November 16, 2011

Buku Ini Aku Pinjam -4-








Sore itu cuaca sedikit mendung...


Maya berlari sekencangnya untuk sampai ke tempat dimana dia dan Hijiri janjian untuk bertemu.


Tunggu aku Hijiri...
Jangan pergi dulu...


Gadis mungil itu berharap dalam hati semoga cuaca kembali terang. Maya sangat ingin menyaksikan sinar senja bersama teman pria sekelasnya itu.


Ayo...cerahlah...
Tampakkan cerahmu...
Sinarmu yang menawan..
Cerahkan sore ini...
Aku mohoon...


Maya masih terus berlari hingga tiba di sebuah taman di dekat sekolahnya. Gadis itu menepuk dadanya dengan nafas yang terengah-engah.
Wajahnya sedikit pucat karena kelelahan. 


Namun matanya dengan cepat berputar ke sekitar taman tersebut. Maya menggigit bibirnya cemas jika Hijiri telah lama menunggunya. Langkah Maya terus menuju sebuah bangku di samping sebuah ayunan tua.


TIBA-TIBA...


"Kau baru tiba?" sebuah suara menyapanya dari belakang.


Maya terperanjat kaget karenanya. Dia tak bisa langsung menjawab pertanyaan Hijiri. Tubuhnya berbalik spontan dan mendapati sosok yang dia cari sudah berada tepat di hadapannya.


"Hijiri..." gumam Maya senang. 


Pipinya merona seketika tatkala mata mereka beradu. Maya menunduk malu. Begitupun Hijiri tampak salah tingkah. Tanpa bicara keduanya langsung duduk berdampingan di bangku tua tersebut.


Masih terdiam...


Baik Maya maupun Hijiri sepertinya masih menyusun kata untuk menjadi kalimat yang akan diutarakan. Hijiri mulai mencari ide...


"Bagaimana les mu di rumah Masumi? Pasti menyenangkan!" tanya Hijiri mengawali.


Kening Maya berkerut mendengar pertanyaan dari Hijiri. Dengan alis yang terangkat ke atas, gadis mungil itu mencoba mengatasi kegugupannya.


"Biasa saja, aku kan hanya menumpang. Lagipula Masumi terlalu unggul di atasku" jawab Maya sedikit kesal mengingat hal itu


Hijiri tersenyum geli mendengar jawaban Maya...


"Eeh, mengapa kau tersenyum seperti itu? Apa aku terlihat bodoh mengikuti les bersama Masumi?" Maya bertambah kesal.


Hijiri menatapnya lembut...


DEG!


Hati Maya terasa bergetar tak karuan. Jantungnya semakin kencang karena tatapan Hijiri.


Aduh....bagaimana ini?
Mengapa dia menatapku seperti itu?
Maya, ayo bertahanlah...
Tunjukkan bahwa kau tidak grogi karenanya...


Maya meremas jemarinya kikuk. Maya merasakan sedari tadi semua jemari itu dingin seperti es.


Hijiri menyadari kegugupan Maya. Hatinya bahagia melihat Maya grogi karena dirinya...


Maya...


Beberapa saat kemudian keduanya telah asyik mengobrol dari A hingga Z. Apapun mereka bicarakan, termasuk tingkah laku teman-teman mereka di sekolah. Begitupun para guru, tak luput dari obrolan mereka.


Keduanya tanpa canggung lagi seperti biasa. Maya sekali-sekali memukul manja pundak Hijiri, kala pria itu menggodanya. Begitupun Hijiri mencubit gemas pipi Maya yang putih. 


Maya begitu menikmati kebersamaannya bersama Hijiri sore itu. Tanpa terasa sore hampir berganti malam. Sekejap keduanya kaget dan kebingungan. 


"Maaf Maya, kau jadi terlambat pulang karenaku" kata Hijiri merasa bersalah.


"Aah tidak, aku yang ingin menghabiskan sore ini bersamamu, Hijiri" balas Maya sedikit gugup.


Sambil tersenyum dan melangkahkan kakinya, Maya dan Hijiri meninggalkan taman tersebut. Mereka berjalan berdampingan di senja itu, menyusuri trotoar jalanan menuju rumah Maya.


Hijiri dengan senang hati mengantar Maya pulang saat-saat senja menjelang malam itu. Udara mulai menusuk ke dalam tubuh keduanya. Hingga Hijiri melepaskan jaketnya untuk menutupi tubuh Maya yang kedinginan.


"Pakailah ini" kata Hijiri sambil memasangkannya.


