Februari 21, 2012

Buku Ini Aku Pinjam -5-







Pagi di sekolah...


Sebagian siswa tampak masih bercengkrama di depan kelas masing-masing. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Sebagian siswa juga ada yang baru saja memasuki pekarangan sekolah.


Begitupun Maya, Rei dan Mizuki baru saja tiba di gerbang sekolah. Tiga bersahabat itu selalu pergi bersama, di samping teman-teman lainnya yang satu kelas dengan ketiganya.


Sebuah mobil mewah pun berhenti di depan gerbang. Sontak mata ketiganya menoleh ke arah mobil itu. Tidak hanya mata ketiga sahabat itu, mata para siswi lainnya pun selalu melirik siapa yang diantar dengan mobil sebagus itu.


Maya yang mengetahui itu mobil yang membawa Masumi, langsung berlalu mempercepat langkahnya. Entah mengapa ketika itu pipi gadis mungil itu terasa sedikit panas, merona.


"Hei Maya, kau mau kemana? Ketua kelas kita baru saja tiba!" panggil Rei yang kemudian berlari menghampiri Masumi.


Namun Maya tidak mendengarkan panggilan Rei. Gadis itu terus berlalu dan memasuki ruang kelasnya.


Tampak hampir semua siswa telah datang dan memasuki kelas. Maya bergegas duduk. Dirinya mencoba tenang dengan situasi ini. Entah mengapa Maya merasa malu dan menganggap peristiwa beberapa malam sebelumnya adalah cuma mimpi.


Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Mencoba menghilangkan bayangan tulisan yang ada di secarik kertas dari Masumi malam itu.


Tidak...tidak...tidak...
Aku tidak boleh menganggapnya serius...
Mana mungkin dia menulis seperti itu untukku...
Hatiku?  Huuuuh...


Tanpa Maya ketahui Hijiri memperhatikannya sedari tadi. Teman prianya yang satu itu memang menaruh hati kepadanya. Maya pun sempat merasa sangat bahagia bila berada di dekatnya. Namun entah sejak kapan Maya merasakan perhatian Masumi mulai berbeda kepadanya.


Sejak malam itu, Maya selalu terbayang senyum Masumi malam itu yang membuatnya bergetar. Mungkinkah ini cinta? Beginikah rasanya jatuh cinta yang sebenarnya? Pertanyaan itulah yang selalu hadir mengiringi hari-hari Maya.


Tapi yang membuat Maya heran adalah sikap Masumi yang seperti tidak terjadi apa-apa pada malam itu. Seolah mereka tidak pernah seakrab malam itu. Pria itu hanya lebih sering memandangi tingkah laku Maya yang terkadang konyol dan dicemooh teman-temannya. Dan hampir setiap saat Maya beradu pandang dengannya. Tanda tanya besar kini ada di dalam hati remaja belasan tahun itu.


Dan hari itu...


Maya masih seperti biasa, banyak bercanda bersama teman lainnya. Maya berusaha bersikap wajar dan tak kentara untuk menutupi perasaannnya yang sedang bergejolak kebingungan.


Saat Maya sedang mengobrol bersama Rei dan yang lainnya, tiba-tiba Masumi membalikkan kursinya dan menghadap Maya. Tentu saja yang lain menjadi heran bercampur kaget dengan sikap Masumi.


"Eeh Masumi...apa kau juga ingin bergabung dengan kelompok gembira ini?" celetuk Mizuki santai.


Maya menarik nafasnya tak kentara. Jantungnya hampir saja copot berhadapan dengan sang ketua kelas itu. Masumi menatap Maya! Di depan teman yang lainnya, pria muda itu benar-benar berani. Pemandangan itu tak luput dari perhatian Rei. Dengan wajah yang terheran-heran, dia memandangi wajah Masumi dari jarak dekat. Kemudian tangannya menyentuh kening Masumi pelan sambil berkata:


"Ketua, apa kau baik-baik saja hari ini?" 


Namun Masumi tak menggubrisnya. Dia terus saja menatap Maya. Maya pun bertambah bingung bagaimana harus mengatasinya. Melihat Masumi yang seperti itu, teman-teman Maya satu persatu bergeser meninggalkan bangku Maya. Kini Maya duduk sendirian. Dengan cepat Masumi berpindah duduk di samping gadis mungil itu.


Keduanya kini duduk berdampingan!


DAG!DIG!DUG!


Maya mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak 1000x lebih kencang dari sebelumnya.


OMG! Bagaimana ini?
Berani sekali dia!


"Maya, mengapa kau diam saja?" tanya Masumi memulai.


Maya melirik Masumi dari ujung matanya. Walau hatinya sangat ingin memandangi wajah tampan Masumi yang saat itu begitu dekat dengannya.


"Hhm...aku sedang tidak ingin bicara saja" jawab Maya sekenanya.


"Oiya? Apa kau sakit?" Masumi bertanya lagi.
Maya mulai bisa mengendalikan perasaannya kini...


"Ah tidak, aku hanya..." ucapan Maya terpotong karena guru memasuki kelas.


Serentak seluruh siswa berdiri dan memberi salam...


Maya menyentuh dadanya lega. Kali ini dia selamat dari pertanyaan-pertanyaan Masumi yang selalu sedikit membuatnya terjebak. Pagi yang membuatnya gugup!




*****




Sepulang sekolah Maya tidak ingin mengikuti les privat bersama di kediaman Masumi. Sejak malam itu Maya berusaha menghindar dan menjauh dari Masumi. Semua Maya lakukan untuk menjernihkan pikirannya dari hal-hal yang akan merugikan dirinya sendiri nanti.


Namun secarik kertas dari Masumi itu, Maya simpan di sebuah kotak kecil di dalam lemarinya. Secarik kertas itu hanya sebuah halusinasi saja baginya. 


Sore itu Masumi mendatangi rumah Maya, tapi sayang Maya sedang tidak berada di rumah. Ibu Haru mengatakan bahwa putrinya sedang pergi ke suatu tempat yang selalu dia kunjungi tatkala hatinya sedang gundah. Masumi mengerutkan keningnya mendengar penjelasan bu Haru.


"Tempat untuk menghilangkan rasa gundah, bi?" tanya Masumi heran.


"Iya...tempat itu katanya. Bibi sendiri pun tak tahu dimana itu" jawab bu Haru santai.


