Februari 27, 2014

Father and Son -2-



Pagi yang sangat cerah...

Eisuke memanggil Peter, Masumi dan Mrs.Caroline untuk berkumpul di ruang kerjanya. Rupanya Eisuke ingin membicarakan keadaan Kin beberapa hari sebelumnya. Setelah menceritakan hal yang terjadi, tentu saja Peter sangat terkejut. Dia sama sekali tak pernah menyangka bahwa selama ini Kin menyimpan kerinduan yang begitu besar terhadap sosok sang ibu.


"Ayah, aku tak pernah menyangka akan seperti ini" kata Peter bingung.

Masumi menatapnya turut prihatin...

"Jadi bagaimana sebaiknya? Aku akan berusaha menghiburnya, bila diperlukan" usul Masumi kemudian.

Peter mengangguk lemas...

"Iya Masumi, aku berharap itu padamu. Karena sepertinya aku masih harus berada di luar Tokyo untuk waktu ke depan" jelas Peter.

Eisuke dan Mrs.Carol pun hanya bisa mengiyakan usul dari Masumi. Mereka sangat mengerti bahwa saat ini Kin benar-benar butuh hiburan dan apapun untuk bisa mengalihkan rasa kesepiannya. Apalagi musim liburan sebentar lagi tiba. Itu artinya dia akan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.




"Terimakasih, Masumi" kata Peter sambil tersenyum tulus pada Masumi.


Diskusi hari itu terasa menyedihkan bagi Peter. Pria itu masuk ke dalam kamarnya usai diskusi tadi. Tangannya membuka perlahan pintu balkon dan berjalan keluar.


Matanya terpejam sambil menarik nafas panjang agar kesepian dan kesedihan dalam hatinya bisa terobati.


"Maya, dimana kau saat ini?" tanyanya sendiri.


Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Perlahan tangannya mulai menyusuri pagar balkon dari awal hingga ke ujung. Kemudian dia bersandar di sudut dinding balkon itu.


"Bantu aku membesarkan Kin, aku mohon pulanglah!" ujar Peter sedih.


Airmatanya pun menetes! Untuk kesekian kalinya pria baik hati itu menangis tersedu-sedu kala sepi menjelma.




*****


Kantor Masumi..

Masih seperti biasa Masumi bekerja tanpa lelah demi mempertahankan nama besar Daito. Wajah pria tampan itu terlihat tetap mempesona. Masumi tampak sedang melamun, dia memandangi sebuah foto di atas meja kerjanya. Dengan bangganya dia selalu memperlihatkan foto tersebut kepada siapa saja yang datang ke ruangannya. 

Foto KIN, sudah beberapa waktu ini tertampang di sana. Masumi tampak begitu bahagia karenanya. Saat-saat ini Kin lah yang selalu membuat hidupnya bersinar. Sejak Peter sangat sibuk dengan pekerjaan dan perusahaannya sendiri, otomatis Masumi yang mengurus segala sesuatunya untuk bocah tampan itu.

Tiba-tiba....

Tok...tok...tok!!!

"Ya, masuk!!" sahut Masumi sedikit kaget.

Pintupun dibuka, namun Masumi tak melihat ada seseorang berdiri di sana. Masumi mencoba mencoba mendongakkan kepalanya ke sana kemari. Namun bibirnya tersenyum kecil karena bathinnya yakin bahwa bocah tampan Kin pasti sembunyi tak jauh dari pintu tersebut. Masumi pun berjalan mendekati pintu dan berdiri tepat di belakang pintu. Beberapa detik di sana, Masumi semakin geli saat tubuh mungil Kin mencoba masuk dan mencari dirinya. Sambil menutup mulutnya, Masumi terus memperhatikan Kin. 

Kin masih mencari Masumi. Bocah itu tak melihat ke arah pintu. Masumi begitu menikmati hari-harinya bersama Kin...

"Kau mencari siapa, tampan?" tanya Masumi mengejutkan Kin. 