Maya tertegun sejenak menatap Hijiri yang begitu perhatian padanya. Pipinya kembali merah...


Sambil terus menunduk, Maya mengenakan jaket itu senang...


Hangat...


Hingga langkah kaki keduanya berhenti di depan rumah sederhana. Maya menarik lengan Hijiri untuk mengajaknya masuk sebentar.


"Baiklah, aku akan masuk Maya. Tapi aku takut berhadapan dengan ibumu" ujar Hijiri kikuk.


"Tenang saja. Ibuku orang yang baik. Kau tak perlu khawatir seperti itu Hijiri!" kata Maya santai.


Ceekkkllk!!


Sementara pintu telah terbuka, Maya menoleh ke arah Hijiri yang agak lambat melangkahkan kakinya untuk masuk.


Hijiri berdiri kaku menatap lurus ke dalam rumah Maya. Matanya tak berkedip seperti melihat sesuatu yang membuatnya terkejut.
Maya pun mengalihkan pandangannya dari Hijiri..


Ternyata di dalam ruang tamu kecil rumahnya tersebut, sedang duduk Masumi yang asyik bercerita dengan ibunya.


Masumi...sedang apa dia di sini?


"Kau!" kata Maya sambil menunjuk Masumi dengan jari telunjuknya. Maya menggelengkan kepalanya heran...


"Maya, darimana saja kau? Masumi sudah dari tadi mencarimu" kata ibu Haru serius.


Kemudian dia melongok ke arah Hijiri yang berada di belakang Maya. Wajahnya tersenyum ramah pada Hijiri. Hijiri pun membalas senyuman itu dengan ragu.


"Ah...anak muda, apakah kau juga teman sekelas putriku ini?" tanya ibu Haru ingin tahu.


Hijiri mendekati kursi tamu Maya. Wajah kikuknya membuat Masumi geli dan terkikik lucu.


"Aaah...eh...iya" jawab Hijiri gugup.


Tampak tawa Masumi tertahan dengan jemari yang menutupi mulutnya.


Maya pun melototkan matanya melihat reaksi Masumi pada Hijiri. Masumi tertunduk...


Tak berapa lama, ketiganya duduk di ruangan kecil itu. Ibu Haru meninggalkan mereka begitu saja. Dia merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.


*****

Sejak kejadian itu, Masumi sepertinya mulai lebih memperhatikan hubungan Maya dan Hijiri. Entah mengapa rasa penasaran menggelayut di pikiran Masumi.

Hari itu...

Shiory mengumumkan dan mengundang seluruh teman sekelasnya untuk datang ke sebuah restorant di sabtu malam mendatang. Karena gadis anggun itu akan merayakan hari ulang tahunnya di sana.

"HHOORREEEE!!!" tentu saja pengumuman itu disambut riang oleh semua teman sekelas. 

"Wah, Shiory kau mengundang kami semua?" tanya Rei memastikan pengumuman Shiory.

Dengan senyum yang tulus, gadis cantik itu mengangguk dan menjawab:
"Iya, aku harap kalian datang semua ya!" ucap Shiory meyakinkan teman sekelasnya.

Hijiri langsung melirik Maya. Tak beda dengan Hijiri, Mayapun demikian. Senyum kecil tersungging dari bibir keduanya. Masumi yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Hijiri dan Maya, menangkap sinyal yang mencurigakan.

Hhmmm...pasti mereka pergi bersama...
Aku yakin itu!
Baiklah...terserah! Apa peduliku dengan kalian...
Aku tak peduli apapun tentang kalian!

Bertepatan dengan bel istirahat, Masumi pun keluar buru-buru dari kelasnya. Disusul oleh Shiory yang berusaha mendekati ketua kelasnya tersebut.

"Masumi, tunggu!" cegah Shiory tergesa.

Masumi berhenti dan menoleh ke arah Shiory dengan tersenyum manis pada gadis cantik itu..

"Shiory, ada apa? Aku hanya akan membeli sesuatu untuk kumakan" kata Masumi santai.


"Boleh aku ikut?" tanya Shiory penuh harap.


Tanpa menjawabnya, Masumi melanjutkan langkahnya, diikuti Shiory di sebelahnya.

Mereka pun berjalan menuju kantin sekolah yang terletak agak jauh dari kelas mereka. Sepanjang lorong, Shiory tak lepas memandangi teman pria di sebelahnya. Matanya tampak sangat terpesona oleh ketampanan Masumi.

Masumi...kau benar-benar tampan...
Apakah dia mengagumiku seperti aku mengaguminya?
Jantungku selalu lebih kencang berdetak bila berdekatan denganmu...
Apakah kau tahu itu, Masumi?

