Oktober 17, 2011

Miss You So Much -13-







Kediaman Hayami...


Eisuke memanggil Masumi untuk membicarakan rencanakan membawa tinggal Mrs.Carol, Peter, Maya dan Kin di kediaman mereka.


"Masumi, ada hal penting yang ingin aku katakan padamu" kata Eisuke memulai pembicaraannya.


Masumi menatap Eisuke dalam...


Apa yang akan dia katakan? 
Mengapa perasaanku tak enak seperti ini?
Ayah, jangan katakan yang tak seharusnya aku dengar...
Aku sedang tak ingin berdebat denganmu...


"Ayah, apa ini menyangkut diriku?" tanya Masumi penasaran.


"Tentu saja, nak. Kau adalah anakku dan aku harus mendiskusikan apapun denganmu, bukan?"


Tumben...dia berkata benar...


Masumi menarik nafas panjangnya, dia sudah sangat mengenal sifat dari Eisuke, ayah tirinya tersebut.


"Terimakasih, ayah"


"Masumi, aku telah lama berniat ingin mengajak Mrs.Carol dan Peter untuk...tinggal...di sini"


DEG!!DEG!!


Ayah...


Masumi diam kaku mendengar ucapan Eisuke yang belum terucap sampai selesai...


"Jadi, aku ingin mendengar pendapatmu mengenai itu. Bagaimana Masumi?" tanya Eisuke serius.


Masumi terdiam sejenak sebelum menjawabnya...


"Ayah, apa pendapatku penting? Ini adalah rumahmu. Dan itu artinya...ini juga rumah Peter, karena...karena dia...adalah... putra kandung ayah!" ujar Masumi dingin.


Masumi...


"Masumi, bukan seperti itu maksudku!" Eisuke bingung.


Masumi hendak berdiri, namun Eisuke mencegahnya...


"Tunggu, Masumi! Satu hal yang sangat ingin aku katakan padamu adalah, bahwa aku sangat menyayangimu!"


Masumi tersenyum sinis menatap sang ayah...


"Ooiiyaaa?! Benahkah itu ayah? Menyayangiku? Lalu...lalu apa maksudmu membawa...mereka ke rumah ini?" tanya Masumi mulai kehilangan kontrol emosinya.


"Masumi, dengarkan aku dulu!"


"Aku selalu mendengarkanmu. Selalu ayah! Tapi dirimu...tak pernah peduli padaku!" ucap Masumi menahan airmatanya.


Dengan raut yang marah, pria itu benar-benar sangat kesal pada ayahnya. Hingga dia pun menyadari bahwa tidak ada gunanya membantah lelaki tua di hadapannya tersebut.


"Kau salah, nak. Justru aku yang selalu mengikuti apa maumu, tanpa kau sadari itu!" balas Eisuke sedih.


Masumi berdiri kembali, lalu...


"Terserah padamu, ayah! Aku lelah...." kata terakhir Masumi sebelum meninggalkan Eisuke dan masuk ke kamarnya.


BLLLLAAAMMM!!!


Kamar Masumi...


Masumi meninju dinding balkonnya berkali-kali, hingga tak sadar jemarinya mengeluarkan darah karena lecet, lebam...membiru!


Pria itu menepuk beberapa kali dadanya...


"Kau menang, Peter!" desis Masumi lirih.


Tapi baiklah Mungiiill...
Mungkin ini sudah jalannya...
Aku sudah menyerah...tapi


Biarkan waktu yang menghapusnya...
Aku hanya ingin melihatmu bahagia...


Aku sudah tak peduli...
Yang aku butuh hanya satu kata darimu...
Maaf...itu saja...
Tolong maafkan aku...


Mungiiil...
Aku akan selalu mencintaimu...




*****



Kantor Daito...


Masumi duduk termenung menatap keluar jendela. Gurat kesedihan dan kebimbangan sepertinya sedang berkecamuk di dalam dirinya. Satu sisi dia sangat bahagia bila wanita yang dicintainya akan berada satu atap dengannya.


Namun sisi lain itu menambah perih luka di dalam hatinya. Karena kini keadaannya berbeda.


