Juni 18, 2011

Fall in Love Forever -part 3-


Ryo melamun di kamarnya...
Dia teringat pembicaraannya tadi siang dengan Masumi. Dia tidak suka dianggap seperti yang dicurigakan Masumi.


Malam ini ingin rasanya dia mengatakan pada Masumi, bagaimana rasanya ditolak oleh seseorang yang dikagumi sejak lama.


Mungkin dia tidak pernah mengalaminya...
Tapi mengapa aku harus menerima mata yang penuh curiga darinya..
Aku memang tidak pernah bermaksud merebutnya darimu..
Aku hanya bersikap baik padanya..
Dan berharap ada takdir yang mempersatukan kami..


Yaa...takdir...
Astaga, aku melupakan satu hal itu...
Apa kecelakaan itu adalah menuju takdir itu?
Maya masih mengingat namaku..
Sedangkan dia tidak mengingat suaminya sendiri..
Apa mungkin ini saatnya?


Ryo terus berkutat dengan pikirannya sendiri. Malam telah larut, namun matanya begitu sulit untuk tertutup. Bayangan Maya selalu muncul...


*****

Hari ini adalah hari sabtu...
Masumi mengajak Maya untuk berkeliling salah satu pusat perbelanjaan. Mereka bergandengan tangan. Masumi sangat gembira, karena Maya sudah bisa menyebut namanya.

Perlahan Maya mulai mengingat satu persatu nama para sahabatnya. Pelatih dan sampai nama para pelayan di rumahnya pun dia ingat. Namun bukan berarti ingatan itu benar-benar pulih. Maya mengingat nama-nama itu karena memang mereka adalah orang-orang yang selalu membantunya dulu. 

Mereka menyusuri sebuah etalase. Maya berhenti dan memandangi salah satu gaun yang dipajang. Masumi bertanya apa Maya menginginkannya, namun Maya tidak menjawabnya.

Masumi mengajak Maya masuk ke toko tersebut dan berbisik di telinga Maya:

"Pilih gaun yang kau sukai sayang" ucap Masumi lembut.

Walau dia ingat ada beberapa dress yang belum dia berikan pada istrinya. Karena kecelakaan itu tentunya...

Tiba-tiba HP Masumi berbunyi. Masumi mengangkatnya...
Dari HP itu seseorang memintanya keluar dari toko sebentar. Masumi tidak memperdulikannya, namun HPnya berbunyi terus. Masumi merasa tidak mau mengganggu konsentrasi Maya dalam memilih gaun. Akhirnya Masumi keluar juga dari toko tersebut.

Seseorang melambaikan tangan dari ujung sana. Masumi menoleh ke belakang, namun tidak ada seorangpun di belakangnya.
Akhirnya Masumi memberi isyarat dengan jarinya menunjuk ke arah dirinya sendiri.

Orang tersebut mengangguk gembira. Dia berlari menghampiri Masumi.

"Oh...dokter" kata Masumi kaget ternyata Naomi.

Naomi tersenyum manis pada Masumi. Masumi membalasnya dingin. 

"Maaf...aku mengagetkanmu. Kebetulan aku lewat sini. Tadi aku lihat anda bersama Maya" ujar Naomi mencari alasan.

Masumi menoleh ke arah toko. Dan mengatakan bahwa Maya sedang memilih gaun.

Naomi meminta ijin untuk menemui Maya pada Masumi. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Masumi pun mengijinkannya.

Perlahan Masumi menghampiri Maya dan membisikkan ada seseorang yang ingin menyapanya.

Maya tersenyum dan menoleh ke arah Naomi. Tatapan Maya begitu polos. Dia tidak tahu maksud apa yang ada dipikiran Naomi.

"Halo Maya..." sapa Naomi ramah.

"Dok..ter?" balas Maya sedikit membungkuk.

Lalu Maya melanjutkan memilih gaunnya. Masumi merasa tidak enak dengan sikap Maya yang membiarkan dokter Naomi berdiri begitu saja.

Masumi mengajak Naomi duduk di beberapa kursi yang ada di toko tersebut. Seperti kejatuhan durian runtuh, Naomi langsung mengangguk dan mengikuti Masumi.

