Mei 25, 2011

Sakura di Taman Ueno -part 2- (the end)



Maya sangat terkejut dengan pertanyaan pak Masumi.


Apa arti dari pertanyaan anda pak Masumi? Apakah dia masih mengkhawatirkanku dan masih memikirkanku? Sudah lama sekali aku tak melihat tatapan mata itu. Mata anda mengisyaratkan kepedihan yang dalam pabila memandangku. Pak Masumi.....apakah anda....


Namun Maya tak menjawab pertanyaan Pak Masumi. Akhirnya pak Masumi mengantarkan Maya pulang ke apartemen. Mobil itupun meninggalkan Maya yang masih berdiri dengan pandangan kosong hingga mobil itu hilang dari pandangan. Maya masih terdiam dan berdiri terpaku dalam kebimbangan.


Keesokan harinya....


Setelah sarapan Maya dan Rei berangkat untuk latihan.
Mereka berlatih hingga hampir siang hari. Tidak ada yang berubah, hanya Maya sedikit lesu. Koji, Rei dan pak Kuronuma memerhatikan Maya sedari tadi.


Tiba-tiba....BRAAAAKKKKKK!!!


"Permisi semuanya" terdengar suara seorang wanita dari pintu masuk. Dia Shiori!


Serentak semua mata melihat ke arah suara itu. Dan semuanya terkejut dengan kehadiran Shiori yang mendadak itu. Seketika itu pula seisi ruangan langsung memalingkan muka ke arahku. Aku pun jadi bingung sendiri. Ada apa ini?


"Oh...Nyonya Shiori, silahkan masuk. Suatu kehormatan anda mau berkunjung ke studio ini" kata pak Kuronuma membuka pembicaraan.


Namun Shiori hanya tersenyum tipis dan langsung menghampiriku.


"Kau....memang tidak punya harga diri!" ucapnya dingin.


Koji dan Rei kelihatan geram dengan sikap Shiori, mereka mengepalkan tangan dan hendak menghampirinya. Namun pak Kuronuma menahan mereka.


Sementara aku tidak mengerti apa yang dia maksudkan. Aku hanya menatapnya dengan sedikit mengernyitkan dahiku. Entah mengapa aku merasa lemas, dan tak perduli lagi apa yang akan dia lakukan dan katakan.


*Sementara itu...di ruangan pak Masumi...*


Tok..tok..tok..


"Maaf pak... ada hal penting yang baru saja saya lihat" ucap Mizuki dengan terengah-engah.


"Apa maksudmu Mizuki? Bicara yang jelas!" ujar Masumi datar.


"Anda harus segera ke studio dimana Maya berlatih, tuan. Karena tadi saya melihat Nyonya Shiori menuju ke arah sana" ucap Mizuki dengan cemas.


"APA!" teriak Masumi sambil berlari meninggalkan sekretarisnya itu. Dan otomatis sekretaris setia-nya itu mengikuti boss-nya dari belakang. Mereka berlari secepat mungkin ke arah studio itu.


Namun....


Yang ada hanya pak Kuronuma seorang...


"Dimana....dimana....DIMANA DIA!?" teriak Pak Masumi sambil berputar ke sekeliling studio. Namun dia tak melihat Shiori ataupun Maya.


"Anda terlambat tuan" kata pak Kuronuma dingin.


"Ah..Pak Kuronuma, kemana Maya? Apa yang terjadi?" tanya Masumi lirih.


Mizuki berusaha menenangkan Masumi, namun Masumi masih tampak bingung dan depresi.


"Nyonya anda sudah pulang tadi, jadi sebaiknya anda tidak usah khawatir karena dia baik-baik saja" ucap Pak Kuronuma lagi.


"Aku tidak mencemaskan DIA!" kata Masumi sedikit teriak.


Mizuki mengajak pak Masumi mencari keluar, sembari membungkukkan badan pada pak Kuronuma, Masumi pun mengikuti Mizuki.