Wanita itu bukan milikku lagi, ada seorang pria yang sangat baik di sisinya kini...
Ditambah lagi ada bayi mungil, buah cinta mereka...
Sanggupkah aku menjalani hari-hari ke depan?
Kau di sisiku tapi tak terjamah...


Kau akan berada sangat dekat denganku...
Tapi aku tak bisa melangkah maju menghampirimu...
Mungiiil....aku benar-benar rindu padamu...


BRRRAAAAKK!!!


Masumi membanting meja kerjanya kesal dengan keadaan yang melilitnya saat ini.


Aku hancur...


"Hancuuurrr!!!" isak Masumi dengan tangan yang masih terkepal di atas mejanya.


Tiba-tiba...


Tok...tok...tok..


Seseorang mengetuk ruangannya...


Dengan cepat Masumi menghapus airmata yang tersisa di pipinya. Dia tak ingin seorangpun mengetahui kehancuran hatinya, kehancuran cintanya dan seluruh hidupnya.


"Masuk!" sahut nya dingin.


Ckkleek...


"Pagi pak" sapa Mizuki sopan.


Wanita itu dengan seksama memperhatikan atasannya yang menghadap ke arah jendela dan tak mau menatap ke arahnya.


"Pak Masumi...saya..."


"Sudah letakkan saja dokumen di atas mejaku dan keluarlah! Aku sedang ingin sendiri!" kata Masumi kaku.


Mizuki semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Dengan cepat dia memutar otaknya untuk memancing Masumi bicara.


"Tapi pak, saya diminta nyonya Maya untuk menyampaikan ini!"


Sontak Masumi berbalik dan menatap Mizuki tajam...


Pak Masumi...
Dia menangis...
Yaa, dia baru saja menangis...


Mizuki tercengang melihat mata sembab Masumi yang sedari tadi sudah dia curigai.
Mengetahui Mizuki sedang menyelidiknya, Masumi pun kesal...


"Apa yang kau lihat? Ayo katakan, benarkah Maya menitipkan sesuatu untukku?" tanya Masumi tak sabar.


Mizuki menyembunyikan kedua tangannya dan itu membuat Masumi semakin penasaran. Dengan tatapan yang menajam, pria tampan itu seolah mengancam sekretarisnya tersebut.


"Aah...maaf pak, saya hanya bercanda" kata Mizuki sambil buru-buru keluar ruangan Masumi.


BBLLAAMM!!


Masumi membelalakkan matanya geram dengan kebohongan Mizuki. Dia hampir saja melempar sebuah dokumen ke arah wanita itu. Untungnya Mizuki lebih cepat bergerak meninggalkan Masumi.


Keterlaluan dia! Ingin tahu urusanku saja!


"Dia memancingku dan ingin tahu reaksiku! Dasar!"


"Awas kau, Mizuki!" gerutu Masumi kesal dengan tingkah laku sekretarisnya tersebut.




*****

Sore hari...

Kediaman Hayami...

Mobil yang membawa Maya, Peter, Mrs.Carol baru saja tiba di sana. Eisuke tampak sangat gembira dengan kedatangan mereka.
Dengan semangat, lelaki tua itu menyambut cucunya, Kin yang berada di pangkuan Mrs.Carol.

"Aaahh...ini dia...CUCUKU!!! Hahahaha...selamat datang sayang" sapa sang kakek bangga pada cucunya.

Hampir semua pelayan datang dan menyambut kedatangan sang cucu Hayami.

"Anak yang sangat tampan" desisan para pelayan tersebut serentak.

Beberapa pelayan yang lain bergegas membereskan semua barang-barang dan koper dari sebuah mobil box di teras.

"Ayo, kalian rapikan semua barang nya dan masukkan ke kamar-kamar yang sudah aku katakan semalam" perintah Eisuke kepada para pelayan.

"Baik tuan" sahut para pelayan tersebut beramai-ramai.

Maya dan Peter masih berdiri memperhatikan Eisuke yang begitu bersemangat menyambut kedatangan mereka.

"Peter, aku senang bisa membuatnya bahagia seperti itu" ujar Maya sambil memperhatikan wajah ayah mertuanya tersebut.

Peter menepuk pundaknya sebagai isyarat mengiyakan ucapan istrinya.