Mereka duduk cukup dekat, karena memang kursi-kursi itu berukuran minimalis.

Naomi memulai pembicaraan dengan kesehatan Maya. Dia menjelaskan bagaimana seharusnya orang-orang di sekitar pasien yang mengalami amnesia. Tidak boleh ada yang memaksakan pada Maya tentang cerita masa lalunya.

Masumi menjadi semangat mendengarnya. Dia begitu serius memperhatikan apa yang diutarakan Naomi.

Sedangkan Naomi mulai rapuh dengan tatapan Masumi. Jantungnya mulai berdegup kencang. Dia begitu dekat berbicara dengan pria itu.

Deg...deg...deg...
Aduuh mengapa seperti ini jadinya...
Aku begitu terbawa suasana...
Masumi...kau begitu mempesona...

Matamu...hidungmu...dan...
Bibirmu...membuatku benar-benar jatuh cinta...
Masumi...tataplah aku sebagai seorang wanita yang mengagumimu..

Beberapa waktu berlalu, mereka tampak asyik mengobrol. Maya ingin meminta pendapat Masumi. Setelah mencari sosok Masumi, dia akhirnya melihatnya sedang berbicara serius dengan Naomi.

Entah mengapa Maya menjadi lesu melihatnya. Maya menunduk sedih, tapi bibirnya tak dapat berbicara apa-apa.

Berulang kali Maya membuka mulutnya, tapi suara itu tak muncul jua. Maya merasa tidak enak menghampiri mereka.

Maya hanya bisa menatap mereka, dan berharap Masumi akan menoleh ke arahnya. Namun Masumi begitu asyik berbincang dengan Naomi.

Masumii...menolehlah ke arahku...
Aku hanya ingin kau yang memilihkan gaun yang cocok untukku...
Masumi...kenapa kau tampak ceria berbicara dengannya...
Apa yang kalian bicarakan...

Maya masih berdiri terpaku menatap mereka. Tampak mata Maya mulai berkaca-kaca karena merasa tidak mampu apa-apa. Maya merasa dia adalah wanita yang tidak sempurna..

Entah perasaan apa yang menggelayut di hatinya. Namun Maya mengakui ada rasa pedih melihat Masumi bersama seorang wanita.
Maya sendiri tak menyadari perasaannya tersebut.

*****

Masumi tersadar tiba-tiba...
Naomi tampak menahan Masumi dengan topik yang baru akan dia sampaikan.
Namun Masumi memintanya menunggu karena dia akan melihat Maya. 

Saat Masumi membalikkan tubuhnya, dia mendapati Maya yang berdiri di sana dengan raut wajah yang sendu.

Masumi berlari menghampirinya...
Maya masih menatapnya sendu, dia menunduk ketika Masumi menghampirinya.

Masumi melihat mata Maya berkaca-kaca. Dia jadi heran dengan itu. Masumi menghapus beberapa butir airmata yang jatuh membasahi pipi  istrinya.

"Mungiill...kau kenapa? Apa ada yang menyakitimu sayang?" tanya Masumi lembut.

Melihat itu Naomi menghampiri mereka berdua. Dia memohon pamit pada keduanya dengan sopan. Namun sebelum pamit, dia berpesan pada Masumi:

"Masumi...bila yang ingin anda tanyakan mengenai kesehatan Maya, aku siap membantu. Silahkan hubungi aku" ucapnya sambil membungkuk dan berlalu meninggalkan Maya dan Masumi.

Masumi masih bingung dengan apa yang terjadi pada Maya. Karena Maya hanya diam sejak peristiwa di toko itu.

Selesai berbelanja, Masumi membawa Maya pulang dan langsung masuk ke kamar untuk beristiharat. Masumi yakin ada sesuatu pada diri Maya. Sejak saat itu tatapan Maya tidak hampa seperti sebelumnya.

Maya duduk di tepi tempat tidur. Masumi mendekatinya.

"Mungiil...mengapa kau diam sedari tadi. Apa di toko itu terjadi sesuatu?" tanya Masumi lagi.

Maya menatap Masumi dingin dengan bibir cemberut. Masumi terkejut dengan reaksi Maya. 

