Juni 05, 2011

Pak Masumi -2-




Maya terbangun dan sadar bahwa dia berada di tempat yang sangat asing. Ruangan yang cukup luas dengan interior yang pastinya sangat mewah.

Dimana ini? Apa ini dan mengapa aku bisa berada di sini... Oh...jangan-jangan....

Maya teringat terakhir kali dia sadarkan diri bahwa ada pak Masumi yang mengejarnya. Maya kaget sekali, dia yakin bahwa dia berada di kediaman pak Masumi.

Bagaimana ini? Aduuh...apa yang harus kulakukan? Aku harus segera pergi dari sini.

Maya pun bergegas turun dari tempat tidur, namun badannya terasa melayang.

Seseorang membuka pintu kamar. Maya pun tampak pucat, karena saat ini dia tidak ingin bertemu dengan pak Masumi. Namun baru saja bergerak, seorang pelayan masuk dengan membawa sebuah tas kecil. Dia memberikan sepucuk surat. Maya membuka dan membacanya:


untuk mungilku...

maaf aku membawamu ke rumahku, aku harap kau jangan salah paham dulu..
ayahku sangat mengkhawatirkanmu, ayahku juga sudah mengetahui permasalahannya..
kumohon temani dia untuk sarapan, untukku...
aku harus pergi pagi-pagi karena ada urusan bisnis mendadak di Kyoto..
aku janji akan menemuimu sepulang dari Kyoto nanti..
oiya...rei memberikan pakaian ganti untukmu, aku mengambilnya dari apartemenmu..

maya...percayalah padaku...

- masumi -



Maya pun segera mandi dan berganti pakaian. Dia berusaha percaya dengan apa yang dikatakan Masumi di surat singkat itu. Setelah selesai semuanya, Maya pun menuju ruang makan. Seorang pelayan mengantarnya ke ruangan dimana tuan Eisuke telah menantinya untuk sarapan bersama.

Eisuke menyadari kehadiran Maya. Dia tersenyum dan mempersilahkan Maya duduk di kursi dekat dengannya.

"Duduklah disini, Maya" ajak Eisuke sambil menunjuk kursi di dekatnya.

"Trimakasih, paman" ucap Maya penuh hormat.

"Maya...mengapa kau masih memanggilku 'paman'? Bukankah sebentar lagi kau akan menjadi anakku" kata Eisuke senang.

Maya menjadi lesu, dia merasa Eisuke hanya membesarkan hatinya. Namun Eisuke menyadari bahwa ucapannya menyinggung Maya. Karena saat ini hubungan Maya dan Masumi sedang dalam masalah besar.

"Ayo makanlah yang banyak, nak!" ujar Eisuke pelan.

"Baik paman" kata Maya sambil menawarkan lauk pada Eisuke. 

"Maya...kau benar-benar gadis yang menyenangkan" kata Eisuke memandang Maya.

Mereka pun tampak menikmati sarapan pagi itu. Eisuke sesekali tertawa mendengar celotehan Maya. Baik Maya maupun Eisuke berusaha membuang semua permasalahan untuk saat itu
Tiba-tiba Eisuke memegang tangan Maya. Dia tampak sedih melihat
Maya hanya sekedar menghiburnya saja. Di balik senyumnya dia sedang menangis pasti, pikir Eisuke.

"Maya...saat ini aku tau apa yang kau pikirkan" ucap Eisuke sedih.

"Ah paman, aku tidak memikirkan apa-apa" kata Maya berusaha tersenyum.

"Baiklah, setelah sarapan ini, kau harus temani aku berjalan-jalan kemanapun kusuka!" pinta Eisuke sedikit memaksa.

Maya hanya menuruti semua permintaan Eisuke. Dia sangat menghormatinya. Karena nya hubungan ini masih bertahan. Dia mulai menyayangi lelaki tua itu.

Paman...anda begitu berharap semuanya akan baik-baik saja...
Begitupun aku, tapi sebahagian bathinku mengatakan 'tidak'...
Maafkan aku bila semuanya tidak sesuai harapanmu...

*****

Maya dan Eisuke tampak asyik bercerita. Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali Maya menatap beberapa toko yang sudah mulai buka pagi itu.
Eisuke memperhatikan Maya dari tadi, dia mengepalkan tangannya. Mengingat perbuatan yang telah dilakukan anaknya. Dia merasa kesal namun semuanya sudah menjadi bubur.