"Hei, kalian sedang apa berdiri saja di sana? Ayo masuk dan lihatlah kamar kalian. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Dan untuk sang jagoanku, Kin..." jelas Eisuke bangga.

"Terimakasih ayah" balas Peter sambil mendekap Eisuke yang tengah duduk di kursi rodanya.

Eisuke membawa Mrs.Carol ke taman bersama Kin tentunya. Sedangkan Maya dan Peter menuju kamar mereka untuk membereskan segala sesuatunya. Termasuk melihat kamar putra mereka.

Dengan langkah yang gugup, Maya berusaha menenangkan dirinya. Saat ini dia baru saja melewati kamar Masumi, pria yang pernah mengisi harinya di masa lalu.

Masumi...kamar ini masih sama...
Di kamar ini...kita pernah...
Kamar ini saksi bisu...malam itu...
Oh Tuhan...

Peter memegangi pundak Maya dan terus membawa istrinya melangkah melewati kamar Masumi.

Maya berkali menelan ludahnya, kakinya gemetar hingga dia tak bisa meneruskan langkahnya.

"Maya, ada apa?" tanya Peter khawatir.

Maya tertunduk lemas di depan kamar Masumi...

Tubuhnya benar-benar gemetar tak bisa digerakkan. Melihat keadaan Maya, Peter pun menggendongnya dan membawanya ke kamar mereka.

Ckklek...

Bllam!!

Pelayan itu pergi setelah mengantar Maya dan Peter ke kamar mereka.

Peter membaringkan istrinya di ranjang. Dengan lembut Peter membelai wajah Maya. Maya masih menutup matanya.

Bathinnya saat ini sedang berontak dan ingin teriak. Dirinya sangat ingin pergi jauh dari semuanya.

Kehidupan ini sangat membuatnya ketakutan dan bingung!!!

"Sayang, aku akan mengambil teh hangat untukmu. Kau tunggulah di sini" kata Peter sambil melangkah keluar kamar.

BLLAM..

Perlahan Maya membuka matanya dan menatap sekeliling...

Kamar dan interior yang sama dengan kamar Masumi...

Maya bangkit dan menyusuri ranjang itu dengan jemarinya perlahan...

Masumi...semuanya masih jelas dalam ingatanku...
Bagaimana kau mencumbuku..
Bagaimana kita melakukannya...
Oooh...aku...sangat bahagia...
Kehangatan malam itu...
Kenikmatan yang kita rasakan bersama...

Di ranjang ini...
Di kamar...
Masumiiii...

Maya berjalan mendekati dinding kamarnya yang berbatasan dengan kamar Masumi...
Di sana ada sebuah pintu...

Maya menyentuh pintu itu dengan lembut...

Wanita itu menciumnya beberapa kali...

Masumiii...aku merindukan saat-saat itu...
Bersamamu menghabiskan malam...
Aku rindu padamu...
Masumiku...

Bagaimana mungkin aku berada di dekatmu...
Tapi aku tak bisa menyentuhmu...
Terkadang aku ingin berada dalam dekapanmu...
Sangat ingin Masumi...

Tiba-tiba..

Ckleek!!

Maya dengan tergesa pura-pura duduk di sebuah kursi di dekat pintu tersebut.

Dengan senyum yang dipaksakan dia menyambut sang suami yang membawakan secangkir teh hangat untuk nya.

"Maya, kau sudah bisa bangun? Apa kau baik-baik saja?" tanya Peter penuh perhatian.

"Eeh...aku sudah tidak apa-apa Peter" jawab Maya sembari mencicipi teh tersebut.

"Oiya, apa kau mau berkeliling denganku sore ini? Aku ingin melihat sekitar pekarangan, sepertinya ada taman mawar yang indah di sana" ajak Peter berharap.

Dengan senyum yang tulus, Maya mengiyakan keinginan sang suami..

"Baiklah Peter, kita ajak Kin juga ya?!" sahut Maya.

Cup!!

Peter mendaratkan kecupan hangat di kening Maya. Maya memejamkan matanya pilu.

Hatinya terasa sangat sakit dengan kasih sayang yang pria itu berikan. Kebimbangan selalu hadir dari hatinya.

Aku tak sanggup menyakitinya...
Peter...



*****


Sore itu waktu menunjukkan pukul 5...