Tak lama Maya pun menganggukkan kepalanya. Masumi menjadi merasa tak memperhatikan Maya kala itu.
Masumi menggenggam jemari istrinya..

"Sayang...apa aku tak memperhatikanmu di sana?" tanya Masumi ingin tahu.

Maya masih menatapnya seperti tadi. 

Ada rasa senang dalam diri Masumi. Masumi berpikir mungkin Maya cemburu saat dia berbicara dengan Naomi.

Apa dia cemburu? Mungkinkah...
Maya...mungkinkah itu?

Masumi mengecup kening Maya. Dan memeluknya dengan lembut.

"Maafkan aku sayang..." ucap Masumi dengan wajah berseri-seri.

Perlahan Masumi merasakan ada yang hangat membasahi kemejanya. Dengan lembut Masumi langsung melepaskan pelukannya dari Maya. Dia memperhatikan mata Maya.

Yaa...mata Maya basah. Dia menangis dengan apa yang terjadi siang tadi. Maya cemburu...

Masumi shock dengan itu. Dia merasa telah menyakiti hati istrinya. Masumi semakin merasa bersalah.

"Tidak mungiiill...jangan seperti ini. Kau salah paham sayang" ucapnya khawatir.

Dia kembali memeluk Maya erat. Ada rasa bahagia mengingat Maya cemburu padanya. Namun rasa itu dibayangi rasa bersalah karena membuat Maya menangis hari itu.

*****
Malam itu Maya berdiri termenung di balkon. Dia memandang bintang di langit.
Sedari tadi ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, entah mengapa dia jenuh dengan keadaannya saat ini.


Mengapa aku sampai seperti ini...
Aku tak ingat siapa lelaki itu...
Padahal aku merasa sudah cukup lama bersamanya...
Mengapa belum ada yang membuatku mengingatnya...


Hari ini aku merasa sedih dia bersama wanita lain...
Aku tidak ingin dia bersama wanita manapun...
Aku ingin dia tetap disisiku...
Dia suamiku kan? 
Walau itu masih saja tidak membuatku mengenalnya...


Oh...Tuhan, berapa lama lagi aku harus begini...
Menjadi orang yang kehilangan identitas begini...
Aku lelah....Tuhan...
Jangan...jangan tambah lagi penderitaanku...


Maya masih saja melamun, pipinya mulai basah. Masumi menghampirinya dari kamar. Maya segera menghapus airmatanya.
Masumi memandangi istrinya dengan penuh kasih sayang.


Perlahan dia melingkarkan lengannya di pinggang Maya.
Maya tertunduk tersipu. Masumi membelai rambut Maya dengan perlahan.


"Maya...maafkan aku bila hari ini membuatmu sedih" ucap Masumi lembut.


Maya menatap dan menggelengkan kepalanya. Lalu dengan terbata-bata dia bicara pada Masumi.


"Ti..dak, aku ba..ha..gia, bi..sa...me..ngenal..mu" balas Maya.


Masumi mendekapnya erat. Sambil memandang bintang Masumi berharap Maya akan segera mengingat semuanya.


Aku tak akan lelah menunggumu, mungil...
Tidak akan lelah sampai kapanpun...


Maya membalasnya erat. Seolah dia tak ingin dekapan lelaki itu lepas darinya.


*****
Keesokan harinya...
Naomi tampak ceria sekali. Dengan seragam putihnya, dia melangkah masuk RS untuk bertugas. Wajahnya berseri-seri, sehingga menambah pesona di dirinya.


Naomi memang wanita yang cantik, wajah nya tidak seperti kebanyakan orang jepang. Karena ibunya berkebangsaan Perancis dan ayahnya Jepang. Dia merupakan pewaris salah satu perusahaan konstruksi besar di Jepang.


Sebenarnya Naomi adalah wanita yang baik. Selain mempunyai otak yang cemerlang, dia pun sangat kaya dan juga cantik. Oleh karena itu dia merasa semua lelaki pasti akan bertekuk lutut di hadapannya.


Namun tidak begitu dengan Masumi. Naomi tidak digubris sama sekali. Dan hari itu adalah awal dari pengejaran Naomi.
Naomi bertekad harus mendapatkan perhatian Masumi.