Masumi...mengapa kau sebodoh itu...
Bagaimana mungkin kau bisa melakukannya...
Gadis ini begitu polos mencintaimu...
Masumi...cepatlah selesaikan masalahmu dengan wanita itu...
Aku tidak ingin Maya lebih menderita lagi...

Eisuke menyuruh supir untuk mampir untuk makan es krim. Maya heran, karena ini masih pagi. Dan baru saja sarapan. Maya mengelak dari ajakan itu.

"Paman, kita kan baru saja sarapan. Lebih baik agak siangan nanti" ucap Maya pelan.

"Ah...tidak apa-apa Maya, kau tenang saja. Aku seorang kakek yang kuat dan masih sehat tentunya" kata Eisuke meyakinkan.

"Hmm...baiklah bila paman memaksa. Tapi kalau sampai paman sakit perut, aku tidak akan mengurusnya yaa" ujar Maya meledek.

Lalu mereka tertawa bersama. Ada raut bahagia di wajah Eisuke. Dia sangat menikmati perjalanannya bersama gadis mungil itu.

Dari satu tempat ke tempat lain, mereka mampir. Tanpa lelah Eisuke berusaha menghibur Maya. Maya tampak mulai tertawa lepas tanpa beban.

*****
Masumi baru saja selesai membereskan dokumen bisnisnya di hotel Granvia, Kyoto. Slah satu hotel yang mewah dan berkelas. Masumi pun segera meninggalkan ruangan. Dia ingin segera pulang ke Tokyo untuk menemui Maya.

Mungiil...sabarlah semuanya akan baik-baik saja...
Jagalah dia untukku, ayah...
Aku tau kau sangat menyukainya...

Masumi berjalan menuju lobby dan tempat lift di sebelah kanannya. Dia menekan tombol lift. Namun sekilas dia mendengar suara yang dikenalnya. Dia menatap ke arah suara itu berasal, dan ternyata dari jendela kaca besar itu. Dia melihat Michiko sedang bersama seorang pria berjalan ke arahnya. Masumi segera bersembunyi di balik sketsel tinggi di samping resepsionis.

Michiko terlihat merangkul pinggang pria itu. Sambil tertawa bersama, sesekali pria itu mengecup kening Michiko. Masumi menyunggingkan bibirnya dan menatap tajam mereka dari balik sketsel.

Michiko...keterlaluan kau! Kau buat aku dalam kebingungan, sementara kau seperti ini. Keparat...dasar wanita jalang!

Tangan masumi mengepal kuat sekali. Dia terlihat emosi sekali, nafasnya begitu cepat. Dia akan memergoki gadis itu, pikirnya. Namun dia mengurungkan niatnya, dia hanya perlu bukti untuk melempar wanita itu.

Masumi pun mengambil beberapa photo Michiko yang sedang bermesraan dengan pria tadi. Lalu dia merekam sembunyi-sembunyi sampai kedua orang tersebut masuk lift.

Masumi merasa lega, dia melepaskan nafasnya yang terengah-engah tadi.

Huuuff...trimakasih Tuhan...
Ini mungkin jalan yang harus kutempuh untuk menyelesaikan semuanya. Mungil...aku sudah menyelesaikan semuanya...
Tunggulah aku, mungiil...

Masumi membereskan barang dan pembayarannya ke resepsionis. Dia pun kembali ke Tokyo dengan hati yang lapang.

*****

Malam telah larut. Masumi baru saja tiba. Sebelum naik ke atas, dia melihat ayahnya telah menunggunya di ruang kerja. Masumi ingin segera menyampaikan berita itu pada ayahnya. 

Masumi masuk dan mengucapkan salam pada ayahnya.

"Aku sudah pulang ayah" kata Masumi.

"Apakah semuanya beres Masumi?" tanya Eisuke ingin tahu.

"Iya ayah, semuanya sudah terselesaikan dengan baik" ujar Masumi tanpa mengerti maksud dari ayahnya.

"Jadi...kapan kau menikahi gadis mungilmu itu?" tanya Eisuke tajam.

"Secepatnya ayah!" ucap Masumi serius.

Akhirnya Masumi bercerita tentang peristiwa yang dilihatnya di Kyoto. Eisuke tampak geregetan mendengarnya. Dia serius sekali mendengar kata demi kata dari mulut Masumi. Lalu dia tiba-tiba berkata:

"Dasar wanita tidak tahu diri! Bisa-bisanya dia membuat kekacauan antara kau dan Maya" katanya kesal.

