Oktober 29, 2011

Promise -3-




[lecturas.org's pict]



Kediaman nona Naori...

"Ayaah...." panggil gadis kecil itu di depan pintu kamar sang ayah.

Tok...tok..tok...

Sudah beberapa kali ketukan, namun pintu kamar itu tak jua dibuka oleh ayahnya.

Raut sedih tergambar di wajahnya yang imut. Gadis kecil itu dengan langkah kecewa menuruni tangga satu persatu. Langkahnya gontai seperti hatinya.

Ayah...

Matanya menoleh kembali ke arah pintu kamar sang ayah...

Melihat nona rumahnya bersedih, pelayannya langsung mencoba menghibur...

"Nona...mungkin ayah nona kelelahan, sebab semalaman berada di ruang kerjanya" ujar pelayan itu bohong.

Naori berpikir sebentar, kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.

Seorang pelayan lainnya sudah menunggunya di ruangan tersebut. Dengan wajah yang sangat bersahaja, pelayan itu menarik lembut lengan Naori dan mendudukannya di kursi makan.

"Duduklah, nona" ucapnya sopan.

Naori tersenyum kecil membalasnya, lalu gadis kecil itu mulai membalikkan piring yang ada di depannya. Satu persatu dia makan sarapan pagi itu.

Gadis kecil itu selalu sarapan sendiri...

Hanya dua orang pelayan yang menemaninya disana. Berdiri seperti patung memperhatikan sarapan nona rumah mereka...

"Bibi...paman, apa ayah sudah sarapan?" tanya Naori sendu.

Kedua pelayan itu saling berpandangan...
Kemudian keduanya hanya bisa mengangguk mengiyakan pertanyaan Naori.

Naori menunduk kembali dan melanjutkan sarapannya. Namun dalam hatinya dia tahu bahwa kedua pelayan itu berbohong. Semuanya hanya untuk menenangkan bathinnya.

Aku tahu kalian selalu berbohong...
Aku tahu kalian sangat menjaga perasaanku...
Tapi apakah kalian tahu bahwa aku sangat sedih dengan kebohongan kalian itu?
Walau aku sadar, kalian sangat ingin membuatku bahagia...

Gadis itu telah selesai sarapan. Dengan sigap bibi pelayan menuntun tangannya untuk segera berangkat ke sekolah.

"Kita berangkat sekarang, bila nona telah selesai sarapan" katanya sopan.

Naori mengangguk lirih...

Mata gadis kecil itu berkaca-kaca ketika sekali lagi dia menatap ke lantai atas, dimana kamar sang ayah berada.

"Ayah, aku berangkat sekolah" gumamnya pilu.

Bibi pelayan tak sanggup menahan airmatanya. Perlahan dia menghapus airmata itu agar tak terlihat oleh nona rumahnya.

Naori membalikkan tubuhnya dan menuju ke teras. Bibi pelayan membukakan pintu mobil.
Naori pun masuk dan mobil segera berangkat meninggalkan kediaman megah itu.



*****


Kediaman Maya Kitajima...


Pagi hari yang sangat cerah, namun tidak secerah nyonya rumah di kediaman tersebut.


Dia menatap keluar jendela, memperhatikan mobil yang baru saja keluar dari pintu gerbang rumahnya. Dia mengusap airmata untuk yang kesekian kalinya.


Kemudian dia menangis terguguk-guguk...


Sampai punggungnya bergetar dan berguncang. Isak tangisnya terdengar sampai ke dapur, dimana pelayan tua setianya pun menunduk sedih.


Nyonya...anda menangis lagi...


Wanita tua itu perlahan menghampiri kamar nyonya nya. Diketuknya pintu itu dua kali, namun Maya tidak menjawabnya. Hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk ke kamar tersebut.


"Maaf....nyonya, saya lancang masuk tanpa anda perintahkan" ucapnya sopan.