Masumi berpikir sejenak, sebelum akhirnya dia pamit dan meninggalkan rumah Maya.


Sepanjang perjalanan, pikiran Masumi terus mencari jawaban dimana tempat yang dituju Maya. Akalnya bingung sendiri. Dalam kebingungan Masumi meminta supir untuk berhenti ke sebuah toko bunga.


Blam...


Masumi baru saja turun dan langsung memasuki sebuah toko bunga. Berbagai macam jenis bunga tampak menghiasi jendela kaca dan pot-pot dengan bentuk yang sangat unik dan menarik. Masumi mengelilingi toko untuk mencari bunga yang sedang dia inginkan.


Bunga apa ya?


"Apakah ada bunga yang lainnya selain yang ada di sini?" tanya Masumi pada pelayan toko.


Pelayan toko pun memberi isyarat agar Masumi mengikutinya. Pelayan itu membawa Masumi masuk ke sebuah ruangan yang sangat bagus. Ternyata toko tersebut memiliki satu ruangan lagi untuk menyimpan beberapa jenis bunga yang agak mahal dan langka.


Mata Masumi langsung takjub dengan ruangan tersebut...


"Waaw...indah sekali ini!" gumam Masumi takjub.


Matanya menangkap sesuatu yang menarik di sebuah sudut dari ruangan itu. 


Satu pot Mawar Jingga


"Aaah itu dia! Indah sekali!" ucap Masumi sembari melangkah mendekati sudut tersebut.


Dengan sopan pelayan itu mempersilahkan Masumi untuk melihat dan menyentuhnya.


Masumi tersenyum memandangi bunga-bunga mawar jingga itu. Di pot jelas terpasang harga yang dibandrol oleh toko. Lumayan mahal!
Masumi dengan sigap mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya untuk bisa membayar bunga tersebut.


"Aku mau yang ini!" kata Masumi tegas sambil menyerahkan uang tersebut pada pelayan toko.


"Baik. Akan segera saya persiapkan" jawab pelayan itu ramah.


Tak berapa lama, Masumi sudah keluar dari toko bunga itu dengan membawa sebuah pot beserta bunga mawar jingga di dalamnya.


Supir pun heran dengan apa yang dilihatnya. Apalagi Masumi menyuruh supir untuk kembali ke rumah Maya lagi.


Dengan wajah yang sumringah dan ceria. Masumi membuka pintu mobilnya ketika tiba di depan rumah Maya.


Tok...tok...tok!!!


Dengan percaya diri Masumi mengetuk pintu rumah Maya. Namun tak ada jawaban. Setelah menunggu beberapa saat tetap sama, tidak ada jawaban dari dalam rumah Maya.


Masumi masih ingin menunggu si pemilik rumah. Dia pun duduk di sebuah bangku yang ada di teras kecil rumah Maya.


Hampir setengah jam pria muda itu menunggu, tiba-tiba seorang tetangga Maya yang kebetulan lewat depan rumah Maya menghampirinya.


"Apakah kau mencari Maya?" tanyanya sopan.


Masumi berdiri dan menyambut orang itu...


"Iiya, aku adalah teman sekelas Maya Kitajima. Apa anda tahu kemana Maya dan bu Haru?" 


Orang itu memberikan sebuah surat dari sakunya...


"Ini, tadi bu Haru meminta saya untuk menyampaikan surat ini ke sekolah Maya. Karena sepertinya Maya akan tidak masuk sekolah dalam waktu yang lama" terangnya pada Masumi.


Masumi menerima surat itu dengan seribu tanda tanya...


"Tapi...tapi tadi aku baru saja dari sini" kata Masumi bingung.


Namun orang itu tak menjawabnya, dia hanya menepuk punggung Masumi dan berlalu meninggalkannya.


Masumi memandangi kepergian orang itu heran dan tak berdaya dengan keterangan yang diberikannya.


"Tidak sekolah? Untuk waktu yang lama? Tapi kenapa?" gumam Masumi penasaran.


Dengan langkah lesu dia kembali ke mobilnya dengan membawa bunga tersebut.


Raut wajah pria muda itu menjadi murung. Ada kesedihan dari matanya. Masumi merasa kehilangan sosok Maya yang ceria dan membuatnya gemas.


Keceriaan gadis mungil itu telah memikat hatinya sejak lama, walau terkadang dia malu mengakuinya.


"Ada apa dengan anak itu? Mengapa harus meninggalkan sekolah dalam waktu yang lama?" desis Masumi.


Apa dia pindah ke sekolah lain? Atau pindah ke kota lain?
Maya...Maya...ada apa denganmu?
Bi Haru...mengapa tadi anda tidak mengatakannya padaku?
Apakah ada yang kalian sembunyikan dariku?


Anak itu selalu membuatku penasaran...
Maya...Maya...
Aku berharap semuanya tidak benar...
Aku harap besok akan bertemu denganmu...
Di sekolah...




*****


Satu bulan sudah Maya Kitajima tak mengikuti pelajaran di sekolahnya. Seluruh teman sekelas bertanya-tanya ada apa gerangan dengan remaja mungil satu itu.


Rei, Mizuki dan teman yang lainnya merasa sangat sedih dengan menghilangnya Maya. Begitupun Hijiri, Koji apalagi Masumi. Pemuda itu mulai merasakan kehilangan sosok yang selalu mengganggu relung hatinya. Masumi terlihat sedih, tak bersemangat mengikuti pelajaran di sekolahnya.


Ketika itulah Rei memperhatikan kesedihan Masumi, sang ketua kelas. Ada yang tak biasa dengan Masumi Hayami. Rei pun menyimpulkan bahwa Masumi memiliki perasaan kagum pada salah satu sobatnya tersebut.


"Aku mulai mengerti sekarang, Masumi" gumam Rei sembari memandangi Masumi yang sedang menulis sesuatu di bukunya.


Begitu pula dengan Mizuki. Gadis berkacamata itu sudah lama memperhatikan sikap Masumi terhadap Maya. Namun dirinya tak berani untuk lebih jauh bertanya dan membahasnya bersama Maya.


Rei dan Mizuki pun bercerita banyak akan perasaan dan dugaan mereka tentang rasa suka Masumi pada Maya. Keduanya kini kompak untuk mencari tahu dimana keberadaan Maya. Kemudian keduanya pun sepakat untuk menyatukan Maya dan Masumi.