"Ayah, dengar dulu. Walau bagaimanapun aku harus menemui Michiko. Aku akan perlihatkan padanya bukti-bukti itu" ucap Masumi bersemangat.

"Baiklah...tapi berhati-hatilah! Masumi, wanita itu bukan wanita sembarangan" kata Eisuke khawatir.

"Aku tahu ayah. Aku sudah merencanakan sesuatu" ucap Masumi.

"Masumi, temuilah Maya besok, kasihan dia. Aku berusaha menghiburnya tadi" pinta Eisuke.

Masumi hanya mengangguk dan pamit untuk istirahat di kamarnya.
Baik Eisuke maupun Masumi tampak bisa lega sekarang. Mereka tidak bisa membayangkan permasalahan itu berlarut-larut. Kini mereka bisa tertidur pulas.

***** 

Pagi sekali Masumi menghubungi Hijiri untuk mengatur jadwalnya bertemu dengan Michiko. Tak butuh waktu lama, Hijiri mengabari bahwa Michiko sudah menunggu kehadiran Masumi di tempat yang dijanjikan.

Wajah Michiko tampak mencoba menggoda Masumi. Masumi menghampirinya dengan dingin. Michiko segera menggelayut di dada Masumi yang bidang. Masumi menepisnya, Michiko tampak kaget dengan sikap Masumi.

"Sayang, ada apa? Apakah kau tidak merindukanku?" goda Michiko manja.

Dia membelai wajah Masumi, mengecup bibirnya. Dan Masumi membiarkannya, namun tangan wanita itu begitu liar. Dia menarik Masumi ke kamar.

"Masumi...apa kau tidak menginginkannya lagi. Kau begitu hebat malam itu" ucapnya menggoda.

Hampir saja Masumi terbawa suasana itu. Namun wajah Maya terbayang di benaknya. Dia menghempaskan Michiko.
Michiko terjatuh dari tempat tidur, dia mengerang kesakitan.

"Sayang....apa yang kau lakukan? Mengapa kau begitu kasar padaku Masumi?" tanya Michiko mulai curiga.

Masumi mengeluarkan amplop berwarna coklat dari jasnya. Dia menyuruh Michiko membukanya sendiri. Masumi menatap tajam wanita itu.

Michiko sangat kaget, matanya seketika itu juga terbelalak dengan beberapa lembar photo dirinya dan seorang pria. Baru saja dia melihat photo tersebut. Masumi menyeret tangan nya menuju ruang santai. Masumi memasukkan sebuah CD ke players disc. Beberapa kali tombol ditekan, adegan demi adegan Michiko dan pria kemarin jelas sekali.

Masumi menatap dingin wanita itu. Michiko menggigit bibirnya, tangannya gemetar dengan semua yang diperlihatkan Masumi barusan. Dia tertunduk dan menangis.

"Masumi...itu memang aku. Tapi aku tidak ada hubungan apa-apa dengan pria itu. Aku...aku.." ujar Michiko, terputus oleh sanggahan Masumi.

"Aku sudah tau siapa kau, jadi bila kau masih mengancamku. Kau akan menyesal!!" kata Masumi dingin.

"Tapi Masumi...aku benar-benar mencintaimu" ucap Michiko terisak.

"Pergilah sejauh mungkin! Karena aku sudah muak dengan kehadiranmu. Kau hampir saja membuatku kehilangan gadis yang kucintai" ucap Masumi marah.

"Masumi...Masumi..." rayu Michiko, sambil berlutut di depan Masumi.

"Maafkan aku Masumi. Sebenarnya aku tidak sedang mengandung anakmu" ucapnya sambil menangis tersedu-sedu.

Masumi langsung mengernyitkan dahinya. Dia jadi tambah membenci wanita itu. Masumi merasa lelah dengan semua ini, dia pun beranjak pergi, namun Michiko mengatakan sesuatu kemudian.

"Masumi...aku tidak mengandung anakmu, karena memang aku benar-benar tidak akan bisa menjadi seorang ibu. Oleh karena itu aku merasa depresi dengan keadaanku" ucap Michiko lesu.

"Apa maksudmu, Michiko?" tanya Masumi bingung.

"Karena...karena aku tidak memiliki rahim lagi. Rahimku telah diangkat beberapa tahun lalu, Masumi" jawabnya sedih.

"Michiko..." kata Masumi bingung.

"Iya...rahimku terkena tumor ganas. Oleh karenanya..." ucap Michiko lirih.