Maya masih terisak sambil menatap keluar jendela. Wanita itu tak menoleh sedikitpun.


Lalu...


Pelayan tua itu mendekatinya dan entah bagaimana mereka berpelukan erat...


Seperti seorang ibu yang menyayangi putrinya, pelayan tua itu begitu hanyut bersama Maya. Dengan lembut dia menepuk dan mengusap punggung Maya.


"Sabar ya nyonya, mungkin belum saatnya kita kembali" katanya lirih.


Maya hanya bisa mengangguk pilu...


"Nyonya, sekarang saatnya sarapan dulu. Nanti sakit bila tidak sarapan" ujar pelayan tua itu lembut.


"Iya...bi, aku tahu. Tapi...bisakah kita keluar hari ini? Aku sangat ingin bertemu dengan nya. Aku.......sangat....merindukannya, bi" isak Maya tak tertahankan.


Nyonya...


"Baik, nyonya....saya akan menemani nyonya untuk menemui tuan dan nona" ucapnya menenangkan nyonyanya.


Maya melepaskan dekapannya perlahan, kemudian dengan penuh harapan dia menatap pelayan tua di depannya.


Maya menggenggam jemari wanita tua itu dan mengeratkannya sambil berkata:


"Terimakasih bi, selama ini kau selalu ada untukku. Aku tak tahu melewati ini semua tanpamu" ucap Maya tulus.


Pelayan tua itu mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca...
Maya pun meminta dengan sangat agar pelayan tua itu mau menemaninya untuk sarapan di meja makan yang sama.


Mereka pun menikmati sarapan bersama dengan wajah yang sedikit ceria di pagi itu.


*****

Sementara itu...

Kediaman nona Naori...

Tuan rumah, baru saja hendak berangkat ke kantor. Namun seperti biasa sebelum berangkat dia menyuruh pelayan untuk menyiapkan sekeranjang kecil kembang yang akan dibawanya ke komplek pemakaman.

"Tuan, ini kembangnya" kata pelayan kepadanya.

"Ooh iya, terimakasih" jawabnya datar.

Kemudian dia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kediamannya.

"Kita ke tempat biasa" perintah nya kepada supir.

"Baik tuan" jawab sang supir hormat.

Mobilpun perlahan melaju menuju komplek pemakaman. Hanya membutuhkan waktu 10 menit, mereka telah tiba di kawasan tersebut.

Namun sebelum supir merapatkan mobilnya ke depan pagar komplek pekuburan itu, tuannya memerintahkan:

"Berhenti!"

CIIIIIITTT!!!

Supir itu pun menjadi heran dengan perintah majikannya. Tapi dengan cekatan dia memberhentikan mobil itu tanpa mengganggu pengguna jalan lainnya.

"Wanita berjubah itu, mungkin ini yang selalu dibicarakan orang..." desis pria itu dengan mata yang tak berkedip.

Supir itu dengan cepat memperhatikan kemana arah mata tuannya. Di sana ada sebuah taksi yang baru saja berhenti. Dan di dekat taksi itu terlihat sosok wanita berjubah yang tak lain adalah Maya dan seorang pelayan tua yang selalu menemaninya.

Pria itu beberapa kali mengedipkan mata untuk meyakinkan penglihatannya.

"Siapa dia?" gumamnya kemudian.

"Pak supir, tolong majukan sedikit ke dekat taksi itu jika wanita itu telah masuk komplek pemakaman"

"Baik, tuan"

Mata pria itu terus mengawasi gerak tubuh dari wanita berjubah tersebut. Dia ingin meyakinkan terus apakah benar yang dilihatnya.

"Aku harus menyelidikinya. Siapa dan pusara siapa yang dia kunjungi?"


Pria itu mengepalkan jemarinya...


