini. Apa yang kau pikirkan dengan semua peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu pada kita?
Maya...aku tak bisa menemuimu karena aku belum memutuskan apa-apa dengan Shiori, jadi kumohon tunggulah aku...


Tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Mizuki datang memberitahukan bahwa nona Shiori ingin menemuinya.


Masumi sedikit kaget, dia berusaha menahan kekesalan akan permintaan Shiori. Namun dia pun menyadari bahwa semuanya tak semudah yang dibayangkan. Karena dia harus menyelesaikan dengan keputusan yang bijaksana.


Lalu Masumi meminta Mizuki ikut bersamanya ke kediaman Shiori.


*Sementara di Studio*


Maya merasa serba salah dengan perasaannya. Dia tak bisa latihan dalam keadaan seperti ini. Di satu sisi, dia sangat bahagia dengan pernyataan Masumi waktu itu. Bahagia membayangkan bertemu kembali di Izu.
Maya tampak melamun dan tersenyum-senyum sendiri. Pak Kuronuma memperhatikan Maya. Dia merasa senang bisa melihat Maya tersenyum seperti itu.


Masih dalam lamunannya, namun tiba-tiba bayangan Shiori muncul dalam lamunannya. Shiori terlihat bersimbah darah dan merintih kesakitan. Setelah itu muncul pula bayangan Koji dalam keadaan yang sama.


Maya jadi ketakutan sendiri. Dia jadi berpikir bahwa cintanya kepada Masumi telah menyebabkan Shiori dan Koji terluka dalam sekali.


Bayangan itu semakin lama semakin jelas, hingga Maya seperti orang yang linglung. Dia pun berteriak sekuatnya.


"Tidak...tidak...TIDAAAAAK!!!" teriak Maya.


Sontak seisi ruangan langsung melihat ke arah Maya. Pak Kuronuma menghampiri Maya dan mengajaknya untuk istirahat sambil minum teh keluar. Dia berusaha menenangkan Maya, menggiring pundak Maya karena khawatir Maya akan jatuh.


*Kediaman Shiori*


Masumi dan Mizuki baru saja tiba di rumah Shiori. Seorang pelayan langsung mengantarkan Masumi dan Mizuki ke satu ruangan.
Shiori sudah menunggu mereka, dia duduk dan menatap ke arah jendela. Ketika Mizuki akan duduk, Shiori mengatakan bahwa dia ingin bicara berdua saja dengan Masumi. Akhirnya Mizuki menunggu di ruangan lain.


Cukup lama Masumi dan Shiori terdiam. Masumi menatap Shiori tajam, dia mengepalkan jemarinya. Dia sudah sangat ingin mengakhiri semuanya. Namun dia tak tega melihat Shiori seperti kemarin. Ada rasa bersalah yang berkecamuk dalam bathinnya...


"Shiori bagaimana keadaanmu?" tanya Masumi mengawali.


"Seperti yang kau lihat Masumi, aku dalam keadaan sakit dan terpukul" jawab Shiori menyindir.


"Maaf bila aku membuatmu seperti itu. Aku hanya ingin jujur padamu" ucap Masumi datar.


Mereka saling tatap. Ada kebencian yang menyelimuti keduanya.


"Masumi...aku juga ingin jujur padamu" ujar Shiori mulai terisak.


Masumi menajamkan tatapannya. Dia tak mengerti maksud dari perkataan Shiori.


"Jujur yang mana lagi? Bukankah aku sudah mengetahui semua yang kau lakukan!" ujar Masumi kesal.


"Iya...iya Masumi, aku lakukan semuanya karena aku sangat mencintaimu" kata Shiori sedih.


"Sudahlah...kau belum sembuh benar. Nanti kita bicarakan lagi" kata Masumi hendak menutup ketegangannya dengan Shiori.


Shiori semakin kesal dengan sikap Masumi. Dia tak kuasa menahan amarahnya pada lelaki itu.


Masumi aku bersumpah akan mengikatmu selamanya. Kau..kau tak akan pernah bisa bersama gadis itu. Aku pastikan itu!!!


"Baiklah Shiori...aku harus pergi. Masih ada yang harus kukerjakan" ucap Masumi undur diri.