*Di lain tempat...*


Koji dan Rei mencari Maya sampai ke apartemen, ke taman tempat Maya biasa datangi. Mereka mencari sampai ke tempat-tempat yang asing. Wajah-wajah khawatir sangat jelas dari mereka.


Maya....dimana kau? Bicaralah pada ku, pulanglah...gumam Rei...


Begitupun dengan Masumi dan Mizuki, mereka mencari hampir ke semua tempat. Namun tidak menemukan apapun.


Hingga matahari tenggelam, lampu-lampupun mulai hidup.


Maya....Maya....Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dilakukan Shiori padamu?
Dimana kau Mungilku? Muncullah...berdirilah di hadapanku. Aku akan memelukmu pasti....Mungil!


Akhirnya Mizuki undur diri karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Tinggallah Masumi yang masih berdiri bersandar pada sebuah tiang lampu trotoar.


Berkali bunyi handphone Masumi terdengar, namun Masumi masih larut dalam kekhawatirannya pada Maya.
Dia yakin pasti Shiori meneleponnya berulang-ulang. Masumi semakin berang dengan keadaan ini.


*Sementara di sisi jalan yang bersebrangan dengan Masumi...*


Maya berjalan dengan perlahan karena badannya terasa lemas, apalagi mengingat apa yang dikatakan Shiori tadi siang padanya.


"Apakah kau tau bahwa Masumi adalah suamiku? Atau kau sudah tidak peduli? HAAAAH..." bentak Shiori.


"Maaf nyonya....anda salah paham. Apa maksud anda datang kemari?" tanya Maya lesu.


"Heeeh....Asal kau tahu, ini adalah studio milik suamiku. Jadi aku berhak mau kemana pun di gedung ini kan?!" ujar Shiori pedas.


"Dengar Maya....aku tidak akan mengampunimu bila sampai Masumi datang menemuimu lagi!"

"Apakah tidak ada pria yang mau denganmu atau memang kau tidak membuat para pria tampan tertarik padamu? HAAAH...!!!" ujarnya sadis.


"Apakah kau sadar Maya, mengapa Masumi memperdulikanmu? Itu hanya karena kasihan dan rasa bersalahnya karena tlah memisahkanmu dengan ibumu!" ucapnya lagi.


Dan aku hanya terdiam tak berdaya, Koji datang mengusap punggungku. Dia pun terpancing emosinya melihat Shiori menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah wajahku.


"Hentikan Nyonya! Apa anda seorang istri Direktur Gedung ini? HAH...aku salah mungkin. Ternyata anda bukan seorang yang anggun sebagai istri dari seorang Direktur" kata Koji tegas.


Shiori pun tambah marah dan tiba-tiba...


PLLAAAAK!!!


Tamparan itu mengenai pipiku, dan aku hanya bisa menangis terisak dan berlari. Aku berlari keluar gedung dan tanpa arah hingga tak seorangpun dapat menemukanku.
Aku tidak tau apa lagi yang terjadi, yang kudengar Rei dan Koji memanggilku dan berusaha mengejarku. Sedangkan pak Kuronuma berteriak memanggil Shiori, mungkin dia memarahi atau menasehati Shiori atau entahlah aku tak dapat mendengarnya lagi.


Ibu....apakah yang dikatakan Shiori itu benar bu? Tidak ada pria lain yang tertarik padaku selain pak Masumi? Apakah benar pak Masumi hanya kasihan ibu pergi karena dia? Ibuuuu....aku membutuhkanmu bu! Aku lelah bu, aku ingin pergi menemuimu. Aku bukan seperti Maya yang dulu. Aku anak ibu yang lemah saat ini. Dan semua itu sejak pak Masumi pergi dari kehidupanku....


Maya berjalan menyusuri jalan dengan langkah gontai. Matanya sembab karena sedari tadi airmata terus mengalir dari sudut matanya. Semuanya kejadian tadi terbayang kembali, begitupun bayangan pak Masumi...lelaki yang hingga kini masih teramat dia cintai.
Maya terus melangkah tanpa arah, dia terduduk ketika tiba di tepian pantai.Bayangan pak Masumi hadir kembali dalam pikirannya.


