Januari 28, 2017

MY HEART

"Aku sangat takut untuk mengatakan yang sesungguhnya padanya, aku merasa tidak akan sanggup menatap matanya yang begitu lembut dan harus kecewa akan ucapanku..."

Maya mencoba mencerna semua yang muncul dalam benaknya. Gadis mungil yang kini telah tumbuh dewasa itu begitu sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sejak menamatkan Sekolah Menengah Atas, Maya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke salah satu Perguruan Tinggi ternama di Swiss.

Udara Tokyo begitu membuatnya bahagia...

"Hhhmm....segarnya" gumam Maya tatkala membuka jendela apartemennya.

Maya memandang sekeliling...

Pandangannya terhenti sejenak waktu melihat sebuah gedung tinggi berwarna merah dengan lambang "D" tak jauh dari apartemennya.
"DAITO...., bagaimana kabarnya sekarang? Apakah masih seperti dulu? Ataukah sudah berubah?" Hati kecil Maya dicecar banyak pertanyaan.

Tok...tok...tok...!!!

Pertanyaan Maya terhenti kala pintu apartemennya diketuk seseorang...
Maya pun membuka perlahan pintu apartemennya...

Kleeek!!

Maya terdiam beberapa saat menatap siapa orang yang mengetuk tadi...
"Kau..." Gumamnya...

"Apa kabar Maya?? Sudah lama sekali yaa..." Terdengar sambutan dari seorang pria di hadapan Maya.

"Masuklah...!" Ajak Maya datar...
Maya pun berbalik masuk, namun lengan pria itu menahannya dan langsung menarik Maya ke dalam pelukannya!

"Hanya seperti ini saja...kau menyambutku?! Kau tak merindukanku?!" Tanyanya sembari terus mendekap Maya.
Maya mencoba melepaskan dekapan pria itu...!!

"Please...lepaskan aku, Satomi, kau membuatku tak bisa bernafas!" Kata Maya sedikit kesal.

Pria itu ternyata Satomi, yaa cinta pertama Maya...

Dan hubungan mereka sudah berjalan hampir 4 tahun sampai saat ini. Sebenarnya di dalam hubungan mereka tidak ada masalah sedikitpun. Mungkin karena jarak yang memisahkan keduanya, terkadang membuat sedikit renggang karena kurangnya komunikasi dan sama-sama sibuk.

Saat ini Satomi masih bernaung di Daito Management, begitupun Maya. Maya terpaksa cuti panjang dari Management karena pendidikannya. Satomi sangat mencintai Maya, cintanya terkadang terlalu berlebihan, hingga sering cemburu tanpa alasan yang jelas pada Maya. Namun dia sangat dan sangat menyayangi Maya, sangat mengerti bagaimana sifat Maya dan sangat paham dengan keadaan Maya saat ini.

Tapi tidak begitu dengan Maya...
Gadis mungil yang kini berusia 20 tahun itu mulai merasa bahwa cintanya pada Satomi hanya cinta monyet belaka...
Tidak perlu diperpanjang lagi!!!
Meski begitu Maya masih menyayangi Satomi, namun rasa bimbang dan plinplan Maya terus saja berkecamuk di dalam hatinya. Entah apa yang dia inginkan saat ini...

Maya melangkah masuk diikuti Satomi, Mereka duduk berdampingan. Tangan Maya meraih remote TV dan menekan tombol Power menyalakannya. Satomi memandangi Maya dengan tatapan begitu lembut karena sudah lama sekali mereka tak bertatap muka langsung.

Selama di Swiss, Maya melarang Satomi berkunjung ke sana, Maya beralasan bahwa dia ingin serius belajar dan cepat selesai agar mereka bisa segera bersama.

Maya merasa agak risih dengan pandangan kekasihnya...
"Apa kau akan terus menatapku seperti itu?" Tanya Maya kesal. Maya sedikit menggeser badannya menjauhi Satomi.

Satomi tak menjawab pertanyaan kesal dari Maya, pria itu pun bergeser mendekati Maya sambil tersenyum manis...