Namun Shiori tak merelakannya. Tiba-tiba dia pingsan. Masumi kaget dan langsung menghampiri Shiori.
Masumi bingung harus bagaimana, dia hendak memanggil pelayan. Tapi tiba-tiba tangan Shiori melarangnya.


"Tak usah Masumi, aku baik-baik saja" ucap Shiori lemah.


"Shiori apa kau sudah benar-benar sembuh? Mengapa kau harus dirawat di rumah?" tanya Masumi khawatir.


Shiori tersenyum dan menatap Masumi.


"Karena aku ingin bisa berduaan denganmu di kamar ini, dan aku yakin bisa lekas pulih dengan itu" ucap Shiori lembut.


"Shiori...kau jangan seperti itu. Di RS akan lebih terpantau. Aku akan mengunjungimu bila itu membuatmu sembuh" ujar Masumi bimbang.


Lalu Shiori mengecup lembut pipi Masumi. Masumi menepisnya. Masumi berdiri dan pamit tanpa menoleh pada Shiori.


Di perjalanan pulang, Masumi terngiang keadaan Shiori tadi. Dia merasa Shiori sangat lemah saat ini.


Shiori...kau begitu pucat, aku takut sesuatu yang buruk akan menimpamu. Kau melakukan semuanya karena takut kehilanganku? Tapi kenapa kau harus menyakiti Maya? Shiori...Shiori....


*Di Apartemen Maya*


Hari ini libur latihan, jadi tak ada kegiatan bagi keduanya. Rei menonton televisi sedangkan Maya hanya duduk melamun di balkon.
Dia memandang ke arah kota, gedung-gedung tinggi hingga mobil yang berlalu lalang. Tatapannya kosong, entah apa yang dia pikirkan. Namun yang pasti, itu membuatnya betah seharian duduk disana.


Rei memanggilnya, namun Maya tak menjawabnya. Berkali Rei memanggil Maya, tetap saja Maya diam.


Maya...Maya...pasti lelaki itu yang ada dalam lamunanmu saat ini. Huuuff...aku bingung dengan pria-pria yang menyukaimu itu.
Koji masih saja mencintaimu, walau dia tau bahwa kau tidak mencintainya. Sementara pak Masumi yang mempunyai tunangan cantik jg mencintaimu. Dia lebih memilihmu daripada wanita cantik itu...



Rei membiarkan Maya sendiri. Dia pun pergi untuk berjalan-jalan sendiri.
Maya masih terpaku dalam lamunannya.


*Di kantor Daito*


Ada pertemuan dengan beberapa pemegang saham. Masumi menyelesaikannya dengan baik. Dia kembali ke ruangan dan Mizuki langsung memberinya jadwal selanjutnya. Seharian Masumi berjibaku dengan kegiatan Daito-nya. Dia terlihat kelelahan.


Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Pelayan dari kediaman Shiori mengabarkan bahwa Shiori tak sadarkan diri. Masumi pun bergegas kesana.


Sesampainya disana, pelayan langsung membawanya ke kamar Shiori. Seorang dokter baru saja keluar dari kamar itu. Masumi pun menanyakan bagaimana kondisi Shiori sebenarnya.


Masumi sangat kaget saat dokter mengatakan bahwa Shiori menderita anemia akut. Apalagi setelah peristiwa tangannya beberapa waktu lalu. Itu membuatnya semakin parah.


Masumi lemas mendengarnya, diapun masuk ke kamar Shiori. Shiori masih tertidur, wajahnya pucat. Masumi duduk di sebelah Shiori.


Dia memandangi Shiori sedih. Bagaimana mungkin dia menyebabkan sakit gadis ini tambah parah.


Masumi...Masumi...apa yang telah kau lakukan, kau sangat egois. Kau bersikukuh mengejar cinta lain. Sementara ada cinta yang terabaikan, pikir Masumi kesal..


Shiori belum siuman juga, waktu telah senja. Dan Masumi masih duduk menunggu Shiori sadar. Ada guratan penyesalan di wajahnya.