Walau pertamanya Rei agak berat melepas rasa yang dia miliki pada Masumi, namun Mizuki mencoba memberinya keyakinan bahwa tidak semua rasa cinta bisa terwujud. Rei pun rela melakukannya demi sahabat tercinta Maya Kitajima.


Sejak saat itulah, setiap pulang sekolah Rei dan Mizuki sepakat untuk mencari Maya ke seluruh Tokyo. Mereka pun segera menyusun rencana dan tempat-tempat yang mungkin saja disinggahi oleh Maya dan ibunya. Keduanya sungguh-sungguh sangat ingin agar Maya kembali berkumpul dengan mereka di sekolah.


Rei sampai menitikkan airmatanya tatkala sore itu mereka tak jua menemukan jejak Maya dan ibunya.


"Sudahlah Rei, kau tidak perlu seperti itu. Kita ini adalah anak muda yang jangan mudah menyerah. Hapus airmatamu!" kata Mizuki kesal.


Rei menatap Mizuki datar, dia tidak suka jika dikatakan cengeng dan gampang menyerah oleh siapapun.


"Aku bukan cengeng dan menyerah! Aku hanya sedih membayangkan dimana mereka akan tinggal. Karena aku tahu dengan jelas bagaimana keadaan Maya dan ibunya, Mizuki!" terang Rei emosi.


"Oke...oke...tenanglah. Aku pun mengerti maksudmu. Untuk itulah aku ingin segera menemukan mereka dan membantu Maya dan ibunya" ujar Mizuki paham.


Kini keduanya terlihat sedang berteduh di bawah sebuah pohon yang ada di taman sekitar Tokyo kota. Dengan mengibaskan sebuah surat kabar Rei mendinginkan tubuhnya yang kegerahan. Sambil melihat sekeliling siapa tahu ada bisa dijadikan petunjuk dalam pencarian Maya.


Tapi hingga menjelang sore beranjak gelap, tak satupun petunjuk yang mereka temukan. Akhirnya keduanya memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing dan melanjutkan pencarian esok dan esok lagi.


Tak terasa waktu berjalan hampir 4 bulan...


Maya masih tidak masuk sekolah juga. Kini sebuah pengumuman diberikan oleh wali kelas mereka. Guru wali kelas mengatakan bahwa Maya telah pindah sekolah ke sekolah lain. Dan pengumuman itu memang sudah diatur oleh Maya sendiri. Maya tidak ingin teman-temannya menjadi tahu keberadaannya yang sekarang.


Serentak para siswa ricuh bertanya dimana sekolah Maya yang baru. Namun guru itu menolak untuk memberitahukannya karena sudah berjanji pada Maya dan ibunya.


"Mengapa Maya harus pergi dari sekolah ini bu?" tanya Rei penasaran.


"Ibu juga tidak tahu. Mungkin dia punya alasan tersendiri" jawab sang guru.


Seluruh teman sekelas Maya menjadi bertanya-tanya ada apa dengan teman mereka yang satu itu.


Masumi tampak berpikir. Wajahnya tegang. Dia tak habis pikir mengapa Maya pergi dan pindah ke sekolah lain? 


Apa dia pindah gara-gara aku? Suratku itu? Atau ada alasan lain yang tak pernah aku ketahui? Huuuuuuuffhht....
Atau karena bi Haru sendiri?


Shiory menangkap kegelisahan Masumi akan pindahnya Maya. Gadis cantik itu pun menghampiri Masumi.


"Hai Masumi. Apa aku boleh bicara padamu sebentar?" tanya Shiory sopan.


Masumi tak menjawabnya, dia hanya mengangguk saja. Shiory dengan sabar mengajak Masumi untuk bercerita tentang kekagumannya pada Maya. Walau dalam hati gadis itu dia sangat cemburu bila melihat Masumi memikirkan gadis lain selain dirinya. Kali ini Shiory benar-benar membuang semua ego demi membuat Masumi tersenyum kembali.


"Apakah seperti itu kau memandang Maya?" tanya Shiory setelah Masumi menceritakan sedikit tentang gelisah hatinya akan kepindahan Maya.


"Lalu bagaimana menurutmu Shiory? Apakah perasaanku berlebihan pada Maya Kitajima?" Masumi balik bertanya sebelum menjawab pertanyaan Shiory tadi.


"Entahlah Masumi, tapi yang jelas itu membuatku terharu. Kau mengagumi Maya dengan apa yang ada pada dirinya. Tidak seperti teman lelaki yang lainnya" jawab Shiory polos.


Masumi menatap Shiory lekat. Entah mengapa Masumi bisa membaca ada perasaan suka dari ucapan gadis cantik di sampingnya tersebut.


Tatapan Masumi membuat Shiory salah tingkah sendiri...


"Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Shiory menghilangkan rasa salah tingkahnya.


"Maaf kalau hal itu mengganggumu. Tapi aku ingin bertanya sesuatu padamu dengan harapan kau akan menjawabnya dengan jujur" kata Masumi serius.


"Apa yang ingin kau tanyakan? Aku pasti akan menjawabnya dengan jujur" sahut Shiory tak kalah seriusnya.


"Shiory, apa kau menyukaiku?" tanya Masumi santai.


DEG!


Wajah Shiory mendadak menjadi merona malu. Pertanyaan Masumi membuatnya bingung harus dijawab dengan perkataan apa. Rangkaian kata mana yang harus dia ungkapkan dalam keadaan seperti itu.


Masumi terus menatap Shiory. Shiory menunduk malu. Tak berapa lama gadis itu pun menganggukkan kepalanya sebagai isyarat bahwa dirinya memang menyukai Masumi.


Masumi tersenyum tipis. Lalu dia berdiri dan pergi meninggalkan ruang kelasnya. Shiory pun bertambah bingung dengan sikap Masumi.


Masumi, apa aku membuatnya marah? Padahal aku sudah berkata jujur tentang perasaanku...


Shiory pun mengejar kemana Masumi pergi. Dengan langkah cepat dia mengelilingi sekolah untuk menemukan Masumi. Gadis cantik itu merasa Masumi menggantungkan perasaannya begitu saja.


Gadis itu sangat berharap bisa menjadi teman dekat Masumi. Siswa yang banyak dibicarakan di sekolah mereka oleh pada siswi lainnya.