Pak Masumi....pak Masumi....apakah kau tau bahwa selama ini aku begitu tersiksa....
Apa kau merasakan sakit yang kuderita bertahun tanpa kebersamaan kita?


Tanpa Maya sadari, Masumi menemukannya dan saat ini dia hanya berdiri di belakang Maya. Masumi begitu lega bisa menemukan wanita mungil yang sangat dicintainya. Sedangkan Maya masih terisak sambil memanggil nama pak Masumi. Dan itu membuat Masumi akhirnya menangis terharu hingga air matanya menetes mengenai punggung Maya. Maya pun tersadar dan membalikkan tubuhnya dan berusaha berdiri.


"Pak Masumi...." ucapnya pelan. Dia menatap Masumi dengan perasaarn sedih.


"Mungiiill...." sahut Masumi getir.


"Pulanglah pak....anda ppasti membuat keluarga anda khawatir" kata Maya sambil berbalik memandang lautan.


"Tidak Mungil....ijinkan aku menemanimu di saat seperti ini" kata Masumi sambil menjatuhkan badan tegapnya ke pasir yang hangat.


Begitupun Maya terduduk dan menangis terisak. Maya bergumam sesuatu yang membuat Masumi mulai mengerti apa yang telah terjadi di studio tadi siang.


*Di Kediaman Shiori dan Masumi...*


Shiori masih menunggu kepulangan suaminya. Dia telah menyuruh seseorang untuk mencari keberadaan Masumi. Namun belum ada kabar juga. Itu membuatnya mengkhayal bahwa pasti Masumi telah bersama Maya.
Dia berjalan mondar-mandir mengelilingi ruangan yang cukup besar itu. Shiori berhenti memandangi sebuah bingkai berwarna gold yang lumayan besar dengan photo pernikahannya dan Masumi.


Tak terasa airmatanya menetes dan Shiori pun menangis terisak.


Masumi...Masumi dimana kau? Apa yang harus kukatakan bila Takumi menanyakanmu? Pulanglah walau hanya untuk Takumi. Hampir 5 tahun usia pernikahan kita, namun tak sekalipun kau terlihat bahagia. Apakah memang tidak ada ruang untukku? Aku yakin kalau bukan karena Takumi, kau pasti telah meninggalkanku!


*Di pantai....*


Maya nampak sangat kelelahan, dia terus bergumam hingga dia pun tertidur pulas. Tak berapa lama Masumi menyadari bahwa tidak ada lagi gumaman dan isak tangis wanita di sampingnya. Dia memanggil Maya perlahan namun Maya memang telah tertidur. Dia pandangi wajah Maya, sejenak dia teringat Hijiri dan menghubunginya. Tak berapa lama Hijiri tiba dan membawa mereka meninggalkan pantai.


"Hijiri...bisa kau bantu aku? Aku ingin ke sebuah villa tapi kau tau kan ini rahasia?" ucap Masumi.


"Iya tuan....saya sudah memikirkan hal itu" jawab Hijiri kemudian.


Mobilpun melaju dengan kecepatan tinggi ke satu arah yang meninggalkan kota Tokyo.
Hampir satu jam, akhirnya Hijiri menghentikan mobil di depan sebuah villa kecil di tepi pantai.


Hijiri masuk dan mempersiapkan segala sesuatunya. Sedang Masumi menggendong Maya dan meletakkannya di sebuah kamar di villa itu.
Hijiri pun keluar dan menunggu perintah selanjutnya di tempat parkiran.


Masumi memandangi Maya dengan penuh cinta. Perlahan dia membelai rambut wanita yang dicintainya tersebut.


Mungiiil....sudah lama tangan ini tak menyentuhmu. Entahlah aku tak ingat berapa lama pula aku selalu merindukanmu. Sangat merindukanmu....Mungilku....


Masumi pun perlahan mengecup kening Maya. Mencium hidung dan selanjutnya bibir mungil yang sangat dia rindukan.