Masumi...lihat saja nanti...
Aku bukan wanita sembarangan...
Yang lemah dan suka menyerah pada takdir...
Kau akan kudapatkan...
I'm promise...


Dengan langkah anggun, Naomi menghentikan langkahnya. Kemudian dia berbalik ke arah luar RS. Entah apa yang ada di pikirannya. Dia mulai lupa tugasnya mengurus orang-orang sakit di RS.


Naomi mengendarai mobil mewahnya menuju satu tempat. Pastinya tempat itu adalah Daito. Dia memarkirkan mobil dan turun dengan wajah tersenyum-senyum.


Seorang pria tersenyum padanya. Naomi tambah percaya diri melangkahkan kaki dan masuk ke gedung tersebut. Lalu perlahan dia mengambil HP dari sakunya. Menekan beberapa angka.


Tut...tut...tut...


"Halo...Ada apa?" sapa seseorang dari sebrang sana.


"Aku ada di kantormu. Kemarilah" perintahnya pada lawan bicaranya.


"APA? Kau sudah gila Naomi? Untuk apa kau kemari?" ucapnya membalas.


"Aku akan mengejar, bosmu....Mizuki tersayang!" ujarnya santai.


Tut...Tut...Tuuut...


Telpon terputus. Tak berapa lama tampak Mizuki buru-buru keluar dari lift. Dan menghampiri Naomi.


Mizuki langsung menarik dan hendak menyeret Naomi keluar dari gedung itu. Namun Naomi bersikeras menahan langkahnya dari seretan Mizuki. Dia mencoba menghempaskan tangannya dari Mizuki dan berhasil.


"Hey dengar, Naomi!" kata Mizuki membuka pertengkarannya dengan Naomi.


Naomi hanya memandangi wajah Mizuki dengan wajah meledek bahagia. Mizuki semakin marah dengan sobatnya itu.


"Naomi...kau memang sudah gila! Cepat tinggalkan tempat ini" ucap Mizuki mencoba tenang.


Beberapa pasang mata memandang ke arah mereka. Mizuki tidak ingin menjadi satu keributan nantinya.


"Mizuki...kau tidak bisa melarangku melakukannya. Ini masalah perasaan. Dan kau tak akan pernah mengerti" kata Naomi dingin.


"Apa maksudmu, Naomi? Apa hatimu sudah buta atau kau memang buta? Haaaah?!" balas Mizuki sebal.


"Yaah...mungkin aku memang buta karena bos tampanmu itu!" balas Naomi sambil mengerlingkan matanya menatap Mizuki.


Mizuki terdiam sejenak, memandangi sobatnya sedih. Dia tak menyangka Naomi seperti itu. 


"Naomi, jika kau ingin mengejar seorang pria, carilah pria yang belum menikah. Jangan kau hancurkan pernikahan orang lain. Kau akan kena batunya, sobat!" terang Mizuki pedas.


Naomi mencibirkan omongan Mizuki. Dia bergegas meninggalkan Mizuki menaiki tangga menuju ruangan Masumi.


Mizuki pun mengejarnya. Namun Naomi mempunyai langkah yang luar biasa cepat. Dalam sekejap dia sudah berdiri di depan ruangan Masumi.


Dia memandangi papan nama yang menempel, 'Masumi Hayami'. Dia merasa berdebar-debar. Mizuki baru saja tiba dengan terengah-engah. Sambil menahan tangan Naomi, dia mengatakan sesuatu:


"Berhenti Naomi! Aku mohon jangan lakukan itu pada Maya" ucapnya sedih.


Naomi terdiam, dia menoleh ke arah Mizuki. Menatapnya tajam.


"Justru aku lakukan ini untuk kebaikannya dan juga kebaikan Masumi tentunya" ujarnya datar.


"Apa kau bilang? Kebaikan?" balas Mizuki sambil menghempaskan tangan Naomi.


"Ya...aku tak tega melihat Masumi dalam penderitaan seperti ini. Juga Maya yang harus hidup bersama pria yang dia sendiri tidak mengenalnya" kata Naomi tegas.