"Masumiiii! Tunggu!" teriak Shiory tatkala matanya menangkap sosok Masumi sedang duduk di sebuah bangku taman sekolah.


Masumi yang mengetahui kedatangan Shiory pun hanya menoleh dan tersenyum.


"Mengapa kau pergi begitu saja, Masumi?" tanya Shiory kesal.


"Maaf Shiory, aku rasa lebih baik kau menjauhiku. Aku hanya tidak ingin nanti perasaaanmu semakin berkembang untukku" kata Masumi seadanya.


Shiory bertambah kesal dengan jawaban Masumi. Dengan marah dia duduk di samping Masumi. Masumi tak bergeming, tatapannya lurus ke arah pepohonan di sekitar taman.


"Masumi, sebenarnya aku sudah tidak memperdulikan rasa sukaku padamu. Aku hanya ingin berteman baik denganmu. Jadi kumohon jangan jauhi aku ya!" pinta Shiory memelas.


Masumi menarik nafas panjangnya dan mengangguk saja...


"Terimakasih Masumi. Aku sangat senang dan lega sekarang" ujar Shiory.




*****


Sore itu di kediaman Shiory Takamiya...

Gadis itu tampak bersiap akan pergi menemani sang ibu ke sebuah pusat perbelanjaan. Shiory terlihat berseri-seri bahagia bisa menemani sang ibu yang memang sangat jarang berada di dekatnya. Kesibukan bisnis ayah dan ibunya membuatnya sedikit sedih dan berbeda dengan anak gadis lainnya.

Saat-saat seperti inilah yang selalu dia tunggu. Bersama berjalan dengan sang ibu tercinta.

"Apa kau senang Shiory?" tanya sang ibu.

Shiory hanya tersenyum lebar dan terus saja mendekap sang ibu erat. Seolah tak ingin terpisah darinya.

Keduanya pun memasuki sebuah mall terbesar di kota Tokyo. Dengan sangat percaya diri Shiory mengitari sebuah butik ternama. Semua produk yang dijual di butik itu memang sangat mahal harganya. Sudah barang tentu si pembeli haruslah orang dari kalangan atas. 


Sang ibu begitu sabar menemani putrinya yang tengah memilih beberapa buah pakaian bermerk. Shiory mencoba satu buah gaun dan berputar-putar di depan sebuah cermin yang tersedia di sana. 


Namun pada putaran terakhir, matanya melihat seseorang yang sangat dia kenal sedang melakukan hal yang sama dengannya. Mereka saling tatap kaget. Wajah keduanya sedikit pucat pasi, tak percaya bisa bertemu di tempat tersebut.


"Maya!!" desis Shiory tak percaya.


Begitupun dengan gadis yang disapanya 'Maya' tersebut. Gadis itupun terdiam tercengang melihat Shiory. Keduanya saling mendekat ragu.


"Maya...apa kau benar-benar Maya Kitajima?" tanya Shiory sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.


Gadis itu mengangguk dengan senyuman yang sangat tulus...


Brruukk!!!


Shiory mendekap Maya tiba-tiba...


Maya pun membalas dekapan itu dengan hangat. Kemudian Shiory menarik lengan Maya untuk duduk di sebuah bangku tak jauh dari sana.


"Maya, mengapa kau pindah sekolah?" tanya Shiory penasaran. Namun ada hal yang lebih membuatnya heran lagi. Bahwa Maya sedang berbelanja di butik yang sama dengan dirinya. Selama ini Shiory tahu bahwa Maya Kitajima bukanlah orang yang mampu, apalagi dari kalangan atas seperti dirinya.


Maya baru saja akan menjawab pertanyaan Shiory, tapi terputus oleh pertanyaan berikutnya dari gadis cantik itu:


"Mengapa kau ada di butik ini? Apa kau sedang belanja atau hanya..." 


Pertanyaan itu terputus...


"Iya Shiory, aku sedang belanja bersama ibuku di butik ini" terang Maya santai.


Shiory menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang didengarnya dari jawaban Maya tadi.


Tidak mungkin...
Apa maksudmu Maya?
Apa kau seorang....


Maya tersenyum polos, lalu tangannya menyentuh jemari Shiory. Kemudian berbisik:


"Aku senang bisa bertemu denganmu di sini. Tolong sampaikan salamku pada semua teman sekelas yaa!" kata Maya sembari berlalu ke kasir untuk membayar beberapa buah pakaian yang telah dia pilih. 


Sambil melambaikan tangannya Maya menghampiri sang ibu yang tengah menunggunya di luar butik tersebut. Keduanya pun berlalu meninggalkan rasa penasaran di benak Shiory.


Sampai menghilang Shiory masih terus memperhatikan ibu dan anak tersebut. Shiory tak bisa mempercayai apa yang baru saja dilihatnya. Maya dan ibunya benar-benar berbeda. Gaya dan penampilan mereka sungguh sangat mempesona. Semua yang dikenakan keduanya sungguh tampak sangat mahal. Mungkin sedikit lebih mahal dari barang-barang yang dia miliki.


Shiory terduduk lesu di pelataran bangku butik tadi. Ibunya menjadi bingung dengan sikap putrinya yang sejak tadi tak bergeming.


"Ada apa denganmu, sayang?" tanya sang ibu mencemaskan putrinya.


Tapi Shiory hanya menggeleng dan menggeleng saja...


"Shiory, apa gadis tadi itu teman sekelasmu?" tanya ibu lagi.


Shiory mengangguk lemah, kemudian berkata lesu:


"Dulu bu, kini dia telah pindah sekolah" 


"Sudahlah, mari kita pulang. Ibu sepertinya mengenal ibu dari gadis itu" kata sang ibu sambil mengingat.


"Benarkah bu?" Shiory tambah penasaran.


"Iya, tapi kita membahasnya di rumah saja ya nak" usul sang ibu.


Tanpa membantah usulan sang ibu, Shiory pun mengikutinya. Walau dalam hatinya penuh dengan rasa penasaran tentang diri Maya dan keluarganya,


Ada apa dengan Maya?
Benarkah dia Maya yang kukenal?
Mengapa sikapnya tidak seperti Maya biasanya?
Dia terlihat sedikit angkuh dan pandai...