Ahh....Maya....masih bolehkah aku melakukan ini? Melakukan sesuatu yang bukan milikku lagi? Aku...aku sangat ingin memilikimu....


Dengan penuh rasa rindu Masumi mulai mencium lembut bibir Maya. Dia benar-benar menikmatinya berulang kali. Tanpa sadar dia telah memeluk, merengkuh dan menciumi gadis itu.


Maya pun mulai merasakan kesulitan bernafas. Perlahan dia membuka mata dan mendapati lelaki yang dicintainya itu berada sangat dekat dengannya. Sehingga Maya dapat merasakan desahan nafas dan detak jantung pak Masumi.


"Pak Masumi...." gumamnya lembut.


"Ya..mungil" sahut Masumi pelan dan menenangkan.


"Aku harus pergi" ucap Maya pelan.


Namun wajah Maya terlihat pucat sehingga Masumi menyuruhnya berhenti bicara dan memeluknya.


"Maya...aku sangat merindukanmu" ucap Masumi lembut.


Entah apa yang ada dalam benak Masumi. Biasalah seorang lelaki pasti akan merasakan hal yang sama (hehehe). Tapi yang pasti malam itu mereka benar-benar sedang dilanda kerinduan yang sangat-sangat dalam.
Baik Maya maupun Masumi terbawa oleh keremangan malam yang dibarengi suara deburan ombak di pantai tersebut.


Perlahan Masumi kembali meraba pipi Maya, membelainya dan menciumi bibir mungil Maya hingga leher. Terdengar desahan Maya, yang membuat Masumi semakin terbakar nafsu. Begitupun Maya, seperti tak berdaya dengan apa yang dilakukan mantan kekasihnya itu, yang saat ini telah menjadi suami orang lain.


Masumi mulai melepas satu persatu kancing baju Maya. Hingga akhirnya tak sehelai pakaian pun antara mereka. Malam pun semakin larut beitupun mereka yan semakin lupa dengan status masing-masing. Akhirnya.....


Semalaman bergumul melepas rindu tanpa peduli bahwa di luar sana Hijiri menatap sendu ke arah villa. Dan membuang pandangan jauh ke arah lautan sembari menyembulkan asap rokoknya.


Pak Masumi...biarlah malam ini menjadi  milik anda dan gadis itu. Aku akan memastikan tiada seorangpun yang tau. Aku janji itu! Selama ini aku sangat kasihan padamu....
Pak Masumi....lepaskanlah semuanya malam ini. Biarkan aku menjagamu di sini....


Malampun berlalu, Maya dan Masumi tampak tertidur pulas sambil berpelukan. Dan tentunya tanpa pembatas apapun...


*****
Suara burung berkicau begitu merdu, begitupun sinar mentari menyeruak menyinari hingga ke celah-celah terkecilpun.
Perlahan Maya mulai tersadar, tapi seluruh tubuhnya terasa nyeri. Dia kaget sekali ketika membuat perlahan matanya.


"APA ini? Pak Masumi...anda...kita" ucap Maya pelan.


"Hmm...mungil" gumam Maya sambil merangkul Maya kembali.


Maya mengelak, dan menarik semua selimut. Dia berusaha menutupi  tubuhnya. Dia pun menangis tak percaya sambil menggigit bibir dan menggeleng-gelengkan kepala.


"Pak Masumi...apa yang sudah kita lakukan?" tanya Maya bingung.


Masumi mulai terbangun dan melihat Maya menangis tersedu. Masumi bingung harus bagaimana menjelaskannya. Dia menenangkan Maya.


"Mungiil...aku akan menjelaskannya padamu" kata Masumi.


"Tidak...tidak" ujar Maya sambil menutup wajahnya.


"Maya...tenanglah" ucap Masumi sambil memeluk Maya.


Maya menangis, entah apa yang akan terjadi nanti. Maya merasa dirinya tak bisa merebut dan melukai istri juga anak dari lelaki ini.
Namun Masumi begitu erat merengkuh Maya, mencoba menenangkannya sambil menciumi wajah Maya.