Kin pun sontak membalikkan tubuhnya ke arah suara Masumi. Masumi tersenyum tulus sambil mengerlingkan matanya beberapa kali.

Tanpa bersuara Kin berlari menghampiri Masumi, begitupun sebaliknya.

"Huup...huupp" kata Masumi bahagia tatkala dia mendekap erat tubuh Kin.

"Kau darimana paman? Aku sudah lama mencarimu" ucap Kin serius.

Mulut Masumi manyun mendengarnya, sambil mengacak-acak rambut Kin yang lebat...

"Aku tidak kemana-mana sedari tadi, kau saja yang tidak melihatku" jawab Masumi bercanda.

Kin menatap Masumi...

"Benarkah? Tapi...tapi aku tadi melihat sekeliling dan... dan kau tidak ada paman" kata Kin serius.

"Aku sekarang sudah punya ilmu menghilang, oleh karena itu kau tidak bisa melihatku tadi" balas Masumi.

Kin melepaskan pelukannya dari Masumi...

"Hhhmmm....kau paman yang suka berbohong yah, aku sudah tahu kalau kau ada di sana tadi...weeekk" ejek Kin sambil berlari dan duduk di kursi kerja Masumi.

"Hahahahaha...hahahaha" Masumi tertawa geli.

Keduanya begitu akrab...

Hampir setiap hari Kin datang ke kantor Masumi. Rumor pun beredar tentang keduanya. Namun Masumi tak perduli soal itu. Baginya Kin adalah permata hatinya kini. Begitu sayangnya Masumi pada Kin, sehingga membuat Peter sedikit cemburu karenanya.

"Apakah aku boleh menunggumu di sini?"tanya Kin sambil mengerlingkan matanya kepada Masumi. Masumi tentu saja menggelengkan kepalanya.


"Tidak Kin...kau masih terlalu kecil untuk mengikutiku bekerja sampai larut" jawab Masumi sembari mengelus kepala Kin lembut.

Kin pun cemberut "Tapi paman, sekarang aku sudah 7 tahun, dan aku rasa...aku...aku mampu bekerja sepertimu" ujar Kin meyakinkan Masumi.

"Kiiin..." Masumi memandangi Kin iba.

"Paman...aku...aku..."Kin terdiam tak meneruskan ucapannya. Masumi merasa bersalah. Dia menarik perlahan tangan Kin dan memeluknya.

"Dengar Kin sayang, aku tahu kau ingin selalu bersamaku, begitupun aku Kin. Namun aku mengkhawatirkan kesehatanmu nak, bukan karena aku tidak ingin kita selalu bersama" terang Masumi lirih.

Dia belai rambut Kin lembut...

Rambut ini mengingatkanku padamu Maya, begitu lebat...
Persis sepertimu mungil...

Masumi terlihat sedih, dia berusaha kuat di depan Kin. Masumi menarik nafasnya dalam. Menahan gejolak rindu dan kesedihannya kepada Maya.

Kau masih ada dalam hatiku hingga saat ini, dan mungkin akan selalu ada hingga akhir hayatku...
Mengapa kau harus pergi selama ini, Kin selalu menantimu
Dia merindukanmu Maya
Sangat merindukanmu...
Begitupun aku...

Tak Masumi sadari, airmatanya menetes dan mengenai Kin yang masih ada dalam pelukannya. Kin pun tersadar!

"Pamaaan, kau menangis karenaku?" tanya Kin polos.

Masumi segera menghapus airmatanya. "Aaah tidak, bukan begitu Kin, aku hanya...tadi mataku terkena kotoran dari langit-langit ruangan ini" kata Masumi beralasan.

Kin memandanginya dan tersenyum...

Paman Masumi berbohong...

"Baiklah paman, aku pulang yah, kau jangan pulang larut ya paman, aku menunggumu" ujar Kin sambil berdiri tegak di hadapan Masumi.