Maya...
Bagaimana dengan dirimu yang lalu?
Siapa kau sebenarnya?


Maya Kitajima...


Maya Kitajima...




*****




Shiory selalu memikirkan perjumpaannya dengan Maya sejak saat itu. Dalam hatinya dia senang bisa bertemu dengan gadis mungil nan lugu tersebut, namun ada sedikit ketakutan jika menyangkut Masumi.


Gadis cantik itu pun tak pernah habis pikir dengan perubahan Maya yang dia lihat kemarin. Bagaimana mungkin gadis biasa seperti Maya Kitajima bisa berbelanja di butik yang sama dengan dirinya.


Apa gadis itu bukan Maya? Sebab aku sendiri tak pernah tahu bagaimana raut wajah ibunya. Apakah kemarin memang ibu dari Maya Kitajima? Aduuuuh...Maya membuatku pusing....


Bagaimana dengan temanku yang lain? Rei? Mizuki? Koji? Hijiri bahkan Masumi? Apakah mereka pernah bertemu Maya sejak pindah sekolah? Mungkin aku harus menanyakannya langsung pada mereka...


Shiory memendam seribu rasa penasaran dengan sosok yang ia temui di butik beberapa hari yang lalu. Pagi itu dengan langkah lesu dia melangkah masuk ke ruang kelasnya. Di sana sudah tampak Rei dan Mizuki yang tengah asyik bercerita.


Melihat Shiory masuk dengan wajah yang layu, Rei menyapanya semangat...


"Pagi Shiory cantik! Mengapa wajahmu lesu seperti itu?" 


Shiory hanya tersenyum sambil menggeleng saja. Gadis itu langsung duduk dan merenung. Pikirannya kembali pada Maya Kitajima!


Mizuki memberi isyarat pada Rei untuk mendekati Shiory di bangkunya. Keduanya dengan santai menghampiri Shiory yang masih tampak menerawang entah kemana.


"Hey, Shiory!" sapa Mizuki sambil menyenggol siku gadis itu. Shiory sontak terkejut.


"Ah kalian. Ada apa? Aku sedang tidak ingin diganggu!" kata Shiory pelan.


"Oiya? Itu berarti kami pengganggu ya?" sindir Rei mencibir.


Shiory menatap kedua teman sekelasnya itu kesal. Lalu gadis itu bangkit dari bangkunya dan keluar kelas tanpa mengatakan sepatah katapun.


Rei dan Mizuki pun dengan cepat mengikuti kemana Shiory pergi...


"Sepertinya ada yang dia sembunyikan, Rei" kata Mizuki serius.


Sambil terus melangkah, Mizuki dan Rei bercerita bahwa sikap Shiory tidak seperti biasanya. Walau terkesan angkuh namun Shiory masih mau meladeni mereka untuk sekedar mengobrol.


Shiory berhenti di dekat sebuah toilet. Tentu saja Rei dan Mizuki mundur dan bersembunyi di balik sebuah dinding pembatas antara toilet dan kelas lainnya.


Rei menutup mulutnya untuk menahan geli karena mengikuti Shiory ke toilet. Begitupun Mizuki. Kedua gadis itu terpingkal-pingkal tertawa dengan kebodohan mereka.


"Hahahaha....dasar! Ini semua karenamu Mizuki!" ujar Rei geli.


"Hahaha...salahmu juga kan Rei! Mengapa kau mau saja menurutiku! Hahahaha...." tawa keduanya menggelegar sangat keras.


Seorang guru yang sedang melintas menegur keduanya!


Rei dan Mizuki pun lari menuju taman. Kemudian mereka rebahan di rumput taman tersebut. 


"Seandainya ada Maya..." kenang Rei tiba-tiba.


Mizuki menoleh ke arah temannya itu. Lalu menarik nafas panjang dan menyembulkannya lurus tengadah ke angkasa.


"Maya Kitajima...apa dia tidak merindukan kita?" tanya Mizuki lirih.


Keduanya mulai mengenang masa-masa sewaktu bersama gadis mungil itu. Raut geli berubah menjadi pedih dan rindu.


"Sejak SMP kita selalu bersama. Apakah kau tidak mengingatnya Maya?" gumam Rei sedih.


"Reeei...sepertinya bel sudah berbunyi tadi. Ayo kita masuk!" ajak Mizuki membuyarkan kenangan Maya di angan Rei.


Tanpa banyak bicara lagi, Rei mengikuti Mizuki yang telah lebih dulu melangkahkan kakinya menuju ruang kelas mereka.



*****


Setelah pulang sekolah...

Seperti biasa Rei dan Mizuki mencari Maya ke semua tempat. Kali ini Rei punya usul untuk mencari Maya di sekolah -sekolah lain. 

"Apa kau sudah gila?!" tanya Mizuki kaget.

"Siapa yang gila?! Coba kau pikirkan Mizuki! Guru kita mengatakan bahwa Maya hanya pindah sekolah! Bukan pindah keluar kota atau kemana!" terang Rei yakin.

Mizuki berpikir sejenak akan omongan Rei barusan...

"Benar juga ya!" desis Mizuki.

"Kalau begitu kita mulai dari sekolah yang terjauh dengan sekolah kita" usul Rei percaya diri.

Gadis tomboy itu sudah melangkahkan kakinya menuju ke salah satu arah jalan. Ketika tangan Mizuki menahannya...

"Apalagi Mizuki?!" 

"Rei, kau ini bodoh atau apa?" 

"Maksudmu?!" tanya Rei tak mengerti.

"Jika kita datangi sekarang. Pasti tidak ada satupun yang akan kita temui di sekolah tersebut. Sekolah sudah bubar" jelas Mizuki cermat.

Rei tersenyum tipis dan malu mendengar penjelasan Mizuki. Dengan menggaruk-garuk kepalanya, gadis itu teru sberpikir.

"Yuup. Aku tahu! Bagaimana jika mendatangi satu persatu sekolah itu pada jam pelajaran berlangsung!" kata Rei yakin.

Mizuki senang mendengar usulan Rei kali ini...

"Aaah, ini baru aku suka! Tapi itu artinya kita bolos?!" kata Mizuki ragu.

Rei mengangguk santai...

"Tentu saja Mizuki! Cuma itu satu-satunya cara, kan?!" jawab Rei.

TIBA-TIBA!!!