Maya begitu sedih, dia benci pada dirinya sendiri. Semuanya hancur, pikirnya. Tidak akan ada yang tersisa. 


"Pak Masumi...sudahlah hentikan semuanya" ucap Maya pelan.


"Tidak mungiil...aku benar-benar merindukanmu dan menginginkanmu" kata Masumi sambil tetap menciumi Maya.


"Pak...pak...kita tidak boleh seperti ini" ucap Maya tak berdaya.


Karena di lubuk hatinya, dia ingin selalu bersama lelaki itu. Apapun akan dilakukannya. Namun saat ini mereka memang tidak boleh melakukan apapun. Karena ada Shiori dan Takumi.


Mereka melakukannya lagi, hingga matahari tepat berada di atas atap villa mungil tersebut tiba...
Entah apa yang sudah mereka rasakan, namun yang jelas ini mungkin bisa jadi masalah besar di kemudian hari...


*Kediaman Shiori dan Masumi*


Shiori tampak lelah menanti suaminya. Berkali-kali Takumi menanyakan ayahnya. Begitu juga dengan Eisuke yang menelepon Shiori untuk mengatakan yang sebenarnya. Karena dia mendapat kabar atas ketidakpulangan Masumi dari tuan Takamiya.


Shiori hanya diam dan menangis. Dia tidak tega melihat Takumi bersedih. Dia hanya mengatakan bahwa ayahnya pergi untuk urusan bisnis.


"Takumi sayang...papa sedang ada urusan penting, jadi tidak sempat memberitahukanmu" ucap Shiori sedih.


Takumi hanya menganggukkan kepalanya. Dia belum mengerti apa-apa. Shiori memandanginya dengan sedih.


Masumi...beginikah kau rupanya? Hanya beginikah pertahananmu? Aku bodoh sekali mengira akan berjalan mulus jika ada Takumi...
Apa yang harus kulakukan? Masumi...Masumi...pulanglah...


Shiori hanya menangis dan menangis di kamar. Semua pelayan sedih dan mengerti dengan keadaan ini. Karena sebelumnya pun mereka kerap melihat Nyonya dan Tuannya ribut. Sikap dingin dan acuh tak acuh Masumi hanya akan luntur bila di depan Takumi. Sungguh malang anak itu, pikir para pelayan...


*Di pantai*


Maya memaksa Masumi untuk pulang. Maya sudah tidak bisa terus disini. Dia benar-benar tidak memaafkan dirinya kali ini. Dia teringat akan wajah Takumi.


Oh...anak itu, mengapa harus seperti ini. Aku memang pengkhianat. Pak Masumi...bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan selanjutnya? Sia-sia sudah pertahananku selama bertahun-tahun. Semuanya hilang dalam sekejap...


Akhirnya Hijiri mengantarkan Maya kembali ke apartemennya. Tidak ada kata yang terucap dari Masumi. Dia hanya menatap kepergian Maya dengan pilu.


Maafkan aku Mungil...Kau jadi hancur seperti ini. Aku begitu serakah...


Akhirnya Masumi kembali ke rumah. Shiori senang melihat mobil Masumi memasuki gerbang. Dia pun menyambut Masumi di pintu depan. Namun Masumi mengacuhkannya dan langsung menuju kamar. Shiori mengejarnya.


Kini pasangan suami istri itu berada dalam kamar yang sama. Tampak ketegangan antara mereka. Masumi kesal karena Shiori hanya menatapnya tajam.


"Shiori...aku ingin sendiri, kumohon keluarlah" pinta Masumi dingin.


Shiori menangis sambil menatap Masumi. Dia pun meninggalkan Masumi sendiri.


Masumi merasa berdosa sekali, dia merasa jijik dengan dirinya sendiri. Dia menatap photo berbingkai kecil di meja kecil di samping tempat tidurnya. 


Takumi...maafkan papa, nak! Papa tidak ingin kau menderita tapi...


Belum sempat Masumi berpikir lebih jauh, dia pun berlari menuju kamar putranya. Dia masuk dan melihat Takumi sedang tertidur pulas. Wajahnya begitu polos, pikirnya.