Shiori seandainya dari dulu aku menolak pertunangan kita, mungkin kau tidak akan sakit seperti ini. Aku sangat serakah...Shiori...Maya...


Tiba-tiba pintu diketuk, seorang pelayan masuk mengantar obat untuk Shiori dan minuman hangat lagi untuk Masumi.


Masumi tampak kelelahan, Mizuki masuk dan memintanya pulang dan beristirahat. Mizuki bisa menjaga sampai Shiori sadar.


Akhirnya Masumi kembali ke kantor untuk mengambil beberapa berkas. Sedang Mizuki menemani Shiori yang belum sadarkan diri. Dia menatap wanita cantik di depannya.


Shiori...kau begitu cantik dan anggun. Aku rasa semua pria akan tertarik padamu. Tapi mengapa kau memilih Masumi yang jelas-jelas tidak mencintaimu. Aku sangat kasihan padamu...
Kau punya segalanya, paras cantik, uang dan kekayaan yang melimpah. Tapi kau tak punya cinta...



Mizuki larut dalam pikirannya sendiri. Dia merasa iba pada Shiori, namun dia pun merasakan hal yang sama pada Maya. Dia teringat gadis mungil itu...


Maya gadis mungil itu begitu mempesona bagi anda, pak Masumi...
Perasaannya begitu mendalam pada Masumi. Aku sudah tau itu sejak awal pertunangan anda, pak Masumi...
Perasaan yang tulus, tanpa Maya sadari perasaan benci itu menjadi cinta...
Maya...Maya...kau tak punya apa-apa tapi kau punya banyak cinta yang menantimu..



"Oh..membingungkan" gumam Mizuki tiba-tiba sadar dari pikirannya sendiri.


Tak berapa lama, Shiori mulai siuman, dia masih terlihat lemah...
Namun Mizuki senang bisa melihat Shiori sadar. Dia mengabari Masumi. Dan Masumi pun datang. Mizuki pun pamit.


Shiori memandang Masumi lemah. Dia senang Masumi masih mengkhawatirkannya. Dia melihat baru kali ini Masumi kelihatan tulus.


"Masumi..." panggil Shiori pelan.


"Iya Shiori...aku disini, kau jangan banyak bergerak dulu" ujar Masumi khawatir.


"Trimakasih...kau masih mau melihatku" kata Shiori sendu.


Masumi menyentuh tangan Shiori, dia menatap Shiori kasihan. Sementara pipi putih Shiori langsung merona. Dia memalingkan wajahnya. Karena tak ingin Masumi melihatnya.


"Tidak Shiori, ini sudah kewajibanku, agar membuatmu cepat pulih" ucap Masumi, yang menyadari wajah Shiori merah.


Masumi mulai santai membicarakan hal yang menyenangkan kepada Shiori. Mereka mulai tersenyum dan tertawa kecil berdua.
Akhirnya Masumi pamit dan dia berjanji besok akan menjenguk Shiori kembali.
Shiori pun sangat senang mendengarnya. Wajahnya tidak sepucat sebelumnya.


*Di Apartemen Maya*


Maya hendak tidur, ketika handphonenya berbunyi. Ternyata Masumi meneleponnya. Masumi ingin bertemu malam itu juga.


Maya heran, tapi dia senang bisa bertemu lagi dengan lelaki yang dicintainya.
Dia bergegas mengambil mantelnya dan keluar dari apartemen.
Masumi telah menunggunya di taman. Dia tersenyum melihat gadis mungilnya datang.


"Mungiil...duduklah" ucap Masumi sambil menunjuk tempat di sebelahnya.


Maya hanya tersenyum dan mengikuti ajakan Masumi.
Mereka terdiam beberapa saat..
Masumi bingung harus mulai dari mana menjelaskan pada Maya.
Hingga Maya bertanya-tanya dalam hati...


Mereka duduk di sebuah bangku kayu berdampingan, malam semakin larut. Keduanya tampak memendam kerinduan, namun seperti ada tembok yang membatasi mereka.


Masumi mencoba bersikap dewasa, dia berniat menceritakan keadaan Shiori pada Maya. Namun Masumi merasa tidak arif bila Maya harus menanggungnya. Biarlah dia yang akan mengalah demi kebaikan bersama.