"KALIAN TIDAK PERLU MELAKUKANNYA!" 

Sebuah suara menengahi pembicaraan Rei dan Mizuki...

Serentak keduanya menoleh ke arah suara itu!

"SHIORY!!"

SHIORY...

Rei dan Mizuki terpelongo melihat Shiory yang sudah ada di dekat mereka.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Rei heran.

"Dan apa maksudmu tadi?!" Mizuki pun bertanya kemudian.

Keduanya menatap tajam Shiory!

Shiory tersenyum tulus kepada keduanya...

Kemudian...

"Aku tahu keberadaan Maya!" kata Shiory serius.

Ucapan Shiory itu dianggap sebagai jebakan oleh Rei...

"Shiory, jangan mengada-ada!" ketus Mizuki.

Dengan raut yang senang, Shiory memandangi kedua temannya tersebut...

"Apa aku pernah mengada-ada?" tanya Shiory balik.

Rei dan Mizuki saling pandang ragu...

"Sudahlah itu tidak perlu kami jawab! Sekarang kau katakan saja tentang keberadaan Maya!" ujar Mizuki memaksa.

Tanpa banyak perhitungan lagi, Shiory memberikan sebuah kartu nama kepada Rei.

Tentu saja Rei bingung....

"Heeey, apa kau pikir aku membutuhkan kartu nama ini?" bentak Rei kesal.

Di dalam kartu nama itu jelas tertulis nama sebuah butik di mall terbesar di Tokyo.

Membaca itu Rei dan Mizuki bertambah kesal pada Shiory...

Dengan emosi Rei menarik kerah baju gadis itu...
Mizuki mencoba mencegah Rei yang terbalut emosi dan kekesalan.

Namun Shiory santai saja. Gadis itu hanya menghentakkan tubuhnya sedikit agar terlepas dari cengkraman Rei.

"Kalau kalian tidak percaya. Aku bisa membantu kalian untuk sampai ke sana" kata Shiory setengah mengejek.

"Shiory! Aku peringatkan padamu! Jangan sepelekan orang seperti kami! Aku tahu kau adalah orang berada! Tapi itu hanya orang tuamu saja! Jadi jangan terlalu sombong!" ancam Mizuki.

"Aku tidak pernah menyepelekan siapapun! Kalian saja yang terlalu perasa. Aku bahkan ingin membantu kalian agar bertemu dengan sahabat kalian, Maya! Just it!!" aku Shiory.

Rei dan Mizuki menatap Shiory lebih dalam...

Mizuki membisikkan sesuatu di telinga Rei...

Kemudian...

"Baiklah. Kami akan ke sana bersamamu" kata Rei.

"Aku senang kalau begitu. Besok sepulang sekolah, kita bertemu di gerbang mall itu. Bagaimana?" usul Shiory.

Rei dan Mizuki pun mengangguk dengan menatap tajam gadis cantik itu.

Ada harapan yang sedang menggelembung di hati kedua sahabat itu. Rasa rindu akan sahabat mereka, Maya Kitajima, mungkin sebentar lagi bisa terpenuhi. Atau mungkin rasa rindu itu bisa saja menjadi kekecewaan yang membekas di hati dan tak terperi.


*****


Esok hari sepulang sekolah...

Dengan langkah gontai Koji menelusuri jalan trotoar menuju rumahnya. Sejak perginya Maya, Koji pun merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Masumi dan Hijiri. Namun Koji lebih pandai menyimpan rasa kehilangannya dibandingkan Hijiri dan Masumi. Pria muda itu memang sudah lama menaruh hati pada Maya Kitajima, walau hanya di hati saja. Tidak ada keberanian seperti halnya Hijiri dan Masumi.

Aku hanya berharap bisa bertemu denganmu lagi, Maya...

"Aku sangat berharap" desis Koji sambil terus melangkah.

Tepat di sebuah perempatan lampu merah...

Koji berhenti untuk mengikuti rambu lampu merah bagi pejalan kaki. Dengan matanya yang terus mengamati mobil yang lalu lalang di hadapannya, Koji melihat sesuatu di dalam salah satu mobil yang lewat.

Matanya tak berkedip mengikuti kemana mobil itu pergi. Sadar akan hal itu, dengan gerakan cepat dia menyetop sebuah taksi yang kebetulan melintasinya.

"TAKSIIIII!!!!" teriaknya keras.

Taksi itu pun berhenti....

BLAM!!

"Tolong cepat ikuti mobil warna hitam di depan sana, pak!" perintahnya tegas.

Tanpa menjawabnya, supir taksipun mengikuti apa yang diperintahkan oleh penumpangnya.

"Aku yakin kalau aku tidak salah lihat" gumam Koji serius.

Mobil itu terus melaju menuju suatu kawasan yang terbilang sangat elit dan mewah di Tokyo. 


Melintasi setengah rumah mewah, mobil yang diikuti Koji memperlambat lajunya. Memasuki sebuah pekarangan yang cukup luas tanpa pagar, mobil itupun berhenti di depan teras dengan pilar-pilar yang menjulang tinggi. Bangunan itu sungguh sangat megah bergaya eropa minimalis.


Koji sampai takjub dibuatnya...


"Berhenti pak supir!" kata Koji pelan.


Rumah siapa ini? Apa aku salah?


Koji masih bengong dengan bangunan megah di depannya. Supir taksi itu pun bertanya apakah Koji akan turun di sana. 


"Tidak pak, aku hanya ingin melihat-lihat saja. Bapak bisa kan menunggu sebentar? Aku akan membayar lebih nanti" ujar Koji serius.


Matanya terus memperhatikan mobil tadi. Terlihat pintu mobil itu mulai terbuka dan seseorang baru saja keluar dari mobil itu.


MAA...YAA!!!


"Benarkan...aku tidak salah! Itu Maya! Pasti dia!" gumam Koji terpana.


Gadis yang dipanggil Maya itu memang baru saja keluar dari mobil dan langsung memasuki rumah megah tadi.


Blam!! Pintu rumah tertutup...


Koji menyandarkan tubuhnya lemas di jok taksi yang ditumpanginya. Tubuh dan pikirannya mendadak lesu tak percaya dengan apa yang dilihatnya.


"Bagaimana bisa? Maya dan rumah ini? Apa sekarang dia tinggal di rumah semegah ini? Apa aku tidak salah lihat? Tapi aku yakin itu Maya" kata Koji bicara sendiri.