Maya dan Peter berjalan di pekarangan depan. Dengan telaten Peter menggendong Kin, putra mereka yang baru berumur belum genap 2 bulan.

Wajah keduanya terlihat sangat bahagia, tak terkecuali dengan Eisuke dan Mrs.Carol yang terus memperhatikan mereka dari dalam ruangan di rumah tersebut.

"Mereka terlihat sempurna sejarang" gumam Mrs.Carol senang.

"Ya...kau benar Caroline. Dan aku sangat terharu dengan semua ini" sahut Eisuke menerawang.

TIBA-TIBA!!!

"Eisuke..." desis Mrs.Carol terkejut.

Mendengar Mrs.Carol yang sepertinya panik, Eisuke menjadi sedikit cemas.
Dahinya berkerut...

"Ada apa kau seperti itu, Carol?"

"Dia sudah pulang....Masumii...baru...saja ..baru saja aku melihat mobilnya masuk gerbang... Eisuke....apa semuanya akan baik-baik saja?!" Mrs.Carol terlihat mulai gelisah.

Namun wajah lelaki tua itu tampak santai dan seolah tidak ada yang terjadi.

"Kau tenang saja, Masumi...adalah putraku. Sudah lama aku mendidiknya agar menjadi pria yang tangguh dan kuat" ujar Eisuke meyakinkan Mrs.Carol.

Tapi tetap saja Mrs.Carol gelisah...

Sementara itu Maya dan Peter tak menyadari kepulangan Masumi dari kantor...

Sedangkan Masumi...

Mereka sudah tiba...
Maya...selamat datang di rumah ini lagi...
Aku senang...

Masumi memandangi keduanya dari jendela mobil yang membawanya menuju teras rumahnya. Hingga sosok keduanya menghilang ditutupi oleh rimbunnya pepohonan di taman tersebut.

Brak!

Masumi menutup pintu mobilnya. Pria itu melangkah masuk ke ruang tamu. Di sana Eisuke dan Mrs.Carol sudah menyambutnya.

"Kau sudah pulang, nak?!" sapa Eisuke.

Masumi tersenyum sopan kepada keduanya...

"Selamat datang, Mrs.Carol" kata Masumi kepada Mrs.Carol.

"Aku sangat berterimakasih padamu, Masumi" balas Mrs.Carol akrab.

"Baiklah, ayah...Mrs.Carol, aku ke atas dulu untuk berganti pakaian dan mandi" pamit Masumi sambil sedikit membungkukkan pundaknya kepada keduanya.

Mrs.Carol menatap kepergian Masumi...

Masumi...sebenarnya kau adalah anak yang baik...
Kalian sangat mirip...
Walaupun tak ada ikatan darah...
Kau dan Eisuke benar-benar mirip...

Kemudian Eisuke mengajak Mrs.Carol ke taman untuk menyusul Maya dan Peter.

Namun begitu akan keluar ruang tamu, tiba-tiba Maya muncul dengan tergesa-gesa...

"Eeh ayah, ibu...maaf aku terburu-buru. Perutku sangat sakit. Aku ke atas dulu bu!" ucap Maya sambil berlari terus menjauh dari mereka.

"Maya...Maya, masih saja seperti anak kecil" ucap Eisuke sambil menggelengkan kepalanya.

Mrs.Carol mendorong kursi roda menuju taman. Di sana Peter sedang duduk sambil menggendong Kin. Mereka menghampirinya..
Beberapa saat terdengar kicauan burung yang saling bersahutan di antara batang-batang pohon yang besar itu.

Sementara itu Maya....

Brrraakkk!!!

Maya memasuki kamarnya dengan terburu-buru. Sepertinya dia benar-benar sudah tidak kuat lagi dengan mulas di perutnya.
Beberapa saat kemudian Maya keluar dari kamar mandi dengan leganya.

"Huuuhh...kenapa perutku mulas sekali tadi ya?" gumamnya sambil kembali mengenakan pakaian nya.

Lalu Maya duduk di ranjang dan berjalan ke arah balkon kamar tersebut. Dari sana dia bisa melihat Peter, Eisuke, Mrs.Carol sedang berbincang. Begitu juga Kin, buah hatinya yang sangat lucu.