"Satomi...ada yang ingin aku katakan padamu..."kata Maya pelan. Satomi bertambah mendekat ke arah Maya. Dan kali ini dia lebih dekat menatap wajah Maya, dengan tatapan penuh harap.
"Hhmm...apa itu, katakan saja sayangku Maya..."ucap Satomi manja. Pria itu menyandarkan kepalanya ke pundak Maya dan merebut remote TV yang ada di tangan Maya.

Maya pun berusaha berdiri, namun tentu saja tubuh Satomi tidak akan bergeser hanya dengan tubuhnya yang Mungil. Maya menghela nafas dan mulai menerima sikap manja dari kekasihnya itu.

"Satomi....aku....aku...ingin kita sudahi saja hubungan ini...!!" Aku Maya Sedikit gugup...

DEG!!!

Satomi diam...
Matanya sedikit terbelalak sambil menatap tayangan TV karena mendengar permintaan Maya!
Pria itu masih diam...

"Satomi...tolong jawab aku sekarang!" Pinta Maya kemudian.

Namun tanpa menjawab permintaan Maya, Pria itu berdiri dan berjalan ke arah pintu!

BLAM!!!

Satomi pergi meninggalkan apartemen Maya tanpa sepatah katapun. Dia pergi begitu saja tanpa melihat ke arah Maya! Satomi terlihat Marah!

~~~~~

Malam itu Maya tak bisa memejamkan matanya, gadis itu mulai merasa sedih dan bingung dengan apa yang telah dia katakan tadi siang kepada Satomi.
"Bagaimana ini?? Satomi...Satomi...Apa yang telah aku lakukan padanya? Mengapa aku seceroboh ini? Oh Tuhaaaann..

Gadis itu menghempaskan tubuhnya di kursi, perlahan dia menekan remote TV dan menekan berulang kali tombol channel yang satupun tidak masuk dalam pikirannya. Maya tampak resah gelisah!
Namun tiba-tiba ide gilanya muncul!

Dengan cepat Maya mengambil Mantelnya, kemudian melilitkan sebuah syal rajut yang tebal di lehernya...

BLAM!!!

Dia meninggalkan Apartemennya...
Gadis itu berjalan begitu terburu-buru, hingga tak memperdulikan siapapun yang berlalu di depannya dan menyapanya. Pikirannya semakin kacau kala saat dia hendak keluar dari pintu lobby apartemen, cuaca di luar begitu ekstrim. Terjadi badai salju rupanya!

Maya berdiri sejenak dan menghela nafas panjang...

"Bagaimana ini, apa aku harus melanjutkan semua ini? Atau aku biarkan saja seperti sekarang ini?!?!?!" Gerutu Maya kesal dan bingung.

Maya mencoba turun dan keluar pintu Lobby Apartemen, namun Security melarangnya...

"Maaf Nona, sebaiknya anda tidak keluar dulu untuk saat ini" cegahnya serius.

"Hhhhuuuufft...tapi aku harus pergi sebentar saja, pak"

"Tapi...nona..." belum sempat Security itu melanjutkan perkataannya, Maya sudah berlari menjauhi Apartemen dan hilang di tengah rimbunnya pepohonan dan salju yang begitu putih berterbangan.

Maya berusaha menahan dingin malam itu, berulang kali dia membetulkan syalnya yang selalu terbang karena angin begitu kencang.

Bibirnya sedikit gemetar...

Satomi...maafkan aku
Aku hanya ingin kita berteman saja dulu...
Aku masih sangat menyayangimu...
Percayalah...padaku Satomi...

Maya berpikir hebat malam itu, dalam cuaca yang buruk, khayalannya pun membuyarkan pandangannya...