Setibanya di kantin mereka langsung memesan makanan kesukaan masing-masing.

Awalnya Masumi menatap ke beberapa meja di depannya, tanpa sengaja matanya menangkap Hijiri dan Maya yang sedang duduk berhadap-hadapan di sana. Mereka begitu menikmatinya, tampak keduanya tertawa membicarakan sesuatu yang tak dapat dia dengar.

Mereka....berdua lagi?
Kali ini sepertinya berbeda...
Huuuuhhft...mengapa selalu terpikir olehku...

"Hhhuuuthhfft" gumam Masumi tak sadar. 

Shiory heran menatap Masumi. "Ada apa Masumi?" tanyanya.

"Aah...tidak, aku hanya teringat sesuatu yang lupa aku kerjakan" jawab Masumi sekenanya. Lalu dia berdiri dan meninggalkan Shiory begitu saja.

"Eh...ih...Masumi! Tunggu! Bagaimana dengan pesanan kita?" tanya Shiory sembari tergesa mengejar Masumi yang sangat cepat berlalu dan mendekati sebuah meja.

Meja dimana Maya dan Hijiri duduk!

Maya dan Hijiri kaget dengan kedatangan Masumi yang tiba-tiba dan mengganggu acara makan siang mereka. 

"Kau lagi!" sapa Maya kesal memalingkan wajahnya dari Masumi.

"Apa aku mengganggu kalian?" tanya Masumi pura-pura tak mengerti.

"Ti..tidak Masumi, duduklah!" sahut Hijiri ramah.

Shiorypun duduk di samping Masumi. Makan siang kali ini sungguh luar biasa bagi Maya, namun Masumi menggagalkan nya menjadi biasa saja! Maya kesal sekali!


*****

Suatu Malam...


Maya baru saja akan tidur, ketika pintu rumahnya diketuk seseorang! Maya dan bu Haru serentak keluar kamar dan saling memandang sejenak.


Bu Haru melihat jam yang ada di dinding rumahnya. Waktu menunjukkan pukul 12.00!


"Siapa dan ada keperluan apa selarut ini?" desisnya cemas.


"Bu, biar aku yang buka" kata Maya serius. Sebersit muncul ketakutan dalam pikirannya.


"Tidak usah, sebaiknya kita tanyakan dahulu, sebelum kita bukakan pintu" usul bu Haru tenang.


Maya mengangguk...


"Siapa di luar? Dan mencari siapa?" kata Maya setengah berteriak.


Gadis itu menggenggam jemari ibunya. Bu Haru membalasnya erat. Keduanya mulai merasa ketakutan karena tidak ada jawaban sama sekali dari luar.


TOK...TOK...TOK!!!


Pintu kembali diketuk!


Maya dan bu Haru bertambah cemas dan takut. Mereka tidak pernah menerima tamu selarut ini. Maya merasa harus mencari bantuan. Gerakannya begitu cepat menyambar telepon di dekat meja ruang tamu.


"Siapa yang harus aku minta bantuan?" gumam Maya sambil menekan tombol-tombol telepon itu tak beraturan.


Melihat Maya yang tak keruan, bu Haru langsung mengambil alih telepon itu dari tangan Maya.


"Ibu tahu harus menghubungi siapa!" ujarnya yakin.


Tak berapa lama bu Haru sudah berbicara dengan seseorang di sebrang telepon itu.


Karena takut, Maya tak terlalu memperhatikan itu! Dia mengambil sebuah balok untuk berjaga-jaga.


Tok...tok...tok!!!


Ketukan itu masih terdengar dari balik pintu di luar sana. Maya dan bu Haru saling bertatapan ketakutan. Sepertinya keadaan jadi mencekam bagi keduanya.


Tiba-tiba...


Telepon rumah Maya berdering, Maya dan bu Haru sontak kaget. Deringan itu memecahkan suasana mencekam diantara keduanya.


Maya memegang dadanya lemas. Gadis mungil itu segera mengangkatnya...
"Halo..." sapa Maya. Namun tidak ada seorangpun yang menyapanya dari telepon itu.


Bu Haru mengambil telepon itu perlahan..


"Halo..." kata bu Haru dingin.


Setelah itu wajah bu Haru bertambah tegang. Kemudian dia berusaha menutupi pembicaraannya dari Maya. 
Tentu saja itu membuat Maya bertanya-tanya. Dahinya berkerut ingin tahu dengan siapa ibunya berbicara.


"Bu...siapa itu?" tanya Maya setengah berbisik.