"Kin...anakku yang tampan. Aku sangat menyayangimu" ucapnya pelan.

TIBA-TIBA...

"Aku tahu kau sangat menyayanginya, Mungiil!"

DEG!!!DEG!!!

Sontak Maya menoleh ke arah suara tersebut. Tepat di sebelah kanannya. Di sana adalah balkon kamar Masumi.
Dia Masumi!

Dia sudah pulang!

Sejenak keduanya hanya saling pandang...

Hening...merasuk sukma!

"Mungiiil...." desis Masumi lembut.

Masumiii...

Maya masih menatap Masumi...

Tiba-tiba!!!

Masumi berlari memasuki kamarnya kembali dan...

Maya kebingungan dengan keberadaan Masumi...

Masumi...apa yang kau lakukan? Kemana dia?

Maya pun kembali ke dalam kamarnya, namun...

CEKLEK!!!

BLLLAAM!!!

Masumi...kau...

Maya berdiri kaku saat Masumi masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar itu!!!

"Apa yang kau lakukan, Masumi?" Maya sedikit gemetar.

Tapi jauh di dalam hatinya, dia sangat bahagia bisa berada berdua saja dengan lelaki yang teramat dia rindukan.

Maya tak menyadari ekspresi wajahnya saat itu yang terlihat sangat bahagia dengan kehadiran Masumi di kamarnya.

"Mungiiill..." ucap Masumi sembari berlari dan menarik Maya ke dalam pelukannya.

Erat...sangat erat...

"Masumiii..." desis Maya terhanyut.

Keduanya begitu larut dalam kerinduan dan kenangan mereka...

Masumi pun merasakan bahasa tubuh wanita di pelukannya begitu bergairah dan menginginkan kehangatan dari dirinya.

Dengan lembut Masumi melepas dekapannya pada Maya dan menatap wanita itu dalam. Keduanya terlalu dekat hingga Masumi pun mendaratkan bibirnya di bibir mungil sang mantan kekasih.

"Aku merindukanmu, Mungiill" desisnya sembari melumat dan melumat lagi bibir Maya.

Mayapun merasakan seluruh tubuhnya memanas dan seketika gairah itu muncul begitu besar hingga tak dapat dia kendalikan.

Maya membalas lumatan bibir Masumi, berulang-ulang...

Keduanya pun semakin lama, semakin menggila dengan hasrat yang terlalu lama terkubur. Dengan rakus Masumi melumat bibir Maya hingga menyusuri bagian leher wanita itu.

Maya semakin terbuai. Rintihan kenikmatan mulai mengisi kamar tersebut. Keduanya tak sadar berjalan mendekati ranjang. Sampai Maya terhempas tak berdaya dibuat Masumi.

"Mungiil...aku...benar-benar merindukanmu...." gumam Masumi tak kuasa menahan segala hasrat yang semakin menyiksanya.

Maya memejamkan matanya berulang kali untuk bisa menghentikan semua perbuatannya sore itu.

Hampir saja!

Tiba-tiba!!!

Dari kejauhan terdengar suara tangisan bayi!

Itu Kin, dia menangis!

Maya langsung bangun dan mendorong tubuh Masumi hingga pria itu terjatuh.

"Mungiill..."

"Keluarlah! Tidak seharusnya kita melakukan ini, Masumi!" kata Maya tersadar dari khilafnya.

Masumi menelan ludahnya untuk menetralisir hasrat yang harus dia simpan kembali ke dalam mimpinya.

"Maafkan aku, mungil. Maafkan aku!!"

BLLLAAAMM!!!

Pria itu keluar meninggalkannya di kamar itu...

"Hampir saja! Maya...apa yang sudah kau lakukan? Dasar bodoh.. mengapa kau begitu tak bisa menahannya?! Maya...Maya" gumam Maya menyesali perbuatannya.

Mengapa? Mengapa?
Peter...Kin...
Maafkan aku...
Aku begitu rapuh dengan nya...

Padahal aku selalu tersakiti olehnya...
Kenapa aku masih sangat merindukannya?

Masumii...kau jahat membuatku seperti ini...
Setelah semua yang kau lakukan? 
Kini aku ingin mengulanginya kembali!