"Sudahlah Michiko, aku hanya ingin kau perbaiki dirimu" kata Masumi menenangkan Michiko.

Masumi menepuk pundak Michiko, dia pun berlalu meninggalkan Michiko sendiri.
Michiko menatap punggung Masumi dengan pilu. Dia benar-benar sedih.

Masumi...aku sangat mencintaimu...
Dari dulu hingga sekarang dan sampai kapanpun...
Aku akan menjadi wanita yang pantas kau kenang...
Walau hanya kau kenang, aku bahagia...Masumi...
Trimakasih atas perhatian singkatmu padaku...

Michiko menangis sampai dia meninggalkan tempat itu. Dan setelah hari itu, Masumi tidak pernah mendengar kabarnya lagi. Mungkin dia sudah pergi jauh atau apalah, Masumi tak mau memikirkannya lagi.

*****
Waktu hampir menunjukkan pukul 11 siang. Masumi menghubungi Hijiri kembali. Dia memberitahukan bahwa dia akan menemui Maya. Masumi meminta Hijiri menyiapkan sesuatu untuknya dan Maya.

Mobil pun berhenti di depan apartemen Maya. Masumi turun dan segera masuk apartemen. Beberapa saat dia telah tiba di depan pintu apartemen Maya dan Rei.

Masumi menekal bel, dan kebetulan Rei yang membukakan pintu. Masumi langsung memberi isyarat pada Rei. Masumi membisikkan sesuatu di telinga Rei. Rei tampak menganggukkan kepalanya. Dia pun masuk hanya untuk mengambil mantelnya. Setelah itu dia pergi membiarkan Masumi yang akan memberi kejutan pada sobatnya, Maya.

Masumi masuk dan menutup pintu. Terdengar suara panggilan Maya pada Rei. Rei mengatakan bahwa Maya sedang mandi saat dia datang tadi.

"Rei...Rei...apa kau dengar aku? Bel berbunyi..Rei" teriak Maya dari kamarnya.

Masumi berdiri di depan pintu kamar. Dia terlihat grogi dan sedikit gemetar dengan rencananya. Perlahan dia membuka pintu kamar Maya. Tak berapa lama Hijiri datang dan membawakan sesuatu ke apartemen Maya.

Tampak Masumi dan Hijiri menyebarkan mawar ungu ke atas tempat tidur Maya. Lalu Hijiri pergi dan membiarkan Masumi di kamar tersebut.

Maya akhirnya keluar kamar mandi. Dia tampak segar, tubuhnya terbalut kimono handuk berwarna ungu. Yang pasti kimono handuk itu adalah pemberian dari Masumi.
Maya tak memperhatikan Masumi yang duduk di meja riasnya. Masumi menatap Maya dengan mesra.

Maya baru sadar saat kakinya menginjak beberapa helai kelopak bunga itu. Maya terkesima menatap satu persatu kelopak berwarna ungu itu sampai ke atas tempat tidurnya.

Dari sana matanya baru menangkap sosok pria yang dicintainya telah duduk dan menatapnya mesra sedari tadi.
Maya tampak bertanya-tanya.

"Pak Masumi...pak Masumi..." ucapnya bengong.

Masumi menghampiri Maya, dia membungkukkan badannya untuk mengecup kening gadis mungilnya.

"Mungiill...kau masih percaya padaku kan?" ucap Masumi lembut.

"Pak Masumi...aku...aku" kata Maya gugup.

"Maya...semuanya sudah selesai sekarang. Kau tidak usah khawatir lagi. Seperti janjiku, aku akan menemuimu bila semuanya telah kuatasi" ujar Masumi meyakinkan Maya.

Maya hanya terdiam dan menatap Masumi dengan penuh cinta. Begitupun sebaliknya.

"Pak Masumi...." ucap Maya lembut.

"Maya...Maya" kata Masumi sambil merengkuh gadis itu kedalam pelukannya.

Mereka berpelukan lama sekali. Terlihat Maya menangis bahagia, begitupun Masumi berseri-seri bahagia. Dia tak menyangka akan bisa memeluk gadis itu lagi. Dia sangat merindukannya, benar-benar merindukannya.

Maya...Maya...Tetaplah menungguku...
Aku teramat sangat membutuhkanmu...

Pak Masumi...aku mencintaimu...
Pak Masumi...Mawar Unguku...
Tetaplah disisiku selamanya...



*****the end*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Frens, pliz comment in here...