"Okey Kin sayang, aku berjanji akan pulang cepat" balas Masumi semangat.

"Aku tunggu ya paman, bye" ucap Kin sambil berlari dan melambaikan tangannya pada Masumi.

BLAM!!

Masumi berdiri beberapa menit memandangi pintu yang telah tertutup sejak kepergian Kin. Entah apa yang dia pikirkan. Masumi begitu resah dengan keadaan Kin kini. Peter selalu sibuk dengan kerjaannya. Ingin rasanya Masumi menemani Kin sepanjang hari sepulang sekolahnya, namun itu tidak bisa dia lakukan karena pekerjaannya.

Masumi duduk merenung di meja kerjanya...

Masumi mencoba berpikir jauh tentang masa lalunya. Apa yang telah terjadi selama ini dan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Beberapa kali menggelengkan kepalanya tak jua membuat pria tampan itu mengerti.

Mengapa harus seperti ini jadinya Maya, aku masih tak mengerti apa sebenarnya terjadi. Hingga saat ini kau masih menghilang...
Membiarkan anak tak berdosa itu tumbuh sendirian tanpa kehangatan cintamu, Mungil...mungil...
Apapun yang sudah terjadi, aku harap kau lupakan itu demi Kin...
Aaaku tak peduli dengan Peter atau perasaanmu padanya ataupun perasaanmu padaku...

Aku hanya ingin membuat Kin bahagia, tumbuh seperti yang lainnya, tumbuh sama dengan anak seumurannya. Aku....aku...
Tak bisa melihatnya lebih lama lagi menderita kerinduan akan kehadiranmu Maya...

Pulanglah mungil...kembalilah untuk Kin...
Tuhaaaan...gerakkan hatinya untuk Kin...
Untuk bocah itu, bukan untuk Peter ataupun untukku...
Tidak...tidak untuk siapapun...

Hanya untuk Kin...

                                              *****


Di suatu tempat.....

"Apa yang kau pikirkan Maya?" tanya seseorang kepada Maya yang sedang berdiri menghadap pemandangan pantai dari sebuah villa megah.

Maya tampak diam, rambutnya yang melambai panjang terurai tertiup angin sehingga terlihat begitu berantakan.

"Apa yang aku pikirkan, kau pasti sangat tahu itu! Aku tidak akan bisa tanpa sedikitpun memikirkannya. Seluruh hidupku hanya untuknya. Dan...dan aku sudah menyia-nyiakannya" air mata Maya deras mengalir.

Tangan nya merangkul pundak Maya erat...

"Pulanglah...jika itu membuatmu seperti ini! Jangan sia-siakan dia lagi. Biarkan aku sendiri...aku...aku akan baik-baik saja tanpamu" terangnya lirih.

Maya menatap matanya dalam, "Kau serius?" ucap Maya ragu.

Dia mengangguk...

"Aku serius" jawabnya lembut dan lemah.

Keduanya saling bertatapan dengan mata yang berkaca-kaca...

Senja telah menenggelamkan tatapan itu. Tidak ada sepatahpun untuk menjawab semuanya. Hanya sebuah isyarat bahwa perpisahan tak lama lagi akan terjadi di antara keduanya.













5 komentar:

  1. Mana lanjutannya...??? Apa maya bakal kembali??? Jangan terlalu lama bikin lanjutannya... biar ndak lupa kalo masih ada cerita yg menarik...

    BalasHapus
  2. Sis update dung... pleaseeeee ditunggu yaaaa....

    BalasHapus
  3. Sistaaa....kau menggantungkan hubungan ini.
    Gmn nasib maya......
    Plissss....udh ga tdur semaleman baca ini....eh kentang...
    Sukaaaaaaaaa bgt crta nya sis..plis diupdate dong
    Tetty

    BalasHapus
  4. Sistàaaaa......jgn semedi lgi dong....
    Heleeeepp.... heleepppp
    Tetty.... again

    BalasHapus
  5. kapan up date nya sist...
    suka...

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...