Tuhan...tolong aku...

Malam itu Maya tak bisa memejamkan matanya sedikitpun...
Masih jelas terbayang bagaimana peristiwa tadi sore. Pengkhianatan yang dia lakukan pada keluarga kecilnya.

Peter mengetahui kegelisahan istrinya. Dengan lembut dia membelai rambut dan wajah Maya.

"Sayang, mengapa kau gelisah?" tanya Peter cemas.

Maya menggelengkan kepalanya dan menenggelamkan wajahnya di dada Peter.

"Dekap aku, Peter. Dekap aku dengan erat!" pinta Maya beberapa kali.

Peter pun mengeratkan dekapannya di tubuh mungil Maya.
Hingga malam membawa mereka untuk terlelap di malam pertama di kediaman Hayami.

Satu malam pun berlalu sudah...

Hingga beberapa malam selanjutnya...

Keadaan terasa sangat tenang dan damai...



*****


Pagi yang cerah di Tokyo...
Sinar mentari perlahan mulai menyinari pepohonan di sekitar pekarangan kediaman Hayami...


Mrs.Carol baru saja membantu menyiapkan sarapan bersama seorang pelayan di dapur. 


TIBA-TIBA...


Terdengar teriakan dan isak tangis dari putranya, Peter...


"MAYA....MAYA...!!" suara Peter terdengar sangat keras. Pria itu sambil berlari menuruni tangga menuju ke arah luar rumah.


Dengan membawa secarik kertas, dia terlihat menciumi lembaran putih tersebut dan mendekapnya di dada.


Serentak Eisuke dan Masumi keluar dari kamar...


Semuanya dengan cepat sudah berkumpul di teras depan...


Peter tersungkur di pekarangan tersebut, matanya terus memandangi gerbang tinggi rumah megah tersebut...


Dengan sedih Mrs.Carol menghampirinya...


"Peter, ada apa? Mana Maya?" Mrs.Carol mulai curiga.


Pria itu masih terisak menunduk meratapi isi surat yang ada di tangannya...


Mrs.Carol mencoba meraih surat itu dari tangan Peter. Betapa terkejutnya dia membaca lembaran tersebut...




To: Peter


Peter, maafkan segala kesalahanku padamu selama ini...
Aku bukanlah istri yang sempurna bagimu...
Aku begitu malu untuk tetap berada di sisimu...
Maaf...maafkan aku, sayang...

Kin...anak kita...
Aku berharap dia akan tumbuh sepertimu...
Seorang pria berhati lembut...
Pria yang selalu menyayangiku...

Peter...
Aku bahagia pernah mengenalmu...
Hatiku sangat bangga pernah memilikimu...


Peter...aku pergi...
Kau harus tetap melanjutkan hidup demi Kin..
Untuk itu aku mohon lupakan aku...
Jagalah Kin...rawatlah dia...
 
Aku akan selalu mengingatmu...
Terimakasih sudah mencintaiku, menjagaku...
Terimakasih sudah memberikan seluruh hidupmu untukku...

Suatu hari nanti...
Kau pasti akan menemukan kebahagiaan...
Bersama seseorang yang menyayangimu...
Wanita yang lebih pantas dan sempurna untukmu...

Peter....Kin...
Aku menyayangi kalian...

Sekali lagi....
Maafkan aku...
Maafkan ibu, nak...


-Maya Kitajima-



Maya pergi...

Seisi rumah hanya bisa menatap pilu tangisan Peter di pagi itu. Pagi yang cerah namun terasa sangat kelam di kediaman Hayami.

Eisuke dan Masumi pun tak bisa berkata apa-apa. Semuanya terdiam dengan pikiran dan perasaan yang sangat sedih. Awan hitam kembali menutupi keluarga Hayami.

Keadaan tenang, namun berkabut dan sangat gelap...

Maya...mengapa kau harus pergi...
Bukan seperti ini...Mungiil...

Aku yang seharusnya pergi...
Bukan kau...
Bukan...
Bukan kau yang harus menanggung semuanya...
Maya...

Eisuke tertunduk sedih...
Tanpa diketahui yang lain pria tua itu menitikkan airmata...
Kesedihan begitu jelas terpancar dari raut wajahnya...