Hingga Maya menabrak seseorang yang dalam keadaan sama sepertinya terburu-buru...

DUGG!!!

"Aaah maaf...maaf...aku terburu-buru nona" ujarnya meminta maaf.

Maya pun sama "Ooiyaya aku yang salah tuan, aku sedang tergesa-gesa, maafkan aku" aku Maya sembari membungkukkan tubuhnya.

Namun pria itu terpaku berdiri menatapnya...

Mungil...kaukah...
Maya....kaukah itu???

Gumam pria itu ragu...

Mendengar gumaman pria itu Maya mencoba mengangkat kepala dan menatap pria itu...

Pak Masumiii...

Keduanya diam tertegun...

Namun tiba-tiba!!!

Tuuuut...tuuuut....

Suara Ponsel mengagetkan Maya dan Masumi...

Masumi pun membungkuk dan hendak bergegas pergi....

"Senang bertemu denganmu, mungil, maaf aku terburu-buru, nanti aku akan menghubungimu yaah" kata Masumi sedikit berteriak karena berlari menjauh meninggalkan Maya yang masih syok...

Pak Masumi...
Apakah benar itu dia tadi...
Pak Masumi...
Dia tidak sama seperti dulu....
Tidak Sama!!!

Maya masih berdiri di sana! Walau cuaca begitu dingin dan bisa membuatnya beku, namun gadis mungil itu masih berharap sosok bayangan Masumi hadir kembali di depannya. Hingga tangan seseorang merangkulnya dan membawanya kembali ke apartemennya.

"Maya! Maya!" Panggil Rei berkali-kali, kala mereka tiba di depan pintu apartemen Maya.
Rei sedikit menggoncang-goncangkan pundak Maya...

"Aaahh iayaya, kau rupanya! Ada apa?" Kata Maya sedikit kesal.
Rei yang berdiri di depan Maya pun heran mendengar dan melihat reaksi Maya terhadap dirinya. Padahal mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Rei mencoba mengirimkan SMS kepada Maya di hari itu, namun Maya tidak membalasnya. Rei pun terpaksa datang menemui Maya...

"Maya...apa kau seperti ini sekarang? Apa Eropa membuatmu begini?!" Tanya Rei kesal.

Maya tak menjawabnya, dia mengambil kunci dan membuka pintu apartemennya...

"Masuklah sobat..." Katanya datar.
Rei pun tak menghiraukan sikap Maya yang biasa saja padanya, dia pun masuk menyelonong mendahului Maya dan langsung duduk di sofa tamu Maya.
Maya pun menutup pintu dan duduk di sebelah Rei. Keduanya hanya diam!

Tiba-tiba!!!

"Reeeiii....aku merindukanmuuuu...." teriak Maya lirih.
Rei yang melihat Maya seperti itu, langsung mendekap sahabatnya itu dengan erat. Keduanya terlihat begitu saling merindukan. Maya menangis, begitupun dengan Rei.
Rei menepuk pundak Maya beberapa kali....
Maya semakin terisak!
Melihat hal itu membuat Rei curiga, bahwa ada sesuatu yang sedang dirasakan Maya. Bukan hanya merindukan persahabatan mereka, namun ada hal lain!

"Hey...Maya, sepertinya kau berlebihan merindukanku? Aku yakin pasti ada sesuatu kan?!?!" Tebak Rei meyakinkan.
"Aaah kau ini Rei, aku benar-benar terharu bisa bertemu lagi denganmu, kita kan...kita sudah lama tidak bertemu Reiii" elak Maya beralasan.

"Hhhmmm....baiklah, tidak kali ini" kata Rei bersabar.

Tak lama keduanya sudah tampak ceria dan asyik mengobrol hingga tak terasa waktu hampir pagi. Merekapun tertidur....