Masumi membelai rambut ikal anaknya. Dia mencium kening Takumi. Masumi begitu menyayangi putra semata wayangnya. Dia tidak sanggup mengungkap kebenaran nya pada Takumi.
Masumi mendekap erat anaknya. Dia menangis...


*Di Apartemen Maya*


Rei membukakan pintu. Maya masuk dengan lesu. Maya begitu lusuh, pikir Rei.
Namun Rei membiarkan Maya masuk kamar dan menguncinya. Rei hendak mengetuk pintu, namun dia mendengar suara tangisan Maya.


Rei pun berlalu dan kembali membaca sebuah buku. Tapi tetap saja pikirannya pada sahabatnya tersebut.


Maya...ada apa lagi denganmu? Aku sangat ingin melihatmu tersenyum seperti dulu. Ceria dan bersemangat menjalani hidup ini sobat... Bukan Maya yang seperti sekarang...bukan...


*****
Hari sudah mulai gelap, namun Maya belum keluar kamar juga. Suara tangisannya sudah tak terdengar lagi. Rei mencoba mengetuk untuk mengajak Maya makan malam.


"Maya bangunlah, kita makan bersama" ajak Rei pelan.


Namun tidak ada jawaban dari balik pintu itu. Dia jadi khawatir, dia berusaha mencari kunci cadangan kamar Maya. Rei membuka kamarnya dan ternyata Maya sedang terduduk lemah di sudut kamarnya.


"MAYA!" teriak Rei ketakutan.


Dia mengangkat Maya ke tempat tidur. Memberinya selimut dan membaringkan sobat mungilnya itu.


"Maya...Maya apa yang terjadi? Katakanlah padaku...jangan kau tanggung sendiri seperti ini sobat" ucap Rei sedih.


Maya hanya diam dengan tatapan kosong, namun airmata terus membasahi pipinya. Rei semakin merasa takut dengan keadaan Maya. Rei sangat kebingungan...


"Rei...maaf membuatmu kha...wa...tir.."ucap Maya terbata-bata.


"Tidak Maya, kau harus kuat, lebih kuat dari sebelumnya. Bicaralah padaku sobat, ceritakan apapun yang mengganjal hatimu!" pinta Rei sambil memeluk Maya.


Rei hanya terpaku saat Maya perlahan dan terbata-bata menceritakan peristiwa demi peristiwa yang dialaminya semalaman.


Rei lemas mendengarnya. Dia menarik nafas dan tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Dia pun membiarkan Maya tertidur, perlahan dia keluar kamar dan duduk di balkon. Rei merasa hampa...


Maya...mengapa jadi seperti ini? Tidak boleh sobat...
Maya...bagaimana dia dan kau bisa melakukannya? Tidak...


*Di kediaman Masumi dan Shiori*


Masumi duduk di ruang kerjanya, dia merasa harus mengambil keputusan secepatnya. Dia tidak bisa mengkhianati keduanya.


Shiori...maafkan aku, ini demi kau, aku dan Takumi...


Masumi menghubungi Mizuki. Dia menyuruh Mizuki menghubungi pengacaranya untuk datang ke kantornya besok. Mizuki mengiyakan, walau beribu pertanyaan muncul dalam benaknya.


*****
Setelah sarapan bersama, Masumi mengajak Takumi ke kantornya. Dia ingin bisa lebih dekat dengan putranya. Dan Shiori juga mengijinkannya. Shiori hanya menatap mobil yang membawa suami dan anaknya dengan pilu.


Masumi...mungkin ini yang terbaik. Aku tahu kau menghubungi pengacara keluarga. Aku tidak akan mempertahankanmu lagi...
Ambillah semuanya dariku, bawalah Takumi bersamamu...


Shiori menghapus airmatanya, dia terlihat shock. Wajahnya pucat dan tubuhnya terlihat tambah kurus. Shiori benar-benar terlihat kurang sehat.