Sebagian hatinya yakin bahwa itu adalah Maya Kitajima, siswi teman sekelasnya yang dia taksir. Namun sebagian hatinya lagi meragukan hal tersebut karena selama ini dia sangat mengenal siapa Maya dan keluarganya. 


Setelah berhasil menenangkan hatinya beberapa saat, akhirnya Koji pun meminta supir taksi membawanya pulang ke kediamannya.


Selama dalam perjalanan Koji sangat resah. Ingin rasanya dia kembali ke tempat tadi dan menanyakan langsung apakah Maya memang tinggal di rumah megah itu atau tidak? Tapi anak muda itu masih takut melakukannya.


*****

Sementara itu...

Rei dan Mizuki sedang berdiri di depan sebuah mall besar. Mereka janjian dengan Shiory untuk menemui seseorang di butik yang mengetahui keberadaan Maya, teman mereka.

Rei melambaikan tangannya ketika melihat Shiory yang turun dari sebuah mobil. Shiory pun dengan sigap menghampiri keduanya.

"Apa aku sudah terlambat?" tanyanya menyapa.

"Tidak, kami juga baru sampai" jawab Mizuki santai.

"Ayo, ikuti aku!" kata Shiory langsung sambil melangkahkan kakinya masuk ke pelataran mall tersebut.

Mizuki dan Rei pun mengikutinya. Ketiganya berjalan beriringan sambil mengobrol.

Tiba di depan sebuah etalase yang terlihat sangat mahal dan menarik. Shiory berhenti...

"Ini butiknya! Aku harap orangnya mau memberikan informasi yang jelas dan benar" kata Shiory serius.

Mizuki dan Rei saling pandang...

"Permisiiii..." ucap Shiory ketika memasuki butik. Seorang pelayan tersenyum ramah padanya.

"Silahkan nona, apa ada yang bisa kami bantu?" tanya pelayan itu kemudian.

Tiba-tiba...

"Halo nona Shiory, mau belanja lagi?" sapa seorang pelayan lagi yang muncul dari sebuah pintu kecil belakang butik.

Shiory pun menghampiri pelayan tersebut...

Rei dan Mizuki memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan Shiory...

"Aaah bibi Yuki, aku hanya ingin menanyakan sesuatu" sahut Shiory sambil menggenggam jemari pelayan yang disapa bibi Yuki itu.

"Duduklah!" kata bibi Yuki ramah.

Lalu ketiganya duduk di sebuah bangku panjang di dalam butik...

"Apa yang ingin kau tanyakan cantik?" tanya bibi Yuki.

"Sebenarnya tidak terlalu penting. Tapi karena aku dan temanku sangat merindukannya, untuk itulah kami bertanya padamu Bi" jelas Shiory berharap.

Kemudian Shiory mengeluarkan sebuah photo dari dalam tas kecilnya...

Wajah Rei dan Mizuki sepertinya tak sabar ingin melihat reaksi dan apa yang akan mereka ketahui tentang Maya selama ini.


"Ooohhh...jadi ini yang membuatmu datang mengunjungiku nona Shiory?!" kata bibi Yuki setelah melihat sebuah photo dari Shiory.


Shiory tersenyum polos...


Bibi Yuki tampak berpikir sejenak memperhatikan photo yang ada di tangannya, kemudian bergantian menatap ke arah Shiory, Rei dan Mizuki.


"Apakah kau mengenal nona Kitajima ini?" tanya bibi Yuki penasaran.


"TENTU SAJAAA!!!" jawab ketiganya serentak.


Bibi Yuki mendelik kaget dengan kekompakan Shiory, Rei dan Mizuki tadi.


"Benarkaaah? Maaf sebelumnya, kalau nona Shiory mungkin aku percaya mengenal nona ini. Tapi kalian berdua" kata bibi Yuki sambil menoleh ke arah Rei dan Mizuki, kemudian dia menggelengkan kepalanya beberapa kali.


Tentu saja gelengan dan sindiran dari bibi Yuki membuat Rei dan Mizuki sedikit kesal.


Shiory pun merasa tidak enak dengan keduanya. Cepat-cepat dia menutupi hal tersebut.


"Aah bibi ini, mereka adalah teman sekelasku di sekolah. Dan kami juga pernah satu sekolah dengan nona Kitajima itu lhoo!" ujar Shiory serius.


"Benarkah itu nona Shiory?" bibi Yuki bertambah heran.


Shiory, Rei dan Mizuki pun mengangguk...


"Tapi setahu aku, nona Kitajima baru saja menyelesaikan studinya di negeri Belanda" kata bibi Yuki.


"BELANDA?!!!" kata ketiganya serentak lagi.


Namun belum sempat ketiganya bertanya tentang 'Belanda', bibi Yuki sudah menyerah...


"Baiklah! Sekarang apa yang bisa aku bantu untukmu nona?" tanya bibi Yuki sambil menyentuh jemari Shiory ramah.


"Kami hanya ingin tahu dimana nona Kitajima itu tinggal" jawab Shiory santai.


Namun perkataan Shiory tambah membuat pelayan Yuki itu terheran-heran.


"Apa? Jadi nona dan temanmu itu belum mengetahui dimana rumah nona Kitajima?


Dalam waktu yang bersamaan pula Shiory, Rei dan Mizuki menggeleng tak tahu...


"Begini saja nona Shiory. Coba kalian tanya pada supir taksi atau siapapun, pasti mereka tahu dan akan dengan senang hati menunjukkan kediaman megah Kitajima" ujar bibi Yuki meyakinkan ketiganya.


Ketiganya masih bengong dengan penjelasan dari bibi Yuki. Tapi mereka harus cepat bergegas mencari kebenaran ucapan pelayan Yuki tadi.


Sambil melangkah keluar butik, Shiory, Rei dan Mizuki terus saja berulang kali mencerna kata-kata dari bibi Yuki tadi.


"Apa kita salah orang?" gumam Rei bingung.


"Aku rasa Maya Kitajima yang kita kenal tidak memiliki apa-apa" gumam Mizuki kemudian.


"Aku tak sabar ingin melihatnya" kata Shiory.


Ketiganya terus melangkah menuruni tangga mall tersebut. Shiory dengan cekatan menyetop sebuah taksi.


