Juni 19, 2011

- 25 Minutes To Late -


{IF: Masumi menikahi Shiory 2 tahun yang lalu karena jebakan yang dirancang Shiory. Sedangkan Maya menikah dengan Satomi 1 tahun kemudian. Semua itu tak lain karena Satomi begitu baik dan banyak berjasa pada Maya, terutama saat masa-masa sulit setelah ditinggal Masumi}




Hari ini adalah hari ulang tahun Maya. Dari minggu kemarin Satomi telah mempersiapkan kejutan untuk istri tercintanya. Setelah menikah Satomi semakin menyayangi Maya. Begitu sayangnya, sampai-sampai orang akan merasa iri melihat kasih sayangnya pada Maya.


Begitupun lambat laun Maya mulai bisa menerima Satomi sebagai akhir dari kisah cintanya. Perlahan Maya membuka hati untuk Satomi. Maya berusaha untuk tidak menyakiti hati Satomi. 


Terkadang berat menjalaninya, karena setelah menikah dengan Satomi, keduanya dikontrak oleh Daito untuk bernaung di bawah manajemen mereka.


Maya dan Satomi tinggal di sebuah apartemen yang lumayan mewah di Tokyo. Hampir setiap hari mereka selalu bersama menuju tempat latihan.


Tanpa sepengetahuan Maya, diam-diam Masumi masih mengharapkan cinta Maya. Dia tetap memerintahkan Hijiri untuk menjaga Maya. Sebenarnya Masumi berterimakasih pada Satomi karena telah menjaga Maya. Namun Masumi enggan mengungkapkannya.


Tak begitu dengan Shiory yang semakin curiga dengan Masumi, meski mereka telah menikah. Itulah salah satu penyebab Masumi susah untuk membuka hatinya untuk Shiory.


Tak seperti Maya dan Satomi yang selalu tampil bersama dalam setiap kesempatan. Masumi dan Shiory sangat jarang tampil bersama. Dari situ pula berbagai gosip mulai menyeruak di kalangan elit perfilman dan teater Jepang.


*****
Satomi pergi ke sebuah toko cincin di sebuah pertokoan perhiasan. Dengan senyum bahagia dia melangkah keluar dari toko tersebut. Di tangannya tampak sebuah bingkisan kecil berwarna biru.

Sembari melangkah semangat Satomi kembali ke studio di gedung Daito. Dia sempat berpapasan dengan Masumi dan Mizuki. Masumi menundukkan kepala nya sedikit sebagai tanda menyapa ramah pada Satomi.
Begitupun sebaliknya. 

Masumi memandangi Satomi dari jauh. Dia merasa akan sangat bahagia bila dirinya yang berada di samping Maya.

Tak berapa lama, tampak Maya dan Satomi keluar dari tempat latihan. Keduanya bergandengan tangan. Masumi menatapnya pilu dari kejauhan.

Rasa cemburu itu tentu masih ada dalam bathin Masumi, namun dia tak bisa berbuat apa-apa. Dialah yang meninggalkan Maya untuk Shiory.

Masumi berjanji tidak akan mengganggu pernikahan Maya dan Satomi. Karena dia melihat Satomi begitu menyayangi Maya. Walau dalam keheningan malam, Masumi masih menitikkan airmata untuk kerinduannya pada Maya.

*****
Satomi membawa Maya ke sebuah tempat makan di tepi pantai. Suasananya begitu romantis. Maya tampak bahagia, apalagi Satomi.

Dari tempat jauh yang tersembunyi, Masumi memandangi mereka sedih.

Terlihat Satomi mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Maya tampak tak sabar menunggunya.

"Ayolah Satomi, jangan membuatku penasaran" paksa Maya ingin tahu.

Satomi tersenyum dan membungkukkan badannya untuk mengecup kening istrinya.

Masumi tampak mengepalkan jemarinya cemburu. 

"Maya...aku tidak bisa memberikan lebih dari ini" ucap Satomi lembut.

"Satomii...jangan berkata seperti itu. Kau selalu membuatku bahagia" balas Maya lembut.

Jam menunjukkan pukul 5 sore lebih 5 menit, itu artinya 25 menit lagi hari dimana Maya lahir.

Satomi membisikkan pada Maya, bahwa pada jam itu, dia akan membawa Maya ke tempat yang paling indah di dunia.

"Trimakasih sayang" jawab Maya senang.

Tiba-tiba...

Terdengar suara orang berteriak dan beberapa kali suara tembakan. Suara itu mendekat ke arah dimana tempat Maya dan Satomi akan makan.

Semuanya menjadi panik, tembakan terdengar kembali. Orang-orang berteriak "TIARAP....TIARAP...TIARAP.."

Satomi berusaha melindungi Maya, dia berlari ke arah Maya yang berada di depannya.

DOOR...DOOR...

Sesuatu mengenai tubuh Satomi, sehingga dia terjatuh pucat tepat di pangkuan Maya.

Semua orang disana masih sibuk menyelamatkan diri masing-masing.

Maya memeluk tubuh Satomi dan mengguncangkannya. Namun tubuh itu terdiam lemah. Darah mengalir dari hidung dan dadanya.

Maya bingung. Dia berteriak minta tolong. Dan Masumi yang melihat kejadian itu segera menghampiri lokasi kejadian.
Tampak suasana mulai aman. Para penjahat dan polisi yang saling kejar-kejaran tadi telah menghilang dari tempat kejadian

Maya masih memeluk Satomi erat. Mengecup kening dan memintanya bangun.

"Bangun Satomi...bangunlah...sebentar lagi..." ucap Maya lirih.

Mata Satomi terbuka sedikit dan menatap Maya penuh cinta. Maya memeluknya lagi.
Satomi berusaha mengucapkan sesuatu.