"Mereka saling mencintai, cinta mereka begitu besar. Kau tak pernah tahu itu, kawan" balas Mizuki kesal.


"Aku yakin bisa mendapatkan Masumi, Mizuki!" kata Naomi.


"Bukan Naomi, kau tidak tahu berapa lama Masumi memendam cintanya pada Maya, bukan?" kata Mizuki mulai mengenang perjuangan Masumi dulu.


Naomi memperhatikannya dengan seksama. Dia mendengarkan apa yang diutarakan Mizuki dengan serius.


"Masumi memendamnya lebih dari usia pernikahan mereka. Aku lah orang yang tahu itu. Cintanya tak akan pernah pudar pada wanita itu. Jadi aku hanya mengingatkanmu, jangan sampai kau kecewa nantinya" terang Mizuki.


Naomi tampak berpikir sejenak, dia berulang kali mencoba mencerna omongan Mizuki. Namun...


Cekkleek....


Pintu ruangan Masumi terbuka. Tampak Masumi keluar dan kaget melihat ada Naomi d depannya. Mizuki dan Naomi sama kagetnya. Mereka jadi sama-sama gugup.


"Dokter Naomi? Mengapa anda disini?" tanya Masumi sopan.


Naomi tampak bingung menjawabnya, namun Mizuki segera menjelaskannya pada Masumi.


"Eh..oh..begini Pak, tadi Naomi datang ingin menemuiku" kata Mizuki sambil memegang tangan Naomi.


Naomi masih terdiam, mengingat semua apa yang dikatakan Mizuki sebelumnya. Namun Masumi pun teringat ada hal yang ingin dia tanyakan pada Naomi, mengenai Maya.


"Oh begitu, tapi boleh aku berbicara sebentar dengan anda, dokter? Ada hal yang ingin kutanyakan mengenai perkembangan Maya" ujar Masumi sambil masuk kembali ke ruangannya.


Mizuki dan Naomi saling pandang. Mizuki memelototi Naomi. Namun Naomi seperti mendapat angin, dia mengikuti Masumi ke dalam. Mizuki ingin mengikutinya, namun tangan Naomi telah menutup pintunya.


Mizuki mengepalkan jemarinya. Dia mencari akal untuk menganggu pembicaraan mereka. Namun pasti nanti Masumi akan mengusirnya. Karena ini berkaitan dengan perkembangan medis Maya. Pasti Masumi sangat serius.


Bagaimana ini? Wanita itu memang keterlaluan!
Naomi...kau memang tidak tahu malu...
Sadarlah Naomi...dia bukan milikmu...
Dan tidak akan bisa jadi milikmu...


Mizuki berjalan mondar-mandir di depan ruangan Masumi. Dengan mengepalkan jarinya dia seperti orang yang kebingungan sendiri.


*****

Sementara di Kediaman Hayami...


Maya sedang berjalan mengitari taman belakang rumah. Wajahnya tampak ceria memandangi bunga mawar ungu yang ditanam di sana.


Entah mengapa Maya merasa begitu mengenal bunga tersebut. Dia begitu teliti memperhatikan satu persatu kelopak bunga itu, memetik daun yang layu dan membersihkannya dari beberapa kotoran burung yang menempel di atasnya.


Maya tersenyum bahagia...


"Aku begitu suka dengan bunga ini. Hatiku terasa damai memandanginya" pikir Maya..


Tiba-tiba seorang pelayan datang menghampirinya. Dan mengatakan ada seorang tamu menunggu Maya di ruang tamu.


Maya terkejut dan segera berlari menuju ruang tamu.


Setibanya di sana, Eisuke tampak sedang berbicara dengan tamu tersebut. Dia menyuruh Maya masuk dan duduk.


Maya tampak memperhatikan sosok tamu tersebut dengan seksama.


"Ryo..." sapa Maya.


Ryo berdiri dan membungkuk hormat untuk Maya. Eisuke kaget dengan kesopanan dan kelembutan pemuda itu.


"Maya...apa kabar? Maaf aku baru bisa menjengukmu hari ini" balas Ryo ramah.


Maya memandangi Ryo. Tak berapa lama Eisuke pun mengajak Asa untuk meninggalkan mereka agar berbicara berdua di ruangan tersebut.