Namun bu Haru hanya mengangguk tanpa menanggapi pertanyaan Maya. Maya kembali menjauh dari ibunya dan berjaga di depan pintu.


Kllikk!!


Setelah menutup telepon, bu Haru langsung masuk ke kamar tanpa mengatakan apapun kepada Maya. Maya yang masih ketakutan, menghambur mengejar sang ibu.


"Ibuuu...mau kemana? Bagaimana...bagai..." pertanyaan Maya terpotong karena pintu kamar ditutup ibunya.


BBLLAAMM!!!


"Uuuh...apa-apaan ini bu? Aku takut sendiri! Bu..." ucap Maya memelas karena takut.


"Sudahlah, pasti orang itu sudah pergi sekarang. Tidurlah!" kata bu Haru santai.


Tanpa sadar, suara ketukan itu sudah beberapa menit yang lalu berhenti. 


Maya masih berdiri di depan pintu kamar ibunya. Kaku dengan kaki yang masih gemetar.


TIBA-TIBA...


TOK! TOK! TOK!


Secepat kilat Maya membalikkan tubuhnya menatap pintu. Pikirannya kembali cemas. Tiba-tiba secarik kertas muncul perlahan dari celah di bawah pintu itu.


Langkah Maya ragu untuk melihat kertas apa itu. Perlahan dia menghampiri kertas tersebut dan dengan sigap dia menarik kertas itu lalu menjauh dari pintu.


Maya membacanya dengan raut yang khawatir:






~~~~~~~~~~

***Happy Birthday To Maya Kitajima***
**Tolong...buka hatimu untukku**

~~~~~~~~~~




Maya menatap pintu sembari kembali mendekati pintu itu setelah membaca kertas tersebut. Gadis mungil itu sekali lagi ragu untuk membukanya.


Hatinya berdegup kencang, penasaran siapa yang ada di balik pintu itu! Jantungnya mendadak kencang membuat pipinya memerah dan rasanya begitu panas.
Menghangatkan malam yang dingin...


Maya menelan ludahnya perlahan, tangannya mulai memutar pegangan pintu rumahnya.


KLLEK!!!


"Surprise!!!" sebuah suara yang sangat dikenalnya menyiramkan butiran-butiran salju ke wajahnya.


Maya mencoba mengelak namun wajahnya kini dipenuhi oleh butiran salju itu. Maya mengusap matanya pelan...


Di depannya berdiri seorang pemuda dengan senyuman yang sangat menawan. Membuat setiap gadis yang melihatnya pasti akan terpesona.


Maya terpelongo menatap pria di hadapannya! Dia tak menduga sebelumnya...


MASUMII...


Baru kali ini Maya terpukau pada pria itu! Selama ini tak pernah terbersit dalam hatinya akan pria itu. 


Bagaimana dia tahun ulang tahunku? 


Tepat di pergantian hari itu, Maya memang berulang tahun keesokan harinya. Rasa bahagia menyelimuti Maya mengingat bahwa ada seorang pria yang mengingatnya.


Terlebih malam-malam begini, Masumi rela melakukannya!


"Masumii..." desis Maya tak percaya. Mata keduanya masih saling menatap.


"Apa aku harus berdiri saja di sini?" goda Masumi.


Maya menjadi kikuk sejak tadi. Dirinya sangat senang dengan kejutan di hari ulang tahunnya. Bahagia...


Bahagia hingga tak mampu berkata-kata...


Maya mundur beberapa langkah dari depan pintu. Masumipun melangkah maju memasuki rumah Maya.


Mereka berdiri dan saling bertatapan kembali...


"Selamat ulang tahun, Maya Kitajima" ucap Masumi lembut sambil mengulurkan tangannya.


Maya tidak langsung menyambutnya. Wajahnya tertunduk dengan pipi yang merona...


"Terimakasih" jawab Maya singkat.


Masumi melongokkan wajahnya mendekati Maya...


DAG! DIG! DUG!


"Eeh..." desis Maya spontan.


"Ini!" Masumi memberikan sebuah bingkisan kepada gadis mungil itu.


"Untukku?" tanya Maya kemudian.


Masumi mengangguk dan tersenyum manis...


Tangan Maya pun pelan meraih bingkisan tersebut, dan bertanya:
"Mengapa harus selarut ini?" tanya Maya heran.


Masumi melekatkan tatapannya pada Maya. Maya sedikit mundur lagi karena itu...


"Karena aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan dan merayakan ulang tahunmu, Maya" balas Masumi lembut.


DEG!!


Maya tak mengerti maksud dari ucapan Masumi, terlebih lagi kata-kata Masumi di secarik kertas itu...