"Jangan...nanti saja sayang, kita ke RS dulu ya" kata Maya cemas.

Masumi menghubungi ambulan, tak berapa lama mereka membawa Satomi ke RS. 
Tampak Maya mengiringinya setia. Membelai kepala suaminya.

Setibanya di RS, dokter segera memberikan pertolongan pertama pada Satomi. Tampak Masumi menemani Maya yang sedang ketakutan.

"Tenang Maya, aku yakin Satomi pasti baik-baik saja" ujar Masumi menenangkan Maya.

Maya hanya diam terpaku. Wajah Maya benar-benar sedih. Dia menangis terisak mengingat luka di sekujur tubuh Satomi.

Lalu...
Dokter keluar dari tempat Emergency. Dia memanggil Maya, Masumi mengiringi nya.

Dokter meminta keluarganya masuk dan menemui Satomi. Karena sepertinya Satomi sudah sangat kritis. Dokter telah berusaha.

Maya masuk dan langsung memeluk Satomi. Airmatanya mengalir tanpa henti.

"Satomiii...bukalah matamu...aku mohon" isak Maya.

Perlahan Satomi kembali membuka matanya. Dia menatap Maya sayu. Maya menggenggam jemari Satomi dan menciumnya.

"Sayaaang..." panggil Satomi lemah.

Maya mengangguk sambil menangis. Masumi memandangi mereka dengan mata berkaca-kaca.

"Iya suamiku, kau berjanji akan membawaku ke tempat yang indah 25 menit lagi, bukan?" ucap Maya pilu.

Satomi mengangguk lemah, airmatanya pun mengalir deras.

"Maya...aku sela..lu....mencintai...mu" ucap Satomi terbata-bata.

Maya mengiyakan, dan mendekapnya kembali. Maya begitu terpukul dengan keadaan Satomi.

Maya menggenggam lebih erat jemari Satomi yang pucat dan lemah. Lalu Maya mencium bibir Satomi lembut.

"Sayang..trimakasih..kau mau mem...bu..ka..hati..mu..untukku" ucap Satomi kembali.

Maya menggelengkan kepalanya lirih. Dia tidak ingin Satomi berbicara lagi. Satomi harus banyak beristirahat, pikirnya.

"Sudah sayang, kau harus istirahat, aku akan menjagamu disini" balas Maya sedih.

Satomi tampak menganggukkan kepalanya lemah. Lalu membalas genggaman jemari Maya. Namun genggaman itu semakin lama semakin lemah dan akhirnya terlepas dari tangan Maya.

Begitupun matanya tertutup perlahan dengan senyuman di bibirnya.

Maya terdiam membelai Satomi. Maya tak menyadari bahwa alat bantu pernafasan Satomi telah berbunyi datar.

SATOMI TELAH PERGI...

Dokter meminta Masumi memberi penjelasan pada Maya. Maya masih memeluk tubuh Satomi yang mulai dingin dan kaku.

"Maya..." ajak Masumi.

"Tidak...dia masih hidup pak Masumi" balas Maya terisak.

"Dia...akan...mem..bawa..ku...ke..tempat...yang...indah, 25 menit lagi, kan?!" kata Maya shock.

"Maya...biarkan dia tenang di tempat indah itu" kata Masumi sedih.

"Tidak pak, aku harus ikuuuuuttt" Maya menangis sejadinya.

"Maya..." peluk Masumi menenangkan Maya.

"Satomi...satomi...25 menit lagi. Mengapa kau bohong?!" tangis Maya sedih.

Satomi...satomi...satomi...

*****
Semua rekan dan teman hadir pada acara pemakaman Satomi. Begitupun Masumi, Mizuki dan Hijiri.

Semua memandangi Maya dengan sedih. Semua tamu telah pulang. Yang tinggal hanya Rei, Masumi, Mizuki dan Hijiri.

Maya tampak berdiri di samping pusara Satomi di atas tanah yang masih basah.

Perlahan Maya memegangi perutnya. Maya tersenyum miris sambil mengatakan sesuatu ke arah pusara Satomi.

"Satomi...suamiku...apa kau tau bahwa aku belum sempat mengatakannya padamu" ucap Maya terisak.

Semua menatap Maya pilu. Mereka sangat ingin menenangkan Maya yang dari tadi terus menangis tanpa henti.

"Padahal aku akan mengatakannya...setelah kau ucapkan ulang tahun itu padaku. Maafkan aku" ucap Maya kembali.

Maya terus mengusap-usap perut kecilnya.

"Sayang...sekarang kau akan hadir kembali melalui janin ini" ujar Maya pilu.

"Ya...janin ini adalah dirimu. Dia yang akan menjagaku setelah kau pergi. Trimakasih Satomi, kau telah berikan semua yang terbaik padaku" Maya menangis tersedu-sedu.

"Selamat Tinggal, suamiku" ucap Maya lagi.

Lalu Rei memberanikan diri membawa Maya meninggalkan pusara suaminya. Maya sangat lemah sehingga dia mengikuti Rei begitu saja.

Walau dalam perjalanannya, Maya berulang kali menoleh ke belakang memandang pusara tersebut. Airmata masih membasahi pipinya.

Satomi...kau begitu baik...
Kau akan tetap hidup dalam hatiku...
Anak kita nanti akan selalu menemaniku...
Seperti janjimu padaku...

Dan kini walau kau telah tiada...
Kau berikan penjagaanmu melalui anak ini...
Trimakasih Satomi...
Suamiku...
Satomi Sayang...






***the end***

2 komentar:

  1. huaaaaaa, walaupun gak rela maya sama satomi but soooooo tragis mba......

    BalasHapus
  2. hwuuuaaa so sad, hiks...lagi dunk mb ros..

    - lia -

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...