Sebenarnya beberapa kali dia sempat melihat taksi dan wanita berjubah itu di depan pemakaman tersebut. Namun dia menganggap itu bukan pengunjung makam istrinya. Tapi sejak beberapa laporan kepadanya, bahwa ada wanita berjubah yang selalu datang mengunjungi makam sang istri. Akhirnya dia sedikit penasaran dibuatnya.




*****


Maya semakin mendekati pusara yang biasa dikunjunginya. Entah mengapa sedari tadi dia merasa gemetaran. Hatinya sedikit gelisah akan hal yang tidak dia tahu.
Dengan sangat perhatian pelayan wanita tua itu memapah Maya untuk melangkah.


"Anda baik-baik saja, nyonya?" 


Maya mendesah sebelum menjawab pertanyaan sang pelayan...


"Hhhhhuuufftt...entahlah, bi...aku merasa sedikit gelisah" 


Seketika itu juga mata pelayan itu langsung mengelilingi area pemakaman. Dia memperhatikan sekeliling untuk memastikan sumber dari kegelisahan majikannya.


Dan...!!!


Matanya berhenti pada sosok seorang pria yang berdiri tepat di belakang mereka.


Tuan...


Pelayan itu sempat adu pandangan beberapa saat dengan pria di belakangnya yang hanya berjarak sekitar 4 meter dari tempat mereka berdiri. Lalu dia menutup wajahnya dengan sehelai kerudung yang melilit di lehernya.


Dengan sigap pelayan tua itu menggiring nyonya nya untuk melangkah menjauhi pria tadi.


"Ada apa bi?" tanya Maya yang bingung karena tangannya tiba-tiba ditarik menjauhi dari pusara yang akan dikunjunginya.


Namun pelayan itu tak menjawab pertanyaan Maya. Dia terus membawa Maya kembali keluar dari area pemakaman.


Melihat gelagat dan gerakan yang mencurigakan, pria itu pun mempercepat langkahnya. Dengan berusaha mengejar dan memutar arah, pria itu begitu cepat mendekatkan jaraknya dengan Maya dan pelayan tua tersebut.


Karena bingung dan tak sempat mengunjungi pusara, Maya kesal dan menghempaskan tangannya dari genggaman pelayan setianya itu. Dengan raut marah, Maya membentak pelayan itu.


"Lepaskan, bi! Aku harus kembali mengunjunginya!" bentak Maya emosi sembari membalikkan tubuhnya..


DAN!!!


Pria itu kini tepat berada di hadapannya!


Maya segera menunduk tapi perlahan dari balik jubah yang menutupi sebagian wajahnya, Maya menyusuri pria itu dari ujung kaki hingga ke wajah dengan matanya.


Kau...


Akhirnya...


Pria itu adalah suami Maya Kitajima!


Pria itu mencoba mengenali wanita di hadapannya dengan seksama. Semakin lama mereka dia amati, semakin jelas bahwa wanita berjubah itu adalah wanita yang sangat dia cintai. 


Wanita yang selalu ada dalam mimpinya hampir setiap malam. Wanita yang pernah mengikat janji sehidup semati di depan altar bersamanya lebih dari sepuluh tahun yang lalu.


"Kau..."


Maya masih tertunduk tak berdaya. Di hadapannya kini ada suami yang sangat menyayanginya. Suami yang selalu membuatnya bahagia kala itu.


Seorang pria tampan yang mampu meluluhkan hatinya hampir satu dasawarsa yang lalu. Pria yang sangat perhatian dan sangat mencintainya. Sampai sekarangpun Maya masih sangat bisa merasakan rasa cinta suaminya tersebut.


Kakinya gemetar tak dapat bergerak sedikitpun...


Kaku...


Semuanya menjadi hampa melayang, tubuhnya serasa terbang ke angkasa, sama seperti ketika peristiwa itu terjadi. Peristiwa dimana Maya hampir kehilangan nyawanya saat persalinannya yang kedua.


Pelayan tua itu hanya bisa menahan tubuh nyonyanya yang mulai tak berdaya dan lemah.


Nyonya...