Asa heran dengan sikap majikannya. Dia sedikit ragu mendorong kursi roda Eisuke. Namun Eisuke mengisyaratkan Asa untuk segera keluar dari sana.


Mereka pun meninggalkan ruang tamu dan menuju ruang kerja Eisuke. Asa langsung menanyakan apa yang dilakukan Eisuke.


"Maaf tuan, apa anda tidak bertindak salah barusan?" tanya Asa bingung.


"Maksudmu...meninggalkan mereka berdua?" Eisuke balik bertanya.


Asa mengangguk...


"Aku harus bersikap bijaksana, Asa...
Aku tahu pasti Masumi akan marah bila mengetahuinya" ujar Eisuke.


Asa mengangguk kembali tanpa bicara...


"Namun bila pertemuannya dengan pemuda itu berdampak baik bagi ingatan Maya, mengapa tidak?!" kata Eisuke lagi.


"Asa....pasti ada alasannya mengapa Maya hanya mengingat satu nama saja pada saat pertama kali dia sadar" terang Eisuke kembali.


"Maksud tuan, ini untuk memancing ingatan Maya?" tanya Asa mulai menangkap maksud Eisuke.


Eisuke mengangguk penuh harap. Dia hanya ingin agar Maya cepat mengingat siapa Masumi.


Aku tidak perduli dengan yang lainnya, yang terpenting adalah ingatannya tentang Masumi, putraku!


Sementara itu Maya dan Ryo masih saling pandang. Ryo begitu mengagumi wanita di hadapannya.
Maya jadi bingung mengapa Ryo hanya memandanginya sedari tadi.


"Ryo..." sapa Maya.


"Eh...iya, maaf Maya...aku sangat bahagia bisa berdua denganmu" ucap Ryo lembut.


Maya tersenyum manis. Lalu Ryo mengeluarkan sebuah buku dari tasnya.


Buku itu berjudul 'Terapi Bicara Bagi Penderita Amnesia'.


Maya semangat sekali mengambil buku itu dari tangan Ryo. Dia mengelus, kemudia membuka lembar demi lembar buku tersebut. Dan membacanya sekilas...


Ryo pun tersenyum melihatnya. Dia merasa Maya sangat senang dengan pemberiannya.


"Maya, apa kau suka buku itu?" tanya Ryo.


"Suka, tri..ma..ka..sih.." balas Maya pelan.


"Syukurlah, aku senang bila kau suka. Di dalam buku itu kau bisa pelajari sedikit demi sedikit terapi yang sangat mudah dilakukan sehari-hari" terang Ryo mengenai buku tersebut.


Maya menganggukkan kepalanya. 


Tiba-tiba kepala Maya merasa pusing, dia kelihatan kesakitan. Ryo jadi bingung dan cemas. Dia segera menghampiri Maya dan memegang kening Maya.


"Maya...apa kau baik-baik saja? Atau kau pusing?" tanya Ryo cemas.


Maya diam saja, dia hanya memegang bagian kepalanya. Wajahnya tampak kesakitan.


"Maya, aku panggil keluargamu yah, kau diam saja di sini" katanya lagi.


Ryo segera keluar ruang tamu dan sedikit berteriak memanggil siapa saja.


"TUAN...tolong, cepatlah kemari!" teriaknya di ruang lain.


Secepat itu pula Eisuke dan Asa menghampiri suara itu berasal. Termasuk beberapa pelayan rumah mewah itu.


Eisuke tampak khawatir.


"Ada apa, anak muda?!" tanya nya curiga.


Ryo tidak menjawabnya, dia hanya meminta semuanya mengikutinya ke ruang tamu. Mereka pun beramai-ramai ke ruangan tersebut.


Semuanya terkejut melihat Maya yang terbaring dengan wajah pucat dan kesakitan.


Langsung saja Eisuke marah pada Ryo. Dia membentaknya!!


"APA YANG KAU LAKUKAN?!!!" tanya Eisuke emosi.


Dengan gugup Ryo menjawabnya...


"Dengar dulu tuan, aku tidak melakukan apa-apa. Sungguh.. 
Tadi ketika aku memberikan sebuah buku, dia merasa senang. Setelah itu kami mengobrol, tuan" ujar Ryo.