~~~~~

Tiga Hari sudah berlalu....

Maya dan Rei masih saling melepas rindu. Keduanya tampak menikmati hari-hari kebersamaan mereka. Mereka pergi nonton bersama, makan bersama di luar dan berjalan-jalan mengelilingi Tokyo bersama.

"Rei...apa kau tahu bahwa aku sangat bahagia bisa seperti ini lagi denganmu sobat" kata Maya senang.

"Ya...ya...ya...aku tahu itu, begitupun denganku Maya" kata Rei bahagia.

Keduanya masih berjalan di atas trotoar jalan Tokyo. Lalu lintas tidak begitu ramai. Walau cuaca sedikit sangat dingin, keduanya tidak tampak kedinginan...

Tiba-tiba...

"Maya..."panggil seorang pria dari belakang keduanya.

Sontak Maya dan Rei berbalik dan diam kala melihat Satomi telah berada di depan mereka...

Rei tersenyum manis dan hendak menyapa Satomi...
Namun tangan Maya memberi kode agar Rei diam saja!

"Maya...bisa kita bicara?" Tanya Satomi penuh harap.

Mata pemuda itu begitu teduh dan hangat kepada Maya. Tatapannya membuat Rei terhanyut dan diam terpukau.

Maya diam...dan hanya menatap Satomi sendu...

"Rei...bisakah kau menungguku di apartemen?" Pinta Maya tanpa melihat ke arah Rei. Mata gadis itu masih terus menatap Satomi.

Rei pun berpamitan pada Satomi...

"Baiklah Maya, aku akan membereskan apartemenmu. Cepatlah pulang yah" terang Rei peduli pada sohibnya itu.

Gadis tomboy itu berlari meninggalkan keduanya...

Maya dan Satomi berjalan menyusuri jalan, keduanya masih diam. Maya masih bingung harus memulai darimana. Gadis itu merasa malu dan takut mengecewakan Satomi lagi.

Kenapa dia diam saja, bagaimana ini?
Apa ya...yang harus aku katakan padanya....

Satomi perlahan menyentuh jemari Maya dan menggenggamnya erat. Keduanya berjalan berpegangan tangan mesra.

"Tetaplah di sisiku Maya! Aku sudah melupakan kata-katamu waktu itu" kata Satomi lirih.

Maya menunduk dan merasa sedih dengan apa yang Satomi katakan. Tak terasa airmatanya menetes.

Mereka masih berjalan menyusuri kota Tokyo...