'Tolong buka hatimu untukku'


Malam itu sikap keduanya tidak seperti biasanya. Maya begitu senang dengan kejutan yang diberikan Masumi padanya. Begitupun Masumi senang dengan sikap Maya yang menyambutnya dengan baik. Tidak mengusir ataupun marah seperti sebelumnya.


Mungkin udara malam yang dingin membuat hati keduanya menjadi dingin dan menjadi sangat berbeda.


Maya tak dapat memejamkan matanya malam itu. Kembali dia mengingat beberapa menit yang lalu dirinya merayakan hari kelahirannya berdua dengan Masumi, sang ketua kelas. Tertawa dan memakan blackforest yang dibawa Masumi bersamaan.


Hihihi...bagaimana mungkin?
Aku dan dia bisa melakukan itu?
Kami sangat akrab...
Mengapa dia berbeda dari biasanya?


"Masumi Hayami" gumam Maya mengutarakan lamunannya bersama Masumi malam itu.


Ada rasa bangga dan senang mendapat perhatian dari orang sepintar dan setampan Masumi. Gadis mungil itu mengingat kembali hari-hari yang lalu bersama Masumi. Selalu berprasangka buruk! Maya menggelengkan kepalanya tak percaya...


Mengapa dia bisa mengatakan itu padaku?
Selama ini kami...
Aku hanya seorang gadis bodoh...
Sedangkan dia?!


Dan aku?
Hehehee...mimpi...


Maya menggeleng lagi...


"Tidak-tidak....tidak mungkin..." gumamnya. Lalu..


"Tidak mungkin...dia..." 


Maya kembali mengingat kata-kata itu lagi...


"Tolong...buka hatimu untukku" gumam Maya.


"Apa artinya berkata seperti itu?"


"Aku tak mengerti!"


Raut wajahnya merona dan terlihat sangat bahagia. Malam itu Maya bukan saja bermimpi indah, tapi benar-benar mendapatkan kenyataan yang membuatnya akan terus bermimpi.


Tak terasa gadis mungil itu terpejam juga sambil terus mendekap secarik kertas yang diberikan Masumi tadi.


Tolong buka hatimu untukku...
Kata-kata terindah yang pernah kudengar...


Mimpipun berlanjut....





continue to -part 5-

15 komentar:

  1. Tok tok tok...
    Siapa itu?? Bukan nenek gerondong kaaann?? XD

    Lanjuut yaaaa hohoho

    BalasHapus
  2. hehehehe hijiri ama maya ajaaaaa
    masumi nanti ngejar2 mayaaaa
    trus maya nyomblangin shory ama masumi
    ga berkutik deh masumi



    * senangnya melihat masumi menderita *

    BalasHapus
  3. yahhhh...lagi seru-serunya,,,tube kuntinyuuuu >.<
    kira2 siapa yah yg bertamu malem2??masak maling pake ketok pintu segala???aaarggghhhhhhh.....
    lanjut sis Rosa!!!!! GAK PAKE LAMA :))))

    BalasHapus
  4. Haaa.... Sapa itu.. Aiss nanggung ceritanya kurang buaanyaakk ;D .. Dtunggu lanjutannya yaw.. Gpl.. Hhee

    BalasHapus
  5. tok..tok..tok...
    sapa tamu di tengah mlm gt?! lanjut sis penasaran iihhh!!!

    BalasHapus
  6. tok tok tok sapa itu ? hihihihhiihhi
    bener ye masumi ga peduli awas lo nt klo ngejar2 maya

    BalasHapus
  7. jahhhhhhhhh mayyyyyaaaa jangannn donggggg
    jangan suka ama masumiiiii
    ayo setia ama hijiri * kompor mode on *

    BalasHapus
  8. aduh maya
    suka hijri
    suka masumi
    asikk, dapet langsung 2 ^^

    BalasHapus
  9. huaaaaaaa, apa ini, bikin penasaran, lanjutkan

    BalasHapus
  10. Itu mimpi apa beneran sihhhh ????

    BalasHapus
  11. Aku mau blackforest-nya aja deh <3
    Lanjut laggeee... Seruuuuuuu

    BalasHapus
  12. yaaaah, kyknya Maya cm bermimpi yah.
    Mimpi kali yeeee.....

    BalasHapus
  13. sepertinya bukan mimpi, karena ada secarik kertas dari masumi....
    please, please, please... biarkan MM bahagia selamanya dalam cerita yang satu ini yah sis...
    shiori... kelaut aja!
    suka cerita ini

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...