Maya...
Kemana kau pergi, nak?
Bagaimana dengan Kin?

Aku tahu bebanmu-lah yang terlalu berat...
Tapi tidak seharusnya kau pergi...
Meninggalkan Kin, Peter, Carol, aku dan Masumi...

Aku berharap kau akan kembali...
Masih banyak rahasia yang belum terungkap...
Suatu hari nanti...
Aku yakin kau akan kembali...

Aku yakin itu...

*****

Hari-hari telah berlalu...
Bulan demi bulan telah terlewati...

Tidak begitu dengan Peter...
Begitu juga Masumi...

Setiap hari Peter menanti kepulangan istrinya...
Dengan mendekap erat surat terakhir Maya...
Pria itu terus berdiri tepat di balik jendela kamarnya...
Peter terus memandang keluar...
Berharap sosok mungil sang istri berjalan di sana...
Melambaikan tangannya...

Maya...aku akan terus menantimu...
Walau sampai akhir hayatku...
Tidak akan pernah ada wanita lain di hatiku...
Hanya ada bayanganmu dan cintamu...
Dalam hidupku...

Selamanya hanya untukmu...
Maya, istriku...

Masumi pun demikian...
Pria itu menjalani hari-harinya dengan penuh rasa bersalah...
Hidupnya kembali sepi dan sunyi...

Seandainya waktu itu aku tak melakukannya...
Aku yakin kau tidak akan merasa bersalah seperti ini...
Mungiiil...aku yang seharusnya pergi...
Dan membiarkanmu bahagia bersama Peter...

Maya...bukan ini akhir dari cinta kita...
Bukan ini yang kumau...
Bukan begini...sayang!

Mungiillku...
Kau akan tetap hidup di dalam hatiku...
Bayanganmu akan selalu bersamaku...
Kemanapun dan kapanpun...

Selamanya...






the end




(next part is sequel fr this)

11 komentar:

  1. maksudnya, itu anaknya masumi? waaaaaaa

    BalasHapus
  2. beuhhhhh kelam dah nih ^^
    eh kok emoticon gw happy yaks ?
    huehehehehe

    masumi bener2 hancur lebur dah disini
    satu rumah ama maya
    musti liat maya ama suami n anaknya
    tahankah dia ?

    BalasHapus
  3. maya hrs jujur, kasian Peter! lbh baik berpisah skrg drpd lebih menyakiti hati sebaik Peter..
    sista aku jd bingung pilih yg mana? hehe berasa jd Maya. - siti -

    BalasHapus
  4. very confuse, Peter or Masumi!!!

    BalasHapus
  5. betapa tersiksanya masumi, dan yg paling sengsara pasti maya...
    di kamar sebelah adlh tempat kenangan terindahnya!
    waaaaa...ga kebayang!

    BalasHapus
  6. how could a person can marry a man she did not love?
    This is the sadness! poor Maya , Peter n Masumi..

    BalasHapus
  7. astaga2.... mau dibawa kemana cerita ini *armada mode on* oi masumi inget istri orang tuh ckckckckck tp gayung bersambut sih *geplak maya*
    ampe chapter berapa ini kelar ?

    BalasHapus
  8. Maya koq ninggalin anaknya yg msh bayi...sedih...hiks..

    BalasHapus
  9. Sedih bgd akhirnya... Terlalu sedih .... Hik hik hik... Ms ll .. Lum terungkap? Kin emang anaknya peter toh? Hik hik hik... Masumi darling kacian.cup cup cup.. Sekuelnya jng lama2 yaa jeng... .thx storynyaa... Tersentuh bgd .. :)

    BalasHapus
  10. wah jadi maya memilih pergi ya .
    bisa dimengerti sih , kudu memilih peter atw masumi , dua2nya dicintai .

    hmmm gara2 ini cerita ,otak nakal gw jadi ngebayangin jalan cerita selanjutnya.hmmmm tp ini cerita cuma bs buat para emaks deh .huahahaha ^^

    BalasHapus
  11. tunggu, ini maya-nya meninggal ato pergi kesesuatu tempat? kalo meninggal, kasian tuh semua keluarganya, termasuk saya dan para penggemar TK T_T,,, aku akan baca sequel-nya, ah... :)

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...