Satomi...Satomii...
Maafkan aku...
Maafkan aku telah membuatmu bersedih seperti ini...
Tidak seharusnya aku begitu padamu...
Kau begitu baik...
Kau terlalu baik untuk hatiku...

~~~~~

Tak Terasa malam tiba, Satomi baru saja keluar apartemen Maya. Langkahnya berhenti sejenak dan kembali melihat ke arah dalam apartemen, seolah tak ingin berpisah dengan kekasihnya itu...
Beberapa saat pria itu diam sebelum pergi meninggalkan apartemen Maya...

Maya mencuci muka dan berganti pakaian, sementara Rei melihat jam sambil terus mengikuti Maya...
Maya tak menghiraukan Rei yang sedari membukakan pintu tadi terus saja mengikutinya dengan wajah penuh tanya.
Maya tahu bahwa sohibnya itu pasti akan melayangkan beribu pertanyaan tentang percintaannya dengan Satomi.

"Sudahlah Rei...lebih baik kau tidur, bukankah besok kita harus melakukan sesuatu bersama?!" Ujar Maya sedikit mengejek.

Rei melirik Maya sambil mencibirkan bibirnya...
"Tidak...tidak Maya, aku tidak akan beranjak tidur sebelum kau menceritakan semuaaaaannyyaaa pa...daaa...kuuu!" Jawab Rei tegas.

"Hhhmmm...memangnya apa yang harus aku ceritakan padamu? Apa pentingnya untukmu?" Balas Maya mengejek Rei.
Gadis itu pun beranjak ke tempat tidur, Rei mengikutinya. Sekarang keduanya saling berhadapan sembari tiduran...
Keduanya saling tersenyum geli...
"Hahahahahaha....hahahaha....." Maya dan Rei pun tertawa bersama.

Seolah ada yang lucu dengan tingkah laku keduanya, Maya dan Rei masih terbahak....
"Baiklah sobatkuuu..." Kata Maya sambil menyubit pipi Rei gemes.
"Aaaww sakit mungill..." Kata Rei mengeluh.
"Eeeh..." Gumam Maya tak sengaja kala Rei memanggilnya "Mungil".

Keduanya pun langsung terdiam dan saling pandang...

Maya membenarkan posisinya dan tengadah menatap langit-langit kamarnya. Tapi Rei masih memandangi sobatnya penasaran...

"Bagaimana kabarnya setelah malam itu?!" Kata Maya pelan. Rei mengerutkan dahinya dan tambah penasaran dengan ucapan Maya barusan.

"Malam itu??!! Apa maksudmu Maya?!!" Tanya Rei ingin tahu. Pikirannya sedari kemarin tidak tertuju pada pria yang biasa menyebut sobatnya itu dengan "mungil", namun pada Satomi, pria yang sudah menjalin kasih dengan Maya selama kurang lebih 4 tahun itu.

Maya mulai tenang dan berbicara pada Rei, dia memiringkan tubuhnya dan menghadap Rei kembali seperti semula.
"Rei...malam itu sebelum kau mencariku, aku baru saja membuat Satomi kecewa, makanya aku bermaksud ingin meminta maaf dan menjelaskan kepada Satomi..." Ucap Maya.
"Lalu..." Kata Rei.
"Tapi...tapi sebelum kau berhasil menemukanku, aku...aku..." Maya menghentikan bicaranya.
"Aaah sudahlah...aku sudah berbaikan dengan Satomi dan sudah meminta maaf" kata Maya malas.
Namun Rei meminta Maya untuk menceritakan yang lainnya lagi...

"Kau kenapa sebelum bertemu denganku? Ada apa? Apa yang terjadi? Apakah Satomi meninggalkanmu atau menamparmu atau mungkin mengata-kataimu?? Eeh tapi apa ini ada hubungannya dengan Pak Masumi!!?? Tanya Rei penasaran karena Maya sempat terdiam mendengar kata "mungil" yang dia lontarkan tadi.

Melihat Rei yang seperti itu Maya tersenyum mengejek...

"Ayolah Maya...apakah kau harus merahasiakan sesuatu dari sobatmu ini?" Tanya Rei memelas.
Maya menatap sahabatnya....
"Aku...aku tak sengaja...menabraknya Rei, aku terburu-buru, cuaca begitu dingin, kau...kau tahu kan....!!??" Rei menutup mulut Maya.
"Kau kenapa, aku tak mengerti kemana arah ceritamu, kau menabrak siapa Maya?!" Jawab Rei kesal.
Rei terus mendesak Maya...
Tapi sepertinya Maya bingung harus menceritakannya, menjelaskannya dan mengatakan pada Rei bahwa sebenarnya di dalam hatinya...ada sosok Pak Masumi...

Rei masih menatap Maya...
"Maya...sekarang aku bisa menebaknya! Malam itu...sebelum aku menemukanmu...kau...menabrak Pak Masumi...iya kaaann?!?!?" Tebak Rei benar.

Maya diam...dan mengangguk...
"Lalu...memangnya kenapa kalau kalian bertabrakan, itu kan bukan suatu kesengajaan atau gimana?!" Kata Rei penasaran.
"Rei...Rei...aku masih sering memikirkannya!" Aku Maya polos.
Mendengar ucapan Maya, Rey pun bangun dari posisi tidurnya dan duduk di samping Maya.

"APAAA!!?? Apa aku tidak salah dengar?!" Ujar Rei kaget.
Maya memejamkan matanya...

"Sudahlah Rei, ini sudah larut, terlalu panjang bila harus aku ceritakan" kata Maya lemas.
Melihat reaksi Maya seperti itu, Rei pun akhirnya menyerah. Tapi hanya untuk malam itu saja, karena besok mereka harus ke suatu tempat.
Rei menarik nafas dan mencoba untuk berbaring...

"Baiklah nona Maya, waktu masih panjang, kau bisa menceritakan itu kapanpun padaku" kata Rei menenangkan rasa penasarannya.

"Selamat Malam Sobat..." Kata Rei sambil memejamkan matanya.
Maya membuka matanya dan melirik Rei yang ada di sampingnya. Sambil tersenyum kecil Maya pun memejamkan matanya...

~~~~~

Matahari mulai membuka lembaran yang terang hari itu. Sinarnya tampak menyeruak masuk lewat celah-celah terkecil dari sisi bangunan megah tersebut. Namun itu belum cukup untuk membuat kedua sahabat nan cantik itu terbangun. Sepertinya masih sangat sebentar mata terpejam...
Hingga suara alarm berbunyi tepat di dekat telinga Rei!
"Uuuuooohh...aku bisa tuli kalau seperti ini..." Gerutu Rei sambil mencampakkan jam kecil bermotif polkadot itu ke lantai.

BBRRRIINNGGG!!!!

Namun bukannya mati, alarm itu tetap berbunyi nyaring...
Keduanya pun terjaga...
Duduk dan saling bertatapan dengan mata yang sembab...