Eisuke menatap tajam Ryo. Dia ingin tahu kebenarannya.


Tiba-tiba Maya bersuara...


"Aku...baik...baik...saja...ayah" ucap Maya sedikit lancar.


Eisuke dan semuanya kaget dengan cara bicara Maya.
Eisuke langsung menghampiri Maya. Dan menggenggam jemari menantunya.


"Kau sudah bisa satu kata, Maya" kata Eisuke terharu.


Maya tampak senang dan mengangguk. Eisuke lalu meminta maaf pada Ryo dengan sikapnya yang berlebihan tadi.


"Tidak apa-apa tuan. Itu wajar, karena Maya adalah putri anda" ujar Ryo memaklumi.


Akhirnya Ryo pamit undur diri. Eisuke, Asa dan Maya mengantarnya ke teras.


Sebelum pergi, Eisuke memberi pesan pada Ryo:


"Anak muda, aku harap kau bisa membantu Maya memulihkan ingatannya" pinta Eisuke sopan.


Ryo tersenyum dan menganggukkan kepalanya hormat.


"Aku janji, tuan" balasnya.


"Datanglah di waktu yang sama esok atau lusa. Aku menunggumu.." pinta Eisuke penuh harap.


Ryo pun membungkuk pamit, dan berlalu mengendarai mobilnya keluar dari kediaman Hayami.


Di perjalanan, Ryo tersenyum-senyum sendiri. Dia terbayang bagaimana wajah Maya menerima buku pemberiannya. 


"Maya...kau begitu bahagia, aku pun bahagia melihatnya. Aku harap kau bisa cepat pulih dari amnesiamu. Dan aku akan membantumu, Maya..." gumam Ryo lirih.


*****

Di ruangan Masumi...

Naomi berusaha menjawab semua pertanyaan Masumi padanya. Di sela-sela pembicaraan mereka, Naomi tampak menatap Masumi dengan tatapan mesra.

Dia menggeser duduknya sedikit demi sedikit mendekati Masumi. Masumi tak menyadarinya. Tiba-tiba jarak mereka hanya dua jengkal saja. Masumi tersadar, dia menggeser menghindari Naomi.

Tiba-tiba tangan Naomi menarik tangan Masumi dan menggenggamnya. Masumi jadi bingung. Dia berusaha berdiri, namun Naomi mendorong tubuh Masumi bersandar di sofa empuk itu.

Tatapan mereka pun beradu dengan jarak yang sangat dekat. Wajah Naomi tampak memerah. Masumi membelalakkan matanya dan berkata:

"Dokter...apa-apaan ini? Aku mohon jangan seperti ini!" ucap Masumi mulai bingung.

Naomi begitu ingin mengecup bibir Masumi. Dia memperhatikan kata-kata demi kata dari bibir itu. Perlahan dia mendekatkan wajahnya ke wajah Masumi.

Masumi jadi kalang kabut sendiri menghadapinya. Dia menarik tangan Naomi yang mulai nakal mengitari lekuk wajahnya.

"Hentikan, dokter!! Jangan mempermalukan dirimu sendiri" tegas Masumi.

Namun terlambat untuk Masumi untuk menghindar.
Bibir Naomi mendarat di bibir Masumi dengan cepat! Masumi tersentak. Jantungnya begitu ketakutan akan ada yang memergoki mereka dan salah paham.


Naomi mengecupnya lagi. Masumi semakin gerah dan dengan sekuat tenaga dia menghempaskan Naomi.
Sehingga tubuh ramping Naomi terjatuh ke lantai. 


Praaakk....Bbbrruugh...


Kepalanya mengenai meja, dan seketika itu juga darah mengalir dari keningnya.


Masumi tambah ketakutan melihat keadaan itu. Dia hendak berniat memanggil Mizuki, namun dia sendiri takut dengan berbagai pertanyaan Mizuki nantinya.


Naomi merintih kesakitan, namun Masumi enggan menolongnya. Masumi berusaha menenangkan kepanikannya. Dia pun menoleh ke arah Naomi, Masumi tambah terkejut ketika darah di kening Naomi tambah banyak.