Blam...


Pintu taksi pun tertutup!


"Bawa kami ke kediaman Kitajima!" perintah Shiory tenang.


"Baik, nona" jawab supir taksi itu sigap.


Ketiganya saling pandang tanpa bicara sepatah katapun. Dalam hati mereka mengatakan bahwa apa yang dikatakan bibi Yuki itu ternyata benar.


SIAPAPUN PASTI TAHU KEDIAMAN KITAJIMA!!!






*****



Tak berapa lama berselang, taksi yang membawa ketiganya sudah tiba di perumahan elit tersebut.

Ketiganya tampak sedikit gugup dan pucat, Rei dan Mizuki merasa tak sabar untuk bertemu dengan Maya, begitupun dengan Shiory. Gadis cantik itu sangat ingin memastikan apa yang dikatakan bibi Yuki sebelumnya.

Mengapa jantungku berdegup tak keruan begini ya?
Apa aku takut untuk menghadapi kenyataan yang sesungguhnya nanti?
Maya Kitajima? Benarkah ini dirimu yang sebenarnya?

Perasaan itu berulang kali muncul dalam benak Shiory. Entah mengapa dia merasa sedikit takut menghadapinya. Takut jika benar, maupun salah. Karena dia tak ingin mengecewakan kedua temannya tersebut. Dia hanya ingin berteman seperti layaknya remaja lain. Karena jauh di lubuk hatinya, Shiory ingin merasakan ketulusan dalam pergaulannya.

"Kita sudah sampai, nona-nona!" kata supir taksi mengejutkan ketiganya.

HAAAAAAAAHHHHH!!!!

Ketiganya bengong seketika, mereka tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Pak supir, apa ini benar kediaman Kitajima?" tanya Rei ragu.

Supir itu membalikkan tubuhnya dan mengangguk pada Rei. 

Rei dan Mizuki saling pandang heran. Rumah di depan mata yang kini sedang mereka lihat begitu megah. Dengan pilar-pilar yang menjulang tinggi, rumah itu lebih terkesan seperti sebuah istana.

"Heei, ayo kita harus segera memastikannya!" ajak Shiory membuka pintu taksi.

Tanpa bicara Rei dan Mizuki pun mengikuti ajakan tersebut.

Setelah membayar harga argo taksi. Ketiganya pun melangkah mendekati pekarangan rumah tersebut.

Baru saja mereka mendekat, seseorang berseragam security menghampiri ketiganya dengan sopan dan bertanya:

"Maaf, nona-nona...apa ada yang bisa saya bantu?"

Dengan cepat Shiory menjawabnya:
"Ah..iiya pak, kami ingin menanyakan, apakah benar ini kediaman Kitajima?"

Rei dan Mizuki mengangguk mengiyakan pertanyaan Shiory.

"Iya, benar sekali. Apa kalian mencari seseorang di kediaman ini?" tanya security itu kembali.

"Iiiya pak, kami ingin bertemu dengan...dengan..." jawab Rei terputus karena gugup.

"Dengan Maya Kitajima" sambung Mizuki lantang.

Security itu sedikit membelalakan matanya terkejut.

"Jadi kalian mengenal nona Maya?" tanyanya heran.

Ketiganya pun mengangguk serentak dengan wajah polos mereka.

"Baiklah, silahkan tunggu di pos sana! Saya akan memberitahukannya terlebih dahulu" terangnya sambil menunjuk sebuah bangunan pos beberapa meter dari tempat ketiganya berdiri.

Rei, Shiory dan Mizuki pun melangkah mengikuti security tadi, kemudian duduk di sofa yang ada di dalamnya. 

Ketiganya cukup takjub dengan fasilitas yang ada di pos penjagaan tersebut. Untuk ukuran pos security, itu terlalu mewah.

Ketiga gadis itu begitu penasaran ingin cepat bertemu dengan Maya Kitajima. Mereka meremas-remas jemari masing-masing untuk menghilangkan kegugupan mereka.

Cepatlah, aku sudah tidak sabar untuk bertemu...
Maya, benarkah ini kediamanmu sekarang?
Mengapa kau tak pernah mengatakannya?
Aku dan Rei adalah sahabatmu, kan?

Maya...Maya...
Jika semua ini benar, apakah kau masih mengingat kami?
Atau mungkin kau sudah melupakan kami?
Tidak, jangan lakukan itu, Maya...

Maya....
Cepatlah...
Ini aku dan Rei...
Juga Shiory...

Kami hanya ingin bertemu...
Karena kami sangat merindukanmu...
Sobat....



continue to 'part 6'

13 komentar:

  1. Aaaahh... Baru saja bertanya-tanya...
    <3 bangeeeettttt..
    Tapi kemanakah Maya pergi??

    BalasHapus
  2. Maya jangan melakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesal di kemudian hari....ocreeeee

    BalasHapus
  3. Eh? Maya?? Belanja kok nggak ngajak2??? XD

    Lanjut sistaa <3

    BalasHapus
  4. jiahhhh...
    apa ibunya maya merit lagi sm orang kaya..?
    kasiyan masumi di tinggal sm maya
    ayo satukan MM sista

    BalasHapus
  5. Seruuuu..... Lanjutin dongggg...... Penasaran sisttt

    BalasHapus
  6. Aaaahhhh... Ini kenapa cii.... Kapan pinjam bukunyaa... :D .. Waduh waduhh... Kurang bnyk..

    BalasHapus
  7. salam...
    hihi..lucu juga ya membayangkan MM satu sekolah... kapan???kapan???kapan???kapan lanjutannya???hihi
    -anida-

    BalasHapus
  8. penasaraaaaaaaaan, apa Maya py kembaran yah?

    BalasHapus
  9. Ah jadi semakin penasaran,,,
    *tp setuju sm @chuuby; pinjam bukunya kapan??

    BalasHapus
  10. maya... who are you? ........

    penasaran tngkat tinggi

    BalasHapus
  11. kyyyahhh
    siapa itu maya kitajima...?
    penasaran tingkat tinggi...!!!

    BalasHapus
  12. eh ini maya jadi anak orang kaya ceritanya gitu ?

    BalasHapus
  13. eh, emang dimana kediaman kitajima ???
    kasih tau dunk !!!!! *penasaran....penasaran... ><

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...