"Aaaahhh Reeeiii...kenapa kau lempar alarmkuu??!" Tanya Maya kesal. Melihat alarm kesayangannya di lantai.
"Maaf Maya, aku tak sengaja, tapi mengapa kau letakkan alarm itu tepat di telingaku??!!" Jawab Rei sebal.

Maya bangun dan meraih alarmnya sambil meregangkan tubuhnya yang mungil...
"Aaah sudahlah Rei, kita harus bergerak sekarang kan?! Ayoo!" Ajak Maya

Rei pun bangkit dan segera membereskan tempat tidur, melipat selimut dan langsung berjalan keluar kamar sambil meraih handuk di kursi tak jauh dari pintu.

Hampir satu jam keduanya berbenah, berdandan dan mempersiapkan segala sesuatunya. Maya masih sibuk merapikan rambutnya, Rei memperhatikan gaya berpakaian Maya yang sangat simple, tapi menarik. Dengan syal melilit di lehernya yang jenjang, syal motif bunga, kaos polos berwarna ungu, dan jeans biru muda yang terlihat baru.
Menyadari dia sedang diperhatikan, Maya pun menghentikan akttifitasnya. Dan melirik Rei...
"Kenapa Rei? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya Maya.
Rei mengangkat bahunya dan menghampiri Maya...
"Tentu saja Maya, aku sangat suka dengan gayamu kali ini. Sederhana tapi elegan sobat" jelas Rei bangga.
"Reeeiii, aku bisa terbang jika kau memujiku terlalu tinggi!" Kata Maya malu.
"Tidak Maya, aku serius... Yuuuk sudah waktunya kita pergi" ajak Rei bergegas.
"Let's Go!" Balas Maya.

Keduanya pun keluar dari apartemen Maya dan berjalan menuju lobby. Di lobby sudah tampak Satomi melambaikan tangannya. Maya membalas lambaian tangan Kekasihnya, Rei hanya tersenyum sambil sedikit menundukkan kepalanya.

"Ada apa denganku?" Gumam Rei terpesona kala Satomi membalas senyumannya. Maya melirik Rei dan melihat perubahan tatapan Rei yang berbeda pada Satomi. Gadis mungil itu tersenyum kecil...

Tak lama ketiganya tampak asyik mengobrol di dalam satu mobil. Rei sesekali melirik ke arah pria yang menjadi kekasih sahabatnya itu. Entah apa yang ada dalam benak Rei, namun yang pasti semua gerak-gerik Satomi telah membuatnya selalu terpaku sejak perjumpaannya beberapa hari yang lalu.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit dari apartemen Maya, Kini mereka telah sampai di Daito Tower. Satomi bergegas membukakan pintu untuk Maya dan Rei...