"MIZUKIII...." teriak Masumi cemas.


BrraaaaaKKK....!!!


Seketika itu juga Mizuki masuk ke ruangan dan berdiri terkejut dengan apa yang dilihatnya.


"NAOOMMII....kau kenapa?" tanya Mizuki ketakutan.


Masumi hanya berdiri terpaku. Dia tampak berpikir bagaimana kalau Maya datang, pasti dia akan menangis seperti waktu itu.


Mungiill...maafkan aku...
Aku sempat terhanyut tadi...
Maya...mungkin ini sudah terlalu lama...
Maya...aku begitu merindukanmu...


Mizuki berusaha membantu sobatnya berdiri. Mata Naomi berkaca-kaca miris karena Masumi sama sekali tidak berusaha menolongnya.


"Pak Masumi...saya akan mengantar Naomi ke RS dulu" kata Mizuki terburu-buru.


Masumi membelakangi mereka dan memandang jendela. Dia tak ingin melihat wajah Naomi lagi. Ada kemarahan dari matanya.


Naomi sangat terpukul dengan penolakan Masumi. Dia berusaha menahan sakit hatinya. Mengikuti Mizuki melangkah keluar meninggalkan ruangan Masumi.


Masumi...kau akan menyesal!!
Aku pastikan itu...
Apa kau pikir aku akan menyerah...
Huuuhh...jangan harap...


Mereka pun menjauh dari ruangan Masumi. Berlalu ke tempat parkiran.
Mizuki hendak ikut mengantar ke RS.
Namun Naomi melarangnya.


"Kau tidak usah ikut, Mizuki!" kata Naomi dingin.


"Tapi...apa kau bisa membawa mobil dalam keadaan begini?" tanya Mizuki khawatir.


Naomi menatap tajam Mizuki. Mizuki tidak suka dengan tatapan Naomi.


"KAU....tidak usah pura-pura khawatir padaku!" ucap Naomi sambil menutup pintu mobilnya.


Mizuki semakin heran dengan sikap Naomi. Dan melihat Naomi yang terluka, segunung pertanyaan muncul di benaknya.


Apa yang terjadi...
Apakah Naomi berusaha mengerjai Masumi...
Kalau memang begitu, luka itu sebanding...
Naomi...naomi...masih saja...


Mizuki kembali melangkah ke dalam gedung. Raut wajahnya penuh kebingungan. Dia bertekad akan menanyakan yang sebenarnya pada Masumi.

*****

***continue to -part 4-***




9 komentar:

  1. huuaaa sukaaaa Maya sedikit2 dah mulai ingat nih...tp si Naomi mt di geplak nih ckckckck *Geplak Naomi* hihihihi pisss ya mba Rose

    -fagustina-

    BalasHapus
  2. Uuuuuuuh senang mulai cemburu. Nih ya....@ertanda baik tuh, lanjuuuut lagi ya sist....

    BalasHapus
  3. naomi emg mau diceburin ke laut di background ini nih...biar kelelep jgn ditolongn..
    geregetan..
    lanjut mba ros.........

    BalasHapus
  4. kyanya sementara agak lama ni write-nya...
    ada kerjaan, jd sabar yaa mba..

    BalasHapus
  5. lanjut sis....tanggung...naomi nyebelin banget sih...

    BalasHapus
  6. hahahahahah emang enak...biar benjol sekalian wakakakakaka.... chapter 4 nya lgsg ya jangan biarkan kita menunggu hikshikshiks

    BalasHapus
  7. setuju mba.....lgsg ke chap 4 dong.......pleaseeee

    BalasHapus
  8. ya ampyun ya ampyun.........emang enak tuh disorong ampe jatuh, biar benjol yg gede tuh dr gadungan heheheheh Chapt.4 nya ditunggu mba....ASAP ya hehehehe

    BalasHapus
  9. gregetan......
    kenapa g naomi aja yang biz kepentok trus amnesia....sebel banget ma cewek satu ini, jangan2 sekeluarga ma shiori, soalnya sama2 ngeselin kelakuannya......*emosi.com*
    ceritanya makin bagus..... g sabar nunggu lanjutannya.......

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...