Pria itu mencoba mendekati Maya, namun langkahnya terhenti dengan perintah dan gerakan isyarat dari wanita itu.


"Sebaiknya anda jangan mendekat, tuan!" ujar pelayan tua itu tegas dengan mengacungkan tangannya.


Pria itu sempat terhenyak. Walau perlahan airmata dari pelupuk matanya mengaliri pipi.


"Maya...benarkah...itu kau?" gumamnya tak percaya.

Pria tersebut mencoba mengendalikan dirinya. Satu persatu dia amati wanita di hadapannya. Walau pelayan tua itu menghalanginya.

Dia mencoba menelusuri semuanya dengan mata dan kepalanya yang bergerak ke kiri dan ke kanan untuk memastikannya.


Benar...itu kau, sayang....
Mengapa?


Maya masih tertunduk. Tapi airmata jelas begitu deras mengalir dari matanya yang indah.


Sayang...
Betapa aku ingin berlari ke pelukanmu...
Betapa aku merindukanmu..
Sungguh aku ingin berada dalam dekapanmu..
Sungguh...
Tapi...aku tak bisa lakukan itu...
Tak bisa...


Maafkan aku...




*****


Beberapa saat mereka dalam situasi yang kaku dan tegang. Maya mencoba berpikir untuk bisa lari dari suaminya tersebut. Namun rasa rindu yang membubung tinggi begitu mengganggu otot kakinya, hingga dia masih saja berdiri di hadapan pria itu.

Pelayan tua yang sangat setia tersebut pun bergegas menarik dan membawa Maya kabur dari tempat nya berdiri. Tentu saja itu membuat pria itu mengejar dengan sekuat tenaga.

"TUNGGU!!!" dia berteriak mencegah laju Maya dan pelayannya.

Namun pelayan itu terus berlari membawa Maya semakin jauh dari jangkauan pria itu.

Maya berlari dan terus berlari menjauhi suaminya sendiri. Hatinya begitu berat menghadapi segala peristiwa yang menimpa keluarganya.  

Airmata kesedihan deras mengalir di pipinya...

Wanita itu sangat merana...

Hentikan....sudah cukup semuanya ini...
Tuhan aku ingin kembali...
Aku ingin berada di sisinya...
Berikan aku waktu sedikit saja untuk itu...

Naori...
Ibu merindukanmu...
Sangat rindu nak...

Maya menoleh ke belakang dimana pria itu masih mengejarnya. Wajahnya berkeringat lelah dan sangat sedih. Pria itu...

Maafkan aku, sayang...
Aku tidak bisa kembali ke sisimu...
Tidak bisa...
Ada dia...di antara kita...

Tapi percayalah...
Kau tetap yang terbaik untukku...
Kau tetap pria yang selalu ada di hatiku...

Bukan dia...
Bukan...
Percayalah...

Aku sudah mati...
Aku sudah bukan milikmu lagi...
Sejak hari itu...
Maya Kitajima sudah mati...

BLLAAAAMM!!!

Pintu taksi sudah tertutup, dan dengan cepat ke empat roda itu melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi menjauh dari pemakaman.

Teriakannya masih jelas terdengar sampai beberapa waktu. Semakin membuat hati Maya hancur berkeping-keping.

"MAYAAAAAAAAAAA!!! Aku tahu itu kau! Aku tahu kau masih hidup!!!"

"MENGAPAAAAAA?!!! KAU SANGAT TEGA MENINGGALKAN KU?!"

"KEMBALILAAAH....AKU TETAP AKAN MEMAAFKANMU! PERCAYALAAAHH!!!"

Maya...
Selama ini aku terus menantimu...

Aku tak akan peduli...
Dengan apapun...

Kembalilah...
Hiduplah seperti dulu di sisiku...
Aku mohon...

Hiduplaaaaaahhh....

Pria itu tersungkur lemah tak berdaya sambil menangis. Tangisan yang sangat menyayat hati.