"Eehheeemm...terimakasih Satomi" ucap Rei pada Satomi. Maya menatap Rei dan tersenyum lagi dengan tingkah laku temannya itu.
"Heii, jangan katakan bila sekarang kau menyukai kekasihku?!" Kata Maya bangga, sambil menyenggol lengan Rei.
Rei jadi salah tingkah dengan ulah Maya...
"Mayaaa...bisakah kau tidak seperti itu? Di depannyaa!?!?" Balas Rei tersipu...
Maya ingin tertawa, dia menutup mulutnya tak tahan dengan apa yang terjadi...
Ketiganya kini sudah berada di lantai dua Gedung Daito. Satomi menyuruh Maya dan Rei untuk menunggu sebentar di sofa yang ada di dekat sebuah ruangan. Ruangan itu adalah salah satu ruangan tempat latihan para artis Daito.
"Baiklah, aku menunggumu di sini" kata Maya.
Satomi pun melangkah menjauhi keduanya dan masuk ke ruang latihan tersebut.

~~~~~

Maya baru saja terbangun kala bel pintu apartemennya di pencet seseorang. Sedikit menggeliatkan tubuhnya, gadis mungil itu pun bangkit dari tempat tidurnya. Jari jemarinya mengusap-usap matanya yang tampak sedikit mengantuk. Mata sembab menyebabkan kantung mata Maya pun begitu kentara.
Ting Tong!!!
Bel itu berbunyi lagi...
"Yayaaa...sebentar" jawab Maya sedikit tergesa.
KLEK!!!
Pintu terbuka...
Maya berdiri melihat siapa yang datang dan kini sedang menatapnya...

Pak Masumiiii...

Ya! Pria jangkung nan tampan itu kini berada di hadapan Maya. Keduanya diam tak bersuara. Maya menelan ludahnya, begitupun pak Masumi.

Beberapa saat sangat senyap...
"Boleh aku masuk, mungil?!" Tanya Masumi memecah suasana bisu mereka.
Maya masih tak menjawab beberapa detik berlalu...
Dengan ragu gadis itu menjawab...
"Silahkan, tuan!"
Perlahan Masumi pun masuk dan Maya menutup pintu apartemennya.
"Bolehkah aku duduk, mungil?" Tanya Masumi kemudian. Maya menatap dingin Kepada pria itu.
Namun Masumi tak menghiraukannya...
Pria itu langsung saja duduk dan menyilangkan kedua kakinya santai...
Maya mengambil segelas air mineral dan menyuguhkannya...
"Terimakasih, mungil" kata Masumi lembut.
Maya pun duduk tepat di depan pak Masumi. Entah mengapa sepertinya gadis itu tak gentar menghadapi pak Masumi...
Maya mulai meremas-remas jemarinya dan sesekali menunduk untuk menenangkan hatinya...
Masumi berdehem...
Lalu...
"Maaf...Maafkan aku mungil" ujar Masumi memulai.
"Untuk apa?!" jawab Maya seketika.
Masumi menatap Maya dalam, begitupun Maya mencoba tegar membalas tatapan pria jangkung tersebut.
"Aku tahu, kau pasti sangat marah padaku!"
"Marah untuk apa Tuan Masumi Hayami!?" balas Maya cepat.
Masumi hendak berdiri dan mendekati Maya, Tapi tangan Maya memberi isyarat agar Masumi tetap duduk di hadapannya.
Masumi pun mengurungkan niatnya...
"Baiklah, aku tidak akan basa-basi lagi padamu, mungil" kata Masumi lagi.
Maya semakin kesal dengan perkataan Masumi...
Gadis itu memejamkan matanya dan menarik nafas panjang...
"Maya, biarkan aku jelas kan semuanya padamu, aku...aku tidak bermaksud melukaimu se...sedikitpun, mungil!" terang Masumi.
Maya masih terdiam dan menatap Masumi dingin...
"Aku sudah berusaha mempertahankan dan memikirkan segala sesuatunya tentang kita" terang Masumi lagi.
"Hingga di satu Titik kesimpulan, aku...aku memutuskan bahwa aku dan kau tidak bisa bersama, tidak akan bisa!" Masumi berkata lirih.
Tak terasa airmata Maya menetes tak terbendung...
Gadis itu terisak...
Masumi pun ingin mendekap tubuh mungilnya...
Namun lagi-lagi tangan Maya melarangnya!
"Tapi kini...Tapi kini...itu berubah mungil!" aku Masumi sedih.
"Aku...aku...masih sangat memikirkanmu...menginginkanmu!!!" aku Masumi sambil menahan tangisnya.
Wajahnya memerah menahan emosi dan ketidakberdayaannya...
Maya berdiri...

KLEK!!!

Membuka pintu apartemennya dan memberi isyarat agar pria jangkung itu keluar...
Masumi berdiri dan mendekati Maya...
"Tolong dengarkan aku, kali ini mungil!" pinta Masumi penuh harap.