*****
Akhirnya Masumi menjelaskan maksudnya kepada pengacara. Sang Pengacara kaget mendengarnya. Namun Masumi menyuruh pengacara itu secepatnya mengurus perceraiannya dengan Shiori. 


"Kau dengar, aku tidak ingin berlarut-larut. Akan lebih banyak yang terluka jika lebih lama lagi" ucapnya datar.


"Baik...baik pak" kata Pengacara gugup.


*****


Sejak saat itu Maya tidak pernah mau latihan dan keluar sedikitpun dari apartemennya. Semua telepon tidak pernah dia angkat. Koji pun tak mau dia temui. Dan Rei hanya bisa memaklumi sahabatnya tersebut.


*Di Kediaman Shiori dan Masumi*


Setelah makan malam, Masumi meminta Shiori untuk ke ruang kerjanya. Shioripun mengikuti kemauan suaminya.


"Shiori...tolong tanda tangani surat-surat ini" pinta Masumi tanpa basa-basi.


Shiori tak tampak kaget, karena dia sudah menduganya. Dia tampak tenang dan perlahan mengambil surat-surat itu lalu membacanya.
Di salah satu surat tersebut, tertulis bahwa hak asuh diserahkan pada keduanya. Shiori terlihat lega, dia pun menatap Masumi hampa.


Masumi pun memandang Shiori tanpa ekspresi. 


Perlahan Shiori menandatangani surat itu. Matanya mulai berkaca-kaca dan airmatanya menetes satu persatu. Dia menarik nafas dan menelan ludahnya.


Masumi pun memalingkan wajahnya. Dia tak ingin melihat Shiori menangis. Dia berkata akan pergi besok dan kembali ke rumah ayahnya. Tanpa menoleh Shiori mengiyakan.


"Iya Masumi...minggu depan akan kuantar Takumi ke rumahmu" kata Shiori tegar. Dan meninggalkan Masumi sendiri di ruang kerjanya.


Keesokan hari...


*Di Kediaman Hayami*


Eisuke sudah tau akan kepulangan anaknya. Dia hanya melihat dari balik tirai, kedatangan mobil Masumi. Dia menghela nafas panjang.


Masumi...lakukan apa yang membuat bahagia sekarang. Aku tidak akan melarangnya lagi. Sudah cukup selama 5 tahun ini kau menderita menjalani dengan Shiori.


Masumi masuk menemui ayahnya. Dia mengucapkan salam dan segera berlalu menuju kamarnya dulu. Dia pandangi seluruh isi ruangan itu, tidak ada yang berubah. Masih seperti dulu, pikirnya.


*****


Semua media mulai mencium kasak-kusuk rumah tangga Masumi dan Shiori. Termasuk Mizuki yang kaget setengah mati dengan perpisahan tersebut. Walau dia sudah menaruh curiga saat Masumi memintanya bertemu pengacara.


Pak Masumi...kenapa harus seperti ini? Mengapa terlalu lama anda mengambil keputusan ini? Bagaimana...


Mizuki terdiam karena Masumi datang dan langsung menanyakan jadwalnya hari itu.


Masumi memeriksa semua dokumen dengan serius. Mizuki berusaha mengerti keadaan bos-nya. Dia tidak ingin bertanya apapun sampai dia dengar sendiri dari mulut Masumi tentang berita itu.


Masumi berhenti memeriksa dokumen, dia tampak berpikir...


"Mizuki...." panggilnya pada Mizuki.


Mizuki dengan cepat menghampiri Masumi. Dan menanyakan apa yang bisa dia lakukan.


"Mizuki...aku tidak ingin membuang waktuku lagi" katanya dingin.


"Pak Masumi...apa maksud anda?" tanya Mizuki bingung.


"Atur jadwalku bertemu Maya" ucap Masumi datar.


"Pak...berarti anda..." tanya Mizuki terpotong.


"Secepatnya...kau mengerti!" perintah Masumi.


Mizuki mengiyakan dan menyiapkan segalanya, menghubungi beberapa tamu untuk menunda pertemuan dengan Masumi. Dan yng lainnya...