Airmatanya masih berlinang...

"Mayaaa......" desisnya dengan mata yang terus memandangi taksi yang membawa istrinya pergi dan menjauh...

Pria itu tertunduk lesu memasuki mobilnya kembali. Matanya begitu kosong. 

Kau masih hidup sayang...
Aku sudah tahu itu lama...
Perasaanku mengatakan itu...
Kau memang masih hidup...

Tapi aku yakin....
Jiwamu sudah mati karena dia...
Aku yakin itu...
Janjimu padanya...

Dan kini...
Aku pun berjanji padamu...
Akan selalu menunggumu sampai kapanpun...
Hingga saat nanti...

Yaa...suatu saat nanti...
Aku yakin kau akan mengingkarinya...
Dan meninggalkannya untukku...
Melupakan janji itu...

Janji yang membuat kita terpisah jauh...
Jauuuuuuhh sekali...

Maya....

*****

Waktu pun berlalu...

Hari berganti...

Bulan berganti bulan namun keadaan masih saja sama. Tidak ada yang berubah. Sama sejak beberapa tahun lalu...

Dan hari ini...

Bertepatan dengan hari lahir Naori, putri kecil yang sangat cantik dari keluarga terhotmat tersebut.

Gadis kecil itu kini sedang memandangi langit dari balkonnya. Udara pagi begitu cerah dengan sinar mentari yang mulai menyeruak mencari celah pada pepohonan besar di pekarangan kediamannya.

Pandangan gadis itu lurus ke depan...
Tatapannya begitu hampa...
Sepertinya gadis kecil itu sedang berpikir...
Terus berpikir...

Ibu...
Seandainya bisa...
Aku ingin terbang bersamamu, bu...
Seperti burung-burung di atas sana...

Kemudian tatapan berpindah pada bangku kayu yang ada di sudut taman pekarangannya...

Naori terkenang saat-saat indah bersama sang ibu...

Bu......ibu.....
Aku ingin terus duduk bersamamu di sana...
Di bawah teduhnya pohon itu...
Di sana...bu....
Ditemani matahari dan angin sepoi-sepoi...

Aku masih sangat ingat, bu...
Sangat jelas...
Betapa hangatnya jemarimu...
Begitu erat menggenggam jari-jemariku...
Ibu....

Beberapa kali dia mengusap pipi dan matanya. Meraba dan mengelus jemarinya sendiri. Mencoba menenangkan rasa rindu pada sosok wanita yang melahirkannya. Wanita yang selalu sabar mendengarkan celotehnya.

Dia rindu...

Dia merindukannya...

Gadis itu benar-benar merindukan Maya Kitajima!!!




continue to - part 4- 

30 komentar:

  1. lah kok. beneran apdetnya cuma segini, jgn2 nda masuk semua, aqaqaqaq

    BalasHapus
  2. Aiihhhh....tega bener sih update-nya masih tetep menyisakan rasa penasaran! Masih belum bisa nebak apa,kenapa,gimana dan siapa aja nih yg terlibat. Hadeeehhhh...ini bikin penasaran abiz!

    BalasHapus
  3. Aaaaaaaa.... Nge gantung... Kurang buanyaaakkk..... Tambahhhhhhhhhhh.....

    BalasHapus
  4. sista,...lanjut dong. Penasaran nih ma kelanjutan kisahnya. Ditunggu ya

    BalasHapus
  5. Naori itu anaknya siapa sehhhh....misteri.....

    BalasHapus
  6. poor naori
    ayahnya knapa ga nemenin naori sarapan...?

    BalasHapus
  7. koq blm lanjuut sis rosa...
    ayo duunkk...penasaran abbiiiizzz...