Maya menatapnya sedih...
Berulang kali dia mengusap pipinya yang banjir airmata...
"Pergilah pak Masumi, pergilah seperti saat kau meninggalkanku Demi sebuah status bersama Nona Takamiya!" ucap Maya terisak.
"Bukan...bukan seperti itu mungil!" bantah Masumi lirih.
"PERGIIIIIIIII!!!!" teriak Maya tak terbendung.
Dengan sigap Masumi menarik gadis itu ke dalam dekapannya.
"Jangan mungil, jangan seperti ini!" kata Masumi sedih.
Pria itu mengusap lembut rambut Maya...
Maya tak berdaya, gadis itu tak melawan sedikitpun.
Beberapa saat keduanya berpelukan erat...
"Aku...aku sudah memutuskan pak Masumi" kata Maya lirih.
Masumi menggeleng tak percaya...
"Tidak...tidak boleh!" jawab Masumi. Seakan tahu apa yang sudah diputuskan Oleh gadis mungil pujaan hatinya itu.
"Selamat atas kelahiran putra Anda pak Masumi!" kata Maya kemudian.
Masumi menatap Maya hampa...
"Kau..." Masumi kaget.
"Pergilah, mungkin Mereka sedang menanti Anda saat ini!" ujar Maya dingin.
Masumi terus menatap Maya...
Pria itu menelan ludahnya dan melepaskan pelukannnya pada Maya.
"Selamat tinggal penggemar rahasiaku!" ucap Maya sendu.
Masumi semakin Tersiksa...
Pria itu memejamkan matanya...
Dan...
BLAM!!!
Pergi...

Pergi...
Pergi...
Pergi...

Maya menghempaskan tubuhnya ke sofa dimana pak Masumi duduk tadi. Tangannya yang mungil mulai mengusap Perlahan sofa tersebut...
Hampa...

Mengapa semuanya menjadi seperti ini Tuhan? Mengapa dia masih saja ingin menjelaskan kesalahan yang sudah tidak mungkin untuk dibenarkan lagi...
Apakah dia lupa Bagaimana hancurnya diriku kala itu?!?!
Apakah dia lupa goncangan apa yang aku hadapi saat itu!?!?!
Dan kini goncangan itu masih sangat membekas begitu jelas...

"Pak Masumi...Mawar Jingga ku...pengagum rahasiaku" gumam Maya teriris pilu.
Maya kembali mengenang masa-masa Indah dan menakjubkan yang dia alami beberapa tahun ke belakang.
Masa-masa kala hatinya mulai merasakan ada Hal yang aneh dan penuh suka saat menerima rangkaian Demi rangkaian bunga mawar dari sang pengagum rahasia.
Matanya seakan jauh menerawang dan berkelana mencari belahan jiwanya yang hilang...
"Entah mengapa waktu itu aku begitu bahagia" ucap Maya lesu.
"Kau adalah sang pengagum rahasiaku!!!"
"Kau adalah bayangan kebahagiaan yang telah lama aku cari" kata Maya seolah bercerita pada dinding-dinding tempat tinggalnya.

Seandainya saja semua bisa terulang, aku pasti tidak akan membiarkan semuanya lepas dari genggaman tangan ini...

Maya menutup wajahnya dan terisak menangisi perjalanan hidupnya yang penuh liku...
Gadis mungil itu tersedu-sedu...
Dalam kesedihannya itu sosok bayangan Satomi muncul dalam benaknya...
Maya tersadar...

Satomi...Satomi...Satomi...
Terimakasih atas semuanya, atas perhatianmu...
Kesabaranmu dan kegigihanmu mendapatkanku...
Membantuku bangkit dari kandasnya asa dan rasaku...
Semua halangan kau sanggup hadapi, di kala aku jatuh, di kala aku terpuruk rasa terkucilkan...
Terkhianati dan tersingkir Demi sebuah obsesi...
Yaaa...kau lah penolongku Satomiii...

Maya menghapus airmatanya, pipinya yang basah Oleh kenangan-kenangan tak berujung bersama Masumi...

Come on Maya...
Jangan menyerah dengan keterpurukan...
Lepaskan semuanya tentang Masumi Hayami...
Walau harus berpuluh tahun lamanya...
Tetaplah berdiri...

Maya berdiri dari sofa dan berlalu masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu bersiap untuk melakukan sesuatu, mengambil sebuah Pena dan secarik kertas...

Lalu....

"AKU AKAN MENIKAH DENGANMU SATOMI"

Tulisan itulah yang Maya Kitajima tulis di secarik kertas tersebut. Senyum puas tampak tersungging di Ujung bibirnya yang mungil...

1 komentar:

  1. Maaf baru bisa update lagi, bila teman2 masih setia dengan cerita2 sy, bisa juga cek di WattPad yaah @rosahimekawa2

    BalasHapus

Frens, pliz comment in here...