"Maya...apa kau tau tentang keadaanku?" tanya Masumi gugup.


"Maksud anda adalah hubungan anda dan nona Shiori?" Maya balik bertanya.


"Iya mungil...aku mungkin tidak bisa untuk meninggalkannya saat ini" kata Masumi sedih.


"Pak Masumi...maafkan bila perasaan saya ini, membuat anda jadi bimbang" ucap Maya terisak.


"Tidak mungil, sedari dulu kau tidak pernah membuatku dalam kebimbangan" kata Masumi.


Maya diam tertunduk, dia menebak pasti pak Masumi akan lebih memilih wanita cantik dan kaya itu. Dirinya bukanlah siapa-siapa.


"Kau tau mungil, perjumpaanku denganmu adalah sebuah anugrah" ujar Masumi mulai meneteskan air mata.


Dia menyentuh tangan kanan Maya. Sambil memandang langit, dia meremas-remas jemari mungil itu. Maya pun menangis tersedu.


"Pak Masumi...trimakasih atas semua yang kau berikan padaku" ucap Maya pelan, sambil menghapus pipinya yang basah.


"Tidak Maya...aku yang yang seharusnya meminta maaf dan berterimakasih padamu" ujar Masumi lirih.


"Maya...ini terlalu berat untukku. Aku sangat ingin membahagiakanmu" ucap Masumi lembut.


"Pak Masumi...." kata Maya sedih.


"Tapi entah kapan aku bisa membuatmu bahagia, maafkan aku" kata Masumi berdiri hendak pergi.


Maya pun berdiri dan memeluk Masumi dari belakang.
Dia sangat ingin menahan lelaki yang dicintainya itu pergi. Namun dia akan merelakannya.


"Pak Masumi...aku sudah sangat bahagia sejak dulu, saat bertemu dengan anda" ucap Maya sambil menangis.


"Mungiil..." kata Masumi.


"Pergilah...saya tidak ingin menyakiti siapapun. Nona Shiori lebih membutuhkan anda" kata Maya tegar.


Maya masih memeluk Masumi. Tangannya terasa membeku, dia begitu berat melepaskannya.


"Pak Masumi...saya mencintai anda. Tapi cinta saya tidak akan pernah menunggu kehadiran anda kembali" ucap Maya pelan.


"Maya...maya..." kata Masumi sedih.


"Ku mohon jangan pernah menoleh ke belakang lagi. Sekarang pergilah!" pinta Maya sambil melepaskan pelukannya pada Masumi.


"Mungiill..." ucap Masumi hendak menahan Maya. Namun Maya telah berlari masuk ke apartemen dan hilang dari pandangannya.


"Mungil...mungil...selamat tinggal" kata Masumi tersedu.


Masumi pun terduduk sesaat berusaha menenangkan diri. Sebelum dia meninggalkan taman tersebut.


*****
Maya masuk kamar dan menghempaskan tubuhnya di tempat tidurnya. Airmatanya terus mengalir, hingga matanya sembab.


Pak Masumi...selamat tinggal...
Ternyata hanya sampai disini perasaan ini. Tidak akan pernah bersatu...
Mawar Ungu-ku...sudah pergi...
Aku tidak akan menunggumu...pak Masumi...
Tidak akan pernah...
Aku...aku akan melupakan semuanya seperti sedia kala, saat belum mengenalmu...


Goodbye...my love!!!




*****the end*****









4 komentar:

  1. filing ane nih kyknya masumi bakalan mt maya melupakan smuanya....XDD *sotoy* btw thanks sista lanjuuutkaaannnnn

    -fagustina-

    BalasHapus
  2. iya ya tapi mudah2an dia bakalan minta maya buat percaya sama dia untuk menyelesaikan semua masalah ini n tetep nunggu dia hahahhahahah

    BalasHapus
  3. woaa kebalikan dr kekuatan cinta, SE makasih apdeetanya mba Rose...:)

    -fagustina-

    BalasHapus
  4. Wah sedihh akhirnya...
    Pasti msh ada sekuelnya kan?
    :)
    Thank you for writing and sharing this with us.

    -serendipity

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...