    BalasHapus
  8. sudah 3 bab tapi masih belum ketebak kemana arah ceritanya. Jadi tambah penassaran. Salut buat sis Rosa ^_^

    BalasHapus
  9. aaaaah, lanjuuuuuuuuut

    BalasHapus
  10. heeeeemm mulai menyelidiki...... berarti papahnya Naori siapa ??? Masumikan..... tapi kenapa mereka terpisah?? haduhhhh masih bingung nih sist lanjut lagi dongggg..... :P
    still have no clue....

    BalasHapus
  11. Seandainya Papanya Naori itu Masumi, terus siapa yang nemuin Maya malem2. Kenapa Maya mau melakukannya selain dengan Masumi. Mesra pula. Jangan gtu donk Maya, kasian Masumi...Kasian aku juga yang jadi binguuuuunggggg.....

    BalasHapus
  12. jika yg ketemu skrg adalah suami Maya.
    kenapa Maya mau ditiduri pria yang mengunjunginya malam itu.
    wah nener- bener bingung niiich

    BalasHapus
  13. kyaaaa...syapa swami maya?
    knapa di di tinggal ituwh swaminya kl maya emang cinta..?
    kok maya malah punya sephia..??
    bingung..!!!

    BalasHapus
  14. arrrrghhhhhhhh * tarik2 rambut saking stress *
    misterius banget sekkkkhhhh
    lagi lagi lagi .... ^^

    BalasHapus
  15. HyaaaaaAaattttt....menjerit histterisss.siapaaa diaaaa....siapa suami mayaaaaaa

    BalasHapus
  16. hadeeeeeeeeeeeeeeeh dikiiiiiiitttttttt njelimet njelimet ribet

    BalasHapus
  17. aku gak habis pikir, klo Naori emang anak Maya n Masumi....kenapa maya harus pura2 mati dan siapa cowok yg dilayani maya malem2 kok bisa......sampe maya bilang cinta segala ke cowok itu.....gak ngerti....
    aaaaaaaaarrrrgggghhhh butuh pencerahaannnnn kurang bgt sist, penasaran...ayo lanjutannya ASAP pliiiiiiiiiisssssss

    BalasHapus
  18. aaargh, makin tak mengertiiiii, belum ada clue yg jelas nih.
    lanjuuuuut....

    BalasHapus
  19. jangan jangan..... ini cerita... terusannya mysm??
    *sotoy abis* >> pusing ah XD

    BalasHapus
  20. kliatannya naori tu anaknya maya and co tampan,tpi kok mlh jdi kyk hub gelap gitu, bingung deh

    BalasHapus
  21. suami nya maya itu siapa ya?? trus laki2 yang maya bilang cinta itu juga siapa?? bingung g karuan ni ah bacanya.... kurang euy..... ^o^

    BalasHapus
  22. ah....makin ke sini makin bikin penasaran. Ditunggu part 4 nya ya!

    BalasHapus
  23. ah makin bingung tuing tuing @_@

    BalasHapus
  24. * ngejogrok dipojokan * teteppppp kagak ngarti gueeee :(( misterius abis nih ah ....

    BalasHapus
  25. aduh gemez gemez gemez
    knapa begini knapa begitu
    jangan bikin pnasaran.com donk sista
    cepat ungkapkan kebenarannyah >.<

    BalasHapus
  26. Kayaknya suaminya maya adalah koji. Suaminya hampir meluluhkan hatinya berarti maya hampir mencintai suaminya

    BalasHapus
  27. makin hari makin sedih aja........Mana masumi yg bisa melakukan segala cra untuk bisa nemuin Maya.....ayo dong Masumi mana kekuatanmu......masa maun diem aja sih kalian dipisah kan oleh seseorang.....sist lanjutannya jgn lama2 dong......

    BalasHapus
  28. saya setuju dengan pendapatnya mba Mia Luna.Kayanya yang jadi suaminya Maya tuh Koji. MAya mau sama Koji mungkin ada hubungannya sama kecelakaan motor. Sotoy mode on :P

    BalasHapus
  29. gw jg bingung niih...xixixixi...

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...