Sore itu Masumi bersama Mizuki menuju ke apartemen Maya. Rei sangat terkejut dengan kehadiran mereka. Namun Mizuki secepatnya membawa Rei keluar dari sana dan membiarkan Masumi bersama Maya.


Terdengar pintu tertutup. Masumi langsung mengetuk pintu Maya. Dia memanggil Maya berulang kali. Namun tidak ada jawaban. Dia pun berniat mendobrak pintu itu. Namun tiba-tiba pintu terbuka dan Maya keluar dengan lesu.


"Mungiil..." ucap Masumi sambil merengkuh gadis yang sangat dicintainya.


"Jangan sentuh aku lagi pak Masumi!" ujar Maya lemah.


"Tidak mungil! Mulai sekarang aku akan selalu menyentuhmu dan menuntunmu" kata Masumi terharu.


Maya hanya terpaku dengan ucapan Masumi. Dia tidak tahu dengan apa yang terjadi. Masumi jadi bingung menjelaskannya pada Maya. Dia hanya memeluk Maya, dia menyadari gadis mungil itu sekarang sedang dalam depresi. Dan itu karena dirinya.


"Maya...aku akan menikahimu!" ucap Masumi agak keras agar Maya bisa mendengarnya.


Sontak Maya membelalakkan matanya dan menatap Masumi penuh tanya.


"Apa...apa maksud anda?" tanya Maya bingung.


"Iya sayang, kita akan segera menikah dan melalui hari-hari bersama" kata Masumi lagi.


"Pak Masumi..." Maya tambah bingung.


"Aku sudah berpisah dengan Shiori secara sah. Dan aku ingin secepatnya menikahimu" ujar Masumi menggebu-gebu.


Maya tak percaya dengan apa yang didengarnya. Matanya berkaca-kaca dan menjatuhkan badannya pada Masumi.


"Pak Masumi...bagaimana dengan Takumi? Dia..." ucap Maya, namun terhenti dengan penjelasan Masumi.


"Kami akan mengasuhnya bersama, kau juga boleh mengasuhnya bersamaku. Kau mau kan sayang?" tanya Masumi sambil mengecup kening Maya.


Maya tampak mulai tersadar, airmatanya semakin deras. Dia bahagia dengan perkataan Masumi. Walau ada kegalauan dihatinya tentang Shiori. Tapi cepat-cepat dia menepisnya karena yakin Masumi telah menyelesaikannya dengan baik.


"Maya...maaf harus menunggumu terlalu lama" ucap Masumi lembut.


"Tidak...aku akan selalu menunggumu, pak Masumi" kata Maya tersipu.


"Jangan panggil aku 'pak' lagi mungill" pinta Masumi lembut.


"Iya...ya..aku akan memanggilmu 'sayang'" kata Maya manja.


Masumi pun mendekap Maya dan mereka tampak bahagia. Akhirnya penantian itu berakhir juga. Penantian yang amat melelahkan....


Pak Masumi...sakura di hatiku kini tumbuh kembali...
Akan tumbuh dan bersemi mengalahkan semua helai yang telah gugur dan berterbangan tertiup angin...
Sayangku...kini tidak ada lagi kebisuan dalam hatiku..
Trimakasih...cinta!




*****the end*****









7 komentar:

  1. yah bersambung lagi msh penasaraaaann ceritanya makasih dah apdett :)

    ~fagustina~

    BalasHapus
  2. waa apdet lagi makasih sista...*blushing2*

    -fagustina-

    BalasHapus
  3. saya suka ama ceritanya, lanjut teruuuusss ya sis..

    BalasHapus
  4. ini part 1 nya dimana ya??

    BalasHapus
  5. mba Titi, utk part 1 nya ada di posting bulan lalu. Tapi ini bloggernya lg error. Ada pembatasan dlm postingn. Harap maklum ya mb, mudah2n bsk bsk normal kembali...
    trimaksh..

    BalasHapus
  6. suka...suka...suka...n lanjutkan perjuanganmu sis

    BalasHapus
  7. suka bangettt...updet lg dunk...buruan yach sis...

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...